Nyonya
Nam dan Tae Ri pergi ke toko pakaian, Nyonya Nam mengatakan kalau memberikan Tae Ri kesempatan, bukan hanya karena
foto atau ancamannya karena Sudah banyak orang seperti Tae Ri yang datang
menemuinya.
“Jadi
Tebak, apa yang terjadi pada mereka semua? Kalau kau diberi kesempatan..., apa
kau bisa memanfaatkannya?” kata Nyonya Nam. Tae Ri dengan tegas mengaku kalau
bisa melakukanya.
“Kalau
begitu, mulailah rumor kencan bersama Soo Ho.” Kata Nyonya Nam memberikan misi
pada Tae Ri.
Geu Rim
melihat perkiraan cuaca memberitahu ibunya kalau besok akan dingin jadi meminta
agar Jangan lupa dengan syal. Nyonya Jo menganguk mengerti, lalu membahas Mengenai siaran yang Geu Rim
yang dilakukan di sekolah menurutnya komentar penutup Soo Ho sangat bagus.
“Bukankah
itu yang sering kau katakan saat Ibu dioperasi? Dan itu Keren sekali
mendengarkannya dari radio.” Kata Nyonya Jo terlihat bahagia.
“Sepertinya,
Soo Ho menyukai kata-kata itu.” Pikir Geu Rim. Nyonya Jo seperti tak percaya
mendengarnya.
Geu Rim
seperti mengingat saat memeluk temanya di rumah sakit dan mengatakan "Menangis
bukan berarti kau sedih. Tersenyum bukan berarti kau bahagia." Ia pun
mengingat saat berlatih dirumah sakit menjadi orang yang tak melihat.
“Ibu...
Apa ibu ingat...saat aku mengikuti pelatihan menjadi seorang disabilitas? Aku
berjalan di koridor rumah sakit dengan penutup mata agar bisa berlatih.” Ucap Geu
Rim mengingat saat seseorang menahanya sebelum terjatuh.
“Saat
itu..., ada seorang teman yang bisa kuajak ngobrol dan mendengarkan radio
bersama.” Ucap Geu Rim mengingat kalau pria itu selalu menemaninya.
Geu Rim
ingin membuka penutup matanya. Soo Ho menahanya, sambil bertanya “Apa kau akan mengingatku?” Geu Rim bermain
diluar rumah sakit dengan masih mengunakan seragam sekolah. Nyonya Nam mengingat
nama itu adalah Woo Ji Woo.
“Ya...
Woo Ji Woo. Pria tanpa wajah itu.” Ucap Geu Rim mengingat kenangan dengan pria
yang tak pernah dilihatnya.
Geu Rim
duduk di kamar membuka sebuah kotak dan mengeluarkan sebuah surat, senyumanya
terlihat setelah membaca sebuah surat yang tertulisa “Kepada relunganku, Song Geu
Rim”
“Hei, Song Geu Rim... Ini aku, Woo
Ji Woo... Aku harusnya mengenalkan diri terlebih dulu..., tapi aku malu untuk
bicara duluan. Aku biasanya tidak malu di hadapan wanita... Dari seseorang yang
masih malu..., Woo Ji Woo.”
“Namanya
Woo Ji Woo.” Kata Geu Rim mengingatnya.
Sementara
di kamar Soo Ho juga membuka sebuah kotak dengan mengeluarkan surat yang
bertuliskan “Untuk relunganku, Song Geu Rim”
Ra Hee
bertemu dengan Geu Rim mengatakan kalau akan membaca naskahnya. Geu Rim
terlihat binggung. Ra Hee pikir Kalau membacanya maka Geu Rim takkan malu. Geu
Rim menceritakan Sejak siaran terakhir Soo Ho mulai membaca naskahnya. Ra Hee
tak percaya mendenagrnya.
“Ya...
Aku menulis tangan naskah jadi Soo Ho punya
Itu saja. Apa Mau kubawakan yang lama?” ucap Geu Rim penuh semangat.
“Apa Kau
hanya punya 1 salinan saja?” tanya Ra Hee. Geu Rim membenarkan.
Di sebuah
restoran
Tae Ri
sengaja berakting seperti menunggu seseorang dan mulai berdandan, beberapa
orang langsung melihatnya. Tae Ri mengambil gambar selfie dan menuliskan
caption “#BibirBerkilau Siapa mau berpesta hari Rabu? Pasanganku adalah Ji Soo
Ho...” lalu mengantinya jadi “Siapa yang akan jadi pasanganku?” dengan senyuman
Sementara
Soo Ho duduk di ruang siaran membaca naskah yang dituliskan Geu Rim "Apa kau akan
memberitahuku jalan mana yang harus kuambil? Tergantung jalan mana yang mau kau
ambil," kata kucing itu. "Aku tak memikirkan tempat tujuanku,"
ucap Alice.”
Saat itu
Ra Hee masuk ruangan menyapa Soo Ho, berpikir kalau sudah mengenalnya dengan
memperkenalkan diri sebagai penulis dari acara perlombaan. Soo Ho mengaku kalau
memang mengenalnya. Ra Hee pikir kalau cukup
terkenal di bidang ini.
“Kau
bertanya pada Penulis Song.. “ ucap Soo Ho masih mengingatnya.
Ra Hee
mengingat saat mengatakan apa dia bisa mengalahkanku di koridor saat itu. Tapi,
Ji Soo Ho... Apa Kau pikir itu bisa dilakukan?”
“Apa Anda
tak ingat? Kemungkinan aku menjadi seorang DJ lebih rendah daripada dia menjadi
penulis utama ” ucap Soo Ho pada Ra Hee yang masih mengingat perkataan Ra Hee
pada Geu Rim
Ra Hee
seperti mengingat dengan jelas perkataan pada Geu Rim “Kemungkinan dia menjadi
seorang DJ lebih rendah daripada kau menjadi penulis utama.” Lalu teringat
kebingungan membela diri. Saat itu Soo Ho menerima telp dan keluar dari
ruangan. Ra Hee melihat naskah yang
ditulis tangan oleh Geu Rim.
Geu Rim
berbicara di telp dengan Sang Goo,
memberitahu kalau Orang-orang yang mendengarkan di radio jadi ingin tahu
perihal kabarnya dan bertanya apakah bisa menelpnya nanti. Soo Ho yang baru
masuk ruangan bertanya ada apa memanggilnya.
“Ya.
Dengan Paman Soo Ho... Aku akan meminta
Paman Soo Ho menghubungimu dalam 10 menit.” Ucap Geu Rim lalu menutup telp. Soo
Ho binggung karena namanya yang diucapkan oleh Soo Ho.
“Hari ini
kita akan menghubungi Sang Goo. Tak apa, 'kan? Kau bisa melakukan siaran
langsung.” Ucap Tuan Lee
“Kurasa
cukup sulit kalau melakukannya tiba-tiba tanpa naskah.” Kata Soo Ho seperti tak
bisa berkomunikasi tanpa naskah.
“Dia
bukan orang asing... Dia Sang Goo... Tanya saja kabarnya dan bicarakan hal
lain... Kau bisa Percaya aku. Kalau ada yang salah, semua itu salahku.” Kata Tuan
Lee menyakinkan.
“Kalau
begitu, Penulis Song harus duduk di sampingku dan membantuku memulainya.” Kata Soo
Ho. Geu Rim terlihat seperti tak masalah.
Soo Ho
bisa tersenyum bahagia dalam ruangan karena ada Geu Rim didekatnya. Di luar
ruangan Tuan Lee berserta manager Kim dan yang lainya sudah siap. Geu Rim
sempat melihat Soo Ho yang menatapnya dan Soo Ho langsung memalingkan wajahnya.
“Kurasa
naskah ini menunjukkan apa dan bagaimana aku akan mengatakannya. Apa kau
mempercepat wawancara Sang Goo...” keluh Soo Ho yang langsung disela oleh Soo
Ho.
“Caramu
berbicara kurang enak... Haruskah kita menambahkan kata "Matikan" dan
"Berhenti bicara"? Atau kau bisa bilang "Hei, Sang Goo. Sialan.
Jangan muncul lagi di hadapanku. Enyahlah!" Haruskah aku mengatakan hal
yang biasanya kau ucapkan?” ejek Geu Rim
“Jadi Dengar.
Lakukanlah sesuai naskahnya saja. Aku akan lebih perhatian kali ini..., paham?”
tegas Geu Rim. Soo Ho menganguk mengerti.
Di luar
studio, Tuan Lee meminta agar Soo Ho bersiap. Soo Ho menganguk mengerti dan
akan membuka lembaran naskah, tapi saat itu hanya kertas kosong tanpa ada
tulisan Geu Rim, wajahnya langsung panik.
Geu Rim melihatnya pun binggung bahkan sampai menumpahkan air diatas
keyboardnya, Tuan Lee diluar ruangan bertanya ada apa disana.
Saat itu
juga terdengar suara Soo Ho mulai berbicara "Bolehkah kau mengatakan jalan mana yang harus kuambil?
Tergantung dimana tujuanmu, kata kucing itu. “Aku tak mau tahu tujuanku," ucap
Alice. "Kalau begitu. kau bisa mengambil jalur mana saja." Geu
Rim hanya bisa melonggo mendnegarnya.
“Itu Dialog
ini dari film "Alice in Wonderland." Pendengar..., jika Anda sedang
berdiri di tengah jalan dan tak yakin dengan arah tujuan Anda..., tidak apa-apa.
Kemanapun Anda pergi jalurnya sama sekali tidak penting. Bukankah orang yang
berjalan bersamamulah yang terpenting? Ji Soo Ho's Radio Romance dimulai
sekarang.” Ucap Soo Ho dengan lancar.
“Ada apa
dengannya?” tanya Tuan Lee setelah menaikan musik. Hoon Jung tak tahu tapi
menurutnya kala semuanya baik-baik saja.
“Soo
Ho... Bagaimana kau melakukannya?” tanya Geu Rim tak percaya. Soo Ho mengaku
kalau sudah mengingat semuanya.
“Aku
mengingat semua yang kau tulis di naskahmu.” Akui Soo Ho lalu memasang kembali
earphonenya.
Nyonya
Nam melihat foto Soo Ho dan Geu Rim sedang berciuman lalu bertanya pada Sek Ah,
Bagaimana bisa ini ada di ruanganya. Sek Ah mengatakan Ada di kotak pos jadi
tak bisa tahu pengirimnya. Nyonya Nam menyuruh agar memeriksa semua rekanan
CCTV dan laporkan padanya.
Di ruang
siaran, Geu Rim akhirnya mengunakan laptopnya untuk menuliskan pengarahan. Ia menuliskan (Penemuan yang mendukung impian
anak muda) Soo Ho mulai berbicara pada nomor telp 4422, kalau akan memberikan penemuan
yang mendukung impian anak muda.
“Kami
akan memberikan Anda seperangkat alat rias.” Ucap Soo Ho dan melihat Geu Rim
yang menuliskan kalau akan terhubung dengan Sang Goo.
“Aku Kang
Sang Goo dari SD Dongil.” Ucap Sang Goo berbicara lebih dulu di telp. Soo Ho
pun menyapanya.
“Setelah
mendengar siaranmu, banyak pemirsa yang ingin mendukung... Maksud saya, pendengar
mengirimkan banyak kado untukmu. Jadi Bagaimana kabarmu?” tanya Soo Ho ramah
“Aku
sedang menulis surat untuk seorang teman. Aku akan memberikan padanya saat dia
kembali. Tapi, Ahjussi..., bagaimana dengan orang yang Anda suruh pergi?” ucap
Sang Goo. Soo Ho terdiam mendengarnya, Manager Kim yang ada di luar ruang
siaran pun seperti merasakan sesuatu.
“Kuharap
dia tak pergi... Kudengar ada seseorang yang kau suruh pergi... Kuharap kau juga
bisa menyuruhnya untuk tetap tinggal saja. Ucapkan "Jangan pergi" daripada
"Pergilah." Paham?” kata Sang Goo. Soo Ho seperti tak bisa
berkata-kata lagi mendengar ucapan Sang Goo. Jason yang ada diluar ruang siaran
bisa tersenyum puas.
Hoon Jung
keluar dari ruang siaran terlihat bahagia karena Siarannya sukses dan
membanggakan diri kalau Lagu-lagunya juga bagus. Saat itu Gamoom berlari
memanggil Geu Rim dan mengajaknya pergi. Geu Rim binggung tiba-tiba ditarik
oleh temanya.
“Semuanya,
dengar... Bagi seorang penulis, apa itu naskah? Itu adalah kehidupanmu!”
ucap Ra Hee menujukan sebuah naskah
dengan tulisan tangan yang sudah di fotokopi.
“Kenapa
naskahku ada di sini?” ucap Geu Rim heran. Semua tak percaya kalau Geu Rim menulis
dengan tangan naskahnya. Geu Rim meminta agar dikembalikan.
“Aku mengajari
mereka... Aku sudah bilang berulang kali. Apa yang terjadi kalau kau tidak mempedulikan
naskahmu.” Ucap Ra Hee mengejek. Saat itu Soo Ho dan Tuan Lee melihat dari
kejauhan.
“Berikan
padaku... Berhenti melihatinya dan kembalikan.” Kata Geu Rim. Saat itu Tuan Lee
mendekat.
“Kembalikan
naskahnya!!” teriak Tuan Lee yang membuat semua kaget dan buru-buru
mengembalikan naskah ke tanganya.
“Kau juga
seorang penulis dan Derajat kalian sama. Lalu Kenapa kau berdiri di sini
seperti seorang pecundang? Aku memang tak paham bagaimana seekor tikus mempermainkan
naskahmu.” Ucap Tuan Lee mengejek Ra He. Ra Hee tak terima mendengarnya.
“Aku
memang tak bisa mengatakan apapun mengenaimu saat kau diperlakukan seperti
pecundang..., tetapi sebagai penulisku, jika kau diperlakukan seperti itu, maka
aku akan membunuhmu.” Kata Tuan Lee marah dan bergegas pergi. Geu Rim tak bisa
berkata apa-apa dengan Ra Hee yang menatap sinis pada Tuan Lee.
Di dalam
mobil
Soo Ho
mengingat kejadian sebelumnya berpikir kalau Saat wanita dalam bahaya maka
tugas seorang pria adalah menolongnya,tapi Tuan Lee malah memarahi Geu Rim. Jason
pikir Soo Ho itu bodoh.
So Ho
mengingat ucapan Tuan Lee pada Geu Rim dengan nada tinggi “Kau juga penulis. Derajat kalian sama. Kenapa
kau berdiri di sini seperti seorang pecundang? Kalau kau diperlakukan seperti
itu maka aku akan membunuhmu.”
“Kenapa
dia tersentuh?” ucap Soo Ho. Jason menebak kalau itu maksudnya Kamikaze. Soo Ho
menjawab kalau itu Siapapun orangnya
“Bagaimana
kau "membantunya"?” tanya Jason. Soo Ho masih mengingat kalau
menyingkirkan si pemabuk. Jason ingin tahu selanjutnya.
Soo Ho
mengingat yang dikatakan “Kedengarannya menarik. Apa aku harus membawa penulis
ke hotel juga? Aku tak pernah datang dengan seorang penulis.” Jason mengumpat
Soo Ho yang bodoh.
“Kalau
begitu kenapa aku menjegal kaki Geu Rim?” kata Soo Ho. Jason kaget Soo Ho bisa menjegalnya
“Yang
benar saja..., usia mentalmu sebenarnya berapa tahun ?” keluh Jason melihat Soo
Ho masih seperti anak kecil. Soo Ho hanya bisa menghela nafas.
Geu Rim
duduk diam diruangan, Tuan Lee masuk bertanya apakah Geu Rim terluka dengan
ucapanya. Geu Rim hanya terdiam. Tuan Lee maminta agar Geu Rim berhentilah
menjadi Anak Baru baginyadan semua orang serta tak akan memanggilny "Anak
Baru" karena meremehkan Geu Rim.
“Soo Ho
banyak membawamu pergi belakangan ini.” Ucap Tuan Lee. Geu Rim ingin
menjelaskan tapi Tuan Lee pikir Penulis harus kemana pun sang DJ membawanya.
“Memang
bagus dibawa kemana-mana saat seseorang ingin melakukannya. Tapi, jangan mau
dibawa kemana-mana sebagai seorang wanita.” Kata Tuan Lee lalu keluar ruangan.
Soo Ho
duduk dikamar sambil mendengarkan siaran radio, seperti sangat nyaman “Dia bilang akan
mengurus kesehatan ayahnya. Penghargaan sang putera atas apa yang ayahnya sudah
lakukan padanya adalah hal yang paling indah bagi seorang ayah yang pensiun. Kami
akan mengirimkan Anda kue sebagai kado. Silakan dinikmati bersama ayah Anda.”
Seung Soo
berkomentar Soo Ho benar-benar bagus. Ra Hee menyangkalnya. Seung Soo pikir
lebih baik mengakui saja karena tak ada yan menyangka kala Soo Ho mengingat
semuanya menruutnya Skill hapalannya memang bagus. Saat itu Geu Rim datang
langsung duduk memesan Telur gulung, sosis tumis goreng, dan kikil bahkan Soju
dan bir juga.
“Apa yang
kau lakukan? Kenapa dia?” ucap Ra Hee heran melihat Geu Rim yang berani duduk
dekatnya.
“Penulis
Ra... Apa Anda tak menyukaiku? Saat aku masih asisten penulismu..., aku
melakukan semua perintahmu dan akhirnya aku berada di posisi ini. Apa Anda tak
bangga? Kenapa Anda tak mengajariku? Kenapa Anda membiarkan penulis buruk ini
terus jadi pecundang seperti itu?” ucap Geu Rim.
Seung Soo
yang mendengarnya hanya terdiam, sementara Ra Hee melihat Geu Rim berpikir
kalau sedang mabuk. Geu Rim yang setengah sadar mengakui kalau sedang mabuk.
“Bukannya
aku menyukaimu atau menghormatimu......tapi...Aku selalu menganggapmu...
...seniorku. Jadi aku selalu melakukan semua yang Anda katakan. Kupikir... Anda
akan memperlakukanku Sebagai juniormu.” Kata Geu Rim teringat dengan masa
lalunya.
Flash Back
Seung Soo
meminta Ra Hee agar membawa Geu Rim dengannya karena bukan asisten pribadinya, bukan pesuruh bukan
budaknya jadi apa yang akan dilakukanya.
“Aku akan
terus menjadikannya asisten penulisku.” Ucap Ra Hee sinis
“Mengajarnya
dan membuatnya lebih baik hingga aku bisa menggunakannya saat kau pergi
menghilang lagi.” Kata Seung Goo
“Kalau
begitu, ajarilah dia.” Kata Ra Hee. Diam-diam Geu Rim mendengar ucapan Ra Hee
dari balik dinding
“Aku
kenal dirimu. Karena dia mudah dan nyaman..., karena itu bukan pekerjaanmu
sehingga dia terus digunakan...Apa aku salah?” kata Seung Goo.
“Jadi Kenapa
kau tak pernah mengajariku sama sekali?...Kenapa?” ucap Geu Rim.
Akhirnya
Geu Rim pergi meninggalkan dua seniornya. Ra Hee mangku benci melihat Geu Rim tak menangis, menurutnya juniornya
itu pura-pura kuat dan pura-pura baik jadi tak bisa tahan melihatnya seperti
itu. Seung Soo pikir Ra Hee sedang bercanda padanya.
“Maksudku
dia boleh menangis sekali saja..., melawanku dan berhenti kerja. Jika dia
melakukannya maka aku takkan melakukan hal ini.” Ungkap Ra Hee setengah mabuk.
Seung Goo mengumpat Ra Hee itu jahat.
“Lebih
baik jadi seorang pecundang dan Lampu terasku berkedip.” Komentar Ra Hee. Seung
Goo heran kenapa harus memberitahunya.
“Ganti
lampunya.” Ucap Ra Hee. Seung Goo kesal merasa kalau dianggap sebagai budak.
“Kau
bilang akan menggantikannya untukku selamanya. Apa Kau tak ingat dengan janji
yang kau buat saat melamarku? Inilah sebabnya aku mencampakkanmu. Apa Kau tak
ingat... semua janji yang telah kau buat.” kata Ra Hee
“Apa Kau
ingat semuanya dengan baik? Apa Kau ingat saat kita pergi merawat kukumu itu
saat ibuku terluka dan dilarikan ke rumah sakit? Tapi, apa sekarang? Apa Kau
menyalahkanku atas perceraian ini?” ucap Seung Soo marah
Ra Hee
nepuk punggung Seung Soo kalau itu Dialog yang bagus jadi menyukainya. Seung
Soo kesal memilih untuk pergi. Ra Hee mengejarknya sampai terjatuh karena
mabuk.
Soo Ho
kaget dengan yang diminta oleh ibunya. Nyonya Nam mengatakan kalau Akan ada
artikel yang terbit hari ini tentang Ji Soo Ho dan Jin Tae Ri. Soo Ho ingin
tahu artikel tentang apa. Nyonya Nam
pikir Soo Ho nanti akan tahu sendiri.
“Wartawan
akan datang ke pesta Tae Ri. Jadi Kau harus difoto.” Ucap Nyonya Nam. Soo Ho
tak peduli keluar dari ruangan.
Saat Geu
Rim baru keluar ruang siaran melihat Tae Ri dan menyapanya. Tae Ri beritanya
apakah Geu Rim sibuk hari ini. Geu Rim bertanya balik ada apa. Tae Ri
memberikan sebuah undagan kalau akan mengadakan pesta yaitu acara perayaan hari
jadi yang penting.
“Apa Kau
mau datang?” ucap Tae Ri memberikan pada Tuan Lee yang baru keluar, tapi Tuan
Lee sinis melemparkan undangan pada Hoon Jung.
“Pasti
acaranya akan seru... Terima kasih... Aku akan pergi.” Kata Hoon Jung penuh
semangat. Tae Ri meminta agar Geu Rim datang sebagai Penggemar lamanya.
Soo Ho
keluar dengan Manager Kim yang ada dibelakanganya ingin tahu Sampai mana yang
diketahui, lalu mencoba mengubah pertanyaanya Kapan manager Kim mengetahuinya.
Manager Kim bertanya apa maksud ucapanya. Soo Ho mengetahui Peran Nam Joo Ha
untuk Tae Ri
“Kau
sudah lama menyukai Tae Ri. Siapa yang menyukai... Siapa lagi selain kau? Dan Skenario
pacaran ini. Jadi Sejak kapan kau tahu?” ucap Soo Ho marah. Manager Kim hanya
diam saja.
“Kau tak
bisa mengatakannya, 'kan?” kata Soo Ho bergegas pergi ke parkiran.
Manager Kim
menahanya. Soo Ho merasa kalau saatnya mereka tak usah bersama lagi. Manager
Kim bertanya apakah Soo Ho yakin dengan ucapanya. Soo Ho bertanya Apa yang
sudah dilakukan manager Kim selain mengawasi yang dilakukan.
“Apa Hanya
itu yang bisa kau katakan?” kata Manager Kim.
“Lalu
apa? Apa yang harus ku katakan? Katakan padaku. Aku akan melakukan keinginanmu.
Apa yang harus kukatakan?” kata Soo Ho marah lalu mengemudikan sendirian.
Soo Ho mengemdikan
mobilnya teringat kembali kenangan saat masih remaja.
Flash Back
Manager
Kim menemui Nyonya Nam mengaku kalau Soo Ho terus menelepon tapi tak
mengangkatnya. Nyonya Nam memujinya meminta agar Manager Kim terus memberikan
informasi. Saat itu SooHo yang baru pulang mendengarnya kalau semua ternyata
atas perintah ibnya.
“Aku yakin dia marah atas apa yang terjadi pada
temannya hari ini.” Ucap Manager Kim.
Tae Ri
berada dalam ruangan menyapa semua tamu yang sudah datang ke acara pestanya dan
juga wartawan yang berkumpul. Soo Ho
menelp mencoba menelp Geu Rim tapi telpnya sibuk.
Ternyata Geu
Rims sedang berbicara dengan Tae Ri ditelp. Tae Ri ingin tahu Kapan Geu Rim
akan datang. Geu Rim pikir tak bisa. Tae Ri mengaku kalau menunggu Geu Rim datang dan akan memotong kuenya dengan mengaku
tak punya banyak teman, Jadi Geu Rim harus datang. Geu Rim pun memutuskan untuk
mampir sebentar.
Soo Ho
heran karena Geu Rim tak bisa dihubungi, akhirnya mengirimkan pesan “Geu Rim.. Penulis
Song.. Dimana kau? Kenapa kau tak mengangkat teleponnya? Apa kau di kantor?”
“Dia
padahal mengejarku terus untuk merekrutku.” Keluh Soo Ho kesal dengan sikap Geu
Rim.
Tae Ri
minum bersama dengan tamu lalu bergegas pergi saat melihat Geu Rim yang
akhirnya datang. Geu Rim mengucapkan Terima
kasih sudah mengundangnya, tapi merasa tak yakin kalau harus datang karena belum
pernah ke acara pesta sebelumnya jadi rasanya agak kurang nyaman.
“Itu bukan
ciri seorang penggemarku dan Soo Ho akan segera tiba. Kau pasti lebih tahu dia
karena kalian bekerja bersama. Bukankah itu malah bagus?” ucap Tae Ri. Geu Rim
kaget Soo Ho datang juga?
“Ya.
Kenapa? Apa ada masalah?” tanya Tae Ri. Geu Rim mengelengkan kepala. Saat itu Soo Ho menelp, Tae Ri melihat nama
Soo Ho seperti tak percaya kalau memiliki ponsel.
Soo Ho
menunggu balasan dari Geu Rim dengan menatap ponselnya, saat itu nomor tak dikenal
menelpnya. Tae Ri langsung bertanya kapan Soo Ho akan datang. Soo Ho heran
bertanya bagaimana tahu nomornya. Tae Ri melirik pada Geu Rim yang sedang
makan.
“Aku
mencarinya sendiri. Wartawannya sudah datang jadi Cepat kemari.” Ucap Tae Ri.
“Kesana
itu mudah tapi apa kau bisa mengendalikan apa yang terjadi selanjutnya?” kata
Soo Ho menantang.
“Apa Kau
pikir aku tak bisa?” balas Tae Ri. Soo Ho menegaskan kalau tak akan datang.
“Penulismu
sudah tiba...” ucap Tae Ri. Soo Ho kaget mendengarnya.
Tae Ri
akhirnya duduk disamping Geu Rim bertanya Apa Soo Ho banyak menceritakan
tentang dirinya, karena So Hoo mengatakan banyak hal perihal tentang Geu Rim.
Geu Rim hanya diam saja. Tae Ri yakin kalau Soo Ho akan datang jadi meminta Geu
Rim untuk menunggunya.
“Semuanya
akan seru nanti. Tapi Aku akan memberitahumu lebih dulu. Sebenarnya..., Soo Ho
dan aku berpacaran.” Ucap Tae Ri. Geu Rim kaget mendengarnya dan saat itu Soo
Ho menelp. Ia akhirnya pamit untuk ke toilet.
Geu Rim
tak mengangkat telp dari Soo Ho, tapi saat itu Soo Ho sudah ada didepanya. Soo
Ho kesal karena Geu Rim menyuruhnya membeli ponsel bahkan memohon padanya, jadi
meminta agar mengangkatnya. Geu Rim akhirnya mengangkat walaupun Soo Ho ada
didepanya.
“Jangan
tolak teleponkku lagi dan Ikut aku. Ada yang harus kukatakan... Ada yang ingin
kukatakan padamu... Aku ingin melakukannya sekarang.” Ucap So Hoo.
Keduanya
akhirnya pergi ke sudut ruangan lainya. Soo Ho mengaku kalau Yang ingin
dikatakan adalah yang seharusnya dikatakan semalam. Geu Rim ingin tahu apa itu.
“Aku
menyukaimu... Aku... menyukaimu.” Akui Soo Ho. Geu Rim terdiam mendengar
pengakuan Soo Ho.
Bersambung
ke episode 8
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar