PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 26 September 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Tabib melihat luka di tubuh Won Deok, lalu bertanya Apa suami Hong Shin itu ditembak dengan panah. Ayah Hong Shin pikir kalau itu Pasti terjadi sesuatu selama  masa wajib militernya. Ia menceritakan saat Won Deok kembali dalam keadaan kacau.
“Aku membalut lukanya dengan kulit pinus  dan sari bakung laba-laba merah, lukanya hampir sembuh.” Jelas Ayah Hong Shin
“Lukanya mulai berdarah lagi karena infeksi.” Kata Tabib. Ayah Hong Shin panik karena berpikir Won Deok akan mengalami hal buruk.
“Mari kita lihat... Denyut nadinya terasa kosong dan energinya rendah. Tapi kurasa dia pingsan bukan karena itu. Kekurangan energi dan makanan yang berkepanjangan menyebabkan pening dan tak sadarkan diri” kata Tabib setelah memeriksa denyut nadi.
“Aku sungguh frustrasi... Bisakah kau menjelaskannya dengan sederhana dan cepat? Maksudmu kondisinya parah atau tidak?” kata Ayah Hong Shin panik.
“Dalam istilah orang awam, dia pingsan karena kelaparan.” Kata Tabib. Keduanya kaget mendengarnya.
“Selama ini dia hanya makan sedikit karena sangat pemilih soal makanan.” Ucap Ayah Hong Shim
“Apa maksud Ayah? Tempo hari dia menghabiskan seporsi gukbap di pasar.” Keluh Hong Shim kesal
“Seharusnya dia tidak melakukannya. Luka cenderung memburuk jika kita makan sup panas. Kalau begitu, ini akibat ulahnya sendiri.” Keluh Hong Shim kesal
“Aku akan memberinya resep obat herba yang bergizi. Rebuskan herba itu dengan sungguh-sungguh. Ada tanduk rusa di resep itu, dan harganya akan cukup mahal. Tapi obat itu akan sangat manjur.” Kata Tabib

Hong Shim melonggok mendengar Tanduk rusa, Tabib berpesan agar mereka memastikan Won Deok makan makanan sehat sebelum minum obat, karena Saat mereka merasa lemah, penyakit yang hampir sembuh akan kembali dalam kekuatan penuh.
“Astaga, aku tidak perlu cemas. Dia bukan manusia, tapi siluman yang memakan semua uang kami.” Keluh Hong Shim kesal. 


Keduanya diluar rumah, Ayah Hong Shim mengeluh anaknya yang malah membiarkan tabib itu pergi karena Seharusnya mendengarkan dan membeli obat itu untuk Won Deuk. Hong Shim memberitahu ayahnya kalau  Sudah 10 hari aku tidak buang air besar karena tidak makan.
“Kita tidak mampu membeli obat herba yang mengandung tanduk rusa.” Kata Hong Shim
“Hanya ada satu cara agar Won Deuk bisa makan tanduk rusa... Aku harus menangkap rusa. Tapi aku belum pernah melihat rusa di Gunung Chunwoo.”kata Ayah Hong Shim binggung
“Dengan kata lain, mustahil untuk menangkap rusa.” Ucap Hong Shim menyadarkan ayahnya.
“Ayah harus melakukan sesuatu. Minimal ayah harus membeli daging.” Kata Ayah Hong Shim khawatir,
“Astaga... Memangnya daging gratis? Dia sudah berutang 30 yang. Apa Ayah mau menambah utangnya?” kata Hong Shim kesal
“Kaulah yang ingin dia bekerja... Maka setidaknya kita harus membantunya pulih. Jika terus berbaring seperti itu, bagaimana dia bisa bekerja dan melunasi utang?” jelas Ayah Hong Shim
“Tapi... Tidak boleh ada utang lagi.” Tegas Hong Shim. Ayahnya mengeluh anaknya yang tak mau menuruti perkataaan ayahnya.
“Baiklah. Lakukan sesukamu karena dia suamimu... Biarkan dia mati jika kam mau. Ayah tidak akan peduli lagi.” Keluh Ayah Hong Shim kesal
“Astaga, apa yang harus kulakukan? Jika orang yang berutang mati, siapa yang akan membayar utangnya? Siapa yang harus membayar? Apa Aku harus membayarnya? Wah... Merepotkan sekail.” Keluh Hong Shim menatap kamar yang tertutup. 



Hong Shim menatap Won Deuk yang terbaring dikamar akhirnya pergi ke hutan mencari tanaman herbal, menyimpanya dalam tasnya. Setelah itu memekai ketapel untuk menangkap ayam yang terbang. Tanganya seperti sangat terampil mengambil bahan makanan dari hutan.
Ia lalu pergi dapur merebus ayam di dapur dan ramuan obat untuk Won Deuk. Saat malam hari, Hong Shim memberikan makan dan juga obat dalam bentuk cairan agar suaminya bisa pulih, tak lupa mengompresnya agar suhu tubuhnya turun.
Pagi hari, Ayah Hong Shim bangun menatap kamar anaknya yang masih tertutup.
“Sebenarnya aku senang dia sakit. Berkat ini, mereka berdua tidur sekamar. Aku harus membiarkan mereka berdua, entah akan bertengkar atau tidak. Aku tidak boleh terlibat.” Ucap Ayah Hong Shim lalu pami pergi kalau akan pergi ke pegunungan.


Won Deuk perlahan membuka matanya, seperti masih lemah dan mencoba untuk membuka lebar. Lalu melihat Hong Shim yang berbaring di lantai disampingnya, matanya menatap Hong Shim seperti hatinya mulai tertarik dan mengelus rambut Hong Shim.
Hong Shim membuka matanya sempat melihat tangan Won Deuk yang memegang rambutnya. Won Deuk sempat gugup lalu langsung berpura-pura tidur menarik tanganya. Keduanya terlihat canggung dan akhirnya sama-sama duduk.
“Bukankah aku menyuruhmu pindah kamar? Kenapa tidur di sini?” ucap Won Deuk marah
“Aku menyelamatkan nyawamu dan lihatlah cara bicaramu... Ini karena aku harus merawatmu semalaman.” Keluh Hong Shim kesal
“Apa yang terjadi?” tanya Won Deuk. Hong Shim mengejek Won Deuk yang  sekarang tidak ingat kejadian tempo hari
“Kau terjatuh dan pingsan da juga memecahkan kendi di Gunung Chunwoo. Kau tampak sehat-sehat saja, tapi bahkan tidak sanggup memikul kendi. Kenapa kau memecahkannya?” tanya Hong Shim
“Aku mendaki gunung dan kepalaku terasa sangat sakit. Aku merasa sesak hingga tidak bisa bernapas. Aku ingin tahu apa yang kualami di sana.” Kata Won Deuk juga binggung.
“Mungkin kau mau mencari kayu bakar dan malah bertemu macan.” Ejek Hong Shim
“Dalam perjalanan pulang, aku penasaran tentang kisah masa laluku. Dan juga kisah bersamamu... Katakan bagaimana perangaiku dahulu.” Kata Won Deuk penasaran.
“Dahulu kau orang baik.” Kata Hong Shim. Won Duk ingin tahu agar Hong Shim menceritakan lebih spesifik. Hong Shim mengingat saat bersama dengan ayahnya. 



Flash Back
Ayah Hong Shim menceritakan kalau Won Deuk sangat gagah dan bisa diandalkan, ramah. Hong Shim ingin ayahnya agar menceritakan kepandaiannya, bukan kepribadiannya karena harus menyuruhnya bekerja apa pun untuk melunasi utangnya.
“Dia mahir bersikap tampan.” Kata Ayah Hong Shim. Anaknya menganguk mengerti.
“Tapi Apa Hanya itu?” tanya Hong Shim penasaran. 

Hong Shim memberitahu Won Deuk itu pekerja keras, Entah itu menanam padi, membajak, atau memberi makan hewan akan menyelesaikan pekerjaan dalam setengah hari. Won Deuk mengerluh kalau Bukan jawaban itu yang diinginkan.
“Aku tidak bisa membayangkan diriku dengan cerita seperti itu.” Ucap Won Deuk. Hong Shim seperti kebingungan karena sudah berbohong.
“Maka...Apa yang harus kuceritakan?” ucap Hong Shim lalu teringat sedng  merebus air di tungku dan bergegas keluar karena panik.
“Kau sendiri tidak tahu siapa dirimu, mana mungkin aku tahu? Wah.. Kenapa semuanya berakhir seperti ini?” keluh Hong Shim menatap ke arah kamar tempat Won Deuk tidur. 

Hong Shim pergi ke dapur melihat masakan yang baru dibuatnya, lalu dikagetkan dengan Won Deuk sudah ada didepan pintu. Ia mengeluh suaminya yang sudah duduk didepan pintu. Won Deuk mengaku Saat tidur mendengar ayah Hong Shim pergi untuk melakukan tugasnya.
“Tapi tugasnya bukan hari ini... Apa Gu Dol berpura-pura sakit lagi? Berandal itu tidak punya rasa tanggung jawab.” Keluh Hong Shim kesal
“Lalu Bagaimana kondisimu?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengaku merasa jauh lebih baik.
“Tentu saja setelah semua yang kulakukan untuk merawatmu. Aku mencari di seluruh pegunungan untuk memberimu makanan sehat.” Kata Hong Shim banga.
“Apa Pipimu terluka karena itu?” tanya Won Deuk khawatir. Hong Shim memegang pipinya tak ingin membahasnya.
“Aku harus membuatkanmu sarapan, jadi tunggulah di dalam. Jika tidak, maka kau akan pingsan lagi.” Ucap Hong Shim mengeluarkan sesuatu dari kendi.
Won Deuk bertanya apa yang akan dibuatnya. Hong Shim mengatakan kalau akan membuat sup cacing tanah. Won Deuk kaget dan bertanya apakah ia juga memasukkannya pada sup yang dimakanya semalam. Hong Shim membenarkan kalau yang di simpannya bukan cacing tanah biasa.
“Cacing ini punya garis putih di sekitar lehernya.”  Kata Hong Shim bangga memperlihatakan cacing ditanahnya. Won Deuk tak bisa menahan mual lalu bergegas  pergi. 


“Hei... Jangan muntah... Apa Kau tidak tahu betapa berharganya cacing tanah... Kau harus Telanlah sekalipun supnya naik.” Ucap Hong Shim menekan mulut Won Deuk agar tak muntah. Won Deuk langsung menghempaskan tanganya.
“Apa Kau baik-baik saja? Muntahmu sudah berhenti?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengumpat marah.
“Kenapa kau menyuapiku makhluk menjijikkan seperti itu?” teriak Won Deuk marah.
“Tapi kau menikmatinya.” Kata Hong Shim. Won Deuk pikir itu karena tidak tahu bahannya dan juga sedang tidak sadar.
“Apa Kau tidak tahu kisah Biksu Won Hyo? Dia masuk ke gua dan meminum air, bahkan menelannya dengan lancar. Keesokan harinya, dia tahu itu air  dari tengkorak. Apa Kau pikir dia muntah sepertimu setelah mengetahuinya? Tidak, dia menjadi sadar... Air yang sama, kemarin terasa lezat, tapi hari ini terasa menjijikkan. Dia sadar itu salah... Dia menyadari semuanya tergantung hati kita. Ini disebut Pencerahan Pikiran..” Cerita Hong Shim.
“ Apa sekarang kamu berusaha mengguruiku?” kata Won Deuk marah
“Cacing tanah itu hanya hidup di tanah. Kenapa kau menilai dari penampilannya?” keluh Hong Shim
Won Deuk pun bertanya kenapa Hong Shim tidak coba memakannya. Hong Shim menagku tidak akan memakannya karena sup itu bukan seleranya. Won Deuk mengumpat kalu itu sangat menjijikkan jadi tidak akan membiarkan Hong Shim lolos begitu saja dengan tangan menunjuk.
“Aku harus menghukummu!” kata Won Deuk. Tapi Hong Shim malah mendekap tangan Won Deuk dengan ayah bahagia. Won Deuk binggung kenapa Hong Shim seperti itu.
“Itu Karena aku senang dan Sebenarnya aku cemas jika kondisimu parah. Tapi melihatmu berteriak, kurasa kondisimu sudah pulih. Mulai sekarang, jangan sakit atau terluka... Tubuhmu tidak hanya milikmu.” Kata Hong Shim.
Won Deuk bingung apa maksud ucapanya, Hong Shim menegaskan kalau Tubuh Won Deuk adalah miliknya hingga melunasi semua utang. Won Deuk menarik tangan agar Hong Shim melepaskan tanganya, tapi Hong Shim tetap memegangnya dengan erat. 




Ayah Hong Shim akan pergi ke gunung dikagetkan melihat ada petugas kerajaan. Kwon Hyuk bertanya apakah Ayah Hong Shim petugas mercu suar. Ayah Hong Shim membenarkan dan sedang dalam perjalanan untuk melakukan tugasnya.
“Siapa Anda?” tanya Ayah Hong Shim tertunduk ketakutan.
“Aku petugas pengawal istana dari Hanyang.” Kata Kwon Hyuk. Ayah Hong Shim menganguk mengerti.
“Apa Kau tidak melihat pria aneh di gunung ini beberapa hari lalu?” tanya Kwon Hyuk. Ayah Hong Shim mengaku tak melihatnya.
“Sebagai petugas mercu suar, aku sering datang ke gunung ini. Aku hanya melihat hewan, bukan manusia. Bahkan tidak ada orang yang datang di sekitar area ini... Omong-omong, siapa yang Anda cari?” tanya Ayah Hong Shim. 

Kwon Hyuk ingin memberitahu tapi saat itu pengawal lain datang memberitahu sesuatu,  Kwon Hyuk pun pamit pergi mengikuti pengawal lain ke bagian atas gunung.
“Entah siapa yang kau cari, tapi kau tidak akan bisa mencari orang itu.” Ucap Ayah Hong Shim menatap Kwon Hyuk yang pergi.
Kwon Hyuk jalan dengan cepat ingin tahu apa yang terjadi,  Pengawal mengatakan menemukan jubah di sungai dan itu diduga milik Putra Mahkota. Kwon Hyuk pun langsung makin bergegas. 

Hong Shim mengajak Won Deuk ke tempat kayu bark. Won Deuk binggung karena Hong Shim yang menyuruh memotong kayu bakar. Hong Shim mengingatkan kembali ucapan Won Deuk yang bilang ingin ingatannya kembali dan Semua kayu bakar bisa membantu mengingat perangai Won Deuk.
“Selama apa pun aku melihatnya, ini tampak asing.” Pikir Won Deuk.
“Cobalah lakukan dahulu... Tubuhmu mungkin ingat meski pikiranmu lupa.” Kata Hong Shim memberikan kapak untuk membela kayu bakar.
“Kau masih bisa melarikan diri dari anjing gila walau tidak lari selama sebulan. Begitulah cara kerja tubuh kita. Ingatanmu akan kembali begitu kau melakukannya.”jelas Hong Shim
Won Deuk mencoba membelah kayu tapi tanganya tak bisa membelah kayu, Hong Shim akhirnya menyuruh Won Deuk untuk memutar jerami agar menjadi sandal, tapi tak bisa melakukanya. Hong Shim gemas meliahtnya.
Akhirnya mereka pergi ke hutan, Won Deuk sudah memegang sabit, wajahnya sangat percaya diri tapi ketika memotong tanaman seperti sangat kesusahan,bahkan membuat sabit terlepas dari gagangnya. Hong Shim makin kesal. 


Keduanya pun berjalan menuruni bukit, Won Deuk berkomentar kalau  Benda bernama sabit ini sangat berbahaya jadi menurutnya ini bukan jenis pekerjaannya dan Setiap manusia dilahirkan berbeda jadi mereka  pasti punya bakat yang berbeda.
“Aku pasti pandai melakukan sesuatu... Kita harus mencarinya.” Ucap Won Deuk. Hong Shim hanya diam dan terus ebrjalan.
“Sikap Diammu membuatku merasa tidak nyaman.” Keluh Won Deuk.
“Semua tentang dirimu membuatku merasa tidak nyaman... Bahasa bangsawan payah itu adalah ciri terburukmu. Jadi Bawalah ini dan ikuti aku....” Ucap Hong Shim memberikan kotak peralatan pada Won Deuk. 

Tuan Kim menemukan topi pengawal yang sudah terkena lumpur. Pengawal memberitahu kalau mereka bisa segera menemukannya. Tuan Kim mengeluh kalau Putra Mahkota itu merepotkan bahkan setelah mati,  Saat itu terdengar suara.
“Di sebelah sini... Itu jubah Putra Mahkota...” ucap Pengawal. Mereka pun bergegas ke bagian sisi sungai dan terlihat pakaian Lee Yeol
“Kalian Tunggu apa lagi, Periksa jasad itu.” Kata Pengawal. Tuan Kim menahanya.
“Aku.. akan memeriksanya sendiri.” Ucap Tuan Kim berjalan ke arah mayat yang diduga adalah Le Yeol
“Tunjukkan rasa hormat kalian... Dia Putra Mahkota.” Kata Tuan Kim lalu semua orang langsung berlutut. 


Keduanya berjalan pulang, Won Deuk mengeluh kalau Semua debu itu membuatnya haus jadi ingin makan baesuk dingin, bahkan Air pun tidak masalah. Hong Shim terdiam lalu melonggo melihat ada dua orang didepan rumah.
“Bayarlah kendi itu.” Kata Tuan Park dan Rentenier meminta bayar bunga.
“Ayolah. Urusanmu tidak mendesak, jadi Bayarlah kendinya dahulu.” Kata Tuan park
“Dia meminjam uang dariku 15 hari yang lalu dan memecahkan kendi beberapa hari lalu. Jadi Bayarlah aku dahulu.” Ucap Rentenier.
“Kendi itu milik Biro Hakim... Mereka harus lebih dahulu membayar pada pemerintah.” Kata Tuan Park 
“Apa Kau tidak bisa melakukan apa pun tanpa kendi?” sindir Rentenier.
“Ma Chil... Apa Kau membantahku? Aku seorang pejabat. Kau hanya rentenir yang beroperasi secara ilegal. Jaga ucapanmu.”kata Tuan Park marah
“Hei... Berani sekali kau meremehkanku padahal hanya pejabat rendahan?” keluh Ma Chil.
Tuan Park tak terima dianggap Pejabat rendahan dan menurutnya Ma Chil bkan orang hebat karena mengenal Hakim karena harus menghajar dengan kemampuan seni bela dirinya. Ma Chil marah dianggap orang bodoh. Keduanya saling adu mulut dan akhirnya berkelahi.
Hong Shim hanya bisa terdiam melihat keduanya adu mulut, sementara Won Deuk panik karena keduanya akan terjatuh di atas tanaman yang dibelinya dan mendorong agar menjauh.

“Kalian berdua, hentikan!” teriak Hong Shim,
“Bayarlah kendinya dahulu.” Ucap Tuan Park. Ma Chil ingin Hong Shim membayar bunganya lebih dulu.
“Bunga ini sangat mahal, Hampir saja rusak.” Ungkap Won Deuk memegang bunga yang sangat disayanginya. Hong Shim pun mengajak mereka untuk ikut denganya. Keduanya bertanya kemana mereka akan pergi. 

Mereka pergi ke kantor hakim, Hong Shim mengatakan tidak sanggup membayar utang. Hakim Park ingin tahu alasan tidak sanggup membayar utang. Ma Chil memberitahu Hakim kalau Pria bernama Won Deuk itu sudah menandatangani kontrak dan memperlihatkan surat ditanganya.
“Dokumen itu tidak sah.” Kata Hong Shim, Ma Chil bertanya apakah Dokumen yang Won Deuk tanda tangani sendiri tidak sah dengan nada menyidnir.
“Apa Anda ingat Mal Nyeon yang wafat dua tahun lalu? Dahulu dia memakai bunga sebesar ini di rambutnya. Dia mencuri cincin giok dan tidak dihukum... Apa alasannya?.” Ucap Hong Shm
“Ya... Dia benar-benar lepas...Karena dia gila.” Kata Hakim. Hong Shim bisan mengerti.
“Anda tidak mendakwanya karena mentalnya tidak stabil... Suamiku Won Deuk juga begitu.” Kata Hong Shim
“Apa Maksudmu Won Deuk sungguh bodoh? Kau tidak bisa mengatakan itu sekarang. Dia tampak baik-baik saja.” Ucap Hakim
“Kau jelas-jelas mengatakan ada yang salah dengan kepalanya hingga dia tidak berguna dan kau bilang akan menjualku sebagai gantinya.” Kata Hong Shim pada Ma Chil
“Aku bukan orang bodoh. Aku baik-baik saja.” Tegas Won Deuk membela diri. Hakim menyimpukan kalau Won Deuk mengaku baik-baik saja.
“Aku bisa membuktikan kebalikannya.” Kata Hong Shim meminta tolong Goo Dul sebagai saksi.
“Dia tidak tahu soal kejadian di gudang jerami... Menurutku itu aneh... Di Gunung Chunwoo. Saat kami pergi ke Gunung Chunwoo, aku menyuruhnya membawa pengangkut kendi, tapi dia memakainya secara terbalik dan itu mengejutkan.” Cerita Goo Dul
“Aku menyuruh dia membayar sup dan nasi yang dia makan, tapi dia malah berkedip kepadaku seperti itu. Aku tidak percaya ada orang bodoh seperti dia.” Komentar bibi pemilik kedai
“Tempo hari dia memegang tanganku dan memasukkannya ke kotoran.” Ucap Teman Hong Shim
“Dia terus kabur dariku karena tidak mau mengembalikan sepatu hitam yang dia pinjam untuk pernikahannya. Menurutku itu sangat aneh.” Komentar Tuan Park 


“Seluruh desa membicarakannya... Won Deuk itu TAG... Dia Tidak Ada Gunanya.” Kata Kkeut Nyeo menambahkan. Won Deuk hanya bisa terdiam.
“Semua cerita itu membuatku berpikir bahwa pikirannya memang tidak waras.” Kata Hakim Park berpikir
“Bagaimana bisa dokumen yang dia tanda tangani dengan cara ditipu itu sah? Kumohon Anda membuat keputusan yang bijaksana.” Kata Hong Shim
“Aku memang bijaksana, kau ada benarnya” kata Hakim Park. Ma Chil tak terima
“Bagaimanapun, memang benar dia telah meminjam uang.” Ucap Ma Chil
Hakim Park akhirnya menyuruh agar mengmbil semua barang yang dibeli Won Deuk dengan pinjaman itu. Won Deuk menolak dengan tegas.  Beberapa orang mengeluh suami Hong Shim tidak waras. Hakim Park menegaskan kalau Won Deuk tidak bisa mengatakan itu, karean dirinya aadalah hakim.
“Aku tidak mau mengembalikan apa pun. Aku tidak bisa mengakui bahwa aku orang bodoh yang tidak waras dan tidak mau utangku dibebaskan karena itu.” Ucap Won Deuk. Hong Shim melonggo bingung. 


Semua akhirnya berjalan pulang dari tempat hakim, semua berkomentar kalau Won Deuk adalah suami sekaligus masalah bagi Hong Shim. Won Deuk berhenti saat Hong Shim yang berjalan didepanya berhenti lalu membalikan badan dengan wajah marah. Semua pun bergegas bubar membiarkan mereka berdua saja. Hong Shim akhirnya mengumpat marah pada suaminya.
“Aku ingin menanyakan itu kepadamu... Hanya demi uang, kau mengubah suami normalmu menjadi orang bodoh?” ucap Won Deuk marah
“ Apa Kau normal? Apa Kau tidak mendengar perkataan orang-orang? Kau tidak normal.” Tegas Hong Shim marah
“Kau bilang aku melakukan semuanya dengan baik. Aku hanya mengalami kesulitan karena hilang ingatan. Bukannya menutupi kesalahanku...” kata Won Deuk dan langsung disela oleh Hong Shim.
“Jumlahnya 30 yang. Aku bisa menghapus utang itu. Siapa peduli kau bodoh atau lebih bodoh?” kata Hong Shim.
“Kenapa kau tidak menjadi selir?.. Kau pasti sudah tahu aku miskin. Kenapa kau mau menikah denganku? Jadilah selir jika kau sangat menyukai uang. Kenapa? Apa Kau tidak mau suami tua dan lebih memilih aku yang sehat dan muda?” ucap Won Deuk.
Hong Shim tak bisa menahan amarahnya langsung memberikan tamparan. Won Deuk tak percaya kalau Hong Shim seorang wanita yang berani menampar suaminya. Hong Shim memilih untuk pergi meninggalkan Won Deuk sendiri. 



Won Deuk pulang ke rumah memegang pipinya, teringat ucapan di kantor hakin kalau Seluruh desa membicarakan dirinya yaitu Won Deuk itu TAG, Tidak Ada Gunanya jadi mereka pikir Semua cerita itu membuatnya berpikir memang tidak waras.Hong Shim memiih untuk pergi ke tempat pemakan ayah dan ibunya.
“Kenapa Ayah tidak menepati janji? Ayah berjanji akan mencarikanku pria yang luar biasa yang seperti Ayah... Karena aku bukan lagi Yoon Yi Suh, tapi Yeon Hong Shim, Apa Ayah tidak menganggapku sebagai putrimu lagi? Andai kau masih hidup, aku tidak akan menikah dengan pria seperti Won Deuk.” Ungkap Hong Shim kecewa. 

Raja sedang melakukan rapat di ruangan. Seorang kasim datang menemui Raja kalau Seorang utusan baru saja tiba dari Gunung Chunwoo membawa surat. Raja melihat surat yang dibawa oleh kasim dan wajahnya langsung berubah, Tuan Jung Sa Yeob melihat wajah Raja saat membaca surat.
“Wajah Yang Mulia menjadi pucat setelah membaca surat itu. Surat itu pasti berisi kabar buruk tentang Putra Mahkota.” Ucap Tuan Jung menemui Ratu Park.
“Kabar buruk? Bukankah itu kabar baik bagi kita? Sekarang kau harus fokus untuk meningkatkan pengaruhmu.” Kata Ratu Park dengan wajah bahagia. Tuan Jung mengangguk mengerti. 

Di dalam kamarnya, So Hye menerima berita dari pelayannya,wajahnya masih terlihat tegang menganguk mengerti lalu menatap ke arah jendela sambil menerawang.
Flash Back
Lee Yeol berteriak apa ayahnya kalau tak mau dengan  Putri dari Kim Cha Eon, karena Itu menakutkan dan mengerikan. Raja memegang wajah anaknya memberitahu kalau Hanya Keluarga Park yang bisa melindungi mereka berdua. So Hye yang masih kecil mendengar dan melihat keduanya sedang bicara.
“Andai tidak bertemu sebagai suami dan istri, kita tidak akan berakhir begini. Semoga kamu berada di tempat yang lebih baik.” Kata So Hye menyakinkan kalau Lee Yeol sudah mati.


Je Yoon berdiri diatas tebing menatap ke arah bawah merasa Aneh sekali, Pasti ada sesuatu lalu datang ke tempat pembuat panah. Anaknya sambil menangis menceritakan kalau ayahnya terjatuh dari jurang dan meninggal. Je Yoon kaget mendegarnya.
“Salah satu tetangga menemukannya.... Entah kenapa dia pergi ke sana.” Ucap Si anak yang masih sedih. 

Je Yoon kembali ke markas mengatakan kalau Ada masalah mendesak yang harus dilaporkan kepada ketua. Ketua pengawal mengatakan kalau  Ada masalah yang lebih mendesak yaitu Seseorang merusak dinding kediaman Kepala Gubernur.
“Kau Uruslah masalah itu... Dia geram. Jika terus begini, kita bisa dipecat.” Ucap ketua
“Pembuat panah yang merupakan kunci dalam kasus tabib wanita itu, sudah meninggal. Mereka pasti tahu aku sedang menyelidikinya, Mereka pasti membunuh dia karena takut kita akan mengetahui dalang di balik semua itu.” Ucap Je Yoon mengebu-gebu.
“Berhentilah menyelidiki kasus itu.” Kata Ketua. Je Yoon terlihat kesal.
“Apa karena dia tidak berkeluarga dan kematian seperti itu tidak penting? Tuan, sudah kukatakan pasti ada skema besar di balik kasus ini.” Ucap Je Yoon dengan nada tinggi. 
“Pelakunya menyerahkan diri selagi kau tidak ada.” Ucap Ketua. Je Yoon kaget. 


Je Yoon memegang sebuah panah yang sama di tanganya, lalu bertanya  Sudah berapa lama memakai ini. Si pria terlihat ketakutan mengatakan  sekitar dua tahun, Je Yoon seperti tak percaya meminta agar membuktikan apakah benar memang pelakunya.
Si pria akhirnya pergi ke lapangan memegang panahnya, lalu seekor ayam diterbangkan. Dan dengan cepat, Ayam pun jatuh terkena panah. Je Yoon berkomentar si pria yang sangat andal.
“Bagaimana bisa itu dijadikan bukti? Dia tidak membunuhnya dengan sengaja. Tapi Dia tidak sengaja membunuhnya karena panahnya salah arah.” Ucap Ketua
“Dia bukan pembunuhnya. Tapi tolong kurung dia untuk sementara waktu.” Kata Je Yoon
“Kenapa kita harus mengurungnya jika dia bukan pembunuhnya? Kenapa?”tanya Ketua
“Karena hari ini tanggal 15.” Ucap Je Yoon lalu keluar dari tempat. Ketuanya mengeluh apa hubungannya dengan itu sambil berteriak. Je Yoon tak peduli memilih terus berjalan.  Ketua berteriak karea Je Yoon yang tidak akan pergi ke kediaman Kepala Gubernur. 


Hong Shim pergi ke jembatan melihat dua pria sedang berbicara tentang minum-minum seperti berharap salah satu adalah kakaknya. Tapi tak ada sosok pria seperti sedang menunggunya, ketika membalikan badan Je Yoon sudah ada didepanya.
“Kakakmu sangat kejam... Dia seharusnya menepati janjinya kepadamu.” Komentar Je Yoon.
“Sedang apa kau?” tanya Hong Shim ketus. Je Yoon mengaku sengaja datang karena ingin melihat wajah Hong Shim
“Wanita pasti menyukaimu tiap kali kau mendekati mereka seperti ini.” Komentar Hong Shim melihat wajah Je Yoon yang sangat dekat denganya.
“Itu tidak benar. Aku belum pernah mendekati siapa pun.” Ungkap Je Yoon.
“Maka Apa aku yang pertama?” kata Hong Shim bangga. Je Yoon merasa kalau Itu makin menyinggungnya dan sangat meremehkan dirinya juga.
“Mungkin ini mengejutkanmu, tapi aku ingin mengakui sesuatu.” Kata Je Yoon. Hong Shim langsung melarangnya.
“Kau tidak tahu apa yang ingin kuakui.” Kata Je Yoon lalu menunjuk ke arah sungai didepan mereka.
“Aku kemari untuk mewujudkan harapanmu... Konon harapan kita akan terwujud jika lentera itu tiba di laut dengan selamat. Jadi, aku menaruhnya di air untukmu. Aku berdoa agar kau bertemu lagi dengan kakakmu.” Ungkap Je Yoon.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad...LA LAKERS

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar