PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 19 September 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 4 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Hong Shim memarahi Won Deuk yang menaruh tangan sembarangan, Won Deuk mengaku kalau tidak mencoba menyentuhn tapi hanya mencoba untuk menarik tangan dan harus mengeluarkannya untuk melakukan sesuatu. Hon Shim menyuruh Won Deuk diam dan jangan bergerak saja.
“Kita tidak bisa keluar dari sini seperti ini.” Ucap Hong Shim. Won Deuk ingin tahu apa yang akan dilakukanya.
“Kita harus berguling bersama... Kau bisa Bergulinglah kesana.” Ucap Hong Shim. Won Deuk tiba-tiba menolak
“Aku tidak mau berguling...Aku...ingin tetap seperti ini.” Kata Won Deuk berbaring
“Apa? Kau bilang  tidak nyaman. Jangan bilang kau sekarang menikmati ini!” keluh Hong Shim
“Dibelakangmu... aku melihat tikus... Secara perlahan menuju ke arah ini... Mata kita hanya bertatapan gini. Apa yang harus aku lakukan?” kata Won Deuk panik melihat tikus berjalan seperti mencari makanan.
“Astaga... Hanya tikus kecil.” Ucap Hong Shim seperti biasa melihat tikus.
“Tikus itu bisa tiba-tiba melompat ke wajahku.” Kata Won Deuk panik
“Itulah mengapa kita harus berguling.” Ucap Hong Shim . Won Deuk menolak untuk berguling.
 “Jangan berguling ke kanan... kita akan menekan tikus itu.” Kata Won Deuk panik
“Apa lebih baik daripada melompat di wajahmu?” tanya Hong Shim
“Aku benci kedua pilihan itu. .. Tidak.. aku tidak akan berguling.” Kata Won Deuk. Hong Shim tak peduli langsung menghitung lebih dulu. Won Deuk pun berteriak mulai berguling didorong oleh Hong Shim. 


Ayah Hong Shim menunggu di hutan terlihat panik, lalu dua orang yang tadi menghadang Hong Shim dan Won Deuk datang. Ayah Hong Shim mengeluh keduanya yang datang begitu lama, ingin tahu hasilnya apakah berhasil menghentikan mereka.
“Sudah kubilang jangan khawatir karena ini adalah sepotong kue untuk kita.” Ucap si pria ternyata orang suruhan Ayah Hong Shim
“Apa kau tidak menyakiti mereka?” tanya Ayah Hong Shim memastikan.
“Kami tidak melakukannya.” Kata si pria. 

Flash Back
Hong Shim dan Won Deuk duduk tak sadarkan diri, si pria tambun menyuruh anak buahnya agar mengikat keduanya.  Si pria binggung dengan apa mereka mengikatnya. Si pra tambun mengeluh kalau temanya tak membawa tali. Si pria pikir atasanya itu tak menyuruhnya.
“Apa yang kita lakukan? Mereka akan segera bangun.” Kata Si pria panik
“Kamu tidak pernah bisa melakukan sesuatu dengan benar, kan?” keluh si pria tambun.
“Bagaimana kalau kita gunakan itu?” ucap Si pria menunjuk lembaran karung yang bisa di jadika selimut. 

Si pria tambun yakin kalau mereka  sedang menikmati kebersamaan satu sama lain sekarang. Ayah Hong Shim bisa bernafas lega, Si pria pun bersedia Ayah Hong Shim bisa meminta lagi kalau membutuhkan bantuan seperti ini lagi.
“Aku akan menghentikan mereka kalau melintasi hutan ini lagi.” Kata Si pria tambun. Ayah Hong Shim mengerti dan memberikan bayaran pada keduanya. 

Hong Shim duduk sambil membersihkan badanya, Won Deuk hanya diam dengan tatapan kosong. Ayah Hong Shim datang dengan berpura-pura mempelihatkan wajah panik menanyakan kedaaan anaknya. Hong Shim bingung ayahnya bisa tahu keberadanya.
“aku khawatir, jadi aku mengikutimu keluar. Bagaimanapun, apa yang terjadi?” ucap Ayah Hong Shim.
“Tidak ada yang terjadi, jadi jangan khawatir.” Ucap Hong Shim menangkan ayahnya.
“Apa maksudmu tidak ada yang terjadi? aku membunuh seseorang.” Kata Won Deuk kesal
“Apa? Kau membunuh seseorang? Apa kau membunuh seorang pria?” tanya Ayah Hong Shim panik
“Aku menindih tikus dengan punggungku. Aku belum pernah melakukan hal yang mengerikan seperti itu sebelumnya. Ini semua terjadi karena kau ingin pergi ke desa atas. Kau tidak akan harus membunuh jika kamu tinggal di rumah. Ini semua salahmu! Kenapa kau menyuruhku pergi ke sana?” Kata Won Deuk kesal
“Itu bukan demiku... Kami sedang dalam perjalanan untuk mengumpulkan uangmu.” Kata Hong Shim membela diri
“Aku tidak butuh uang itu, jadi jangan pernah mengajakku pergi ke desa atas lagi.” Tegas Won Deuk
“Dia benar... Ide bagus... kau bukan dari desa atas lagi... Rumahmu ada di sini di Desa Songjoo.”ucap Ayah Hong Shim mengajak mereka untuk segera pulang.
Ayah Hong Shim mengulurkan tanganya, Hong Shim ingin meraihnya tapi ternyata sang ayah malah memegang tangan Won Deuk untuk mengajak pulang. Won Deuk yang tak bisa disentuh langsung melepaskan tangan Ayah Hong Shim dan berjalan sendiri. Ayah Hong Shim menahan amarah dan sadar dengan tatapan Hong Shim yang sinis. 



Meja makan sudah penuh dengan banyak menu makanan. Raja melihat ada menu makanan yaitu Kue daging favorit Putra Mahkota. Ratu Park mengaku kalau itu adalah menu makanan favoritnya dan  mendengar kalau raja  tidak memiliki banyak nafsu makan jadi meminta  pelayan menyiapkannya.
“Bagaimana kau bisa begini tanpa berpikir? Kami masih belum tahu apa dia sudah mati atau masih hidup. Ini Tidak cukup bahkan jika aku kehilangan nafsu makan. Dan kamu melayaniku dengan pancake daging?” ucap Raja marah yang sebelumnya membalikan meja
“Akan buruk jika kau membahayakan kesehatanmu. Putra Mahkota akan kembali dengan selamat, jadi...” kata Ratu Park yang langsung disela oleh Raja
“Apa kau bersungguh-sungguh? Apa kau yakin ingin dia kembali?” kata Raja sinis. Pangeran SeoWon marah mendengar ayahnya yang menyudutkan ibunya.
“Apa kau juga berpikir seperti itu? "Untuk membuat Pangeran Seowon menjadi putra mahkota, Ratu telah melukai Putra Mahkota." Semua orang mencurigaiku setiap kali terjadi sesuatu padanya. Ketika dia jatuh dari kuda dan terluka, semua orang bilang itu karena kutukanku” ucap Ratu Park sedih
“Tidak... Bukan itu... Ibu sangat ingin dia untuk kembali dengan selamat. Dia bilang dia takut mungkin dicurigai sebagai dalang. dan hidupku mungkin akan berada dalam bahaya. Tolong pahami perasaannya.” Kata Pangeran SeoWon membela ibunya
“Aku menjadi sensitif dan tak berpikir jernih, Ratuku, tolong jangan ambil ke hatimu.” Kata Raja. Ratu Park seperti berusaha mengambil hati Raja. 



Di atas gunung.
“Tuanku, mencari hanya gunung tidak akan membantu. Melihat bahwa mayat petugas Putra Mahkota dari yang terdekat belum ditemukan, mereka mungkin pergi ke desa bersama.”ucap Kwon Hyuk
“Raja telah memerintahkan kita untuk melakukan ini secara rahasia. Kami harus memikirkan setiap cara yang mungkin.” Kata Mentri 
“Biarkan aku membuat gambar Yang Mulia dan cari dia di sekitar desa.” Saran Kwon Hyuk
“kau seorang petugas penjaga istana. Beraninya kau mencoba memberikan pendapatmu kepadaku? Bagaimana jika dia menjadi sakit hati karena kita memperluas batas pencarian dan butuh waktu lebih lama? Apa kau akan bertanggung jawab untuk itu?” kata Mentri
Kwon Hyuk pun hanya bisa tertunduk meminta maaf, Mentri pun meminta agar mereka Lebih teliti dalam mencarinya, bahkan setiap batu dan semak di pegunungan. Kwon Hyuk menganguk mengerti. 


Won Deuk langsung menolak untuk pergi. Hong Shim ingin tahu alasanya, Won Deuk mengaku akan semakin tertekan kalau mengetahui faktanya bahwa ia adalah anak yatim piatu tanpa uang sepeser pun. Hong Shim menegaskan kalau Won Deuk harus menggerakkan tubuhny saat depresi.
“Aku lelah karena tidak bisa tidur tadi malam juga.” Keluh Won Deuk
“Tapi sepertinya kamu tidur nyenyak.” Komentar Hong Shim
“Aku tidak dapat menggerakkan lenganku karena belum sepenuhnya pulih.” Kata Won Deuk memegang lenganya.
“Baiklah...” kata Hong Shim mengangkat tanganya seperti ini memukul. Won Deuk langsung bisa mengangkat tanganya untuk menghindar.
Hong Shim menyindir kalau tangan Won Deuk yang terlihat lebih baik. Won Deuk mengaku kalau yang sakit tangan kirinya.  Hong Shim memberitahu kalau merekamemiliki banyak pajak yang harus dibayar dan dengan mengerakan bokong Won Deuk itu tidak akan cukup membayarnya.
“Aku tidak ingin bekerja sekeras itu.” Ucap Won Deuk dengan jiwa sebagai raja.
“Aku tidak tahu tentang hal lain, tetapi kau harus menghasilkan uang untuk makananmu sendiri.” Tegas Hong Shim
“Aku tidak makan.” Kata Won Deuk. Hong Shin kesal dengan Won Deuk yang sangat menyebalkan sekali ingin memukulnya. 


Sang ayah datang menghentikanya,  Ayah Hong Shim langsung mendekati Won Deuk yang Pasti sangat sulit bagi mereka semalam jadi meminta gar mereka berdua harus beristirahat di rumah dan ia akan pergi sebagai gantinya.
“Jagalah semua kotoran dan putar tiga tali jeraminya.” Tegas Hong Shim kesal pada suaminya lalu memilih pergi. Won Deuk mengaku sudah tahu dengan hal itu. 

Hong Shim pergi menemui teman-temanya dengan wajah kesal. Kkeut Nyeo heran melihat Hong Shim berwajah lesuh ketika sudah jadi seorang istri yang baru menikah. Temanya heran dengan pertanyaan Kkeut Nye yang menanyakan hal semacam itu.
“Aku tahu dia tidak bisa tidur cukup semalam. Jadi Apa tipenya? Apa dia mulai duluan pada malam hari atau siang hari?” goda temanya.
“Bukan itu masalahnya... Dia tidak puas baik pada malam hari maupun siang hari.” Kata Hong Shim kesal
“Astaga, aku sangat cemburu, kau menikah dengan pria yang tampan seperti itu, tetapi kau masih mengeluh.” Komentar Kkeut Nyeo.
“Jangan mulai, Tapi Dia ternyata tidak punya uang, yang dia miliki hanyalah tubuhnya.” Keluh Hong Shim kesal
“Apa kau sudah menemukan dirinya sekarang? Aku pikir kamu sudah pacaran sama dia udah lama. “ komentar Kkeut Nyeo heran. Hong Shim mengaku kalau sudah tahu
“Aku tahu, tapi aku semakin kesal karena memikirkannya.” Keluh Hong Shim menutupi kebohonganya.
“Astaga, Apa kau masih kesal saat melihat wajahnya? Aku akan bersenandung bahagia setiap saat jika aku itu adalah dirimu.” Komentar Kkeut Nyeo mengoda dan juga dua temany lainya.
“Bersenandung, Apa?” Aku lebih suka mengendus padanya.” Keluh Hong Shim kesal lalu tak sengaja tanganya terkena lilitan jerami dan berdarah, temanya panik melihat tangan Hong Shim. 



Won Deuk berkeliling melihat rumah yang baru ditinggalinya, menatap ada kotoran sapi dan bertanya-tanya Apa ia satu-satunya yang merasa tidak nyaman dengan rumah ini.  Ia measa tidak nyaman tidak peduli betapa melihat sekeliling tempat ini.
Tuan Park berteriak memanggil Won Deuk, tapi Won Deuk hanya diam saja.
“Won Deuk, mengapa kamu tidak menjawab? Sopanlah sedikit.” Keluh Tuan Park saat masuk ke dalam rumah.
“Aku tidak bisa terbiasa dengan nama Won Deuk.” Komentar Won Deuk
“kau tidak asing bagiku juga... kau seorang petani, tetapi kamu berbicara seperti seorang guru dari Hanyang.” Komentar Tuan Park kesal
“Apa itu kedengarannya seperti itu? Apa mungkin, aku seorang tuan dari Hanyang.” Kata Won Deuk
“Apa sekarang lagi trendi minum di siang hari? Hentikan omong kosong itu, dan kembalikan pakaian pernikahannya.” Ucap Tuan Park. Won Deuk menjawab dengan lirikan matanya.
“Astaga, aku tidak bisa terbiasa dengan kekasaranmu... Berikan aku sepatu itu juga.” Kata Tuan Park. Won Deuk mengaku akan memakainya.
“kau harus mengembalikannya setelah pernikahan... Berikan kepadaku.” Ucap Tuan Park
“Aku telah memakai sepatu jerami, tetapi mereka tidak merasa nyaman. Jadi, aku harus memakai sepatu ini.” Kata Won Deuk menolak untuk mengembalikan.
“Mereka kan aset dari kantor hakim, kau tak bisa memakainya hanya karena kau menginginkannya... Berikan itu padaku.” Tegas Tuan park
“Dasar Menyebalkan sekali.” umpat Won Duk. Tuan Park tak percaya Won Deuk berani mengatakan hal itu dan meminta agar mengambalikanya.
“Sudah kubilang aku tidak mau.” Kata Won Deuk. Tuan Park menegaskan sedang tidak ingin bermain untuk melupakan sepatu itu.
Won Deuk tetap ingin mengunakan sepatu yang nyaman untuk kakinya, dan akhirnya memilih untuk kabur. Tuan Park mencoba mengejarnya tapi Won Deuk sudah lari sangat cepat dari kejaran Tuan Park.
“Dia tidak dapat mengingat apa pun dan bersikap konyol! Apa yang salah dengannya?” keluh Tuan Park Kesal. 




Won Deuk pergi ke pasar melihat-melihat barang-barang yang dijual lalu melihat alas tidur dan berkomentar kalau itu sutra hwamun dari Seongcheon. Si bibi kaget karena Won Deuk bisa tahu hanya dengan melihatnya
“Ini adalah sutra berkualitas tinggi... Kain Sutranya memang berkualitas tinggi, tetapi warnanya tidak harmonis. Apakah kau memiliki satu dengan cahaya lilin berwarna merah?” kata Won Deuk
“kau memiliki standar tinggi untuk penampilanmu, Hanya ada satu yang tersisa, Aku tidak yakin apa kamu mampu membelinya.” Kata Si bibi meremehkan Won Deuk.
“Tunjukkan saja padaku, Aku ingin bantal bersulam dengan peony. dan selimut berwarna merah delima.” Kata Won Deuk
“Tentu, aku akan segera mengambilnya.” Ucap Bibi bergegas dan Won Deuk menghitung semuanya 15 Yang dan 7 pun.
“Biayanya begitu banyak uang untuk mengirimnya ke sini dari Hanyang. Bagaimana dengan 15 Yang?” kata Bibi memberikan tawaran.  Won Deuk memikirkanya.
“Ayolah... aku tidak bisa pergi lebih rendah... Berapa banyak yang kau miliki sekarang?” tanya si bibi
“Tidak ada.” Ucap Won Deuk. Si bibi kaget mendengarnya dan sedang bercanda denganya.
“Apa kau mencoba merusak hariku? Beraninya kau berbicara seperti itu?” teriak si bibi marah
“Apa kau tahu siapa aku” ucap Won Deuk merasakan dirinya seperti dihormati.
“Pergilah sebelum aku melemparkan lebih banyak garam padamu.” Teriak bibi menyiram Won Deuk dengan garam. Won Deuk menutupi wajahnya yang tersiram dengan garam. 



Teman Hong Shim datang terburu-buru memberitahu kalau sesuatu yang mengerikan telah terjadi dan tidak punya waktu untuk disia-siakan. Keduanya berlari dan melihat Meok Goo yang sudah dipukuli. Tiga orang mengumpat pada Meok Goo yang bodoh.
“Apa yang sedang terjadi?” tanya Hong Shim binggung melihat anak desanya yang diinjak-injak.
“Layang-layang Tuan Muda terjebak di pohon. Dia menyuruh Meok Goo naik dan mengambilnya. Meok Goo naik setinggi ini lalu ketakutan dan turun, lalu  mereka mulai menendangnya.” Cerita teman Hong Shim.
“Hentikan, tuan muda... Apa kau hanya perlu layang-layang itu kembali?” ucap Hong Shim akhirnya menyelamatka Weok Goo
“Apa kau bilang bisa memanjat pohonnya?” tanya Tuan Muda yang masih kecil.
“Tidak perlu memanjatnya.” Kata Hong Shim lalu melempar ketapel dan kea arah pohon dan layang-layang pun jatuh.
“Apakah kau melihat itu? Beritahu aku jika layangmu nyangkut lagi. Aku akan mendapatkannya untukmu.” Ucap Hong Shim ramah. Tapi Tuan muda yang sombong mengaku tidak perlu dan bergegas pergi. Hong Shim pun memeluk Meok Goo. 


“Meok Goo... Biarkan aku melihatmu. Apa mereka sudah menyakitimu? kau akan lebam seluruhnya” ucap Hong Shim membersihkan luka ditangan.
“Aku akan baik baik saja, kau sudah menyelamatkanku dari pemukulan yang lebih buruk.” Kata Meok Goo
“Apa aku tidak memberitahumu, Datang kepadaku jika terjadi sesuatu Lalu aku akan menyelesaikan semuanya?” ucap Hong Shim sedih
“Aku tadi ingin berlari kepadamu, tapi aku terjatuh.”akui Meok Goo.  Hong Shim sedih mendengarnya. Meok Goo heran karena Hong Shim yang baik sekali padanya.
“Dulu ada, seorang bocah yang aku sebut Bodoh tinggal di lingkunganku... Senyummu mengingatkanku padanya.” Cerita Hong Shim
“Apa yang terjadi padanya? Apa dia masih bodoh?” tanya Meok Goo. Hong Shim mengaku tak tahu.
“Dia mungkin sedikit kurang bodoh sekarang... Ini pasti sakit... Apa kamu yakin kau baik-baik saja?” ucap Hong Shim sedih. 

Won Deuk sudah berjalan dengan baju bahan sutra dan seperti anak bangsawan, saat itu melihat beberapa orang yang mengeluh karena tak mendapatkan meja padahal sudah kelaparan. Mereka tak percaya kalau sup dikedai itu rasanya enak.
Akhirnya Won Deuk sudah duduk dengan semangkuk sup nasi didepanya, wajahnya seperti tak biasa dengan makanan seperti untuk binatang. Tapi perutnya sangat lapar, akhirnya Ia mencoba kuahnya, Wajah Won Deuk terlihat bahagia dan menghabiskan makan sampai habis.
Won Deuk selesai makan dan melihat seorang pria memberikan kedipan matanya lalu pergi. Si wanita tersipu malu melihat pria dan memberikan pergi. Won Deuk akhirnya akan pergi memakai sepatunya. Si bibi melihat Won Deuk itu orang baru.
“Apa kau menikmati makanannya?” tanya Si bibi ramah pada pelanggan barunya.
“Aku makan karena kelaparan, tapi itu mengerikan.” Ucap Won Deuk lalu memberikan kediapan matanya lalu akan pergi.
“Hei.. kau tidak bisa pergi begitu saja. Bayar untuk makanannya.” Ucap Si bibi menahan Won Deuk pergi.
“Aku baru saja membayarnya... Apa kau ingin aku membayarnya dua kali?” kata Won Deuk memberikan kedipan matanya lagi.
“Beraninya kau mencoba makan dan lari!!! “ucap Si bibi menahan Won Deuk pergi. 



Temanya merasa tak enak dengan Hong Shim karena menerima bayaran sedikit akibat membantu Meok Goo dan mengeluh karena Mengapa selalu membantu orang lain. Hong Shim pikir ini seperti karakter Cina untuk "orang"
“Ini berarti kita harus saling membantu dan bersandar satu sama lain. Mencius menyuruh kami untuk berbelas kasih.” Ucap Hong Shim
“Apa yang kau bilang? Siapa Mencius?” tanya Kkeut Nyeo binggung. Hong Shim mulai panik tak ingin diketahui kalau dulu seorang bangsawan.
“Ada seorang pria bernama Mencius, teman ayahku.” Kata Hong Shim.
“Dia pasti tidak dari sini, aku belum pernah mendengar namanya.” Ucap Kkeut Nyeo. 


Saat itu terdengar suara teriakan si bibi yang mencengkram Won Deuk karena tak mau membayarnya. Kkeut Nyeo sadar kalau pria itu suami dari Won Deuk. Hong Shim pun kaget, lalu bergegas menghampirinya.
“Kenapa kau makan ketika kamu tidak punya uang? Apa kau tidak membayar?” teriak si Bibi. Hong Shim datang ingin tahu apa yang terjadi.
“Dia memesan semangkuk sup dan mencoba pergi tanpa membayar.” Kata si bibi
“Itu tidak adil. Pria lain melakukan kedipan mata dan pergi begitu saja. Kenapa aku tidak bisa melakukan itu?” ucap Won Deuk ikut memperagakan kedipan matanya.
“Pria itu dan aku... Kita...,Waah... Astaga, ini membuat frustrasi.” Ucap Si bibi binggung menjelaskan hubungan dengan pria itu
“Hei... Beraninya kau mengambil pakaianku. Apa kau tahu siapa aku? Aku akan membuatmu dihukum berat.” Ucap Won Deuk marah
“Kau siapa?” tanya si bibi. Won Deuk binggung bertanya siapa dirinya. Si bibi mengeluh karena Won Deuk itu bodoh dan akan membawanya ke kantor hakim dan akan tahu siapa yang salah.
“Jangan lakukan itu.” Ucap Hong Shim lalu memberikan uang pada ibii sebagai bayaran makananya.
“Kenapa kau membayarnya?” keluh si bibi. Kkeut Nyeo memberitahu kalau Won Deuk itu adalah suaminya dan Mereka menikah kemarin.
“Orang bodoh ini?” sindir si bibi sinis. Won Deuk mengeluh kalau tatapan si bibi membuatnya tidak nyaman.


Je Yoon penasaan Kenapa Putra Mahkota memberitahu untuk tidak menyelidiki kasus ini dengan melihat gambaran yang sudah dibuatnya. Lalu ia mengingat saat bertemu dengan Lee Yeol yang memegang kepalanya seteleh menceritakan yang terjadi.
“Mengapa Putra Mahkota menyelidiki kasus ini sendiri?” ucap Je Yoon penasaran melihat gambaran yang ada ditanganya.
“Mengapa kau melihat itu lagi? Kami diberitahu untuk menutupinya.” Kata teman lainya.
“Itu bukan selimut yang digunakan untuk menutupi sesuatu.” Ucap Je Yoon heran. Temanya hanya bisa mengumpat Je Yoon bodoh. 


Soo Ji mengintip dari depan pintu ingin tahu apa yang dilakukan Je Yoon, Je Yoon langsung berdiri menyambutny ingin tahu alasan datang ke kantornya. Soo Jin bertanya paakah Je Yoon sibuk.
“Iya. aku sedang menyelidiki pembunuhan dokter wanita itu.” Kata Je Yoon. Soo Ji merasa sedih mendenagrnya.
“Aku tidak punya orang untuk minum.” Ucap Soo Jin sedih
“Ada pepatah. "Cepat tergesa-gesa." Hari ini.. aku ingin pergi perlahan-lahan.” Kata Je Yoon tak bisa menolak ajakan Soo Ji 
Hong Shim memarahi Won Deuk itu memang memiliki amnesia dan bukan penyakit kebodohan. Won Deuk merasa kalau semua ini tak mungkin terjadi karena berpikir tidak pernah kekurangan apapun dalam hidupny.  Hong Shim pikir Seorang pemabuk tidak pernah mengaku mabuk, jadi orang bodoh tidak akan pernah mengaku bodoh. Won Deuk terlihat binggung
“Ngomong-ngomong, kenapa kamu berpakaian seperti itu? Dari mana pakaiannya?” tanya Hong Shim
“Itu dari Hyungnim.” Kata Won Deuk bangga. Hong Shim tak percaya kalau Won Deuk punya seorang kakak dan tak memberitahu padanya.
“Kelihatannya sangat mahal.” Komentar Hong Shim bahagia melihat baju yang dipakain Won Deuk.
“Ini sutra hwamun dari Seongcheon. Sutra dengan kualitas terbaik... Apa kamu melihat pola bunga krisan yang cantik?” kata Won Deuk bangga.
Hong Shim tak perlu melihatnya ingin menyentuh bahanya. Won Deuk sudah bersiap-siap langsung memperingatkan Hong Shim tak menyentuhnya. Hong Shim mengejar Won Deuk ingin tahu siapa pria itu apakah kakaknya orang kaya. 


Mereka berjalan pulang binggung, karena rumah mereka sudah diubah dengan banyak tanaman. Won Deuk mengatakan kalau Rumah Hong Shim  kotor dan menyebalkan, jadi membersihkannya. Hong Shim binggung melihat tumpukan kotoran sapi yang sudah tak ada.
“Aku bekerja selama tiga bulan untuk mengambilnya. aku bisa mendapatkan setidaknya 10 keping untuk itu.” Kata Hong Shim binggung.
Didalam rumah sudah ada diubah layaknya ruangan putra mahkota walaupun kecil. Hong Shim mengaku atidak suka gambar itu tapi itu lumayan. Hong Shim panik melihat alas tidurnya yang dikeluarkan lalu bertanya  Dari mana Won Deuk mendapatkan uang untuk membeli semua ini
“Aku bilang bertemu hyungnimku.” Kata Won Deuk. Hong Shim pikir kalau kakaknya pasti sangat kaya.
“Ceritakan lebih banyak tentang dia.” Ucap Hong Shim penasaran.
“Aku berada di pasar.” Cerita Won Deuk bangga. 


Flash Back
Won Deuk baru saja dilempar garam oleh si bibi,  saat itu seorang pria berkomentar kalau si bibi terlalu keras kepada pelanggan dan menyuruh Won Deuk agar mengambil yang dingikan karena akan membayar semuanya.
“Apa kau yakin? Kau memiliki hati yang murni dan memiliki penampilan yang tampak mulia. “ ucap Si pria 

Won Deuk mengulang kata-kata si pria dengan bangga "Aku belum pernah melihat wajah elegan seperti itu. Itu bukan wajah yang mudah dilihat dari sini. Aku ingin menjadi temanmu karena masa depanmu tampak cerah."
“Dia bilang banyak hal lain, tetapi aku akan berhenti di sana. Yang penting adalah dia memberiku uang.” Kata Won Deuk
“Apa pria itu memiliki tahi lalat di pipi kirinya?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengingatnya dan berpikir kalau Hong Shim mengenalnya
“Apa dia tidak memberitahumu untuk menandatangani dengan jari tanganmu?” tanya Hong Shim
“Dia melakukan dan berharap menjadi hyungnim, jadi aku menjawab dengan jari tanganku.” Ucap Won Deuk bangga.
“Semuanya, hentikan! Hentikan apa yang kau lakukan dan keluar dari sini.” Teriak Hong Shim pada semua orang.
Won Deuk pikir tak ada yang salah karena semua sedang melakukan dekorasi kamarnya. Hong Shim mengeluh Won Deuk itu benar-benar bodoh, karena Tidak ada di dunia ini yang gratis bahkan semangkuk nasi atau bahkan tanaman gratis.
“Aku akan berurusan denganmu ketika kembali nanti” tegas Hong Shim pada Won Deuk lalu keluar dari rumah
“Selesaikan apa yang kalian lakukan.” Perintah Won Deuk. Semua pun sibuk menyelesaikan semuanya.
“Hei.. Kau tidak punya selera... Bunga merah akan terlihat lebih baik di depan” komentar Won Deuk. 


Hong Shim pergi ke pasar melihat si pria bertahi lalat sedang marah-marah di depan seorang nenek,mengancam untuk membayar bungamnya sampai besok kalau tidak akan membakar rumah putranya. Si nenek terlihat ketakutan.
“Kau membodohi pria yang tidak mengerti mengambil pinjaman. Kami tidak membutuhkannya, jadi ambillah kembali.” ucap Hong Shim menghadang si renternier.
“Aku akan menerima pembayaran jika kau bersedia memberi. Ini jumlah semuanya adalah 30 Nyang... Aku sudah menghitung bunganya, jadi bacalah dengan seksama.” Ucap Si pria memperlihatkan perjanjian.
“Ini sudah penipuan... 30 Yang sudah cukup uang untuk membeli rumah jerami. Tidak ada yang mau mengambil pinjaman sebesar itu!” kata Hong Shim panik
“Aku tahu... Tapi Suamimu benar-benar tidak mengerti. Jadi Bayar bunganya dalam 15 hari.” Kata Rentenir.
“Mengapa aku harus yang membayarnya? Aku tidak mau, jadi lakukanlah.’” Kata Hong Shim menantang
“Tidak perlu terlalu menakutkan, aku bukan orang yang membunuh siapa pun tapi aku menjual orang sebagai gantinya. Dan itu Bukan suamimu, tapi kau. Dia kelihatannya ada sesuatu di kepala, jadi tidak ada gunanya bagi” komentar Si pria. Hong Shim menahan amarah
“Jika kau kehilangan kertas itu, jumlah bunganya akan naik.” Tegas si pria melempar kertas.
“Won Deuk, brengsek itu. aku akan menghancurkannya.” Keluh Hong Shim melihat surat pinjaman. 

Won Deuk istriahat di depan rumah yang sudah ditutup seperti kain. Goo Dol melihat Rumah ini sangat indah dan ingin tahu siapa pria yang memberinya uang. Won Deuk mengatakan kalau pria  itu memiliki alis tebal Dan lelaki tampan itu memiliki tahi lalat besar di pipi kirinya.
“Hei... Apa kau bercanda? Aku telah ke pasar berkali-kali... Kenapa tidak ada yang mendekatiku? Kau tahu apa? Mari kita cari dia lagi... aku ingin menjadi hyungnim-nya juga.” Kata Goo Dul  
“Hei... ada apa denganmu? Dia itu rentenir! Apa kau tidak tahu berapa nilai uangnya?” ucap Ayah Hong Shim khawatir.
“Kau bilang Rentenir? Apa kau meminjam uang dari rentenir?” ucap Goo Dul pabik
“Aku tidak tahu. Dia tidak berkata begitu.” Ucap Won Deuk santai. Goo Dul binggung denga komentar Won Deuk.
“Kau sudah ditipu...  Tentu saja. Siapa yang akan memberikan sejumlah besar uang secara gratis?” kata Goo Dul memukul Won Deuk. Won Deuk menepis debu dari bajunya yang baru dipukul
“Won Deuk, ketika Hong Shim kembali, berlutut dan memohonlah.” Saran Goo Dul.
“Tidak ada pria yang berlutut di depan wanita.” Kata Won Deuk. Goo Dul menegaskan kalau Won Deuk harus melakukannya.
“Jika tidak, kamu mungkin akan mati.” Ucap Goo Dul panik, saat itu tumpukan kayu bakar tiba-tiba jatuh berantakan.  Woo Deuk pun bangun seperti merasakan sesuatu. 


Je Yoon masuk ke sebuah pintu melihat banyak wanita cantik lalu lalang dan melihat kalau ini pasti Aeryeonjeong yang terkenal dan yakin Mereka tidak bercanda tentang tempat di mana mendapat melihat bintang. Soo Ji didekati seorang wanita menyapanya.
“aku tidak ingin diganggu hari ini.” Kata Soo Ji. Si wanita mengerti lalu menunjukan jalan.
“Mengapa kau memberi tahu mereka untuk tidak mengganggumu hari ini? Aku tidak keberatan.” Keluh Je Yoon dan akhirnya ikut masuk.
Seorang wanita dari kejauhan melihat Je Yoon dan Soo Ji seperti mengenalnya dan terkesima alu ingin menemani tamu yang baru masuk. Si Wanita yang mengantar Soo Ji memberitahu kalau tak ingin diganggu hari ini.
“Aku bukan sembarang orang.... aku Ae Wol.” Ucap Ae Wol bangga seperti terkesima dengan sosok Je Yoon. 


Ayah Hong Shim gelisah didepan rumah karena anaknya belum pulang dan berpikir kalau rentenir telah melakukan sesuatu padanya. Goo Dul merasa Ayah Hong Shim yang mengkhawatirkan anaknya sekarang, tapi ia lebih mengkhawatirkan Won Deuk.
“Seharusnya aku menambahkan lentera di semua sudut.” Ucap Won Deuk seperti tak merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
“Won Deuk, sekarang bukan saatnya untuk khawatir tentang dekorasi... Sekarang Dengarkan aku. Ketika Hong Shim masuk, kau berlututlah. Lalu dekatkan kedua tanganmu, menatapnya dengan seperti mata anak anjing, dan mencoba untuk meneteskan air mata jika kamu bisa melakukannya.” Jelas Goo Dul memperagakan.
“Jika tidak, berpura-pura. Pokoknya, memohonlah. Kau bisa mengatakan "Aku sangat menyesal, aku minta maaf. Aku tidak pantas menerima hati nuranimu." Kau bisa Lihatkan, jadi Sekarang cobalah.” Ucap Goo Dul
“ Aku tidak mau.” Kata Won Deuk. Goo Dul pikir Won Deuk itu tidak tahu sifat Hong Shim.
“kau pasti akan mati kali ini... Tolong dengarkan Goo Dul.” Saran Goo Dul merasa ikut panik.
“Kenapa aku harus minta maaf? Rumah terlihat lebih baik dengan dekorasi. Tadi kau bilang begitu bahwa rumahnya terlihat cantik.” Ungkap Woo Deuk tak ada yang salah. 


Goo Dul membenarkan,  kalau Rumah itu memang terlihat cantik dan menegaskan kalau semua ini pasti candaan. Saat itu Hong Shim datang, Ayahnya menyapanya karena khawatir pulang ke rumah sangat lama. Hong Shim lalu mendekati Woo Deuk.
“Apa kau pikiranmu sudah gila itu? kau mengambil pinjaman dari 30yang. Itu cukup untuk membeli rumah yang lebih besar dari milik kita!” ucap Hong Shim marah
“Si penipu jahat itu... Dia tidak menyebutkan itu... Jika dia bilang begitu, bukannya menata ulang rumah, maka aku akan membeli yang baru.” Ucap Won Deuk tanpa rasa bersalah
Hong Shim tak bisa menahan amarah ingin mengambil sabit, Goo Dul menyuruh Won Deuk berlutut. Tapi Won Deuk masih berdiri akhirnya Goo Dul menendang kaki Won Deuk dan membuatnya berlutut. Won Deuk pun berlutut dengan wajah ketakutan.
“Itu sudah terlambat.” Ucap Hong Shim memegang sabit lalu berjalan masuk ke dalam kamar. 


Ayah Hong Shim panik mengikutinya, memint agar tak melakukan pada diri sendiri karena ini tidak benar. Hong Shim sudah siap memotong baju pada tali karena akan mengakhiri pernikahan ini. Ayah Hong Shim menahanya karena baru sehari.
“Jika hakim tahu, dia tidak akan membiarkannya.” Kata Ayah Hong Shim
“Ini 30yang dan Akan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk membayarnya kembali. Jika kita gagal membayar bunga, maka dia akan menjual kita sebagai budak.” Ucap Hong Shim panik
“Aku akan membayarnya kembali... aku akan melakukan apa yang diperlukan untuk membayarnya kembali.” kata Ayah Hong Shim berkorban.
“Mengapa? Seharusnya Orang yang mengambil pinjaman harus membayarnya kembali.” kata Hong Shim marah lalu keluar dari rumah. 

Won Deuk sempat berdiri dan Goo Dul kembali menendangnya agar berlutut. Hong Shim merasa sudah kehilangan pikirannya karena Won Deuk. Ia pikir kalau tak alasan untuk memutuksan pernikahan dengan Won Deuk, Ayahnya terlihat senang mendengarnya.
“kau mati saja sana.” Ucap Hong Shim mengancam dengan sabitnya. Won Deuk berlutut ketakutan. 

Hong Shim menaruh baju diatas meja kalau melihat Won Deuk yang pergi berbelanja. Won Deuk pikir Hong Shim tidak perlu untuk bahasa kasar seperti itu. Hong Shim pikir Won Deuk itu bukan siapa-siapa jadi tak perlu bergaya dan hanya membeli pakaian  itu untuk diri sendiri.
“Apa itu sebabnya kau menatapku?” tanya Won Deuk heran.
“Kapan kau mulai dimanjakan? Apa Sebelum atau sesudah tugas militermu?” tanya Hong Shim penasaran.
“Aku tidak akan mengalami amnesia jika  bisa mengingatnya. Ruangannya kecil dan pengap, tapi setidaknya itu menyenangkan untuk dilihat. Tapi Akan lebih baik dengan kertas di jendela bermotif bunga.” Kata Won Deuk menganggumi kamar yang baru.
“Dia cukup tampan untuk memenangkan hati orang lain kemanapun dia pergi. Dia menguntungkan dengan mulut tertutup. Dia lembut... Dia mungkin pandai memutar tali jerami... Tangan itu sempurna untuk pekerjaan itu.” Gumam Hong Shim menatap ke arah tangan Won Duk
“Pahanya kokoh... Seorang pria harus memiliki paha yang kuat.” Gumam Hong Shim menatap paha Won Deuk. Won Deuk seperti takutan menutup pahanya.
“Matamu sangat tidak nyaman dan Perutku juga merasa tidak nyaman... kamu harus membawa makanan untuk makan malam.” Ucap Won Deuk
“Jika kau menginginkan makanan seperti itu, kau seharusnya membeli beras terlebih dahulu.” Komentar Hong Shim
“Itu tidak terpikirkan olehku. Sekarang  Keluar. kita menggunakan kamar terpisah untuk hari ini.” Kata Won Deuk.
Hong Shim menegaskan kalau ini kamarnya, Won Deuk mengaku akau sudah mendekorasi ruangan ini sesuai dengan gayanya jadi itu adalah kamanrya dan Hong Shim seharusnya keluar. Hong Shim mengerti dengan mengejek.
“Yah... Aku lupa... Ini kamarmu dihiasi dengan utangmu kan... kau akan menggunakan ruangan ini sendiri sekarang dan selamanya. Jadi, kau berhak melunasi utang dan bunganya.” Tegas Hong Shim.
“Apa? Apa katamu? Apa kau tidak dimarahi oleh ayahmu? Aku suamimu yang menikah denganmu.” Kata Won Deuk. Hong Shim mengeluh memiliki suami seperti Won Deuk.
Bersambung ke part 2

 Cek My Wattpad... Kang Daniel 

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"


 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar