PS : All images credit and content copyright : KBS
Ibu Won
Jae masuk ke kamar anaknya melihat kalau sebelum tidur bermain game di
ponselnya. Won Jae pun terbangun dan melihat video si pelaku yang memberitahu
kalau hanya membutuhkan alkohol oles, sebuah botol kaca, dan pemantik dan Yang
terpenting adalah sebuah truk.
“Aku bisa
mendapatkan alkohol dari apotek dan hanya perlu membakar truk itu.” Ucap Won
Jae dengan senyumannya membuat rencana.
Apotek Wonjae
Ayah Won
Jae keluar dari Apotik berteriak menyuruh anaknya agar cepat keluar. Saat itu
Wan Seung dan Seol Ok mengintai dari dalam mobil. Wan Seung sudah menduga
kalau di apotek itu dan Sejak awal sudah
punya firasat melihat payung yang dibawa Won Jae.
“Lantai
duanya adalah rumah mereka jadi Pelaku masuk ke rumahnya. Karena itulah dia
menghilang di depan Hee Yeon.” Ucap Seol Ok. Akhirnya keduanya pun turun dari
mobil menemui ibu Won Jae dan anaknya.
“Apa Kau
lupa sesuatu? Jangan ke mana-mana sepulang sekolah. Kau harus langsung pulang.
Paham?” ucap Ibu Won Jae pada anaknya.
“Maaf... Apotek
kami belum buka.” Kata Ibu Won Jae pada Wan Seung dan Seol Ok yang
menghampirinya.
“Aku... Detektif
Ha Wan Seung dari Polsek Joongjin. Aku datang untuk mengajukan beberapa
pertanyaan tentang pembakaran berantai.” Kata Wan Seung
“Aku suka
baju dan tasmu. Apa Ibumu yang memilihkannya? Sepatu olahragamu yang bagus itu
terlihat agak usang... Tapi tumitnya belum usang. Ini Kelihatannya baru.”
Komenta Seol Ok berkomentar didepan Won Jae.
“Apa
belum lama ini kau menumpahkan aseton di sepatumu?” tanya Seol Ok. Won Jae menyangkal.
Saat itu Ibu Won Jae langsung memarahi Seol Ok.
“Apa
akhir-akhir ini kau bermain api?” tanya Wan Seung. Ayah Won Jae yang sudah
menunggu keluar dari mobil berteriak marah, Ibu Won Jae menyuruh anaknya segera
masuk mobil saja.
Ibu Won
Jae membela anaknya kalau Won Jae, tidak punya waktu untuk berkeliaran
menyebabkan kebakaran. Bahkan Won Jae
langsung pergi kursus begitu sekolah selesai dan pulang sangat sore. Won Jae masuk ke dalam mobil melihat ada
korek didalam laci, wajahnya seperti menemukan mainan yang sangat disukainya.
“Bagaimana
dengan waktu di antara kursus itu? Kejahatan itu dilakukan antara pukul 15.00
dan 16.00.” kata Seol Ok
“Apa
maksudmu? Dia masih kecil. “ ucap Ibu Won Jae membela. Ayah Won Jae akhirnya
memberikan kartu nama.
“Anda
seorang pengacara di Firma Hukum Shingang. “ kata Won Jae. Ayah Won Jae ingin
tahu Apa mereka punya surat perintah
“Tidak.
Kami hanya perlu menanyakan beberapa hal kepadanya.” Kata Won Jae
“Jika kau
mengganggu putraku sekali lagi, maka kita akan bertemu di pengadilan.” Kata
Ayah Won Jae mengancam. Won Jae dan Seol Ok seperti tak bisa berkata-kata lagi.
Ayah Won
Jae mengantar anaknya ke sekolah, lalu terlihat sedikit khawatir dan ingin
bicara pada Won Jae sebelum turun mobil. Tapi Ia seperti ragu memilih untuk tak
mengatakan apapun pada Won Jae.
“Kau
harus Langsung pulang selepas sekolah.” Ucap Ayah Won Jae. Anaknya pun
menganguk mengerti.
Ayah Won
Jae yang gelisah memilih untuk mengambil sebatang rokok dan mencari korek, tapi
tak menemukan di laci mobilnya.
Wan Seung
seperti tak yakin dengan ucapan Seol Ok yaitu
Pelakunya anak kecil, yaitu Seorang anak SD membakar rumahnya. Seol Ok
pikir kalau Wan Seung tak melihat tangan Won Jae kalau menyentuh aseton dengan
tangan kosong saat menuangkannya ke sebuah botol. Ia melihat tangan Won Jae
saat memberikan permen di hari sebelumnya.
“Rambut
bagian depannya juga terbakar... Itu karena dia tidak terbiasa menggunakan
pemantik.” Ucap Seol Ok mencari bukti dengan cara mengelus kepala Won Jae.
“Dia anak
yang aneh... Dia Bisa saja memakai korek api atau kertas untuk membuat api... Kenapa
dia memakai puntung rokok?” keluh Wan Seung tak habis pikir
“Karena
dia anak SD... Dia bahkan meniru bagian yang sepele. Tapi dia tidak meniru
waktu kejahatannya... Dia tidak bisa meelakukanya Karena sekolah selesai pada
pukul 14.30.” kata Seol Ok yakin.
Seorang
ibu dan anaknya berjalan masuk ke dalam sekolah mereka akan menonton "Minnie's Adventure” setelah
pulang sekolah. Wan Jae datag memanggil Ye Na. Si anak wanita terlihat senang
melihat Won Jae yang datang.
“Won Jae,
aku akan menonton film hari ini...Kalau kau apa yang akan dilakukan?” tanya Ye
Na. Won Jae seperti memikirkan sesuatu rencanya.
“Itu Rahasia.”
Ucap Won Jae lalu Ibu Ye Na menyuruh keduanya agar segera masuk.
Keduanya
sampai di kantor polisi, Wan Seong melihat Won Jae itu terlihat normal dan tak habis pikir ingin
membuat kebakaran itu. Seol Ok yakin kalau saat Kebakaran terjadi, maka
Orang-orang menjerit lalu Kelas dibatalkan dan Mobil pemadam berdatangan.
“Pasti
itu pertunjukan bagus untuk anak-anak.” Ungkap Seol Ok. Wan Seung pun heran
dengan Wan Jae bisa menjadi peniru. Seol Ok juga penasaran soal itu.”
“Aku akan
meminta bantuan Divisi Wanita dan Pemuda.” Kata Wan Seung yakin
“Kukira
kau sedang cuti.” Kata Seol Ok. Wan Seung yakin kalau Mereka tidak tahu soal itu.
Keduanya
pergi ke bagian "Divisi Wanita dan Pemuda" Seorang Polwan melihat Wan
Seung kalau sedang cuti. Wan Seung tak percaya kalau Cepat sekali
tersebarnya. Polwan piir Wan Seung itu
harus istirahat jadi tak perlu mencampuri masalah putra Komite Kepolisian
“Kau
Bilang, Putra Komite Kepolisian... Bagiku, dia hanya tersangka kasus
pembakaran.” Kata Wan Seung dengan nada tinggi
“Usianya
baru sembilan tahun.” Ucap Polwan merasa tak ada gunanya
“Jadi, Apa
kita harus mengabaikan tindak pidana yang dilakukan anak-anak? Bantu aku agar dia
bisa mendapatkan konseling.” Kata
“Entahlah...
Pokoknya jangan sampai ketahuan Pak Kapolsek atau Pak Manajer. Masyarakat
bahkan mengeluh ke Ketua Shin” kata Polwan. Wan Seung meminta agar membantunya.
Saat itu
terdengar suara Tuan Jo yang mengeluh karena Wan Seung datang dan membuat
masalah padahal seharusnya sedang cuti. Seol Ok dan Wan Seung langsung bergegas
sembunyi. Sung Woo mengatakan akan
menyuruhnya ke divisi Kontrol Lalu Lintas jika melihat Wan Seung.
“Tidak
perlu... Kau Pastikan saja Kepala Shin tidak melihatnya.” Ucap Tuan Jo merasa
sangat tersiksa sekarang
“Coba kau
Lihat foto ini... Pokoknya dia dan wanita itu akan membuat masalah jika mereka
bersama. Jadi Cari tahu keberadaan wanita itu sekarang.” Perintah Tuan Jo. Sung
Woo menganguk mengerti.
Seol Ok
dan Wan Seung pun langsung bergegas keluar setelah keduanya pergi. Wan Seung
mengumpat akan membalas keduanya nanti dan berpikir tidak tahu kapan Won Jae akan membuat
kebakaran lagi jadi Tidak ada yang bisa mereka lakukan.
“Kita
harus mengawasinya Supaya dia tidak membakar lagi.”ucap Seol Ok
“Ayo
tunggu dia di sekolah pada pukul 14.00 karena sekolahnya selesai pukul 14.30. Dia
terlalu berbahaya untuk ukuran anak-anak”kata Wan Seung
Di
sekolah terlihat kegaduhan, semua anak berteriak ketakutan sambl berlarian,
sementara Won Jae dengan santai berjalan masuk ke dalam kelas dan membawa
tasnya. Seol Ok dan Wan Seung datang ke sekolah binggung karena gerbang sekolah
di tutup
“Pak,
kenapa gerbangnya ditutup?” tanya Seol Ok binggung
“Alarm kebakarannya
tiba-tiba berbunyi. Sekolah selesai lebih awal.” Kata petugas. Keduanya kaget
mendengarnya.
Keduanya
pergi ke apotik, Ibu Won Jae dengan nada
tingi menegaskana kalau anaknya bukan pelaku pembakaran itu. Seol Ok pikir
kalau Ini juga tidak baik untuk Won Jae. Ibu Won Jae menyuruh mereka keluar
saja karena akan mengurus anaknya sendiri.
“Apa Won
Jae di rumah?” tanya Seol Ok. Ibu Won Jae yakin kalau anaknya ada di sekolah.
“Sekolah
sudah selesai dua jam lalu dan Pelajarannya selesai lebih awal hari ini.” Kata
Seol Ok
“Dia
bahkan tidak memberitahuku.” Ucap Ibu
Won Jae panik dan bergegas mengeluarkan ponselnya.
“Jika dia
belum pulang... “ kata Seol Ok. Wan Seung yakin kalau Won Jae berencana membuat
kebakaran lagi.
Wan Seong
memikirkan Apa yang ingin dia bakar hari
ini, Seol Ok yakin akan memakai metode Na Jin Tae lagi dan akan meniru sesuai
urutannya, mulai Gerai keempat Genoise yang pertama dibakar lalu Berikutnya
rumah Wan Seung kemudian toilet tempat Na Jin Tae ditangkap.
“Bukan.
Tidak sama... Kapur mentah butuh waktu sehari untuk diantarkan. Jadi, rumahku
dahulu, kemudian gerai keempat Genoise.” Kata Wan Seung
“ Ini Urutannya
berbeda dari Na Jin Tae.” Ucap Seol Ok. Wan Seng tak percaya kalau Won Jae
melakukannya secara acak
“Dia
peniru yang luar biasa. bahkan meniru hal yang tampak sepele.
kata Seol Ok lalu melihat di web "Dangerous Whisper" lalu yakin kalau itu pasti truk
kata Seol Ok lalu melihat di web "Dangerous Whisper" lalu yakin kalau itu pasti truk
Won Jae
sudah ada didepan sebuah truk, senyuman sangat lebar menatap pedang buah yang
ada di truk. Si Paman binggung melihat Won Jae yang menatapnya sambil
tersenyum. Won Jae pun naik ke ke lantai 15 dengan mengunakan lift.
Seol Ok
yakin kalau Won Jae mengikuti jumlah tayangnya. Wan Seung tak habis pikir
dengan kelakuan Won Jae yang masih anak-anak lalu memikirkan Tempat yang bisa
didatangi anak sembilan tahun dengan jalan kaki dan mencari sebuah Truk.
“Ayo ke
Divisi Kontrol Lalu Lintas. Kita akan menemukan sesuatu di video CCTV.” Ucap
Wan Seung. Seol Ok menahan Wan Seung untuk pergi.
“Kurasa
aku tahu Won Jae di mana.” Kata Seol Ok melihat Ibu Won Jae keluar rumah sambil
menelp dan masuk ke dalam mobil.
Mereka
mengikuti mobil ibu Won Jae yang menunju sebuah tempat. Ibu Won Jae heran anaknya yang harus pergi ke
tempat yang lusuh, lalu menelp seseorang ingin tahu anaknya pergi ke blok
berapa, dan ia menemukan informasi ke Blok 103.
“Siapa
yang tinggal di Blok 103?... Ahh... Ibunya Ye Na! Lalu Kenapa pula dia ke sana?”
kata Ibu Won Jae heran
Ye Na
bergegas memanggil ibunya karena truk buah itu pergi, karena ingin buah yang
sukainya. Ibunya mengeluh kalau harga strawberry itu mahal. Akhirnya keduanya
pergi ke Truk penjual buah, si paman tahu kalau Ye Na sangat suka dengan Buah
strawberry.
Setelah
Ye Na membeli buah, truk pun pergi. Wan Jae melihat dari atas kesal karena
seharusnya belum boleh pergi. Ibu Ye Na melihat anaknya makan buah tanpa
dicuci, Ye Na mengoda ibunya kalau akan tetap makan dan menjauh.
Ibu Won
Jae menelp seperti menanyakan anaknya. Ibu Ye Na pikir kalau Won Jae Mungkin
akan datang dan bermain di rumahnya jadi nanti kalau memang datang maka akan
menjaganya. Ibu Won Jae datang bersama dengan Seol Ok dan Wan Seung.
Won Jae
sudah melempar Bom Api, lalu Seol Ok berteriak menyuruhnya minggir. Tapi Ibu Ye
Na yang terkejut hanya diam dan tubuhnya tersambar api dan terbakar. Ye Na
melihat ibunya ingin mendekat sambil menangis. Seol Ok langsung menutup mata Ye
Na menjauhkan dari ibunya. Wan Seung pun berusaha memadam api dengan jaketnya,
Ibu Won Jae pun shock melihatnya.
Won Jae
dari atap gedung terlihat kecewa lalu turun dengan lift, menyakinkan diri kalau
Semua akan baik-baik saja dan akan bilang bahwa ingin main ke rumah Ye Na. Saat
keluar lift, tangan Wan Seung sudah menahanya.
“Lepaskan
aku... Aku datang untuk bermain dengan Ye Na.” Ucap Won Jae mengelak, tapi Wan
Seung tak peduli menarik Won Jae keluar.
Ibu Won
Jae melihat anaknya keluar memastikan lebih dulu kedaaan Won Jae dan melihat
kalau jarinya terbakar. Wan Seung mengatakan harus menginvestigasinya
karena melempar bom api dari atap. Ibu
Won Jae meminta bukti kalau Won Jae yang melakukannya.
“Menurut
Anda kenapa jarinya terbakar?” ucap Wan Seung. Ibu Won Jae seperti tak peduli
mengajak Won Jae pergi.
“Apa Anda
tidak melihat Korbannya ? Apa anda tidak merasa bersalah?” kata Wan Seung
marah menunjuk ke arah Ye Na masih sangat shock.
“Dia
masih kecil.” Ucap Ibu Won Jae merasa anaknya tak bersalah.
“Apa Kau
tidak melihat dia terguncang? Bagaimana dengan anak itu? Dan kau bisa-bisanya
Anda hanya memikirkan anak sendiri Anak itu melihat ibunya terbakar di depan
matanya.” Kata Wan Seung marah. Ye Na terlihat masih menangis dan dipeluk oleh
Seol Ok
“Bicaralah
dengan suamiku.” Kata Ibu Won Jae lalu bergegas pergi saat suaminya datang. Wan
Seung langsung berdiri didepan mobil menyuruh Ayah Won Jae keluar. Ayah Won Jae
terus menyalakan klakson pun akhirnya keluar.
“Won Jae
tertangkap tangan.. Aku akan membawanya ke kantor polisi.” Ucap Wan Seung
“Apa
wewenangmu menginvestigasinya? Won Jae berusia di bawah 10 tahun. Apa Kau tidak
tahu dia dibebaskan dari tanggung jawab pidana? Dia harus ikut secara sukarela.
Sebagai walinya, aku tidak akan mengizinkan itu. Penangkapan tanpa surat perintah
mustahil di mata hukum.” Tegas Ayah Won Jae. Saat itu Sung Woo dkk datang
“Apa yang
akan kau lakukan? Anakku sepertinya terguncang. Aku akan memastikan dia
diinvestigasi besok.” Kata Ayah Won Jae
“Kami
perlu bicara dengannya setidaknya satu menit.” Ungkap Sung Woo
“Kalau
begitu, coba seret dia. Aku mau melihat kalian mencobanya.” Kata Ayah Won Jae
“Biarkan
mereka pergi.” Kata Sung Woo akhirnya memberian jalan. Sung Woo terlihat sangat
marah karena membiarkan pergi begitu saja
“Apa Kau tidak
tahu besok sudah terlambat? Dia akan mengarahkan Won Jae untuk besok.” Kata Won
Jae marah
“Apa Kau
punya cara lain?” ucap Sung Woo. Sementara Seol Ok yang menenangkan Ye Na
menahan amarah karena ayah Won Jae pergi begitu saja.
Ibu Ye Na
dengan luka bakar langsung dibawa ke IGD dengan meraung kesakitan. Sementara
Wan Seung membawa Ye Na ke kantor polisi bertemu dengan Tim Dokter.
Dokter ingin tahu Apa Ye Na punya kerabat atau wali yang lain. Wan Seung pikir
tidak ada.
“Kami akan
menjaganya untuk sementara. Tapi jika perawatannya berkepanjangan,maka anak itu
harus pindah ke panti asuhan. Dan Hanya ada tempat tinggal sementara di sini.”
Ucap Dokter.
Wan Seung
terlihat sangat sedih. Ye Na duduk di luar dengan Seol Ok masih menangis
memanggil ibunya. Seol Ok memberikan
sebotol minuman, Ye Na meminta agar bisa melihat ibunya. Seol Ok pun hanya bisa
terdiam.
Akhirnya
Seol Ok melihat sepatu Ye Na yang kotor karena menginjak buah strawberry lalu
membersihkanya dan dan menangis mengingat kejadian sebelumnya.
Keduanya
bertemu dengan dokter di depan ruang operasi. Dokter memberitahu kalauu pasien
selamat, tapi luka bakar pada wajah dan tubuhnya sudah lebih dari tingkat tiga.
Wan Seung ingin tahu Berapa lama perawatannya.
“Dengan Menimbang
operasi rekonstruksi wajahnya, bisa sampai seumur hidup. “ kata Dokter
“Ye Na
tidak punya siapa-siapa untuk menjaganya.” Ucap Wan Seung lalu Seol Ok melihat
tangan Wan Seung yang juga terluka. Tapi Wan Seung seperti tak sadar memilih
untuk mengangkat telp yang berdering.
Kakak
memberitahu kalau ayah mereka dibebaskan hari ini dan merasa Wan Seung harus
mengetahuinya. Wan Seung hanya terdiam. Kakaknya tahu kalau adiknya sangat
sibuk tap meminta agar bisa datang ke ceremony
inaugurasinya. Wan Seung tetap diam.
“Udara
pagi dan malam masih dingin... Jangan sampai kau terserang flu. Jangan lupa
makan karena sibuk. Pastikan kau makan tepat waktu.” Ucap Kakak Wan Seung
“Yah...
Benar, kakak cerewet... Baiklah, kakak akan berhenti... Jaga dirimu.” Ucap
Kakak Wan Seung dengan memegang payung.
Tuan Ha
akhirnya keluar, Kakak Wan Seung langsung menyambut ayahnya dan melihat kalau pasti
sangat lelah. Tuan Ha pikir kalau anaknya tidak perlu datang dan pasti sibuk
menyiapkan seremoni itu. Kakak Wan Seung
mengajak Tuan Ha ke rumah sakit dahulu.
“Tidak
usah.. Kita harus selesaikan seremoni itu dahulu.” Ucap Kakak Wan Seung.
“Aku akan
mengurusnya... Kondisi Ayah bisa memburuk jika terus begini.” Kata Kakak Wan
Seung khawatir
“Ayah
harus menunjukkan kepada mereka bahwa ayah masih sehat. Jika melihat ayah
lemah, maka mereka akan menyerbu ayah seperti hiena.” Ucap Tuan Ha lalu
bergegas pergi.
Seol Ok
memasangkan plester di tangan Wan Seung yang terluka. Wan Seung mengeluh kalau
rasanya sakit, Seol Ok meminta agar merawat luka ditanganya dengan baik dan
tepat waktu. Wan Seung pikir kalau luanya itu
tidak seberapa dibandingkan luka ibunya Ye Na.
“Andai
aku lebih cepat sedetik...” ucap Seol Ok merasa sangat bersalah.
“Jangan
menyalahkan dirimu... Kita sudah berusaha. Dan Sia-sia mengetahui pelakunya... Kita
tidak bisa menghentikan ini.” Ucap Wan Seung
Ayah Won
Jae akhirnya bertanya pada anaknya apakah
yang melempar api dari atap tadi. Won Jae terdiam seperti ragu dan juga
ketakutan. Ibu Won Jae meminta anaknya kalau tidak boleh berbohong kepada
ayahnya dan harus memberitahu yang sebenarnya agar Ayahnya itu bisa melindungi
Won Jae. Akhirnya Won Jae mengaku dengan mengangukkan kepala.
“Apa Kau
pernah menyebabkan kebakaran sebelum ini?” tanya Ayah Won Jae. Won Jae mengaku
sudah Dua kali.
“Bagaimana
kau mendidiknya?” teriak Ayah Won Jae marah pada sang istri
“Apa?!!
Kita berdua bekerja. Kenapa kau hanya menyalahkan aku?” teriak Ibu Won Jae
membela diri
“Memangnya
aku salah? Kau hanya duduk seharian di apotek. Kenapa kau tidak tahu dia pergi
ke mana sepulang sekolah?” teriak Ayah Won Jae
“Kau juga
tidak melakukan apa-apa..” teriak Ibu Won Jae. Won Jae melihat keduanya adu
mulut hanya bisa menangis.
Seol Ok
merasa tak percaya kalau Won Jae itu
baru sembilan tahun dan mereka seperti tak bisa melakukan apapun pada
seorang anak kecil, seperti Memenjarakannya dan Menuntutnya,bahkan Won jae terlalu
muda untuk dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan.
“Jadi, Apa
kita membiarkannya seolah-olah tidak terjadi apapun? Seseorang terbakar.” Ucap
Wan Seung
“Mustahil
kita bisa menang.” Kata Seol Ok pasrah
“Kita
tidak bisa selalu memenangkan pertarungan. Jika bertarung, terkadang kita bisa
menang. Jika seorang detektif menyerah, maka seluruh dunia menyerah. Kita
adalah harapan terakhir bagi orang-orang yang kesusahan.” Kata Wan Seung Yakin
Seol Ok
teringat dengan ucapan Wan Seung tentang Orang-orang yang kesusahan. Ayah dan
Ibu Seol Ok harus meninggal didalam
taksi, lalu ia menjerit histeris karena tak bisa mendekati keduanya.
“Tidak
biasanya kau begini... Kita belum tahu akhirnya.” Ucap Wan Seung dan
mengulurkan tanganya untuk mengajak pergi. Seol Ok menatap Wan Seung seperti
tak percaya lalu keduanya pun pergi.
Ayah Won
Jae memberitahukan anaknya kalau Yang dilakukan adalah eksperimen sains dan ada
di buku teks yaitu Eksperimen terjun bebas. Ibu Won Jae memberitahu kalau Saat
polisi menanyaikan nanti maka Won Jae harus mengatakan hal itu.
“Itu
tidak ada di buku teks.” Balas Won Jae. Ayahnya meminta Won Jae mengikuti saja
yang dikatakan ayah dan ibunya.
“Selain
itu, kau tidak pernah membakar apa pun.” Ucap Ayah Won Jae
“Tapi
kenapa kita harus berbohong?” tanya Won Jae polos
“Jika
tidak, maka polisi bisa datang menangkapmu.” Jawab Ibu Won Jae.
“Terlepas
dari perbuatanku, maka aku tidak bisa dipenjarakan sebelum berusia 10 tahun. Ayah
pengacara. Kenapa tidak mengetahuinya?” kata Won Jae yang membuat keduanya
terdiam.
Ibu Won
Jae pikir anaknya tinggal dengan bibinya di Kanada untuk sementara. Ayah Won
Jae pikir kalau anaknya memang tidak akan dihukum, tapi akan diinterogasi. Ia
yakin kalau Won Jae tidak bertanggung jawab secara pidana, tapi orang tuanya
punya tanggung jawab perdata.
“Kita bisa
memberi mereka kompensasi.” Kata Ibu Won Jae yakin
“Kita
tidak tahu kapan pasien luka bakar serius akan sembuh. Jika mereka membuktikan bahwa
dia sengaja melakukannya, maka kita harus membayar kompensasi dalam jumlah yang
sangat besar. Kita harus menjadikan ini kesalahan.”.” Ucap Ayah Won Jae licik.
Seol Ok
masih tak percaya kalau keluarg Won Jae bahkan tidak meminta maaf dengan
berpikir Seolah-olah tidak ada yang terjadi. Ia yakin Jika Won Jae lebih tua
satu atau dua tahun, mungkin orang tuanya tidak bisa melakukan itu.
“Aku
yakin mereka ingin membuat kesepakatan.. Mereka takut anaknya dipenjara.” Kata
Wan Seung sibuk memotong kimchi
“Anak itu
tidak bisa disalahkan karena dia masih kecil. Orang tuanya tidak disalahkan
karena mereka tidak melakukannya. Lantas, apa kita menyalahkan korban?” kata
Seol Ok terus makan sup.
“Apa kau
mengunyah makananmu? Makanlah perlahan-lahan. Kau bisa sakit.” Kata Wan Seung
melihat cara makan Seol Ok
“Aku
harus makan supaya kuat melawan mereka dan menang.” Kata Seol Ok
“Aku
senang melihatmu begitu bersemangat. Tapi kenapa aku sendiri yang memotong kimchi?
Dan Kau hanya duduk dan memakannya. Aku juga masih terluka.” Keluh Wan Seung.
Seol Ok mengejek Wan Seung itu perhitungan lalu mengambil guntig.
“Barusan
kau terlihat agak keren, tapi kau hanya perhitungan.” Puji Seol Ok. Wan Seung
tak percaya kalau terlihat keren hanya dengan memotong kimchi, lalu meminta
kembali guntingnya.
Seol Ok
membaca buku tentang hukum dengan membaca teks "Anak di bawah usia 10
tahun Tidak akan diadili di depan pengadilan Pasal 9 Kode Hukum Pidana. Barang
siapa yang berusia di bawah 14 tahun tidak akan dihukum.”
“
Peraturan Pengadilan Remaja, Pasal 42 Seorang anak di bawah usia 10 tahun tidak
akan diadili di hadapan pengadilan." Kita tidak bisa menerapkan
hukum-hukum ini.” Ucap Seol Ok sedih
“Kita
bisa mengajukan gugatan perdata. Orang tuanya wajib memberikan ganti rugi.”
Kata Wan Seung sambil makan cemilan
“Kasus
perdata butuh waktu lama. Bagaimana kalau menghukum dia sesuai peraturan
sekolahnya? Won Jae seorang murid.” Kata Seol Ok penuh semangat
“Coba
pikirkan. Kepala sekolahnya harus setuju mengumpulkan komite disiplin murid. Bukankah
dia akan menyadarinya? Ibunya Won Jae adalah anggota dewan Asosiasi Orang Tua
Murid dan Guru.” Kata Wan Seung
“Lalu..
Apa Kau akan menyerah” Jika kita menyerah, artinya seluruh dunia menyerah” ucap
Seol Ok dengan senyuman. Wan Seung mengaku kalau itu Tidak akan.
Keduanya
pergi ke depan kantor polisi. Seol Ok menegaskan mereka tidak boleh mengalah.
Wan Seung pikir Jika adan mencoba menghentikan investigasi ini, maka tidak
peduli ketua atau ketua timnya maka akan
melaporkan mereka kepada para inspektur. Seol Ok menyuruh Wan Seung agar mengigitnya saja
seperti anjing
“Jangan
khawatir. Pergilah ke sekolah Won Jae. Jika hukum tidak bisa membantu, maka sekolah wajib melakukannya.” Ucap Wan
Seung menyakinkan.
“Detektif
Ha.... Semangat... Kau Sering-sering oleskan salep... Kalau tidak, akan ada
bekas luka.” Ucap Seol Ok lalu pergi meninggalkan kantor, tapi saat itu Hee
Yeon datang dengan mobilnya.
Keduanya
naik mobil bersama. Hee Yeon tak percaya kalau u sungguh melihat pelaku
pembakaran itu, lalu merasa menyesal karena Selama ini tutup mulut karena
mungkin saja bukan Won Jae pelakunya jadi seharusnya bisa melaporkan.
“Jika
kulaporkan, ini tidak akan...” kata Hee Yeon benar-benar merasa bersalah.
“Meski kau
melapor, tidak ada cara untuk menghentikannya.” Kata Seol Ok
“Apa ada
yang bisa kulakukan? Aku akan melakukan apa saja.” Kata Hee Yeon.
Tuan Jo
baru keluar dari ruangan. Wan Seung melihat dan memanggilnya, Tuan Jo panik buru-buru
masuk ke dalam ruangan karena ponselnya tertinggal, Tapi Wan Seung lebih dulu
mencengkram baju Tuan Jo sebelum masuk ruangan bahkan hampir menjepitnya
didepan pintu.
“Tolong
terima kasus ini... Cuma kau yang bisa kupercaya. Aku salah sudah membiarkan
Pak Gye menanganinya. Seandainya kuberikan kepadamu, maka insiden mengerikan
itu tidak akan terjadi” ucap Tuan Jo
“Aku
senang Anda menyadarinya” ungkap Wan Seung
“Tuan Gye
ingin mendapatkan prestasi yang lebih baik, jadi, dia tidak serius menginvestigasinya.
“ bisik Tuan Jo
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar