Seol Ok
pergi ke kaki lima, Si bibi mengatakan kalau membuat roti panggang di pagi
hari. Seol Ok pun memesan untuk sarapan.
Lalu Ia
melihat menu makanan pilihan berjejer didepanya “Perut babi dan ham, perut babi
dan potongan, gratis soda” Ia teringat kembali saat Mi Joo yang sibuk dengan
bukunya bahkan langsung memesan menu nomor dua tanpa menatap si bibi penjual.
“Apa kau
membunuh pria tua itu? Tapi Kenapa kau melakukannya? Apa kau mencoba untuk
menyembunyikannya?” tanya Seol Ok merasa kalau ada yang aneh.
“Yoon Mi
Joo...mungkin bukan pelakunya.” Kata Seol Ok yakin
Sung Ha
bertemu dengan polisi yang bertemu Seo Hyun Soo. Polwan membenarkan kalau Hyun
Soo datang mencari Detektif Ha dan selalu
ingat karena menerima kartu namanya. Sung Ha memastikan kalau yang dimaksud
adalah Letnan Ha Wan Seung.
“Ya, dia
sekarang bekerja di Kantor Polisi
Joongjin.” Ucap Polwan
“Apa dia
benar-benar Seo Hyun Soo?” tanya Sung Ha sedikit curiga. Si polwan deran Sung
Ha menanyakan hal itu.
“Karena
Nona Seo meninggal 17 tahun yang lalu.” Kata Sung Ha. Si polwan kaget
mendengarnya.
Sung Ha
bertanya apakah Polwan kenal suaranya, Si Polwan menganguk lalu Sung Ha sengaja
memutar rekaman suara dari Pulpen yang ditemukan didalam mobil kalau Hyun Soo
menelp Tuan Kim.
“Pak
Kim.. Kudengar kau mencariku.” Ucap Hyun Soo. Tuan Kim bertanya siapa yang
menelpnya.
“Ini aku,
Hyun Soo... Seo Hyun Soo.” Ucap Hyun Soo
Sung Ha
bertanya apakah itu suara wanita saat menemuinya. Polwan mengaku bukan karena terdengar sangat berbeda, bahkan
tidak terdengar serupa. Sung Ha pun menyimpulkan kalau Artinya Seo Hyun Soo
bukan hanya satu orang.
[Kantor
Polisi Joongjin]
Sung Woo
masuk ruangan melihat Wan Seung tertidur dan berusaha dibangukan oleh Na Ra.
Wan Seung langsung terbangun dengan terjatuh dari kursi. Sung Woo mengejek
kalau yang dilihatnya sangat Luar biasa. Wan Seung melihat Na Ra mengeluh
karena di bangunkan.
“Kau
ingin aku membangunkanmu saat Ketua Gye datang untuk bekerja.” Kata Na Ra.
“Bukan,
itu bukan Ketua Gye, Tapi Aku sedang berbicara tentang Pak Hwang.” Ucap Wan
Seung. Na Ra seperti salah sangka.
“Apa kau
pernah belajar sepanjang malam untuk
dipromosikan? Hei.. Tetaplah bersama, dan mulai bekerja.” Ucap Sung Woo memperingati
“Aku
tidak perlu melakukan itu untuk
menangkap penjahat.” Kau tetap bersama, tapi
kau tidak pernah menangkapnya Tapi dia bagus untuk dipromosikan” Komentar Wan
Seung tentang Sung Woo pada Na Ra
“Wan
Seung... Kenapa kau tidak pindah ke tim lain?” keluh Sung Woo
“Aku
tidak ingin berkemas... Jika kau ingin ditransfer, maka kau bisa. Tapi Beraninya
kau membuatku pergi?” ucap Wan Seung lalu pamit pergi karena harus ke toilet.
“Wah...
Apa dia pikir dia atasanku? Coba Lihatlah...” keluh Sung Woo, Na Ra melihat Wan
Seung pergi lalu mengikutinya.
Wan Seung
berjalan dilorong dan berhenti saat melihat Sung Woo berjalan dengan kepala
Shin, lalu segera bersembunyi. Na Ra mendekat bertanya apakah Wan Seung akan
pergi ke tim forensik. Wan Seung membenarkan.
“Kudengar
itu tempat paling berbahaya di sini.” Ucap Na Ra. Wan Seung binggung kenapa di
anggap Berbahaya.
“Pak Gong
bilang kepalamu akan runtuh di sana.” Ucap Na Ra. Wan Seung pun heran Na Ra
yang malah mengikutinya.
“Karena
itu seru... Aku suka pergi ke rumah berhantu dan sebagainya. Ketua Gye pasti bosan berurusan denganmu.” Komentar Na
Ra lalu sibuk dengan ponselnya.
“Aku akan
selfie setelah menemui Pak Hwang.” Kata
Na Ra. Wan Seung melihat Na Ra mendapatkan ponsel baru
Na Ra
memberitahu kalau ponsel miliknya keluaran baru, dan mencoba memperlihatkan
aplikasi yang bagus. Wan Seung ingin tahu dariman Na Ra mendapataknya. Na Ra
menjawab dari ayahnya dan mengirimkan pesan karakter buatan sendiri.
Sung Ha
bertemu dengan Ketua Shin diruangan, terlihat sangat serius. Sung Ha mengatakan
kalau mereka tidak punya banyak waktu.
Tuan Shin mengaku kalau terus memperhatikan Letnan Ha.
“Apa kau
harus melakukan ini tiba-tiba?” tanya Ketua Shin. Sung Ha pun hanya diam sambil
meminum tehnya, ketua Shin pun mengajak agar bisa melakukanya.
Wan Seung
bertanya apakah Na Ra belum pernah kesana dan berdiri didepan papan peringatan
“Terbatas” lalu akhirnya Tuan Hwang membuka jendela pada pintunya dan bertanya
ada apa datang ke tempatnya. WanS Seung
mengatakan ingin tahu hasil otopsi kasus Noryang-dong. Tuan Hwang pun menyuruh
Wan Seung masuk.
“Tunggu...
Apa yang membawamu kemari?” tanya Tuan Hwang melihat Na Ra akan masuk dan
segera menutup pingtunya.
“Dia
menyukai rumah berhantu.” Kata Wan Seung. Tuan Hwang memastikan kalau yang
dilihatnya adalah Polisi Shin Na Ra. Nae Ra senang karena ada yang mengenalnya.
“Orang yang pergi ke klub setiap malam, toko
online sepanjang waktu, dan mengambil selfi di TKP. Jadi kau adalah pencari
perhatian. Semua orang bertanya-tanya bagaimana
kau lulus ujian polisi. Kau beruntung memiliki hidup yang mudah. Jadi bersikap
baiklah pada ayahmu dan Pergilah bermain di taman hiburan. Jangan buang waktuku
yang berharga. Uang pajak orang kotor sebagai gantinya.” Ucap Tuan Hwang sinis
Na Ra
heran Tuan Hwang yang dianggap sebagai Pencari perhatian. Di dalam ruangan, Tuan Hwang menawarkan Teh,
Wan Seung pun menganguk untuk menerimanya. Tuan Hwang pikir Wan Seung bisa
minum di luar lalu kembali. Wan Seung
binggung maksudnya.
“Apa kau
mengharapkanku untuk melayanimu? Aku tidak sebebas itu.” Ucap Tuan Hwang
membuka pintu dan Na Ra terlihat senang berharap agar diajak.
“Mari
kita lihat hasil otopsi.” Ucap Wan Seung. Tuan Hwang pun mendorong Na Ra dan
kembali menutup ponselnya.
“Apa kau
mengatakan kasus pembunuhan Noryang-dong?” kata Tuan Hwang. Wan Seung
membenarkan.
Tuan
Hwang sibuk melempar semua kertas diatas meja yang membuat Wan Seung melonggo,
lalu menemukan berkasnya dan memberikan pada Wan Seung. Wan Seung binggung melihat tulisan Tuan Hwang
hanya seperti garis lurus pada Laporan Otopsi dan ingin tahu apa yang ditulis.
“Dia
terjatuh dengan pisau yang menempel di
tubuhnya, Jadi dia berdarah dengan lembut. Dia ditikam sekali saja., Arteri
abdomennya ditikam. Sepertinya dia meninggal
karena pendarahan internal.” Ucap Tuan Hwang.
“Apa
bekas luka ini?” tanya Wan Seung melihat hasil foto TKP.
“Ini dari
operasi dan melihat Lokasi mengatakan bahwa itu
adalah aneurisma perut.” Jelas Tuan Hwang
“Kenapa
pelakunya hanya menikamnya sekali?” tanya Wan Seung
“Aku
tidak tahu. Aku bukan seorang profiler. Aku
tidak peduli dengan pikiran pelakunya.” Kata Tuan Hwang berjalan pergi
“Apa
pelakunya tidak berniat membunuhnya?” kata Wan Seung lalu melihat ponselnya
kalau Tuan Kang menelp.
Tuan Kang
membuatkan kopi untuk Wan Seung yang datang ke kantornya. Wan Seung
mengeluh Tuan Kang yang selalu memberiku
kopi instan dan mengeluh kalau tidak punya Americano. Tuan Kang balas mengumpat
mendengarnya.
“Kau
harus membayar kopi... Jangan mencoba untuk mendapatkan informasi gratis dariku dan Bayar untuk itu. Real
estate tidak berjalan dengan baik
akhir-akhir ini.” Ucap Tuan Kang
“Aku
tidak ingin membuatmu merasa tidak
nyaman.” Kata Wan Seung
“Aku
tidak seperti itu. Bahkan jika kau membawakanku
semua yang kau miliki, maka Aku tidak akan merasa tidak nyaman.” Kata
Tuan Kang
“Jadi
kenapa kau meneleponku? Apa kau memanggilku
untuk melunasi tagihan kopiku?” keluh Wan Seung
“Apa kau
kenal Woo Sung Ha?” tanya Tuan Kang. Wan Seung bertanya apakah maksudnya Inspektur Woo?
“Ya. Dia
ada di cara "Dicari
Tersangka"... Inspektur Woo dari kantor pusat. Tapi Kenapa dia mencarimu?”
kata Tuan Kang Wan Seung terlihat binggung.
“Ya, dia
datang menemuiku lalu Dia bertanya tentangmu.” Kata Tuan Kang. Wan Seung pikir
kalau ini aneh.
Flash Back
Tuan Kang
bertanya siapa yang dicari, Wan Seung pikir
Ini adalah seseorang yang kau kenal baik yaitu Detektif Ha Wan Seung
dengan wajah serius.
Wan Seung
pun bertanya-tanya kenapa profiler itu mencarinya, lalu teringat kembali saat
melihatnya di kantor bertemu dengan Tuan Shin.
Ia berpikir saat itu Sung Ha datang untuknya tapi kenapa malah bertemu
dengan Ketua Shin.
“Apa
Inspektur Woo pergi menemui kepala
polisi?” tanya Tuan kang
“Kepala
memerintahkannya untuk mengawasiku. Aku tidak percaya bahkan dia membawa profiler.” Ungkap Wan Seung. Tuan
Kang pikir itu bagus.
“Tidak.
Musuh ada dimana-mana.” Kata Wan Seung geram
“Musuh atau
bukan, jangan terlalu goyah. Dan Usahakan bersikap ramah dengan Inspektur
Woo... Dia mungkin berada di pihak yang baik. Dan Juga, kau bisa
mendapatkan informasi tentang Kepala
Shin. Oke?” saran Tuan Kang
“Aku akan
berusaha bersikap baik dengan Kepala Shin.” Kata Wan Seung lalu beranggapan
kopi yang diberikan Tuan Kang mengerikan.
“Kau
harus mendapatkan pembuat kopi.” Ejek Wan Seung. Tuan Kang tak terima dengan
ejekan Wan Seung.
Seol Ok
sudah datang ke kantor polisi. Wan Seung melihatnya berkomentar kalau seharusny
berada di perkuliahan jam segini tapi malah ada dikantor polisi. Seol Ok
menegaskan akan menangkap pelakunya
terlebih dahulu.
“Aku tahu
kau tidak bisa tinggal lama di sana. Dan
Bagaimanapun, aku tidak memintamu untuk
berada di sini. Jangan salahkan aku jika
kau gagal dalam ujian.” Tegas Wan Seung
“Aku akan
belajar setelah menangkap pelakunya.”
Ucap Seol Ok lalu masuk ke kantor
Keduanya
melihat Detektif Yuk dan Han Min sedang saling berebut CD, Saat itu Sung Woo melihat Seol Ok mengeluh
Ahjumma yang datang lagi dan ingin tahu apa yang dinginkan sekarang.
“Ketua
Tiam Gye, Dia punya nama... Jangan panggil dia seperti itu.” Ucap Wan Seung
menegur Wan Seung
“Tapi kau
memanggilku itu juga.” Bisik Seol Ok pada Wan Seung
“Tapi itu
tidak sama saat aku memanggilmu Ahjumma.
Kau bilang saat aku memanggilmu Ahjumma terdengar seperti namamu.” Balas Wan
Seung. Sung Woo hanya bisa melihat keduanya yang berbisik didepanya.
“Aku tahu
kau sudah dekat.. Tapi mari kita tidak mencampuri urusan dengan senang hati.” Sindir Sung Woo
Wan Seung
menyuruh Seol Ok sebagai saksi agar duduk, lalu mengataka kalau sedang mendapatkan sebuah pernyataan dari seorang saksi karena mengenal
Noryang-dong dengan cukup baik. Seol Ok melihat meja Wan Seung mengeluh kalau
seharusnya membersihkan meja karena sangat berantakan.
“Saksi.
Kau terlalu banyak bicara... Bersihkan sendiri jika hal itu mengganggumu.”
Keluh Wan Seung
“Hei... Bagaimana
kasus Lee Wang Sik?” tanya Tuan Joo melewati lorong. Sung Woo mengatakan akan
melapor padamu.
“Kenapa
kau malah duduk disini? Ayo pergi ke ruang pertemuan.” Kata Tuan Joo lalu
tersadar kalau ada sosok yang menganggunya.
“Coba
Lihat siapa di sini... Apa yang membawamu kemari? Kau menyerahkan tugasmu sebagai petugas kehormatan dan kabur.” Ucap
Tuan Jo mengingat saat terakhir kali di kerubungi oleh anak-anak yang
memintanya coklat.
“Apa aku
melakukannya?” ucap Seol Ok berpura-pura lupa dengan kejadian sebelumnya.
Akhirnya
Seol Ok mengikuti Tuan Kang meminta izin agar bisa diberikan kesempatan sekali
lagi. Tuan Jo langsung menolak. Seol Ok
merasa kalau akan sangat membantu karena
seperti tinggal di Noryang-dong
akhir-akhir ini.
“Ada banyak
petugas polisi di sini yang dulunya tinggal di Noryang-dong.” Ucap Tuan Jo
“Manager
Jo.. Kasus ini aneh.” Kata Seol Ok menahan Tuan Jo dengan memegang lenganya.
Tuan Jo ingin tahu Bagaimana anehnya
“Kenapa
kau mencoba bergabung dalam rapat? Bukankah kau bilang kasus terakhir itu aneh juga? Jadi Jangan
ganggu aku. Pergi saja.” Kata Tuan Jo akhirnya bergegas pergi.
Wan Seung
melihat Reporter Park datang dan langsung menyapanya, lalu memberikan kode pada
Seol Ok agar bicara. Seol Ok bertriak kalau
menangkap pelaku yang mencoba untuk menyalahkan Na Jin Tae.
“Manajer
Jo. Punya pertemuan yang bagus... Aku merasa tidak enak tentang pulang ke
rumah. Aku hanya akan duduk dan
berbicara dengan reporter ini.Aku sama sekali tidak akan mengganggumu..” Ucap
Seol Ok dan akan pergi dengan reporter untuk minum teh. Tuan Jo panik langsung berlutut didepan Seol
Ok sebelum pergi.
“Ayo pergi ke ruang rapat.” Ucap Tuan Jo
memohon. Seol Ok pun bisa tersenyum mendengarnya.
Sung Woo
dan detektif Yuk melihat Seol Ok datang mengeluh karena datang lagi. Seol Ok
mengaku kalau datang untuk membantu dan memastikan kalau Tuan Jo yang
memperbolehkanya. Sung Woo kaget mendengarnya. Tuan Jo lalu menyuruh agar Seol
Ok masuk saja.
“MCJ atau
seseorang sedang pindah ke sini, jadi ada reporter yang berkerumun di luar. Mari
kita tetap tenang.” Bisik Tuan Jo pada Sung Woo
“Siapa
MCJ?”tanya Wan Seung tiba-tiba sudah berdiri dibelakang Tuan Jo. Sung Woo memilih untuk masuk dengan Tuan Jo
tanpa menanggapinya.
“Karena
itu inisial kurasa itu nepotisme. Bisa jadi kepala petugas keamanan. Kupikir
itu seseorang yang lebih tinggi.” Komentar Han Min yakin
“Bukankah
kau kenal MC Jay? Dia seorang rapper. Apa dia benar-benar datang ke sini? Aku
adalah penggemar berat nya.” Ungkap Na Ra dengan penuh semangat masuk ke dalam
ruang rapat.
Sung Woo
menjelaskan Setelah mencari dan
memeriksa CCTV, mereka menemukan bahwa tersangka Yoon Mi Joo sedang melewati gang Pada 3:17 pagi dimana Lee Wang Sik dibunuh.
Tuan Jo ingin tahu hasil otopsi. Sung Woo menjelaskan kalau Tuan Lee meninggal
karena banyak pendarahan internal dan hanya
ditikam sekali.
“Apa Dia
ditikam hanya sekali lalu dia
meninggal?”ucap Tuan Jo seperti tak percaya
“Sayangnya,
aortanya saat dia menjalani operasi ditikam.” Jelas Wan Seung
“Yoon Mi
Joo sudah hidup di tempat tinggal yang dimiliki Lee Wang Sik. Mereka bertengkar
karena uang sewa.” Ucap Han Min. Tuan Jo ingin tah apakah ada Tersangka lainnya
“Pada
saat pembunuhan itu, orang yang melewati gang itu... Menurut video yang kami
periksa, hanya ada Yoon Mi Joo.” Kata Sung Woo
Seol Ok
bertanya apa gambar yang ada dilayar, Wan Seung memberitahu itu gambar tempat CCTV.
Seol Ok mengangkat tanganya, Wan Seung menariknya meminta agar Hanya diam saja.
Sung Woo menghela nafas melihatnya dan akhirnya membiarkan Seol Ok bicara.
“Ada
banyak cara untuk tidak tertangkap CCTV... Tidak ada CCTV di gang ini... Bagaimana
jika kau melakukan pembunuhan dan masuk melalui pintu belakang? Tidak ada CCTV
di bagian belakang bangunan tempat
tinggal. Bahkan jika pelakunya keluar
dari pintu belakang, menusuk korban, dan masuk lagi ke pintu belakang, mereka
tidak akan tertangkap CCTV.” Ucap Seol Ok
“Maka
kita seharusnya tidak sampai membuat
kesimpulan dengan hanya melihat rekaman CCTV.” Ucap Na Ra. Seol Ok mengaku
kalau itu yang ingin dikatakan
“Mereka
berdua tidak berdaya... Aku tidak berpikir kau harus ada dipihaknya.” Bisik Han
Min pada Na Ra
“Pintu
belakang selalu terkunci. Manajer memiliki kunci pintu belakang.” Ucap Seol Ok
“Ini yang
paling pentingkami menemukan darah korban pada pakaiannya. “Kata Sung Woo.
Noda
darah pada pakaiannya berarti dia secara fisik menyentuhnya, dan itu tidak bisa
menjadi bukti pembunuhan.” Kata Seol Ok. Han Min mengangkat tangan untuk
bicara.
“Kami
juga menemukan darah korban di sepatunya.” Ucap Han Min. Tuan Jo senang
mendengarnya.
“Apa kau
mengatakan saat dia menikam korban, darah itu ternoda pada pakaiannya, dan dia
menginjak darah yang mengalir dari lukanya?” tanya Seol Ok. Han Min
membenarkan.
“Itu Aneh
juga... Bagian atas sepatunya bersih... Jelas Seol Ok. Wan Seung pun melihat Darah
memercik bukan mengalir seseorang menusuknya.
“Aku
mengerti... Dia tidak menusuknya, tapi
dia terkena darahnya. Jadi darahnya tidak terciprat pada sepatunya.” Kata Na Ra
“Apa
kebetulan dia menginjak darah saat lewat setelah korban meninggal?” kata Seol Ok
Na Ra
menganguk setuju, Sung Woo langsung memberikan tepuk tangan mengaku sangat
terkejut dengan nada menyindir, Tuan Jo melihat sikap Sung Woo heran seperti
mendukung pernyataan Seol Ok. Sung Woo
mengatakan kalau di bagian belakang sepatunya, menemukan sidik jari korban.
“Apa
Korban...meraih sepatu Yoon Mi Joo?” ucap Seol Ok bisa membayangkanya.
“Ini
adalah bukti bahwa dia masih hidup.” Teriak Tuan Jo yakin
“Lalu
99,9 persen kepastian bahwa dia pelakunya?” kata Na Ra. Tuan Jo menganguk
setuju.
“Tapi itu
tidak 100 persen.” Balas Wan Seung. Sung
Woo pun ingin tahu apakah ada yang ingin dikatakan Seol Ok sekarang. Seol Ok
hanya bisa diam saja sambil mengigit bibirnya.
“Amatir
sepertimu seharusnya tidak menempelkan
hidungnya dalam urusan profesional.” Ejek Sung Woo saat keluar dari ruang
rapat.
“Pekerjaan
bagus sekalipun. Kami sudah lebih yakin
dengan penyebabnya. 99,9 poin untuk pria dengan kebijaksanaan. Kami juga
99,9 persen yakin pelakunya.” Kata Tuan Jo dengan nada mengejek. Seol Ok pun
hanya bisa diam saja.
“Aku rasa
kau benar-benar tidak cocok dengan
Noryang-dong, melihat bagaimana dugaan kau salah.” Komentar Wan Seung
“Bagian
pakaiannya yang kau katakan, dimana noda darah korban?” tanya Seol Ok. Wan
Seung menjawab kalau hanya ada disisi lengan.
Seol Ok
memastikan kalau memang hanya disitu saja, Wan Seung menganguk. Seol Ok pikir
kalau tidak terlalu banyak, Wan Seung berpikir kalau Seol Ok sedang merasa
menyesal dengan dugannya. Seol Ok pikir perlu bicara dengan Yoon Mi Joo.
“Ketua
Gye tidak akan membiarkanmu pergi ke
ruang interogasi.” Ucap Wan Seung
“Dia
tidak bisa menghentikanku untuk
mengunjunginya.” Kata Seol Ok. Wan Seung ingin tahu apa yang ada dipikiran Seol
Ok
“Aku
tidak 100 persen yakin bahwa dia adalah pelakunya” kata Seol Ok yakin.
Seol Ok
bertemu dengan Mi Joo di ruangan kunjungan. Mi Jo menceritakan karena agak
terlambat hari itu jadi menggunakan jalan pintas untuk pergi lebih cepat dan itu terjadi. Seol
Ok ingin tahu kenapa ada darah di pakaiannya. Mi Joo pikir kalau ini karena
terkena darah mimisan karena sering mimisan.
“Bukankah
kau melihat sesuatu? Apa kau tidak mendengar jeritan?” tanya Wan Seung
“Aku
benar-benar tidak tahu... Aku harus mengambil tes hari itu, jadi tidak
bisa memikirkan hal lain selain itu. Aku
tidak mendapatkan nilai bagus pada tes
terakhir, jadi aku sangat khawatir.” Cerita Min Joo
“Kau
biasanya memakai earphone kemana-mana, 'kan? Dan kau menutup telinga lain
dengan tanganmu.” Ucap Seol Ok mengingat saat melihat kebiasaan Min Joo
“Itu
benar... Ini untuk mendengarkan bagian-bagian penting.” Kata Min Joo
Seol Ok
pikir kalau Min Joo bertemu seseorang, dan lengan kanan serta telinga yang
tertutup. Min Joo mengingat kejadian sebelumnya pernah di tabrak oleh seseorang
dan heran karena Seol Ok bisa mengetahui hal itu.
“Jika kau
telah menikam orang tua itu dengan
pisau, maka kau pasti sudah memiliki darah
di ujung pakaianmu. Jika itu mimisanmu, Kau pasti sudah memilikinya di sisi luar lenganmu Hanya ada satu
cara untuk mendapatkan darah di sisi
dalam lenganmu.” Ucap Seol Ok
“Lalu
orang yang menabrakku.. “ kata Min Joo. Seol Ok membenarkan.
“Kau
menyaksikan pelakunya. Darah pasti sudah ternoda pada pakaianmu saat itu. Apa kau kebetulan
ingat wajah itu? Apa kau ingat baju atau tinggi badannya?” tanya Wan Seung
penuh semangat
“Biasanya
aku tidak melihat orang saat aku
berjalan.” Kata Min Joo. Wan Seung heran karena Min Joo yang menabrak tapi
tidak ingat
“Aku
tidak ingin menyia-nyiakan waktuku untuk
berdebat. Jadi aku hanya lewat seperti
tidak terjadi apa-apa.” Kata Min Joo. Seol Ok hanya bisa diam saja
memikirkanya.
Seol Ok
pergi ke Rumah Kost Ino, Seol Ok ingin
tahu Orang macam apa korban, Pria tambun mengaku Tuan Lee terkenal baik
di Noryang bahkan datang ke kota ini
dengan tangan hampa dan membangun gedung tinggi, da Tuan Lee juga yang membangun
tempat tinggalnya sekarang.
“Kau
sedang menyelidiki kasus ini karena... Apa aku benar? Kau berpikir Mi Joo
mungkin bukan pelakunya... Itu yang kau pikirkan, 'kan?” ucap Si pria
bersemangat
“Hari
itu, apa kau melihat dia pergi keluar?” tanya Seol Ok. Si pria mengingat sata
keluar kamar melihat Min Joo keluar dari kamar lalu melihat ponselnya.
“Ya, mungkin
sudah lewat jam 3 pagi... Dia sangat terlambat.” Kata Si pria. Wan Seung heran
ingin tahu kenapa si pria bangun pada waktu itu
“Itu...karena
bunyi mesin mobil. Suara mobil yang dinyalakan,
jadi terdengar sangat nyaring.” Cerita si pria. Wan Seung binggung apa
maksudnya.
“Oh
Yah... Ada seorang pria yang selalu memarkir mobilnya di samping kediamannya. Dia bertengkar hebat dengan
Pak Ketua sebelumnya.” Cerita si pria tambun.
Flash Back
Tuan Lee
berteriak marah pada pengemui kalau di gang itu
sempit, jadi tidak bisa memarkir
mobilnya. Si pria mengancam kalau akan menelepon polisi. Tuan Lee terus
berteriak agar si pengemudi segera turun. Si pria tambun melihat dari tangga
hanya bisa mengelengkan kepala dengan sikap Tuan Lee
“Apa
kebetulan dia pelakunya?.. . Jadi aku benar... Dia adalah pelakunya. “ucap Si
Pria tambun yakin. Seol Ok dan Wan Seung saling berpendangan.
“Hampir
tidak ada orang yang mengendarai mobil mereka di kota ini. Dari lembaga, tempat
tinggal, dan ruang belajar ke restoran, tempatnya sangat dekat satu sama lain.
Ini lebih merepotkan untuk mengendarai
mobil.” Jelas Si pria tambun lalu menunjuk sebuah mobil yang terparkir.
Wan Seung
melihat ada petunjuk pemilikinya di Unit 1017 dan ingin tahu dimana Gedung M
Tower. Si pria memberitahu kalau Itu
bangunan terbesar tepat di depan persimpangan dan disitu tempat anak-anak keluarga kaya tinggal.
“Ini tak
ada bandingannya dengan tempat tinggal kita.” Ucap si pria iri
“Dia
tinggal di tempat yang bagus, jadi kenapa dia parkir di sini?” kata Wan Seung.
Seol Ok
sibuk menelp dengan nomor yang tertempel di mobil lalu terkejut melihatnya. Wan
Seung bertanya ada apa.
Pria
mesum sudah ada diruangan belajar terlihat senang karena teman wanitanya akan
datang, tapi saat akan pergi melihat Wan
Seung sudah ada dibelakangnya. Wan Seung merasa kalau itu Seperti yang
diharapkan. Seol Ok pun datang menghampiri si pria mesum.
“Dia
terlihat jauh lebih baik tanpa kacamata.” Komentar Seol Ok. Wan Seung mengeluh
mendengarnya.
“Kami
pernah bertemu sebelumnya, jadi sebaiknya kau menyapa.” Kata Wan Seung yang
menahan Si pria mesum agar tak kabur.
Ketiganya
akhirnya berada dalam mobil untuk mengambil video black box. Si pria mesum
mengaku berdebat dengann Tuan Lee untuk masalah parkir, tapi tidak membunuhnya,
menurutnya sama sekali tidak masuk akal. Seol Ok membahas Si pria tinggal di M
Tower, tapi malah parkir di gang sempit.
“Kudengar
banyak wanita di sini yang polos karena mereka hanya belajar. Jadi mudah untuk
menjemput mereka.” Akui Sipria mesum
“Apa yang
kau lakukan jam 3 pagi?” tanya Wan Seung
“Apa maksudmu?
Aku bernyanyi di karaoke Lalu aku pulang ke rumah.” Kata Si pria mesum
“Kau
tidak hanya pulang... Coba Lihat. Sepertinya dia melihat hantu Atau...kau
membunuh seseorang.” Kata Wan Seung melihat rekaman Black Box si pria berlari
ketakutan didepan mobil.
“Itu
benar-benar bukan aku.” Tegas si pria. Wan Seung tahu kalau si pria yang
mencuri kunci toilet.
“Bukan
aku yang mencurinya. Aku hanya memilikinya
di sini.. Tapi Aku tidak mencurinya.” Ungkap si pria lalu mengakui yang terjadi
sebenarnya.
Ketiganya
sudah ada didepan toilet, Si pria menceritakan benar-benar harus pergi ke
toilet saat karaoke hendak ditutup Tapi tidak bisa membedakan yang mana toilet
pria. Ia merasa karena keadaanya sangat
mendesak Jadi membawa semua kunci dan pergi ke toilet.
Flash Back
Si Pria
masuk ke dalam toilet yang remang-remang, lalu tiba-tiba dikagetkan dengan
seseorang yang membuka pintu dan berlari ketakutkan karena kalau melihat hantu
di kamar mandi.
“Apa itu
mengejutkan melihat seseorang masuk?” tanya Wan Seung. Si Pria terlihat
binggung menjelaskanya.
“Oh,
Aku...sedikit malu.” Ungkap si pria. Seol Ok tahu kalau yang dimasuki oleh Si pria adalah toilet wanita.
Si Pria
kaget kalau mengetahuinya, Wan Seung pikir kalau memang bukan toilet wanita
kenapa si pria harus kabur menurutnya itu sangat bodoh karena mencoba untuk merekam wanita di toilet. Si pria menyangkal
kalau tidak melakukannya.
“Aku
tidak melihat ada kertas toilet di
toilet pria. Aku hanya pergi ketoilet wanita untuk mendapatkan beberapa kertas
toilet.” Jelas Si Pria. Wan Seung merasa kalau itu tak masuk akal.
“Kau
tidak akan percaya padaku bahkan saat aku mengatakan yang sebenarnya. Lalu bagaimana
aku bisa menghapus diriku setelah aku
masuk nomor dua? Apa aku melakukannya dengan ketiakku? Aku butuh kertas toilet.
Inilah kenapa aku melarikan diri. Aku ingin menjadi pejabat pemerintah, jadi
aku harus hati-hati dengan ini.” Ungkap si pria berusaha untuk menyakinkan.
“Apa kau
bahkan belajar untuk ujian?” tanya Wan Seung
“Ya. Aku
benar-benar akan menjadi pejabat
pemerintah. Aku suka orang yang seperti
pejabat pemerintah.” Ungkap Si pria
“Pejabat
pemerintah membenci tipe sepertimu.”ejek Wan Seung
Seol Ok
ingin tahu apakan si pria melihat wajah dan orang yang masuk. Si pria
mengingat-ingat kejadian sebelumnya.
Flash
Back
Si pria
melihat seseorang yang masuk dan bertanya siapa itu, lalu melihat ada pisau
ditangan seorang wanita.
Ia pun
memberitahu Seol Ok kalau melihat pisau ditangan orang yang masuk ke dalam
toilet. Seol Ok dan Wan Seung langsung saling berpandangan.
Keduanya
keluar dari gedung, Seol Ok menanyakan pendapat Wan Seung kenapa si wanita itu
kabur. Wan seung pikir ituKarena ada pria di toilet wanita. Seol Ok pikir kalau
orang biasanya berteriak dulu. Si pria mengingat kalau orang itu berlari keluar
begitu melihatnya.
Seol Ok
merasa kalau itu sangat aneh. Si pria menunjuk bibi penjual makanan dalam truk
menceritakan bibi itusering bertengkar dengan kakek karena melakukan bisnisnya di depan tokonya,
menurutnya keduanya seperti melakuka pertarungan besar.Tuan Lee berteriak
meminta bibi agar memindahkan truknya,
“Semua
orang di kota ini bertengkar dengan pria tua itu.” Ungkap si bibi. Seol Ok
bertanya apakah itu sebabnya bibi itu pindah tempat berjualan.
“Dia
melemparkan fitnah besar mengatakan
bahwa aku merusak...bisnisnya, jadi apa yang
bisa kulakukan? Jadi Aku harus pindah. Aku bahkan tidak berpaling untuk menghadap ke arahnya setelah itu
terjadi.” Cerita si bibi
“Kenapa
kau pergi ke toilet pada hari kematiannya?” tanya Wan Seung, tangan si bibi
mulai bergetar dan Seol Ok bisa melihatnya.
“Aku
benar-benar harus pergi kesan, dan itu satu-satunya toilet di sekitar sini.”
Cerita si bibi
“Lalu
kenapa kau kabur?” tanya Wan Seung. Si bibi mengaku takut kalau Tuan Lee
melihat menggunakan toilet itu.
“Dia
mungkin memanggil polisi karena aku
membuka kunci toilet dengan pisauku.” Ungkap si bibi
Flash Back
Di depan
toilet, Si bibi tak terima dinggap pencuri. Si kakek mengatakan kalau si bibi
yang tidak membayar untuk air, mencuci,atau listrik, tapi tetap pakai toilet miliknya
dan itu dinamankan pencuri. Si bibi pun
tak bisa berkata apa-apa.
“Dia
sudah menangkapku menggunakan toilet lama sekali dengan CCTVnya. Aku membayarnya
150 dolar sebagai denda.” Cerita si bi
“Apa itu
hanya untuk menggunakan toilet? Wah.. Betapa
pria tua yang keras.” Komentar Wan Seung
“Dia pria
tua berdarah dingin dan mengerikan. Setiap orang yang bekerja untuknya memiliki
sesuatu untuk mengeluh tentang dia. Bila kau beberapa menit terlambat, maka dia
melepas satu jam penuh dari gaji mereka. Dan mereka mengumpulkan uang untuk perkumpulan juga.” Cerita si bibi Seol
Ok tak menyangka mendengarnya.
“Kudengar
dia membelikan cucunya sebuah mobil
mewah dan mengirimnya ke luar negeri
untuk belajar.” Cerita Si bibi Wan Seung ingin tahu apakah cucunya itu pergi
sendiri.
Wan Seung
dan Seol Ok menaiki tangga bersama, Seol Ok menceritakan kedua Orang tua Cucu
Tuan Lee itu orang kaya tapi telah meninggal dunia dan seharusnya mencurigai
keluarganya dulu. Wan Seung pikir kalau ini aneh kalau mereka menikamnya sekali.
“Jika itu
adalah anggota keluarga, dia bisa saja
punya hati yang lemah.” Kata Seol Ok. Akhirnya Wan Seung menekan bel rumah.
“Apa anda
Pak Lee In Ho?” tanya Wan Seung pada seorang anak muda membuka pintu. Si pria
bertanya siapa itu.
“Kami
dari kepolisian.” Ucap Wan Seung. Seol Ok bertanya Apa pelakunya kidal. Wan
Seung mengatakan Pengguna tangan kanan.
“Kapan
kau melukai lenganmu?” tanya Seol Ok melihat si pria yang mengunakan gips.
“Sudah
seminggu.” Kata si cucu Tuan Lee menatap tanganya yang terluka.
Akhirnya
keduanya pergi ke TKP, Seol Ok seperti membayangkan yang terjadi saat malam
kejadian. Tuan Lee yang ditikam lalu si pelaku panik dan berlari tak sengaja
menabrak Min Joo. Wan Seung melihat Seol Ok ingin tahu apakah ada ide dalam
pikiranya sekarang.
“Aku
butuh sesuatu yang manis.” Ucap Seol Ok dengan wajah tersenyum. Wan Seung hanya
bisa mengerutkan dahinya.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar