PS : All images credit and content copyright : KBS
Saat itu
Sung Woo melihat keduanya lalu mendekat, Tuan Jo langsung memarahi Sung Woo
yang mengacaukan pekerjaan dan meminta agar tak menganggu lalu mengajaknya
pergi. Sung Woo dibuat binggung dan masih tetap ingin bicaa tapi Tuan Jo
bergegas menarik Sung Woo untuk pergi saja.
Sung Woo
berada didalam ruangan Tuan Jo mengeluh padahal memintanya agar tidak
melibatkan Wan Seung dalam kasus ini. Tuan Jo meminta agar juniornya itu duduk
sambil minum Kopi mengaku kalau Semua ini demi Sung Woo. Sung Woo terlihat
binggung
“Maksudku,
ada yang terluka dalam kasus ini... Kita harus melakukan investigasi. Bagaimana
jika kita melakukannya? Ayah anak itu pengacara sukses. Dia tidak akan tinggal
diam. Sekeras apa pun kau berusaha, kasus ini tidak akan berakhir baik.” Jelas
Tuan Jo
“Kau
detektif terbaik Joongjin. Jangan sampai ada kasus buruk di resumemu.” Kata
Tuan Jo lalu berdiri dan sedikit menjauh. Sung Woo seperti memikirnya.
“Wahh..
Aku tidak sanggup lagi... Aku Diserang dari segala arah.” Ucap Tuan Jo
Na Ra
datang dengan membawakan sebuah alat dan di nyalakan diatas meja. Han Min bertanya apa yang dibawanya. Na Ra
memberitahu kalau itu alat untuk kulit keringnya. Han Min ingin tahu harganya.
Na Ra denan santai menjawab 96 dolar.
“Astaga.
Itu terlalu mahal!.. Kau ditipu karena membayar lebih dari 80 dolar.” Ucap Han
Min menjerit lalu memperlihatkan ponselnya sebuah "Kupon Pendaftaran
Anggota"
“Pakailah
sebuah kupon dan dapatkan diskon kartu kredit. Ditambah diskon 10 persen karena
menggunakan aplikasi. Jika ditambah penghematan pada penjualan pagi dari Harga
awal 96 dolar. Kamu bisa membelinya seharga 66 dolar.” Kata Han Min menghitung
dengan cepat.
“Tidak
masalah. Aku memakai kartu ayahku.”kata Na Ra santai. Han Min pun memujinya.
“Omong-omong,
bagaimana ayahmu hari ini?” tanya Han Min penasaran
“Entahlah.
Aku ke kelab semalam dan paginya langsung ke kantor.” Ucap Na Ra lalu merasa
sedih kalau akan keriput jika lelah.
Han Min
mendengar ponselnya berdering sambil mengeluh kalau sangat menganggu, tapi
setelah itu dengan suara lantang mengangkat telp dari atasnya yang menyuruh
untuk Ruang rekaman. Ia pun menjawab kalau segera ke sana bersama Na Ra,
setelah menutup telp ia mengajak NaeRa kaalu akan mengajarinya cara merekam
pernyataan.
“Wahh... Aku
sudah lama menginginkannya.” Ungkap Na Ra penuh semangat.
“Tapi itu
tidak seasyik bayanganmu.” Komentar Han Min berjalan keluar.
Di depan
ruanga interogasi
Wan Seung
dan detektif Yuk saling mencengkram, Detektif Yuk menahan agar Wan Seung tak
boleh masuk sementara Wan Seung menyuruhnya untuk minggir. Han Min melihat
seniornya langsung mengalihkan padangan Na Ra, dengan bertanya apakah tidak
lupa membawa sesuatu. Na Ra mengaku tak lupa.
“Ya, kau pasti
lupa walau tidak lupa... Apa kau tidak merasakan kuasa gelap di koridor ini?”
ucap Han Min. Na Ra yang polos mengaku tidak.
“Kau
harus mengetahuinya secara naluriah.” Kata Han Min. Na Ra pun makin binggung.
Keduanya pun akhirnya melihat dari jendela pintu.
“Kau tidak
boleh masuk.” Ucap Detektif Yuk saat Wan Seung menyuruhnya minggir.
“Hei... Apa
yang kalian lakukan pagi-pagi begini? Orang bisa salah paham.” Ucap Sung Woo
akhirnya datang merelai keduanya.
“Tapi aku
tidak menentangnya... Bawa dia pergi dari hadapanku... Aku pemilih soal pria...
Dia merusak pemandangan.” Komentar Wan Seung kesal
“Jangan
ganggu dia... Dia bekerja keras.” Ucap Seung Woo. Detektif Yuk bingung melihat
sikap Sung Woo malah membiarkanya.
“Kita
tidak punya waktu untuk mengurus anak sembilan tahun. Jadi Berbuatlah sesuka
hatimu dan Kerjakan dengan benar.” Kata Sung Woo. Detektif Yuk ingin menyela
tapi Sung Woo lebih dulu mengajaknya untuk pergi
“Aku mengerti
maksudnya. Dasar licik.. Dia menghindari kasus ini karena kasusnya
menyusahkan.. Baiklah. Terima kasih karena tidak ikut campur.” Ucap Wan Seung
akhirnya masuk ke ruangan intergasi.
Won Jae
duduk dengan pria yang ada disampingnya,
Wan Seung masuk melihat Won Jae dengan nada mengejek kalau sudah
menunjuk seorang pengacara. Ayah Won Jae mengaku kalau datang sebagai wali
bukan pengacara. Wan Seung pun terlihat serius untuk menginterogasi.
Di
Sekolah
Ibu Guru
mengaku sungguh merasa bersalah atas
kejadian itu. Seol Ok pun meminta bantuan dari ibu guru dalam hal ini. Ibu Guru
pikir tidak punya wewenang jadi meminta
agar bicaralah dengan Kepala Sekolah. Seol Ok pikir kalau ibu guru wali kelas
Ye Na. Ibu guru mengaku kalau ia juga wali kelas Won Jae. Keduanya pun hanya
terdiam.
Wan Seung
mulai melakukan interogasi dengan mengatakan kalau Won Jae yang mencoba
membakar Genoise dengan menggunakan aseton dan puntung rokok. Ayah Won Jae
menjawab kalau anaknya tidak melakukannya. Wan Seung tahu kalau Won Jae memesan
kapur mentah di situs online, dan
meminta barangnya diantarkan ke Joongjin4-dong, Da-gil 56-2.
“Kau
membuka karungnya dengan pisau, dan
mengamati tempat itu terbakar.” Ucap Won Seung
“Dia
tidak melakukannya.” Kata Ayah Won Jae. Won Jae seperti bisa sedikit tersenyum
karena sang ayah membelanya.
Ibu Guru
merasa tak bisa membantunya. Seol Ok memberitahu kalau ibu Ye Na menderita luka parah. Menurutnya Jika pihak
sekolah tidak mengambil tindakan, maka Ye Na akan sangat terluka. Ibu Guru
mengaku kalau Ye Na dan Won Jae adalah murid-murid yang disayangi.
“Aku
harus memikirkan Won Jae juga dan harus adil.” Ungkap Ibu Guru
“Jadi, apamaksudmu
penderitaan Ye Na sebanding dengan penderitaan anak yang membakar ibunya? Dan Bisa-bisanya
kamu mengaku sebagai guru.” Ucap Hee Yeon marah. Seol Ok duduk disampingnya
meminta agar Hee Yeon tenang.
Hee Yeon
tetap tak bisa terima, Seol O akhirnya mengajak Hee Yeon untuk pergi saja. Hee
Yeon merasa ibu guru itu hanya mencoba menyelamatkan dirinya. Di papan terlihat
nama "Kim Won Jae, Seo Ye Na"
Won Seong
berkomentar Karena ayah Won Jae yang menjawab pertanyanya merasa kalau Won Jae
adalah bayi yang tidak berdaya. Ayah Won Jae meminta agar Wan Seung mengatakan
yang penting saja. Wan Seung tahu karena
memang menurutnya Won Jae tidak tahu apa-apa.
“Kenapa
dia pergi ke apartemen sewaan itu?” tanya Wan Seung. Ayah Won Jae menjawab
anaknya pergi ke rumah temannya.
“Itu
rumah Ye Na, kan? Kudengar Won Jae sering ke sana.” Kata Wan Seung. Ayah Won
Jae terlihat gugup mengaku kalau memang itu setahunya seperti itu.
“Tapi Ye
Na tidak pernah berkunjung ke apotek, kan?” kata Wan Seung. Ayah Won Jae hanya
diam. Wan Seung pun memastikan pada Won Jae yang hanya terdiam.
Didepan "SD
Joongjin"
Hee Yeon
merasa kalau sudah mengacaukannya, merasa kesal kalau seharusnya menahan diri.
Seol Ok pikir Ucapan Hee Yeon tidak
salah lalu memikirkan mereka harus
bagaimana sekarang. Hee Yeon pikir akan menemui kepala sekolahnya.
“Dia Menjawab
telepon saja tidak, apalagi menemui kita. Jadi Bagaimana bisa?” kata Seol Ok
merasa kalau itu mustahil
“Dahulu
aku sering membuat kue pesanan khusus di Cheongdam-dong. Salah satu klienku bekerja
di Departemen Pendidikan. Aku yakin dia akan membantuku” kata Hee Yeon yakin
Ruangan
interogasi
Wan Seung
mendengar kalau Ye Na membenci Won Jae lalu Won Jae pergi ke rumah Ye Na dan
mengganggunya. Won Jae langsung menjawab kalau Itu tidak benar. Wan Seung
memberitahu kalau Semua orang di sekolah membahas bahwa Won Jae menyukai Ye Na.
“Dia
terus mengikuti Ye Na.” Kata Wan Seung. Won Jae mengaku tidak mengikutinya.
“Kau bahkan
mengikutinya ke rumahnya padahal dia bilang tidak menyukaimu.” Kata Wan Seung
mulai membuat Won Jae marah dan membuka mulutnya.
“Tidak.
Aku tidak ke sana untuk bermain dengannya.” Kata Won Jae
“Lalu
kenapa kau ke sana?” tanya Wan Seung. Ayah Won Jae meminta agar jangan
menanggapi pertanyaan Wan Seung
Han Min
dan Na Ra terlihat sedang duduk di ruang kontrol merekam semuanya. Saat itu
Tuan Shin dan Tuan Jo masuk ruangan, Han Min kecepolosan memanggil Tuan Shin
seperti ayahnya sendiri. Tuan Shin menyuruh agar kembali duduk dan mendengarkan
bersama.
“Kenapa
kau tidak bisa menjawab? Kurasa aku benar... Kau menyukai Ye Na, kan?” ucap Wan
Seung
“Tidak...
Aku mau melakukan eksperimen sains.” Kata Won Jae.
“Kenapa
harus di apartemen itu?” tanya Wan Seung. Won Jae beralasan Karena truknya pergi ke blok itu. Ayah Won
Jae kesal meminta agar jangan menjawab pertanyaan Wan Seung
“Kau mau melakukan eksperimen terhadap truk
itu rupanya. Tapi tidak bisa karena truknya pergi dari blok itu dan Kau tidak
mau pergi tanpa melakukannya. Jadi Kau tidak melakukannya dengan niat jahat.
Kau tidak akan melemparkannya kepada seseorang jika truknya masih di situ. Benarkan?”
ucap Wan Seung. Won Jae membenarkanya.
“Jadi,
pada akhirnya, kau melemparkannya kepada seseorang.” Ucap Wan Seung. Won Jae
pun hanya bisa terdiam, Ayahnya pun tak bisa lagi berkata-kata
Semua
yang ada di ruang kontrol tegang. Na Ra langsung berdiri memberikan tepuk
tangan karena Wan Seung berhasil. Han Min berbisik meminta agar Na Ra jangan
mengatakan hal itua. Na Ra binggung karena melihat Wan Seung di pihak mereka dan
bekerja dengan baik.
“Kurasa
tidak seharusnya dia bekerja dengan baik.” Kata Han Min mengetahui atasanya tak
suka dengan Wan Seung. Na Ra seperti tak mengerti dan tetap mendukung Wan
Seung. Tuan Shin dan Tuan Jo seperti nampak kecewa karena Wan Seung kembali
berhasil.
Ayah Won
Jae akhirnya berdiri merasa kalau anaknya sudah lelah jai meminta agar
menyudahi saja. Wan Seung setuju kalau Ayah Won Jae harus bersiap untuk
persidangan, karena Won Jae baru saja mengakui bahwa sengaja melakukannya dan Ganti
ruginya akan sangat besar. Ayah Won Jae seperti tak peduli mengajak anaknya
segera keluar.
“Kau
lebih baik memikul tanggung jawab itu bersamanya jika kau menyayanginya... Entah
itu keisengan atau eksperimen, anakmu sudah menghancurkan sebuah keluarga.”
Pesan Wan Seung sebelum Ayah Won Jae keluar dari ruangan. Ayah Won Jae tetap
menatap sinis.
Seol Ok
dan Hee Yeon sudah ada didepan rumah dengan wajah tegang. Hee Yeon akhirnya
menekann bel lalu bertanya Apa Kepala
Sekolah ada di rumah dan memperkenalkan namanya. Saat itu pintu terbuka, tapi
Ibu Won Jae keluar lebih dulu dengan tatapan meremehkan.
Keduanya
seperti hilang kesempatan pertama, tapi Hee Yeon mencoba masuk ke dalam rumah.
Seol Ok pun memberikan semangat dan menunggu diluar rumah.
Sidang di
SD Joongjin, Won Jae dengan ayah dan ibunya duduk berjejer dengan komite
sekolah. Kepsek mengatakan kalau Kim Won Jae unggul dalam pelajaran, dan
memiliki hubungan baik dengan teman-temannya.
“Setelah
mempertimbangkan peraturan sekolah dan hal-hal lainnya, kami memutuskan bahwa
Won Jae dan orang tuanya wajib bekerja sukarela di sebuah rumah sakit selama 10
hari, empat jam per hari.” Ucap Kepsek. Ketiganya kaget
“Dengar..
Anak ini tidak bisa melakukan apa-apa di sana. Peraturan bahkan tidak mencantumkan
bahwa orang tua wajib melakukan pelayanan masyarakat.” Ucap Ibu Won Jae membela
diri
“Sampai
kemarin...Komite telah memutuskan demikian. Masyarakat banyak membicarakan
insiden ini. Tolong pikirkan reputasi sekolah ini. Kami tidak bisa menyuruh Won
Jae pergi ke sana sendiri.”jelas Kepsek
Ibu Won
Jae pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Won Jae yang kesal mengaku pada ibunya
kalau tidak mau ke sana.
Di luar
ruangan
Ayah Won
Jae binggung Kenapa Kepesek tiba-tiba menentang mereka dan mungkin kemarin
sudah membuatnya marah. Ibu Won Jae mengaku tak tahu dengan sikap Kepsek yang
berubah.
“Kita
tidak bisa mengubah hal yang sudah terjadi. Apa yang kalian dapatkan dari
menyakiti anak ini?.” Tegas Ibu Won Jae melihat Seol Ok dan Wan Seung yang
berdiri tak jauh darinya.
“ Won Jae
harus belajar bertanggung jawab. Jika kalian melindunginya, maka dia bisa
melakukan kejahatan lebih besar.” Ucap Seol Ok
“Jangan perlakukan
dia seperti penjahat. Aku tidak akan berdamai. Jadi Kita lihat saja bagaimana
akhirnya.” Ucap Ayah Won Jae yang sombong
“Apa
Kalian sungguh tidak merasa bersalah sedikit pun?” tanya Wan Seung heran
“Semua
orang pernah berbuat salah.” Balas Ayah Won Jae santai
“Itu
keisengan... Jadi, kalian akan memaafkan orang yang melakukan kesalahan serupa
seperti Won Jae. Apa Itu maksud Anda?” kata Seol Ok.
Ibu Won
Jae merasa kalau Seol Ok seperti mengutuknya akan seperti ibu Ye Na. Ayah Won Jae tak ingin berlama-lama mengajak
merkea pergi saja. Wan Seung pikir keluarga Won Jae pikir hal seperti itu tidak
akan terjadi kepada mereka.
“Ibunya
Ye Na juga tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi kepadanya.” Kata Seol
Ok dengan menahan tangis.
Seol Ok
dan Wan Seung berdiri diatap apartement. Wan Seung menceritakan Won Jae sudah
mengaku dan itu dibahas di komite disiplin murid jadi Semua sudah selesai dan Tidak
ada lagi yang bisa mereka lakukan. Won jae bertanya apakah menurut Won Seung
kalau Won Jae aan bertanggung jawab sepenuhnya.
“Buktinya
di mana-mana, termasuk sidik jari dan tandanya. Jadi Tidak ada lagi yang perlu
diinvestigasi.” Ucap Wan Seung menyakinan
“Apa
mungkin dia tidak sengaja melakukannya? Jika jatuhnya vertikal, maka bom api itu
pasti jatuh ke petak bunga. Itu tidak akan mengenai ibunya Ye Na jika dia tidak
menjadikannya target. “ ucap Seol Ok sedih
“Tapi
Untunglah bom api itu tidak langsung mengenainya.” Komentar Wan Seung
“Aku
sedih karena berusaha keras menghukum anak sembilan tahun. Aku malah berharap
itu kesalahan.” Ungkap Seol Ok lalu menatap kebawah
“Tapi
Melihat dari atas sini, manusia terlihat begitu kecil seperti semut... Pasti
karena itulah Won Jae tidak merasa bersalah. Dia akan bisa melihat teriakan,
tangisan, dan penderitaannya dari dekat. Dengan atau tanpa menutup mataku, maka
aku bisa merasakan rasa sakitnya. Walau mereka memberinya kompensasi uang tidak
dapat menyembuhkan penderitaannya.” Kata Seol Ok sedih
“Ini
hanya keisengan anak-anak, tapi hasilnya begitu mengerikan. “Komentar Wan Seung
Tapi
tidak seorang pun sudi bertanggung jawab dan Itu yang lebih mengerikan.” Balas
Seol Ok
Ketiganya
sampai dirumah sakit, Ayah Won Jae pikir kalau
Sepuluh hari menjadi relawan akan cepat berlalu jadi meminta agar bisa
Bertahan dan lakukan itu dengan Won Jae. Istrinya bertanya apa yang akan
dilakukan suaminya.
“Memang
hanya aku orang tuanya? Kenapa kau selalu kabur dari hal-hal seperti ini?” ucap
Ibu Won Jae marah
“Ibunya
Ye Na wanita... Aku tidak bisa merawatnya, memberinya makan, memakaikan pakaian,
dan membersihkan tubuhnya.” Kata Ayah Won Jae. Istrinya pun tak bisa menolaknya
dan mengajak Won Jae untuk ikut denganya.
Didepan
kamar rawat
Ibu Won
Jae mengatakan pada anaknya kalau akan melakukannya sendiri jadi meminta agar
Won Jae mengerjakan PR-nya saja. Won Jae pun menganguk mengerti. Sementara saat
itu di ruang rawat, Ibu Won Jae melakukan kesala
“Jika
melakukannya seperti itu, pasien akan kesakitan Pasti rasanya lebih menyakitkan
daripada melahirkan..” Ucap Dokter memarahinya. Ibu Won Jae hanya bisa terdiam
melihat semua badan ibu Ye Na dibalut perban.
Ibu Ye Na
terus memanggil anaknya. Dokter memberitahu kalau Putrinya baik-baik saja.
Ye Na
berjalan sendirian dengan wajah sedih, Won Jae duduk ditaman bahagia melihat Ye
Na datang memberitahu kalau sedang menunggu ibunya menyelesaikan pekerjaan
sukarela lalu bertanya apa yang dilakukan Ye Na ke rumah sakit.
“Aku
datang untuk menjenguk ibuku... Ibuku ada di sana.” Ucap Ye Na menahan
tangisnya
“Tapi
kenapa kau tidak masuk?” tanya Won Jae. Ye mengaku kalau ia takut.
“Aku
takut melihat wajah ibuku.” Ucap Ye Na seperti ingin menangis.
“Kalau
begitu, duduklah bersamaku di sini... Ibuku juga menyiapkan camilan.” Kata Wan
Seung membuka kotak bekalnya.
Ye Nan
melihat ada buah strawberry dan langsung menjerit histeris, seperti trauma
akibat membeli buah itu jadi terluka. Won Jae yang melihat Ye Na histeris
kebingungan dan membuatnya takut. Saat itu Seol Ok baru datang mendengar
teriakan Ye Na langsung memeluknya mencoba menenangkan dan bisa melihat kalau
Ye Na trauma melihat buah strawberry.
Won
Jae duduk diam di depan ruang rawat.
Ibunya keluar dari kamar melihat anaknya yang lesu bertanya apakah sakit. Won
Jae dengan menahan tangisnya mengatakan Wanita yang Ibu rawat setiap hari, Wanita
berwajah menakutkan yang menjerit setiap hari itu...”
“Kau
tidak boleh bilang begitu... Dia tidak menakutkan, tapi Dia terluka.” Kata Ibu
Won Jae membela anaknya.
“Apa dia
terluka karena aku?” ucap Won Jae mulai menangis. Ibu Won Jae bertanya siapa
yang mengatakan itu dan mengaku kalau semua
hanya kesalahan.
“Wanita
itu ibunya Ye Na... Dahulu Ye Na selalu tersenyum setiap kali melihatku... Dahulu
dia sering membuat lelucon... Tapi sekarang...” ucap Won Jae mengingat kejadian
sebelumnya
“Aku
ingin cepat dewasa agar bisa membalas orang yang melempar bom api kepada
ibuku.” Kata Ye Na saat ada dipelukan Seol Ok sambil menangis
“Apa yang
harus kulakukan jika dia sampai tahu aku pelakunya? Bagaimana jika dia tidak
mau berbicara denganku lagi? Bagaimana jika dia membenciku? Bagaimana jika dia
menjadi dewasa dan tidak memaafkanku? Ibu, aku... Aku takut sekali.” Ucap Won
Jae menangis. Ibunya pun hanya bisa terdiam
Akhirnya
Seol Ok mengajak Ye Na ke depan pintu ruang rawat memberitahu kalau ibunya mungkin tidak bisa memeluk karena kesakitan.
Ye Na menganguk mengerti. Seol Ok pun melihat ke dalam jendela berpikir kalau masa
pelayanannya sudah selesai.
Wan Seung
pikir itu benar dan melihat sesuatu didalam ruangan. Ayah Won Jae membantu ibu
Ye Na, Istrinya memarahi kalau harus Pelan-pelan karena suaminya tidak lebih
baik daripada Won Jae. Seol Ok dan Wan Seung seperti senang melihat ketiganya
mau bertanggung jawab
“Pasien
luka bakar seperti mengalami sakit melahirkan saat sesuatu menggosok kulit
mereka yang terluka.” Ucap Ibu Won Jae
Ye Na
akhirnya masuk ke dalam ruangan, menangis memanggil ibunya dengan seluruh
tubuhnya diperban.
Hee Yeon
meminta pegawainya agar mengeser vasnya ke kanan sedikit dan Lalu kotak
serbetnya ke kiri. Pegawai mengikuti perintah bosnya. Hee Yeon pikir kalau itu
sudah bagus, dan terlihat jauh lebih baik. Pegawai itu pun memuji Bosnya memang
sangat mahir dalam hal menata meja.
“Bisa
ambilkan vas yang lebih sederhana daripada ini? Serta, saat kamu memesan taplak
meja, pastikan warnanya lebih cerah.” Perintah Hee Yeon. Si pegawai menganguk
mengerti.
Seseorang
masuk ke dalam toko, Hee Yeon memberitahu kalau buka besok, tapi wajahnya
terlihat bahagia karena yang datang adalah Seol Ok. Seol Ok membawakan tanaman
dengan mengucapkan selamat Selamat atas pembukaan gerai. Hee Yeon memujinya dan
merasa harus meletakkannya di tempat yang terlihat olehku.
“Sesering
apa aku harus menyiramnya?” tanya Hee Yeon dan saat itu pandanganya berpaling
pada Wan Seung yang datang.
“Ini
Sekali sepekan... Pastikan sampai akarnya terendam... Hei.. Kau tidak
membawakan hadiah pembukaan toko baru?” ejek Seol Ok pada Wan Seung
“Kukira
akulah yang harus menerima hadiah darinya.” Komentar Wan Seung. Hee Yeon hanya
tersenyum lalu meminta mereka untuk ikut denganya karena akan memberimu
sesuatu.
Keduanya
akhirnya makan cake buatan Hee Yeon. Seol Ok menceritakan Ye Na dan ibunya akan dibantu departemen
layanan masyarakat dari suatu firma hukum, karena Anggaran dari kepolisian
tidak banyak jadi, Detektif Ha mencarikannya. Hee Yeon pikir itu kabar baik.
“Detektif
Ha, aku juga ingin berterima kasih kepadamu.” Ungkap Hee Yeon. Wan Seung
seperti gugup di tatap oleh Hee Yeon
“Dan
Untungnya, ibunya Ye Na sudah sadar.” Kata Seol Ok mencoba mencegah keduanya
saling bertatapan
Di rumah
sakit, Ibu Ye Na memegang tangan Seol Ok mengucapkan Terima kasih, Ye Na pun terlihat senang kalau
bisa dibantu selama di rumah sakit. Seol Ok mengaku kalau ingin Hee Yeon menjadi
orang pertama yang tahu. Hee Yeon mengejek kalau Seol Ok itu tak datang untuk
mengatakan itu hanya ingin melahap kuenya. Seol Ok hanya menatap sinis.
Pegawai
Hee Yeon datang memperlihatkan vas bunga yang dirangkainya, lalu meminta
pendapat bosnya. Hee Yeon memujinya kalau itu bagus. Seol Ok melihat si pegawai Hee Yeon berpikir
kalau pernah melihatnya di suatu tempat.
“Aku ada
urusan jadi permisi” kata Wan Seung. Seol Ok ingin tahu kemana akan pergi.
“Haruskah
aku melaporkan segala sesuatunya kepadamu?” balas Wan Seng
“Aku
tidak penasaran.. Aku hanya basa-basi.” Ungkap Seol Ok lalu Wan Seung menyuruh
Seol Ok makan saja.
Tuan Ha
dan anaknya masuk ke sebuah tempat berkomentar kalau Ini sangat sederhana.
Kakak Wan Seung pikir Demi citra Firma Hukum Ha dan Jung yang lebih baik maka akan
terus membangun tempat ini dengan integritas. Tuan Ha menganguk mengerti.
“Kita
sudah bilang akan menolak semua karangan bunga. Siapa pengirimnya?” ucap Kakak
Wan Seung melihat nama Tuan Kim sebagai pengirimnya.
“Selama
ini dia mengelabui kita di balik Jung Ji Won. Beraninya dia mengirimkan bunga.”
Ucap Tuan Ha sinis
“Apa dia
kenalan Ayah?” tanya kakak Wan Seung. Tuan Ha mengaku kalau hanya mengenalnya
sedikit.
“Saat
kita melemah, dialah orang pertama yang akan menggigit kita.” Kata Tuan Ha
“Ayah... Kita
sudah melalui banyak hal, tapi Firma Hukum Ha dan Jung tidak selemah itu. Aku
pasti akan memimpinnya dengan baik. “ ungkap kakak Wan Seung.
“Seharusnya
ayah bertahan sedikit lebih lama.” Kata Tuan Ha lalu mengajak mereka untuk
masuk.
Sebuah
acara dengan spanduk "Seremoni Inaugurasi
Presdir Ha Ji Seung" Tuan Ha pun masuk ke dalam ruangan menyapa semua
koleganya. Seseorang melaporkan dari depan pintu kalau Bunganya sudah
diantarkan, Seluruh keluarganya hadir dan kesehatan Tuan Ha tidak memburuk.
Seol Ok
melihat kue yang diberikan oleh Hee Yeon dan memakan mengunakan sendok kecil,
lalu memuji kalau rasanya enak. Hee Yeon lalu bertanya apakah Seol Ok dan
Detektif Ha berpacaran. Seol Ok kaget lalu mengeluh kalau jadi merusak rasa
kuenya.
“Itu Tidak
akan pernah.” Tegas Seol Ok
“Kalau
begitu, apa Detektif Ha punya pacar?” tanya Hee Yeon penasaran. Seol Ok
menjawab kalau berpikir itu tidak.
“Lalu Di
mana dia tinggal sekarang? Karena rumahnya kebakaran, sepertinya dia tinggal di
tempat lain. Apa Kau tahu di mana?” tanya Hee Yeon
“Mana aku
tahu? Kami tidak sedekat itu.” Kata Seol Ok lalu bergegas pamit pergi karena
panik,
Hee Yeon
pikir harus menghabiskannya. Seol Ok menolak lalu teringat sesuatu dan
memberitahu Hee Yeon kalau sudah melepaskan pekerjaannya sebagai polisi
kehormatan. Hee Yeon binggung kenapa tiba-tiba memutuskanya.
“Seorang
polisi kehormatan sesungguhnya hanyalah gelar kehormatan. Tidak ada kuasa pada
gelar itu. Aku tidak bisa mengaku polisi jika tidak dibolehkan masuk ke kantor
polisi. Dan Aku sudah menelantarkan kedai makan siangku, jadi, aku akan pergi
dan membersihkannya.” Ucap Seol O seperti akan pergi ke tempat Kyung Mi
Si
pegawai menuruni ruangan produksi dan terlihat bersemangat kaalu Bosnya memakai
mentega Prancis yang gurih, bahkan sangat banyak. Hee Yeon mengaku kalau
menunggu tamu istimewa dan menyuruh Si pegawai
bisa pergi ke gerai ketiga, untuk periksa persediaan barang, lalu
pulang. Si pegawai menganguk mengerti
“Aku
menunggu seorang pekerja sambilan besok, jadi kau tidak perlu memikirkan gerai
ini.” Ucap Hee Yeon. Si pegawai menganguk mengerti.
Hee Yeon
bertemu dengan seorang pria di suatu tempat. Si pria mengetahui Hee Yeon yang menemui
kepala sekolah Won Jae. Hee Yeon membenarkan
menurutnya Kepala sekolah itu sangat baik.
“Tapi karena
itu yang pertama, sepertinya dia sulit terbiasa dengan kueku. Dia agak kaget.” Ungkap
Hee Yeon yang masih mengingat wajah Kepsek yang terkejut
“Tolong
jangan ditolak. Ambillah... Ini tanda terima kasihku... Tapi aku tidak yakin Anda
akan menyukai kue ini.” Kata Hee Yeon memberika kuenya dan dibawahnya ada
tumpukan uang lembaran 50ribu won.
Bersambung
ke episode 5
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar