PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 26 September 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Moo Yeon menunggang kudanya ke arah hutan, teringat kembali perkataan Tuan Kim semalam.
“Tubuh itu bukan Putra Mahkota. Jika Putra Mahkota masih hidup, pastikan membunuhnya. Kau harus membawakanku kepalanya.”
Moo Yeon mengingat kembali saat itu  melihat sosok pengawal ke arah berbeda dengan Lee Yeon. Ia pun yakin orang yang memakai baju pengawal adalah pasti Putra Mahkota. Lalu Bertanya dimana penjaga itu jatuh berguling.
“Bahkan penjaga istana pun tidak dapat melacaknya. Kita harus pergi ke desa itu.” Kata Moo Yeon setelah melihat tempat jatuhnya Pengawal Lee Yeol. 

Hong Shim mencari tempat persembunyian karena Ma Chil akan lewat didepanya. Won Deuk binggung bertanya apakah ada masalah.
“Namanya Ma Chil. Dia tampak baik, tapi sebenarnya sangat kejam. Dia sering memukuli orang tanpa memandang gendernya. Kau juga harus berhati-hati kepadanya. Jika bertemu dengannya, pastikan kau lari. Mengerti?” ucap Hong Shim berbisik
“Aku merasa sangat tidak nyaman.” Kata Won Deuk. Hong Shim tahu karean Ini karena tempatnya sempit jadi meminta agar menunggulah sebentar.
“Bukan karena itu.” Ucap Won Deuk. Hong Shim binggung karena apa.
“Apa yang membuatmu merasa tidak nyaman?” tanya Hong Shim lalu tersadar kalau sudah memegang tangan Won Deuk dan langsung melepaskanya.
“Sepertinya ingatanku telah kembali.” ungkap Won Deuk menatap Hong Shim yang ada didekatnya.
“Bagaimana jika ingatanya sudah kembali? Apa dia akan tahu kebohonganku?” gumam Hong Shim khawatir.
“Kau bilang tubuhku akan mengingat bahkan jika kepalaku tidak. Sepertinya tubuhku mengingatmu.” Ungkap Lee Yeol.
Hong Shim tetap diam, saat itu dengan nalurinya Won Deuk menyelamatkan Hong Shim dan tumpahan makanan diatas tampah. Hong Shim sempat binggung, Won Deuk dengan menatap istrinya meminta agar menunggu. Hong Shim ingin tahu kemana Won Deuk akan pergi. 



Won Deuk berjalan di pasar mencari sosok seseorang, Ma Chil berjalan mengangguk seorang anak bahkan tak malu mengambil permen dari anak kecil. Ibunya memarahi Ma Chil, tapi si Rentenier tak peduli. Won Deuk menatap dari kejauhan.
Di kedai Gukbap, Si Bibi mengomel pada orang yang tak mau membayar uang sewa rumahnya dan mengusirnya. Moo Yeon dengan dua temanya datang bertanya apakah memiliki ruangan kosong. Si Bibi dengan senang hati memberitahu kalau baru saja kosong. 

Ketiganya akhirnya berada dalam sebuah kamar, seperti membuat sebuah rencana.
“Jika seseorang menemukan mayat itu, dia akan berada di bawah nama John Doe. Tanyakan pada petugas kamar mayat di Biro Hakim. Kita harus menemukan jasadnya dan membawanya ke Wakil Perdana Menteri. Bahkan jika dia selamat dari kejatuhan, dia tidak akan bisa bergerak. Kita juga Temui tabib dan tanyakan tentang pasien baru-baru ini.” Jelas Moo Yeon. Dua anak buahnya menganguk mengerti.
“Ada 22 desa di dekat Gunung Chunwoo. Jadi Kita harus cepat.” Ucap Moo Yeon memperlihatkan peta yang ada ditanganya. 

Ma Chil bertemu dengan Won Deuk, seperti Won Deuk sengaja menemui Ma Chil setelah menagih hutan. Ma Chil mengejek melihat Won Deuk mengaku
terkesan dengan kata-katanya di Biro Hakim, Alih-alih dicap bodoh, tapi memilih untuk mengambil tanggung jawab membayar kembali utangnya.
“Kau mengancam akan menjual Hong Shim.” Ucap Won Deuk marah
“Pasti mimpi buruk untuk memikirkan hutangmu. Aku mengerti yang kau alami. Ini antara kau dan aku, tapi Hong Shim bernilai setidaknya 50 Yang. Jadi Serahkan utangmu padanya dan kita akan berbagi sisanya. Bagaimana?” kata Ma Chil mengejek.
“Kau menggangguku... Rentenir seharusnya mengganggu.. Kau seharusnya tidak nyaman.” Komentar Won Deuk
“Tetap saja, karena kau cukup menyenangkan, Aku akan membantumu dan menjualnya sebagai selir, bukan budak.. Hei.. Ada apa dengan mata dinginmu?” kata Ma Chil melihat tatapan dingin Won Deuk.
“Aku juga sedikit kesal.” Ungkap Won Deuk. Ma Chul menyuruh Won Deuk untuk menunduk.
“Aku mendengar, kau kehilangan ingatanmu. Sepertinya kau kehilangan rasa takutmu. Turunkan matamu.. Ternyata Kau percaya diri untuk bertarung.” Kata Ma Chil mengeluarkan pisau di wajah Won Deuk
“Aku tidak ingat cara bertarung... Aku juga tidak ingat itu karena aku memukuli orang secara sepihak. Aku akan menjatuhkan mataku jika itu yang kau inginkan.” Kata Won Deuk lalu menunduk sebentar.
“Apa Sudah cukup?” ucap Won Deuk sinis. Ma Chil merasa kalau Won Deuks sedang bercanda.  Won Deuk mengaku sedang tidak bercanda.



Sementara Hong Shim gelisah karena Won Deuk yang tidak datang dan berpikir kalau akan dipukuli Ma Chil. Akhirnya Hong Shim tak bisa tinggal diam memilih unuk keluar dari persembunyian, tak sengaja berpapasan dengan Moo Yeon.
Hong Shim merasakan sesuatu dan berusaha untuk mengejarnya, tapi Moo Yeon sudah jalan lebih cepat. Hong Shim pun tak bisa melihat Moo Yeon karena terhenti orang yang membawa barang. Dan Moo Yeon ternyata merasakan juga memilih untuk bersembunyi, setelah memastikan Hong Shim tak ada didekatnya keluar dari persembunyian.
“Kakak? Aku Yoon Yi Seo” ucap Hong Shim menyebut nama aslinya dan bisa menahan Moo Yeon yang baru keluar dari persembunyian.
“Sepertinya kau salah orang.” Kata Moo Yeon mengelak lalu bergegas pergi.
Hong Shim mengejarnya dengan pedang yang diambil penjual mencoba bertarung dengan kakaknya. Moo Yeon masih melakukan hal yang sama saat mereka masih kecil berlatih pedang. Hong Shim pun yakin kalau Moo Yeon itu Kakak yang selama ini dicarinya.
“Ilmu pedangmu masih belum bagus.” Komentar Moo Yeon. 


Woo Deuk kembali ke tempat persembunyian dan panik karena tak melihat Hong Shim.
“Bagaimana bisa kau melakukan ini? Kau hidup seperti ini, Bagaimana bisa, kupikir kau sudah mati. Kupikir kau tidak akan pernah datang menemuiku karena sudah mati.” Kata Hong Shim menahan tangisnya. Moo Yeon hanya terdiam.
“Jangan bilang kau melupakannya. Kita berjanji untuk bertemu di Jembatan Mojeong jika kita berpisah. Apa Kau melupakannya? Kenapa kau begitu? Katakan sesuatu padaku. Katakan padaku alasanmu.” Ucap Hong Shim tak bisa menahan tangisnya.
Akhirnya Moo Yeon pun memeluk adiknya yang sudah lama tak ditemuinya. Hong Shim mengaku kalau sangat merindukan kakaknya. Moo Yeon mengaku kalau ia juga merindukan adiknya. Saat itu Moo Yeon melihat dari kejauhan dua anak buahnya, lalu menarik Hong Shim untuk bersembunyi. 


Hong Shim binggung ingin bertanya, tapi Moo Yeon langsung menutup mulut adiknya agar tak bicara. Dua anak buah Moo Yeon pun lewat, Moo Yeon mengatakan kalau harus pergi. Hong Shim menahan kakaknya agar tak pergi.
“Ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Aku akan mencarimu setelah usai.” Kata Moo Yeon berjanji
“Tidak, jangan pergi. Aku tidak akan membiarkanmu pergi.” Ucap Hong Shim
“Kita tidak seharusnya ada di dunia ini. Jadi kita juga tidak boleh saling bertemu. Kita bisa hidup bersembunyi sehingga tidak ada yang bisa menemukan kita.” Ucap Moo Yeon panik. Hong Shim hanya bisa menangis.
“Ini yang terakhir. Sesudah aku menyelesaikan ini,maka aku bisa pergi bersamamu. Tunggu sebentar lagi. Ini Tidak akan lama” tegas Moo Yeon menyakinkan adiknya
“Rumah di Jalan Gomdallae dengan pohon sakura, Kau harus menepati janjimu kali ini.” Teriak Hong Shim sebelum kakaknya pergi. 


Hong Shim menangis melihat kepergian kakaknya, Won Deuk datang mendekati istrinya bertanya apa yang sedang dilihatnya. Hong Shim buru-buru menghapus air matanya mengaku Bukan apa-apa. Won Deuk memarahi Hong Shim yang pergi padahal sudah meminta untuk menunggu.
“Jangan bilang kau makan gukbap sendirian.” Kata Won Deuk. Hong Shim hanya terdiam.
“Apa Kau menangis?” tanya Won Deuk, Hong Shim hanya diam dan memilih pergi.
“Hei.. Tempat gukbap bukan kesana... Itu hanya semangkuk, bukan dua. Apa Kau tidak akan membelikanku itu? Wahh.. Betapa jahatnya kau.” Keluh Won Deuk melihat Hong Shim berjalan ke arah yang salah seperti menghindar.
“Kau Makan saja.” Kata Hong Shim seperti kehilangan selera, memberikan kantung uangnya.
“Apa Kau memberiku semua uang ini? Maka aku akan makan gukbap dan pancake daging juga... Aku juga akan makan ikan corvina kuning.” Ucap Won Deuk mengoda Hong Shim
“ Terserah.” Ucap Hong Shim tak peduli dan hilang semangat hidup.
“Tidak nyaman makan sendirian.... Kau bilang akan berbagi mangkuk denganku.” Kata Won Deuk, Hong Shim tak peduli memilih untuk pulang. 


Kasim Yang berteriak panik masuk ke istana memanggil Putra Mahkota lau terjatuh karena bertabrakan dengan Soo Ji. Keduanya pun saling menatap, Soo Ji memegag wajah Kasim Yang ingin tahu kabarnya seperti tak epcaya
“Kupikir kau pergi ke ritual hujan dengan Putra Mahkota.” Kata Soo Ji
“Ada ruam di sekujur tubuhku, jadi dia pergi tanpaku, dia bilang itu tidak bersih dan tidak nyaman.” Ucap Kasim Yang
“Putra Mahkota sudah meninggal.” Kata Soo Ji
“Itu tidak benar, kan? Ini mimpi, kan? Aku masih dalam bermimpi 'kan?” ucap Kasim Yang tak percaya
Soo Ji langsung menampar Kasim Yang untuk memastikan kalau ini bukan mimpi.  Kasim Yang memegang pipinya seperti tak percaya, lalu menjerit histeris menangisi Lee Yeol. 


Semua rakyat berkumpul didepan selembaran yang ditempel, semua tak mengerti tulisan  yang ada dikertas, Mereka tak mengerti arti dari surat China itu.
“Ini menunjukkan kematian Putra Mahkota.” Kata Bibi pemilik kedai Gukbap.
“Bagaimana dia akhirnya mati di usia muda seperti itu?” ucap Kkeut Nyeo sedih
“Dia pasti terkutuk... Ayahnya membunuh begitu banyak orang hanya untuk menjadi raja.” Kata Bibi sinis

Semua merasa tak percaya dan merasa Kasihan sekali. Hong Shim berjalan dengan wajah lesu. Kkeut Nyeo melihat Hong Shim bertanya apa yang harus mereka lakukan, karena Putra Mahkota meninggal. Hong Shim terdiam dan saat itu Won Deuk datang.
“Siapa yang meninggal?” tanya Won Deuk binggung. Kkeut menjawab itu Putra Mahkota sambil mengumpat.
“Dia meninggal pagi ini, lantas kenapa dia memerintahkan kita untuk menikah?” ucap Kkeut Nyeo.
“Apa berita kematiannya itu mengejutkan?” tanya Won Deuk binggung melihat wajah suaminya. Saat itu juga Hong Shim langsung jatuh lemas, Won Deuk langsung menahanya. 

Semua mentri mengunakan pakaian putih tanda berkabung, dalam sebuah ruangan melihat jasad yang ditutup dengan kain putih. Saat kain putih terbuka, semua tak percaya kalau Putra Mahkota yang sudah meninggal. Tuan Kim menatap jasad yang dianggap Lee Yeol.
Flash Back
Mentri memberitahu kalau sudah merusak tubuh sehingga orang lain tidak dapat mengenali bentuknya, tapi ingin memastikan kalau mereka  tidak akan ketahuan dan harus memikirkan Bagaimana jika seseorang mengetahuinya.
“Kita hanya perlu melewati proses yang tertutup. Tidak ada yang bisa melihat Pangeran Mahkota lagi karena dia akan terjebak di dalam peti mati selamanya.” Ucap Tuan Kim yakin. 

Saat itu mereka meminta agar Kasim Yang memeriksa tubuh Yang Mulia. Kasim Yang tertunduk sedih ke dalam ruangan, tak percaya kalau Lee Yeol sudah meninggal. Tuan Kim tegang takut ada yang mengenali kalau bukan tubuh Lee Yeol.
Kasim Yang memegang tangan mayat yang goyong dan akhirnya menangis meraung-raung. Semua pun ikut menangis sambil membungkuk memberikan hormat. Tuan Kim seperti bisa bernafas lega. 

Kasim Yang duduk diam di ruangan Lee Yeol yang kosong. Salah satu kasim lainya datang berkomentar kalau  merasa sangat kasihan pada Putra Mahkota menurutnya Kasim Yang sudah cukup  menderita di bawah Lee Yeol si berandal selama 10 tahun.
“Hei.... Sadarlah...” kata Kasim melihat Kasim Yang hanya tertunduk sedih.
“Jangan katakan itu! Dia mengeluh setiap hari, tapi dia sangat bijaksana. Dia kehilangan ibunya di hari ayahnya menjadi raja dan merindukan seorang perempuan. Amarahnya terpendam didalam dirinya.”ucap Kasim Yang membuat temanya terdiam.
Kasim Yang menangis memeluk buku-buku yang sempat dibaca oleh Lee Yeol. Ia mengeluh pada Lee Yeol kalau memang akan meninggal begitu cepat tak perlu banyak membaca, lalu tiba-tiba mengingat sesuatu dengan buku yang dilihatnya. 


Flash Back
Kasim Yang mengunting kuku Lee Yeol yang sedang membaca buku, lalu berkomentar kalau Putra Mahkota  harus terlihat layak untuk ritual hujan. Lee Yeol marah karena dianggap tidak terlihat layak sekarang. Kasim Yang tak banyak komentar kembali mengunting kuku Lee Yeol
“Aku minta maaf. Apa Kau baik-baik saja?” kata Kasim Yang panik karena tak sengaja mengunting kuku terlalu dalam.
“Apa ini Kelihatan baik-baik saja?!! Wajahmu membuatku tidak nyaman.” Keluh Lee Yeol
Kasim Yang pun teringat kuku Lee Yeol yang tak sengaja terpotong olehnya. Ia yakin kalau ada yang janggal dengan kuku dari mayat itu. Tiba-tiba mentri, anak buah Tuan Kim masuk ruangan dan langsung menyuruh pengawal untuk menangkap Kasim Yang. Kasim Yang binggung tiba-tiba dibawa pergi oleh pengawal. 


Ayah Hong Shim masuk kamar melihat anaknya yang terlihat lesu berbaring. Ia berpikir kalau Hong Shim yang terus bekerja demi uang dan membuatnya kelelahan. Hong Shim tetap duduk diam.
“Ayo Duduk dan Kunyah ini untuk menurunkan demam.” Ucap Ayah Hong Shim yang sudah membuat ramuan. Hong Shim menurut.
“Ada apa denganmu? Apa Won Deuk mendapat masalah lagi di pasar? Aku seharusnya...” kata Ayah Hong Shim ingin memberikan pelajaran. Hong Shim menahan tangan ayahnya.
“Aku bertemu saudaraku... Di pasar. Aku melihat saudaraku.” Kata Hong Shim dengan wajah lesu.
“Apa itu bukan hal yang baik? Kenapa kau berbaring di tempat tidur?” tanya ayah Hong Shim binggung.
“Dia pergi. Kami tidak punya waktu untuk berbicara.” Cerita Hong Shim sedih. Ayah Hong Shim mengumpat marah dengan yang dilakukan Seok Ha.
“Kau merindukannya selama lebih dari 10 tahun. Dan Apa dia menghilang lagi?!!” ucap Ayah Hong Shim marah
“Dia harus menyelesaikan sesuatu. Katanya, dia akan menjemputku jika sudah usai.” Ucap Hong Shim
“Jika itu masalahnya, bisakah kau tidak pergi dan tetap bersamaku sebagai gantinya?” kata Ayah Hong Shim sedih
“Bagaimana jika kita ketahuan? Tidak, Ayah akan jatuh dalam bahaya juga.” Ucap Hong Shim tak ingin ayah tirinya ikut terlibat.
Ayah Hong Shim pun ingin tahu nasibWon Deuk. Hong Shim pikir tak perlu khawatir karena ini pernikahan palsu hanya untuk mematuhi perintah Putra Mahkota dan sekarang anak raja itu sudah mati.


Di depan pintu kamar, Won Deuk menguping ingin tahu apa yang mereka bicarakan.  Akhirnya Won Deuk memilih untuk kembali ke kamar, tanganya di taruh didahi tanda kalau sedang berpikir. Teringat kembai saat melihat Hong Shim dengan seorang pria berpelukan sambil menangis.
“Katakan sesuatu. Setidaknya buatlah alasan.” Ucap Hong Shim pada sosok pria yang tak dikenali Won Deuk.
“Siapa......orang itu?” tanya Won Deuk penasaran. 

Goo Dul keluar rumah sambil memakai bajunya, melihat Won Deuk datang dimalam hari berpikir kalau bertengkar dengan Hong Shim, atau diusir dari rumah atau ditendang. Won Deuk mengatakan kalau punya pertanyaan. Goo Dul pikir Itu pasti sesuatu yang sangat mendesak.
“Kenapa kau ada di sini tengah malam... Jadi Kau bisa bertanya. Kau pasti penasaran.. Bisakah kau membuat tubuhmu melakukan apa yang kau inginkan?  Katakan semuanya. Mana yang membuatmu khawatir?” ucap Goo Dul berpikiran yang aneh.
“Hong Shim.” Ucap Won Deuk. Goo Dul makin penasaran ingin tahu ada apa dengan Hong Shim.
“Apa dia bersama pria lain ketika aku melayani negara?” tanya Won Deuk
“Itu tidak mungkin... Sejujurnya, beberapa pria menunjukkan minat padanya. Tapi... dia tidak jatuh cinta pada mereka. Dia menolak semua pria,  Aku bahkan belum pernah melihatnya tersenyum pada seorang pria.” Cerita Goo Dul.
“Istriku, Kkeut Nyeo, bilang. dia tidak pernah mendengar Hong Shim berkencan dengan seseorang. Dia bahkan tidak tahu kalian berdua bertunangan. Kalian berdua sepertinya sudah berkencan selama bertahun-tahun, tapi kami tidak tahu apa-apa.” Kata Goo Dul
“Jika kau tidak tahu tentangku, maka kau mungkin tahu tentang pacar-pacarnya yang lain.” Komentar Won Deuk.
“Kau ada benarnya... Tapi Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Orang-orang di masa lalunya bukanlah masalah.... Seorang pria adalah tentang kekuatan dan kau memiliki semuanya sekarang. Sekarang kau adalah suami Hong Shim dan dia adalah istrimu.” Kata Goo Dul mulai berpikiran yang aneh-aneh lagi.
“Aku tidak mengerti yang kau katakan.” Ucap Won Deuk binggung.
“Maksudku, Kau harus menaklukannya malam ini. Jadi dia tidak akan terganggu. Coba Lihatlah Kkeut Nyeo. Dia tidak pernah terganggu... Aku laki-laki... Hal pertama yang harus dilakukan adalah...” kata Goo Dul dan membuat Won Deuk mendekat ingin tahu. 



Di dalam ruangan pengawal, Kwon Hyuk heran melihat Je Yoon yang hanya menatap keluar dengan tatapan kosong. Je Yoon mengaku tidak pernah pergi keluar malam hari. Kwon Hyuk menyuruh Je Yoon agar keluar saja dan melihat keluar. Je Yoon hanya terdiam seperti dalam kebingungan karena Lee Yeol hilang.
“Apa yang dikatakan oleh surat tertutup Putra Mahkota?” tanya Kwon Hyuk penasaran.
“Itu sebuah teka-teki.” Jawab Je Yoon. Kwon Hyuk bingung dengan Sebuah teka-teki
“Kau terlihat kecewa, yang berarti kau tidak dapat menyelesaikannya.” Komentar Kwon Hyuk
“Aku bisa tapi aku tidak melakukanya” kata Je Yoon. Kwon Hyuk binggung kenapa Je Yoon tak melakukan padahal Itu dari Putra Mahkota.
“Kenapa repot-repot menyelesaikannya ketika dia mati? Bahkan jika aku memecahkannya, dia tidak bisa bilang apa aku benar atau salah. Bahkan jika aku benar, dia tidak bisa mempromosikanku.” Ucap Je Yoon sedih
“Di mana Je Yoon yang kukenal? Je Yoon yang tidak mempedulikan perkataan orang lain. “ ucap Kwon Hyuk memberikan semangat.
“Tidak ada gunanya melakukan itu... Aku sudah memutuskan untuk berhenti menyingkir untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu kulakukan.” Kata Je Yoon kehilangan arah tujuanya.
“Baik. Itu adalah hidupmu dan pilihanmu... Aku tidak bisa memaksamu.” Ucap Kwon Hyuk berjalan pergi.
Je Yoon melihat Kwon Hyuk berjalan dengan kaki pincang lalu bertanya kenapa dengan kakinya.  Kwon Hyuk mengaku Kaus kaki baru yang dibuat ibunya terlalu kecil, jadi Tumitnya tergores. Je Yoon memikirkan sesuatu  tentang tumitnya.
“Jadi bagaimana dengan itu? Aku tidak akan mengganggu.” Tanya Kwon Hyuk mengoda. Je Yoon menyuruh agar pergi saja. 



Je Yoon mengikuti Kwon Hyuk, lalu berjalan sejajar dengan temanya lalu berkomentar kalau tak ada yang tahu Putra Mahkota yang terbaik. Kwon Hyuk mengejek Je Yoon yang menyerah pada teka-teki itu.
“Aku menyadari, tidak ada alasan untuk menyerah... Kasim Yang, kan? Apa dia masih hidup?” ucap Je Yoon
“Aku tidak bisa menjaminnya.” Kata Kwon Hyuk, Je Yoon binggung  Kenapa Kwon Hyuk tidak menjaminnya lalu bergegas pergi. 

Hong Shim menatap ke arah bulan purnama mengingat yang dikatakan Je Yoon.“Katanya, keinginanmu akan terwujud jika lentera sampai di laut dengan aman, Jadi aku menghanyutkannya untukmu. Aku mendo'akanmu, semoga bertemu saudaramu lagi.”
“Berkatmu, aku bisa bertemu dengannya.” Ucap Hong Shim tak bisa menahan rasa harunya.
“Ekspresi itu, seperti saat kau merindukan seseorang. Gerakannya juga menunjukkan dia sangat menunggu seseorang.” Gumam Won Deuk menatap Hong Shim yang menatap ke arah langit dan mengingat kembali yang dikatakan Goo Dul.
Flash Back
“Jika kau melihat Hong Shim, lewati saja dia... Kau Berjalan saja terus... Yang penting adalah pandanganmu... Kau harus perlihatkan "Aku semangat malam ini." Itu pandangan yang seharusnya.” Ucap Goo Dul mencontohkan tatapannya.
“Aku tidak mau... Ini bukan demi diriku...” kata Won Deuk
“Aku mencoba membantumu... Sepertinya kau tidak membutuhkannya. Tatapan normalmu seakan melakukan trik... Tatapanmu...” kata Goo Dul. Won Deuk merasa tak butuh bantuan Goo Dul dan akan pergi.
“Tidak, tunggu! Ini sudah waktunya untuk hal-hal yang baik.” Ucap Goo Dul. 


Hong Shim melihat Won Deuk datang bertanya Dari mana berkeliaran di malam hari. Won Deuk hanya diam menatap Hong Shim teringat dengan pesan Goo Dul untuk membuat buket bunga cantik saat pulang.
“Dalam pengalamanku, semua wanita menyukai bunga. Berikan dengan santai...” pesan Goo Dul.
“Aku mengambilnya dalam perjalanan pulang, bunga ini mengingatkanku padamu.” Kata Won Deuk memberikan sebuket bunga pada Hong Shim
“Apa Bunga ini mengingatkanmu padaku? Bunga ini yang bau pipis anjing” kata Hong Shim binggung.
Won Deuk melonggo kaget, Hong Shim pikir mungkin karena aromanya, jadi semua anjing pipis diatas bunga ini. Dan itu sebabnya tidak ada yang menyentuh bunga yang dibawa suaminya. Won Deuk menjatuhkan bunga ditanganya seperti merasa jijik
 “Kau Jangan memetik bunga mulai sekarang. Di mana pun berada, mereka paling cantik di tempat mereka tumbuh. Kau Masuklah ke dalam dan tidurlah. Aku akan mencari udara segar.” Ucap Hong Shim berjalan pergi.
“Aku lebih suka kau tidak melakukannya.” Kata Won Deuk menarik tangan Hong Shim dan mendekatinya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Hong Shim panik melihat Won Deuk sangat dekat dengan memalingkan wajahnya.
“Kau... tidak menatapku.” Ucap Won Deuk. Hong Shim menatap Won Deuk, setelah itu Won Deuk pun kembali masuk ke dalam rumah.  



Ayah Hong Shim datang langsung memukul pundak Won Deuk sangat keras. Won Deuk terlihat kesal bertanya ada apa. Ayah Hong Shim pikir kalau ia yang harus menanyakan hal yang sama.
“Bibirmu hanya beberapa senti jauhnya... Kenapa berhenti?” ucap Ayah Hong Shim kesal
“Aku tidak ingin menciumnya... Itu untuk mengkonfirmasi teori... Aku membaca tatapannya.” Kata Won Deuk. Ayah Hong Shim hanya bisa menghela nafas.
“Kupikir cuma huruf, tapi Apa kau membaca tatapan juga? Won Deuk, tolong jangan seperti ini... Sadarlah... Pikirkan tentang apa yang sudah kau lakukan sejauh ini... Yang kau bawa hanyalah utang... Jika kau bergantung padanya, .apa dirimu adalah suami yang bisa diandalkan?” ucap Ayah Hong Shim kesal
“Yah... Memangnya siapa aku menyalahkanmu? Akulah yang menyeretmu ke sini untuk menikahinya... Waktu terus berjalan dan Masuklah ke dalam dan tuliskan lebih banyak buku. Lalu Bayarlah utangmu akan kembalikan harga dirimu.” Ucap Ayah Hong Shim.
Saat itu beberapa pria datang membawa buku melhat Won Deuk Sudah pulang. Ayah Hong Shim dan Won Deuk binggung siapa para pria itu. 



Kasim Yang sudah ada di penjara, berteriak agar bisa bertemu Yang Mulia, karean Ada sesuatu yang mendesak untuk diberitahukan padanya. Ia meminta agar Raja tahu dengan yang dikatakanya
“Kasim Yang menyebabkan keributan dan meminta berbicara denganmu.” Ucap Mentri pada Tuan Kim. Tuan Kim yang ada dikamarnya terdiam. 

Si pria datang meminta Won Deuk membacakan buku yang dibawanya, karena melihat di pesta Tuan Park. Won Deuk menoak karena dirinya sibuk dan tidak punya waktu jadi menyuruhnya pulang. Si pria memohon agar Won Deuk mau membacakanya.
“Aku bisa membacanya untukmu, tapi tidak gratis. 2 pun untuk dokumen dan 5 pun untuk buku.” Kata Won Deuk
“Ya tentu saja. Itu tidak bisa gratis.” Ucap Ayah Hong Shim dengan senyuman bahagia.
“Kami tidak punya uang.” Kata Si pria binggung. Won Deuk pun menyuruh merkea cari orang lain untuk membacanya karena ada kerjaan yang harus dikerjakan.

“Tak boleh, Abaikan urusan mendesakmu dan bacakan buku- itu secara gratis.” Kata Hong Shim kembali ke rumah.
“Kau bilang, kita perlu mendapatkan uang.” Kata Won Deuk. Hong Shim meminta Won Deuk melihat tiga pria yang datang.
“Aku ingin memperbaiki kesalahanku secepatnya... Ini demi diriku dan untukmu.” Ucap Won Deuk
“Aku tidak akan membiarkanmu terutama jika itu demi aku. Seorang pria tidak seharusnya memanfaatkan orang miskin.” Kata Hong Shim
“Hong Shim... Kita sangat membutuhkan uang untuk melunasi utang.” Pikir Ayah Hong Shim
“Ini sudah larut pasti sudah mengaburkan penilaianku... Pengetahuan seseorang harus dibagi. Pria hebat harus berbagi pengetahuan yang dia miliki dengan orang lain.” Kata Won Duk.
“Apa maksudnya gratis? Terima kasih, Won Deuk.” Ucap Si pria bahagia.

Tuan Kim datang menemui Kasim Yang di penjara. Kasim Yang berlutut mengaku pasti ada kesalahpahaman. Ia pikir pasti Tuan Kim mencurigai karena tetap tinggal di belakang, tapi Putra Mahkota memerintahkanku untuk tidak tinggal diam.
“Ada saksi, Tuanku... Tolong percaya aku... “kata Kasim Yang.
“Apa kau ingin hidup?” tanya Tuan Kim dingin. Kasim Yang menganguk jadi meminta tolong agar menyelamatkan hidupnya.
“Apa kau bersedia melakukan apa pun yang aku perintahkan?” ucap Tuan Kim. Kasim Yang menjawab akan siap membantu.
“Selama persidanganmu, tidak peduli apa yang kutanyakan, jawaban kau akan menjadi ini. Itu... Ratu.” Perintah Tuan Kim
“Ya, Wakil Perdana Menteri. Tidak peduli apa yang kau tanyakan, itu akan menjadi jawabanku.” Kata Kasim Yang
“Ngomong-ngomong, apa yang membuatmu terburu-buru ingin memberi tahu Yang Mulia?” tanya Tuan Kim. Kasim Yang melihat sekeliling memastikan tak ada yang mendengar.
“Tubuh di ruang pemakaman...aku tidak percaya itu adalah Putra Mahkota.” Kata Kasim Yang berbisik.
“Beraninya kau berbicara omong kosong seperti itu! Aku memeriksa tubuh sendiri.” Kata Tuan Kim marah menutupi rasa paniknya.
“ Kuku jarinya... Sebelum dia pergi untuk ritual hujan, aku memotong kukunya sendiri. Aku ingat dengan jelas... Aku melukai jari manisnya, tapi mayatnya memiliki kuku yang rapi.” Kata Kasim Yang
“Jika bukan tubuh Putra Mahkota, Maka dia mungkin masih hidup.” Ucap Tuan Kim berjongkok. Kasim Yang pikir seperti itu.
Tuan Kim ingin tahu pada siapa saja Kasim Yang memberitahu, Kasim Yang mengaku tidak seorang pun,karena masih belum tahu siapa yang menyerang Putra Mahkota jadi akan tetap diam. Tuan Kim mengaku bangga pada Kasim Yang.
“Jika aku tidak menemuimu, maka aku akan berada dalam masalah besar.” Ucap Tuan Kim
“Apa ini berarti kau akan membebaskanku?” kata Kasim Yang dan kaget melihat Tuan Kim malah menaruh pisau di lehernya.
Tuan Kim tanpa belas kasihan langsung membunuh Kasim dan sengaja menaruh pisau ditangan Kasim Yang agar dianggap bunuh diri. 

Tuan Kim berjalan masuk di lorong, wajahnya terlihat tegang didepan pintu pelayan ingin memberitahu tapi Tuan Kim sudah lebih dulu masuk. Soo Hye sedang memakai baju berkabung kaget melihat ayahnya yang datang. Tuan Kim pun meminta agar pelayan meninggalkan mereka berdua.
“Kenapa kau terlihat sangat kesal? Semuanya sudah diselesaikan.” Komentar Soo Hye. Saat itu Tuan Kim malah menyerang wajah anaknya dengan memegang bagian pipinya.
“Pada hari ketika aku menusuk hati mendiang mantan raja, yang juga temanku,aku berjanji kepada diriku, bahwa aku tidak akan pernah membunuh siapa pun dengan tanganku.” Ucap Tuan Kim
“Tapi semua tekadku sia-sia hanya karenamu... Aku hidup seperti babi dan anjing. Hidupku tidak berbeda dari seorang tukang daging.. Aku menyadari posisi ini, duniaku, dengan meneteskan air mata darah... Tapi aku akan kehilangan itu karenamu.”kata Tuan Kim sangat marah
“Siapa...ayah dari bayinya?” ucap Tuan Kim penasaran.
“Apa Kau pikir aku membiarkannya hidup? Aku memiliki darah yang sama dengan darahmu yang mengalir di tubuhku.” Balas Soo Hye dengan mata berkaca-kaca

“Tidak, kau tidak bisa membunuhnya... Belum ada pria yang meninggal baru-baru ini di antara mereka yang kukenal. Dan Tidak mungkin kau hamil dengan putra petani belaka.” Tegas Tuan Kim yakin
“Aku menumpahkan air ini, jadi aku akan menghadapinya sendiri... Berikan aku waktu.” Kata Soo Hey.
“Empat hari... Jika aku tidak mendengar berita tentang kematian seorang bangsawan dalam hari-hari itu, Maka Aku akan campur tangan.” Ucap Tuan Kim mengancam.
“Sepertinya Ayah tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan. Tugasmu adalah menjebak Ratu dan Pangeran Seowon. Aku akan melakukan pekerjaanku, dan Ayah lakukanlah tugas Ayah.” Ucap Soo Hye menyindir
“Kau lebih baik membawakanku bukti kematian pria itu.” Tegas Tuan Kim lalu keluar dari rumah. 

Cek My Wattpad... Kang Daniel 

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"




 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar