PS : All images credit and content copyright : KBS
“Song Geu
Rim... Apa Kau...sungguh tidak mengingatku?” ucap Soo Ho lalu menutup mata Geu
Rim dan menciumnya. Geu Rim langsung mendorong Soo Ho setelah menciumnya.
“Ji Soo
Ho , barusan...apa yang kaulakukan... Aku minta Maaf karena memelukmu... Jadi
Makanya kau melakukannya, 'kan? Karena kita berdua sangat merasa antusias... Siaran
langsung kita berjalan mulus Dan pemandangannya indah sekali... Kita pasti
sudah gila.” Ucap Geu Rim merasa kalau keadaan yang membuat Soo Ho melakukanya.
“Tidak..”
ucap Soo Ho. Geu Rim binggung apa yang maksud yang baru dilakukan.
“Entah
kenapa aku melakukannya..Tapi aku tak berhenti memikirkanmu. Aku jadi
penasaran, dan...” jelas Soo Ho lalu saat itu ponsel Geu Rim berdering, Tuan
Lee menelp.
“Kami
sudah selesai, tapi...” ucap Geu Rim lalu berisik kalau Soo Ho sedang
bersamanya lalu kaget kalau Tuan Lee yang akan datang.
Soo Ho
langsung mengambil ponsel dari tangan Geu Rim dan menutupnya, mengajak segera
pergi dan akan menyetir. Geu Rim hanya menatap binggung mengikuti Soo Ho.
Keduanya
duduk dalam mobil dalam diam, Geu Rim akhirnya lebih dulu memanggil Soo Ho
untuk bicara. Tapi Soo Ho malah menjawab dengan membunyikan klakson dengan
keras. Geu Rim kaget dan binggung karena tak ada apa-apa didepan mereka tapi
Soo Ho malah membunyikan klakson?
“Dengar,
aku hanya...” ucap Geu Rim. Soo Ho seperti tak ingin membahasnya, dengan
menyalakan lampu sen karena tak bisa lihat.
“Kenapa
kau nyalakan lampu seinnya?” keluh Geu Rim heran. Tapi Soo Ho malah salah
menekan tombol yang lain.
“Dengar,
soal yang tadi...” ucap Geu Rim mencoba membahasnya. Soo Ho pikir udara dingin
dan mencoba menyalakan pemanas.
“Hei... Kenapa
kau nyalakan ac-nya?” keluh Geu Rim dan meminta agar Soo Ho mau mendengarkan
ucapanya. Soo Ho dengan ketus menyuruhnya untuk diam.
“Aku lagi
dengar radio.” Kata Soo Ho dengan sengaja menyalakan radio. Geu Rim hanya bisa
menghela nafas dengan sikap Soo Ho dan menahan amarah.
Keduanya
sampai didepan rumah, Soo Ho mengaku kalau akan memberitahu tapi karena gugup
tak bisa berkata-kata. Geu Rim menunggu, apa yang ingin dikatakan. Tapi Soo Ho
tetap tak bisa menjelaskaan. Geu Rim
pikir Soo Ho yang belum mengatakan apapun selama 2 jam.
“Kau
harusnya mengatakan alasan kenapa kau melakukannya...” ucap Geu Rim kesal
“Haruskah
aku bicara apa yang kumau?” kata Soo Ho. Geu Rim menyuruh Soo Ho agar bisa
mengatakanya.
“Aku
belum siap hari ini.” Kata Soo Ho. Geu Rim heran siap apa yang dimaksud.
“Ada yang
harus kupersiapkan... Besok. Kuberitahu beso jadi berikan aku waktu.” Ucap Soo
Ho
Geu Rim
makin heran waktu apa. Soo Ho langsung menyuruh Geu Rim untuk keluar dari
mobilnya saja. Ge Rim turun dari mobil dengan mengumpat kesal, lalu berbaring
di tempat tidur bertanya-tanya apa yang akan dibicarakan oleh Soo Ho besok. Ia
teringat kembali saat Soo Ho menciumanya dan berusaha untuk melupakan yang
terjadi. Soo Ho juga berusaha tidur di kamarnya.
Soo Ho duduk diam dalam rumahnya, Jason pulang dengan berteriak kalau baru datang pada sang pasien, lalu melihat Soo Ho duduk tegak berpikir kesulitan tidur lagi dan mengejek kalau terjaga semalaman karena merindukannya.
“Hei...
Apa mungkin semua orang melupakan seseorang seutuhnya?” tanya Soo Ho
“Itu
Mungkin, kalau mereka amnesia atau keracunan alkohol?” kata Jason. meminta agar menjelaskan lebih detil. Soo Ho tak ingin membahasnya.
“Mungkin...,
orang itu tak seberapa penting bagi mereka.” Ucap Jason sebelum Soo Ho pergi
“Kalau
begitu... Bagaimana caramu menjelaskan tanpa menyadarinya?” tanya Soo Ho.
Jason
ingin tahu seperti apa maksudnya, Soo Ho kembali mengingat saat mencium Geu
Rim. Jason melihat Soo Ho hanya diam, berpikir mungkin yang dibutuhkan dalam
hidup Soo Ho mulai bermunculan. Ia menegaskan kalau Ada beberapa hal yang
dikatakan pada pasiennya dan harus dipatuhi.
“Kau tak
boleh mengganti peran siang dan malam. Kau tak boleh menderita sendiri.
Mencemaskan sesuatu yang tak punya jalan keluar..., dan mencari alasannya pada masa
lalu. Tidak diperbolehkan... Jadi, berhenti khawatir... dan lakukan yang kau inginkan.”
Jelas Jason.
Geu Rim
masuk ruangan binggung banyak kardus, bertanya Apa semua ini. Tuan Lee menjawab
kalau semua Surat dari anak SD. Geu Rim seperti merasa kurang bersemangat
berjalan ke arah meja. Tuan Lee dengan penuh semangat membahass kalau Siaran
mereka yang sukses. Geu Rim melihat pot bunga diatas meja.
“Itu kado
buatmu... Dari Soo Ho.” Kata Tuan Lee. Geu Rim terlihat gugup.
“Tanaman
ini sangat berharga... Taruh di mejamu dan biarkan dia melindungimu... Tapi,
kau jadi pemberani, bahakn Kau mematikan teleponku dan tidak menelepon balik.
Kau tak peduli sama orang yang mengkhawatirkanmu. Kau tak khawatir.” Keluh Tuan
Lee. Geu Rim hanya terdiam.
“Apa
sesuatu terjadi antara kau dan Soo Ho semalam?” tanya Tuan Lee penasaran. Geu
Rim tetap diam dan keluar dari ruangan.
Jang Man
dan beberapa teman lainya membahas Radio Romance kemarin kalau itu siaran
pertama Geu Rim bahkan menulis sendiri naskahnya. Jang Man mengaku sangat iri
sekali karena berhasil untuk pertama kalinya.
“Karena
Soo Ho dia jadi penulis utama... Beruntung sekali dia.” Komentar Jang Man. Geu
Rim diam-diam mendengar temanya yang mengomentari tentang dirinya.
“Benar.
Aku beruntung... Tapi...semua itu bukan berkat Soo Ho... Dia membuat
semuanya malah jadi rumit.” Ungkap Geu
Rim merasa menambah masalah.
Soo Ho
dan Ibunya sedang melakukan wawancara di Galeri yang membahas pembukaan galeri
kalau keuntungannya akan didonasikan. Nyonya Nam mengaku kalau Itu idenya dan
ingin perubahan kecil dengan bangga kalau Soo Ho selalu menemaninya.
“Soo
Ho... bagaimana bisa Anda melakukan siaran?” tanya wartawan. Nyonya Nam pikir
kalau ini bukan daftar pertanyaan yang dikirimkan.
“Tak
apa... Sebenarnya itu keputuan yang impulsif. Oleh sebab itu, aku melakukan
banyak kesalahan dan banyak hal terjadi. Tapi, aku sudah belajar banyak. Makanya
semuanya jadi seru.” Ungkap Soo Ho.Nyonya Nam langsung melirik sinis
mendengarnya.
Keduanya
akhirnya berbicar di tangga darurat. Nyonya Nam berkomentar Ji Soo Ho hebat
juga walau tanpa naskah tapi menurutnya kalau mau seperti yang diinginkan dan
melakukan hal yang dikehendaki maka tak ada alasan mereka harus bersama.
“Aku akan
fokus siaran terlebih dahulu jadi Batalkan semua jadwal yang ada.” Kata Soo Ho
“Boleh
Ibu tanya... siapa yang memengaruhimu? Itu Penulis yang merekrutmu Song Geu
Rim, kan?” ucap Nyonya Nam. Soo Ho hanya diam saja.
Siaran
radio terdengar dari tempat penjual toppoki. Tuan Lee dengan lahap memakanya,
tapi Geu Rim hanya diam saja memegang Toppoki di tanganya. Tuan Lee lalu
bertanya alasan si bibi mendengarkan radio
“Radio?
Aku mendengarkannya saat membuat tteokbokki atau sundae. Aku mendengarnya saat
bekerja.” Ucap si bibi
“PD..
Kenapa kau memintaku merekrut Soo Ho?” tanya Geu Rim. Tuan Lee malah heran Geu
Rim yang tiba-tiba membicarakannya lalu membayar 3ribu won dan bergegas pergi.
Geu Rim tersadar dari lamunan mengikuti Tuan Lee pergi.
Geu Rim
duduk dan Tuan Lee sudah ada di dalam taksi. Tuan Lee kembali bertanya pada
supir taksi kenapa mendengarkan radio. Supir taksi menjawab Karena siaranya
bagus dan harus menyetir sendirian selian itu radio nyala 24 jam sehari. Geu
Rim hanya terdiam menatap keluar jendela.
“Hei,
Maknae.... Kenapa kau melamun? Apa Kau sudah selesai tulis naskahnya?” tanya
Tuan Lee. Geu Rim mencoba untuk tersadar dari lamunanya.
Tuan Lee
melihat berkas ditanganya bertanya pendapat Geu Rim apakah menurutnya bagus
karena mereka pergi makan dipinggir jalan, naik taksi tadi, dan
semua mendengar radio. Ia ingin tahu Cerita seperti apa yang ingin
diceritakan Geu Rim pada pendengarnya.
“Aku tak
menilaimu dari tulisanmu. Ini Sudah tugasku untuk memercayai dan menunggumu sampai kau berhasil. Jadi..., tulislah
lagi cerita yang ingin Kau sampaikan ke pendengar.” Perintah Tuan Lee
“PD..
Tapi..., kenapa kau merekrutku sebagai penulis utama? Dengan syarat merekrut
Soo Ho?” tanya Geu Rim penasaran.
“Aku
ingin lihat apa kau akan menyerah. Aku ingin lihat seberapa jauh kau akan
melangkah.” Jelas Tuan Lee
“Kalau
begitu... Bagaimana kalau aku gagal?” tanya Geu Rim.
“Aku juga
akan tetap bekerja denganmu. Aku harus tahu apa kau bisa diajak kerjasama
hingga semuanya selesai. Makanya aku menyuruhmu merekrutnya. Tapi nyatanya kau
berhasil. Itulah sebabnya kau tak boleh mudah putus asa. Aku yakin kau akan jadi
penulis yang hebat.” Jelas Tuan Lee.
Soo Ho
berada di pakiran gedung radio teringat kembali percakapanya dengan Jason
semalam saat bertanya “Bagaimana kau menjelaskan perilaku yang kulakukan tanpa
menyadarinya?” dan Jason mengatakan “Mungkin
yang kaubutuhkan dalam hidup mulai bermunculan.” Lalu berjalan masuk ke dalam ruangan
tapi tertahan.
“Song Geu
Rim. Soal kemarin... Song Geu Rim, kau tak kenal aku? Song Geu Rim, aku...”
gumam Soo Ho seperti berusaha berlatih lebih dulu tapi terlihat susah.
Ia
mengingat kembali yang dikatakan Jason “Jadi, jangan khawatir dan lakukan yang
kauinginkan.”
Saat itu
Tuan Lee dan Geu Rim akan keluar dari ruangan dan ketiganya saling menatap.
Tuan Lee memberitahu kalau mereka mau pergi minum kopi dan menawarkan apakah
Soo Ho akan ikut. Geu Rim dan Soo Ho sempat saling menatap dengan wajah gugup.
Geu Rim
memberikan gelas kopi untuk Tuan Lee sambil mengeluh karena selalu minum kopi
yang sama dengan mengejak kalau Pilihan seniornya itu kekanakan sekali. Soo Ho menatap Geu Rim hanya
bisa bergumam kesal “Bagaimana dia tahu apa yang dia sukai?”
“Hanya
kau yang tahu apa yang kusukai.” Komentar Tuan Lee memuji. Soo Ho makin kesal
mendengarnya dan mencoba mengejar Geu Rim dan Tuan Lee.
Ketiganya
berjalan bersama, beberapa orang melihat Soo Ho langsung terkesima melihatnya.
Tuan Lee bertanya pada Soo Ho Bagaimana rasanya
siaran tanpa naskah, menurutnya kalau itu seru. Soo Ho mengeluh karena
itu seru dari mana.
“Aku akan
meninggalkan siaran itu jika proposalku ditolak. Siaran itu juga bentuk
proposalku.” Ucap Tuan Lee lalu meminta kopi yang ada ditangan Geu Rim.
“PD.. Kau
bisa Beli sendiri. Kau selalu ambil punyaku.” Keluh Geu Rim. Soo Ho juga kesal
melihat sikap seniornya. Tuan Lee kesal melihat sikap Geu Rim. Soo Ho memuji
dengan sikap Geu Rim yang menolak lalu meminta waktu agar bisa bicara berdua
karena Ada yang harus dikatakan.
Soo Ho
ingin membahas tentang mereka. Geu Rim memotong kalau ingin menemuinya tiap
hari dan terus berhubungan Jadi meminta agar jangan lakukan itu lagi. Soo Ho
terdiam mendengarnya.
“Aku
sangat bahagia karena akhirnya kau membaca naskahku..., dan aku membuat
kesalahan fatal. Maafkan aku.” Ucap Geu Rim. Soo Ho binggung Kesalahan apa yang
dimaksud.
“Kalau
kau mau bertemu aku tiap hari... sebagai penulis dan DJ, sebaiknya kau
berhati-hati. Pasti takkan nyaman.” Ungkap Geu Rim
“Apanya
yang tak nyaman? Kau membuatku tak nyaman dan menyuruhku pergi tapi kau malah
mengikutiku. Siapa yang peduli kalau kau merasa tak nyaman? Aku jadi tak nyaman
karenamu. Dan Juga, mulai sekarang, langsung saja bicara padaku..., bukan lewat
manajerku... Soal apapun.” Tegas Soo Ho
“Tapi kau
tak punya ponsel.” Kata Geu Rim dan saat itu telp Geu Rim berbunyi
“Sepertinya
PD Lee tak bisa apa-apa tanpamu. Kenapa dia selalu menelepon?” keluh Soo Ho
kesal. Geu Rim mengangkat dengan menatap Soo Ho.
Soo Ho
pergi ke tempat penjual ponsel dengan menutupi wajahnya mengunakan syal dan
memilih satu ponsel yang dinginkanya. Pegawai pria meminta agar Soo Ho
menuliskan nama, ID Cardnyad dan juga nomor rekening. Soo Ho menatap lembaran
didepanya seperti kebingungan.
“Boleh
aku menelepon?” ucap Soo Ho. Beberapa saat kemudian Manager Kim datang. Soo Ho
melambaikan tangannya. Manager Kim tak percaya melihat Soo Ho yang tak bisa
menuliskan lembaran untuk ponsel baru.
Soo Ho
akhirnya sudah memegang ponsel didepan toko. Manager Kim melihatnya berkomentar
kalau terkejut karena Soo Ho benar-benar beli ponsel. Soo Ho tak banyak
komentar sibuk menekan nomornya di ponsel barunya.
Geu Rim
sedang ada di kantin menerima telp dari nomor tak dikenal. Soo Ho sudah ada
dirumah mengatakan pada Geu Rim harus bertanggung jawab. Geu Rim binggung
tanggung jawab apa maksudnya. Soo Ho mengatakan kalau siaran menggunakan naskah
milik Geu Rim.
“Aku
rasanya tak bisa siaran besok kecuali
aku memahami naskahmu seluruhnya.” Ucap Soo Ho. Geu Rim ingin tahu maksudnya.
“Jadi aku
ingin kau memeriksa naskahnya dan menjawab beberapa pertanyaan jadi kau harus
datang menemuiku.” Jelas Soo Ho
“Kalau
begitu, bertemu di kantor? Karena Ke rumahmu itu agak sedikit...” ucap Geu Rim langsung
disela oleh Soo Ho.
“Aku tak
bisa kemana-mana sekarang. Kamera ada dimana-mana, jadi... Bukannya kau
jalan-jalan sendiri tadi? Jadi, bagaimana? Apa Kau mau menghancurkan siarannya?”
kata Soo Ho
“Baiklah.
Aku akan kesana setelah menghabiskan ramyunnya.” Ucap Geu Rim. Soo Ho menolak
menyurh Geu Rim untuk Datang sekarang juga.
Di dapur
sudah banyak chef yang memasak makanan. Jason heran melihatnya bertanya apakah
ada acara penting atau ada yang akan datang.
Soo Ho malah balik bertanya apakah Jason yang tak ke club malam ini,
Jason tahu kalau Soo Ho yang menganalisis naskah dan film sejak kemarin dan Hanya
adegan romantisnya saja.
“Apa Lady
Kamikaze mau datang?” ucap Jason menebak
“Tidak.
Dia hanya memberikan naskah saja.” Kata Soo Ho mengelak.
“Dia
kemari. Lady Kamikaze kemari.. Semua temanku sudah dewasa.” Ejek Jason lalu
bergegas pergi.
Jason
mengetik Laporan medis pasien, di kamarnya dengan kacamata dan terlihat sangat
serius.
“Perkembangan
hubungan.. Menunjukkan kecemburuan dan berbicara tidak konsisten... Obsesi
kekanakan...Menggunakan kontrak supaya bisa dekat dengan seseorang.”
Setelah
itu ia mengirimkan emailnya dan menerima telp dari seseorang.
Soo Ho
membaca naskah “Ji Soo Ho's Radio Romance” dan berkomentar kalau sudah bagus
dan bertanya Bagaimana Geu Rim bisa mengetahuinya, Geu Rim mengatakan kalau
belajar dari Tuan Lee. Soo Ho bertanya Sejak kapan Geu Rim dekat dengan Tuan
Lee.
“Sejak
aku jadi anak baru.” Ucap Geu Rim. Soo Ho heran Geu Rim yang mengatakan "Anak
Baru."
“Jangan
sebut "Maknae" lagi, kan?” kata Soo Ho. Geu Rim heran dengan Soo ho
yang mulai bicara informal padanya.
“Aku
selalu bicara informal padamu.” Kata Soo Ho. Geu Rim heran dengan Soo Ho
mencoba menyangkalnya.
“Lupakanlah
kalau memang kau tak ingat... Katakan padaku. Seperti apa si Lee Gang PD itu?”
kata Soo Ho. Geu Rim heran dengan Soo Ho yang bertanya tentang hal itu mengajak
untuk bicarakan naskah saja.
“Katakan
padaku. PD dan DJ harus dekat. supaya siarannya bisa sukses. Bukankah begitu?”
kata Soo Ho penasran
“Dia PD
terbaik... Dia menang 2 penghargaan.” Puji Geu Rim.
“Aku
sudah menang lebih dari 20 kali termasuk yang tahun lalu.” Ucap Soo Ho tak mau
kala.
“Semua
program siaran yang dia kerjakan selalu sukses...” komentar Geu Rim.
“Aku
menghadiri Cannes saat aku berusia 15 tahun. Aku aktor termuda yang memenangkan
kategori Aktor Terbaik. Coba Apa lagi? Sebutkan.” Kata Soo Ho
“Dia
orang pertama yang memanggilku "Penulis."” Ucap Geu Rim. Soo Ho pikir
ia juga sedang membaca naskah Geu Rim.
Geu Rim heran
dengan Soo Ho terlihat marah padanya. Soo Ho akhirnya membaca naskah yang
ditulis Geu Rim. "Aku akan
menyetelnya dan menunggumu." Mengaku kalau suka bagian penutupnya. Ia juga
melihat catatan pada pada Note yang bertuliskan “Soo Ho..terima kasih sudah
membacanya.”
“Kau
harus Taruh "catatan" pada naskah selanjutnya.” Kata Soo Ho lalu
bertanya apakah Geu Rim tak lapar.
Geu Rim
melonggo melihat semua diatas meja,
berpikir kalau Soo Ho yang masak semuanya. Soo Ho mengaku kalau
memesannya, akhirnya keduanya makan steak dalam diam. Saat itu Nyonya Nam masuk
dengan Jason yang tak bisa menghalanginya.
“Kita
sedang siap-siap untuk siaran besok... Aku akhirnya makan disini lagi.” Ucap
Geu Rim panik melihat Nyonya Nam dan akan pamit pergi.
“Song Geu
Rim.. Menurutmu, haruskah Soo Ho melanjutkan siarannya? Waktu Soo Ho...,
ucapan, tingkah lakunya semuanya berharga. Dia tak boleh disia-siakan...” ucap
Nyonya Nam sinis
“Jangan
bicara begitu.. Orang yang berdiri bersama Soo Ho memegang peranan penting.”
Kata Soo Ho membela. Jason bisa tersenyum melihat sikap Soo Ho
“Song Geu
Rim, boleh tinggalkan kami?” kata Nyonya Nam pada Geu Rim
“Sebaiknya
Anda yang pergi. Apa aku tersenyum dan menyuruhmu pergi, CEO Nam?” kata Soo Ho
lalu mengajak Geu Rim pergi karena akan mengantar pulang.
Keduanya
sampai didepan rumah, Geu Rim pikir bisa pulang sendiri saja. Soo Ho mengeluh
meminta Geu Rim untuk naik saja. Geu Rim menolak tak ingin masuk. Tapi Soo Ho
tak peduli masuk lebih dulu.
Keduanya
akhirnya berada di mobil, Soo Ho melihat Geu Rim meminta agar Bertanyalah kalau
penasaran. Geu Rim pikir sudah tahu Soo takkan menjawabnya jadi takkan bertanya
hal seperti itu. Soo Ho pun terdiam.
Akhirnya
mereka sampai di Galeri Seni, Geu Rim akhirnya bicara meminta izin ingin bicara
sesuatu yang agak romantis dan hanya akan bilang sekali. Soo Ho malah mengejek
kalau akan merekamnya, Geu Rim mendengus kesal. Soo Ho ingin tahu apa yang
dikatakan Geu Rim.
“Jangan
begitu... Kau selalu bersikap dingin dan selalu keras kepala. Aku tahu bukan
hanya untuk beberapa orang saja. Kau melakukannya pada dirimu juga. Kumohon,
berhenti melakukannya. Kau menyakiti orang lain dengan perilaku seperti itu...,
dan kau juga akhirnya terluka.” Ucap Geu Rim
“Itu
bukan urusanmu...” kata Soo Ho sambil tersenyum. Geu Rim pikir kalau ini bukan sesuatu yang dikatakan sambil
tersenyum jadi kenapa Soo Ho malah tersenyum bahkan Tak lucu sama sekali...
“Kenapa...
kau sama sekali tak berubah?.” Ungkap Soo Ho menatap Geu Rim. Sambil bergumam
kalau dirinya yang banyak berubah
“Soo
Ho... Apa kita.. pernah bertemu sebelumnya?” tanya Geu Rim. Soo Ho hanya diam
saja.
Tae Ri
menunggu didepan apartement. Manager Kim
keluar bertanya apa yang dinginkan Tae Ri. Tae Ri pikir Manager Kim sudah tahu
dan berpikir kala naik sendiri dan mengambilnya sendiri. Manager Kim balik
bertanya apa yang ingin diambil.
“Aku
melihatnya di lacimu dan Aku takkan memintanya gratis. Haruskah aku jadi
pacarmu tanpa sepengetahuan Soo Ho?” ucap Tae Ri mengoda.
“Diamlah.”
Kata Manager Kim sinis. Saat itu Tae Ri melihat ponselnya kalau Nyonya Nam
menelpya. Manager Kim menatapnya.
Tae Ri
sudah duduk didepan Nyonya Nam dalam sebuah restoran. Nyonya Nam ingin tahu
antara Ji Soo Ho dan Jin Tae Ri, Keuntungan apa yang bisa diraih kalau keduanya
bersama dengan menegaskan dirinya seorang pebisnis.
“Kalau aku
menginvestasikan sesuatu..., aku harus mendapatkan keuntungan. Takkan adil
kalau hanya melihat keuntungannya saja. Jadi Katakan, keuntungan seperti apa
yang akan kudapatkan.” Ucap Nyonya Nam. Tiba-tiba saat itu Da Seul masuk dengan
tatapan sinis.
“Aku
dipecat dari semua drama dan iklan yang kubintangi. Bahkan Iklan kulkas yang
harusnya sudah mulai syuting memutuskan untuk tidak memperbaharui kontrak.
Mereka bilang Tae Ri akan menggantikanku.” Ucap Da Seul melirik sinis pada Tae
Ri. Nyonya Nam bertanya lalu apa maksudnya. Saat itu Da Seul langsung berlutut.
“Maaf...
Aku takkan... Aku takkan...” ucap Da Seul sambil menangis.Tae Ri kaget
melihatnya. Nyonya Nam tak peduli mengajak Tae Ri agar pergi.
Bersambung ke Part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar