PS : All images credit and content copyright : KBS
Tae Ri
akhirnya mengantikan Da Seul sebagai model iklan dan keduanya memberikan pose
yang bagus pada produknya dengan terlihat sangat dekat. Setelah selesai
pemotretan, Soo Ho langsung pergi begitu saja.
Tae Ri langsung memanggil karena Soo Ho yang terus mengabaikannya.
“Pasti
ada alasannya kenapa, 'kan? “ ucap Tae Ri. Soo Ho pikir kalau Tae Ri yang bisa mengabaikannya juga.
“Kau
akhirnya berbicara denganku..
Penampilanku hari ini pasti sangat mengejutkan.” Kata Tae Ri pada Soo Ho
dan juga Manager Kim
“Apa
rencanamu? Kenapa kau begini?” tanya Soo Ho seperti sangat enggan dengan
tingkah Tae Ri.
“Soo Ho,
kita harus akur... Jangan seperti ini padaku.” Kata Tae Ri. Soo Ho pikir itu
Mudah baginya untuk berpura-pura akur.
“Yahh..
Benar juga... Kau 'kan aktor hebat...” ejek Tae Ri. Soo Ho bertanya Apa itu
yang dibutuhkan Tae Ri.
“Apa
Kata-kata itu biasanya diucapkan CEO Nam? Kau bilang "Apa itu yang kau
butuhkan?" Kalian berdua kedengarannya sudah seperti keluarga sejati saja. Benar'kan,
Ahjussi?” ucap Tae Ri mengejek. Soo Ho tak berkomentar memilih untuk segera
pergi.
Geu Rim
menelp Direktur Kang kalau lagi di lokasi pemotretannya. jadi jangan khawatir.
Direktur Kang memuji Geu Rim yang pinta bicara memerintahkan sebaiknya terus
mengikutinya dan bawa Soo Hoo datang
tepat waktu. Geu Rim yakin akan segera kembali ke Seoul jadi Direktur
Kim Jangan khawatir. Direktur Kang menutup telp bertanya-tanya keberadaan Tuan
Lee sekarang.
Seung Goo
melihat hadiah yang akan diberikan Tuan Lee hari ini seperti tak percaya dan
bertanya apakah Tidak ada tamu lagi dan Hanya Ji Soo Ho selama dua jam. Tuan
Lee pikir Seung Goo juga harusnya mencoba jangan mengandalkan idol dan hadiah
dan Fokus saja pada nilai sebenarnya radio.
“Apa Kau
pikir cuma kau yang yang tahu nilai sebenarnya dari radio? Kalau bukan, apa
semua yang kau bilang itu salah? Kenapa kita harus pakai idol? Kenapa kita
harus buang-buang uang untuk beli
hadiah?” ucap Seung Goo
“Ya,
kenapa??.. Ini trik yang murah... Begitulah cara kau menghancurkan radio.” Kata
Tuan Lee santai
“Kau
bilang Menghancurkan radio? Kita harus menarik generasi muda, Dunia telah
berubah. Kau tidak bisa menargetkan kelompok masyarakat yang sudah ada
sebelumnya. Bagaimana nanti?” ucap Seung Goo. Tuan Lee hanya diam saja
menatapnya.
“Biar
kukatakan perkataanmu agar kau ingat. Jika kita ingin radio tetap bertahan, selagi
bumi ini hidup dan bernafas maka kita harus menarik generasi muda. Kita harus
menunjukkan mereka bahwa kita punya konten yang mereka sukai bahwa radio itu
bagus sekali!” tegas Seung Goo memperingati.
“Yah..
Kau benar... Yang kau bilang itu benar... Jadi Aku akan mempertimbangkannya...
Terima kasih temanku. Dan Juga, jangan sentuh mejaku, dasar sialan.” Ejek Tuan
Lee lalu keluar dari ruangan.
Soo Ho
menunggu diparkiran, Manager Kim memberitahu
merkea harus kembali ke Seoul sekarang. Soo Ho menyuruh keduanya pergi
dulu saja karena akan pergi dengan Penulis Song. Tae Ri pikir kalau Soo Ho
lebih baik Abaikan saja.
Saat itu
Geu Rim datang dan langsung meminta Soo Ho agar masuk ke dalam ruangan. Soo Ho
segera masuk, saat itu Tae Ri menatap heran seperti bisa melihat yang siapa
yang mengemudikan mobil dengan Soo Ho.
Keduanya
berada didalam mobil, dan siaran Radio memberitahu “Peringatan akan adanya
turun salju lebat telah diumumkan untuk
Provinsi Gangwon Banyak kecelakaan yang menyebabkan kemacetan.” Geu Rim panik
karena keadaan makin gawat karena awan salju dari Seoul tengah menuju ke
Provinsi Gangwon.
Geu Rim
panik karena macet yang cukup panjang, Soo Ho melihat Geu Rim dan melihat kalau
Seoul masih 125km dan kemacetan terjadi
Ada kecelakaan di depan jalan.
Geu Rim
akhirnya menelp Tuan Lee bertanya apa yang harus dilakukan, berpikir Pasti ada kecelakaan dan Jalan
jembatan ditutup jadi terjebak macet. Tuan Lee bertanya apakah Geu Rim itu
tidak bisa datang. Geu Rim bingung menjelaskan. Tuan lee meminta agar Geu
Rimengatakan Ya atau tida.
“Aku
tidak bisa memastikan, tapi sepertinya kami tak bisa datang.” Ucap Geu Rim.
“Hei. Kau
punya rekaman siaran, kan? Setidaknya ada minimal satu rekaman cadangan, kan?”
kata Direktur Park lalu merampas ponsel dari tangan Tuan Lee.
“Hei,
Song Geu Rim. Kau bilang aku tidak perlu khawatir dan katamu kau akan membawa
dia kemari!” kata Direktur Park marah
Saat itu
juga Tuan Lee sibuk menelp seniornya dari telp kantor, meminta agar mengirim mobil
siaran dari Chuncheon. Direktur Park berteriak mengancam Geu Rim yang ingin
dipecat. Tuan Lee kembali berbicara pada Geu Rim menanyakan keberadaanya.
“Hari
ini, kita tetap akan siaran... Pergilah ke stasiun terdekat entah bagaimana caranya. Radio kita
sering melakukan banyak siaran mobile
‘kan? Jadi Fokuslah... Hari ini, kau akan siaran memakai peralatan dari mobil
siaran.” Ucap Tuan Lee
“Lau,
PD-nim bagaimana?” tanya Geu Rim. Tuan lee mengatakan akan tetap di Seoul jadi Geu Rim hanya perlu
menulis ulang naskahnya.
Geu Rim
mengingat saat bertemu dengan ibu Guru, kalau akan membuat pembukaan dan yang
ditulis tentang kelulusan SD Dongil. Ia lalu memberitahu Tuan Lee kalau ada ide
bagus.
**
Geu Rim
pun memutar balik mobil pergi menjauh dari Seoul. Sebuah mobil siaran masuk ke
dalam lapangan sekolah. Geu Rim berbicara pada Tuan Lee dari ponselnya. Tuan
Lee memberitahu kalau akan menyiarkannya seperti yang dikatakan Dan Geu Rim
bertanggung jawab disana. Geu Rim mengaku kalau sudah mengerti
“Kita
mulai dalam satu jam lagi. Ceritanya bagus hari ini, jadi yakinlah pada dirimu
sendiri. Sekarang Aku mau bicara sama Soo Ho.” Ucap Tuan Lee. Geu Rim
memberikan ponsel pada Soo Ho.
“Ji Soo
Ho... Kau menyuruhku jangan memanggil Song Geu Rim "Maknae," kan? Kau
bilang kau profesional, kan?” ucap Tuan Lee. Soo Ho ingin tahu apa tujuan Tuan
Lee mengatakan hal itu.
“Tolong
perlakukan Song Geu Rim seperti penulis
utama hari ini. Kita harus siaran dari sana hari ini. Aku tidak akan memaafkan kesalahan apapun.” Tegas Tuan Lee.
“Aku
tidak akan membuat kesalahan dan Kau juga jangan buat kesalahan.” Soo Ho
menatap Geu Rim yang terlihat gugup karena harus siaran diluar ruang siaran.
Direktur Park juga merasa gugup dan menyakinkan kalau Ini pasti berhasil.
Soo Ho
memberikan syal yang diberikan pada Geu Rim, Geu Rim terdiam menerimanya. Soo
Ho beralasan kalau Geu Rim yang
gemetaran. Geu Rim mengaku bukannya gemetar karena kedinginan. Soo Ho
bisa mengerti.
“Katakan
apa yang bisa kulakukan sekarang juga.
Karena aku akan melakukannya. Kita harus
siaran langsung dari sini, 'kan?” kata Soo Ho. Geu Rim membenarkan.
“Dan
apapun itu, kita harus melakukannya. Jadi mari kita bekerja sama, jangan panik dan melakukan apa yang jadi tugas kita.” Ucap Soo Ho menenangkan. Geu
Rim menganguk setuju.
“Baiklah.
Pertama-tama, apa yang harus kulakukan?” tanya Soo Ho. Geu Rim pun mengatakan
kalau butuh bantuan Soo Ho.
Soo Ho
masuk ke sebuah kelas dengan beberapa anak yang memasang spanduk bertuliskan
[Kelulusan SD Dongil] Geu Rim sebelumnya
memberitahu kalau perlu menulis naskah dalam waktu satu jam dan Naskahnya tentang
kelulusan sekolah ini.
“Jadi
tolong wawancarai Sang Goo, lulusan terakhir. Dia mirip denganmu, jadi mungkin
kau bisa membujuknya.” Ucap Geu Rim.
Saat itu
seorang anak datang, Sang Goo langsung menarik semua spanduk dan marah
mendorong anak-anak yang memasang spanduk. Soo Ho hanya menatapnya, saat
seorang anak menangis. Sang Goo pergi keluar dari ruangan sambil wajah kesal.
Sang Goo
pergi ke ruangan lain ingin melempar pot bungan, Soo Ho hanya diam saja
melihatnya. Sang Goo heran melihat Soo Ho yang tak menghentikannya. Soo Ho pikir kalau mamng
mencegahnya apakah Sang Goo akan medengarkanya. Sang Goo menjawab pasti Tidak.
“Jadi
Maka lakukanlah.” Ucap Soo Ho seperti tak peduli. Sang Goo memilih untuk pergi
dengan pot bunganya keluar dari kelas.
Sang Goo
pergi ke sebuah rumah dengan pot bunganya duduk diteras, melihat Soo Ho
mengikutinya mengeluh karena terus mengikutinya. Soo Ho duduk didepan Sang Goo
dengan santai. Sang Goo tahu kalau Soo Ho datang sama wanita berambut pudel itu.
“Kau
memang mirip dengan seseorang.” Komentar Soo Ho. Sang Goo dengan ketus menyuruh
Soo Ho untuk pergi saja.
“Apa Kau
juga bilang begitu dengan temanmu juga? Apa
kau berharap dia tidak pergi jadi kau memaksa dan menyuruh dia pergi?” ucap Soo
Ho. Sang Goo terdiam seperti mengingat sesuatu.
Flash Back
Sang Goo
menyuruh Kyu Min pergi ke Seoul sendiri dengan ketus, bahkan temanya yang
terlihat sakit hanya diam saja. Sang Goo seperti tak bisa mengekpresikan
perasaan yang sebenarnya kalau ia sedih karena temanya harus meninggalkan
dirinya.
“Bagaimana
kau tahu?” tanya Sang Goo heran. Soo Ho mengaku kalau memang tahu.
“Tapi dia
tidak akan kembali. Orang yang tidak akan kembali dan tidak akan pernah
kembali.” Ucap Soo Ho ikut merasa sedih.
Akhirnya
persiapan untuk “Ji Soo Ho's Radio Romance” dimulai, Alat pemancar dipasang
dengan baik diatas mobil. Sebuah ruangan kelas dijadikan sebagai ruang siaran
dan Geu Rim berada dalam ruangan mengetik naskah, serta melihat susunan acara.
“Kau sudah
datang. Lalu Sang Goo mana?” tanya Geu Rim. Soo Ho mengatakan kalau Sang Goo
akan datang ke ruang siaran lebih dulu.
“Dia
pasti sudah sama gurunya.” Kata Soo Ho lalu memberikan buku Geu Rim mengatakan tidak
bisa melakukannya. Geu Rim pikir tak masalah
“Naskahnya...Bolehkah
aku melihatnya bersamamu?” kata Soo Ho. Geu Rim pun memberikanya.
Hoon Jung
memberikan berkasnya. Direktur Park pikir kalau Pilih lagunya yang tepat. Tuan Lee menelp bagian Stasiun pemancar agar
meminta bantuanya. Direktur Park meminta agar Peralatannya tak ada masalah.
Saat itu
Ibu Guru datang dengan wajah panik memberitahu
Sang Goo menghilang, sebelumnya tiba-tiba mendatanginya dan minta alamatnya Gyo Min bahkan bertanya
pindah kemananya di Seoul jadi baru saja pergi dan mengira kalau Sang Goo akan
segera kembali.
Geu Rim
dan Soo Ho pergi ke seluruh ruangn kelas berpikir Sang Goo sedang bersembunyi,
lalu pergi ke depan sekolah. Geu Rim
panik karena menulis naskahnya berdasarkan cerita tentang Sang Goo, jadi
Sepertinya tidak bisa siaran hari ini.
“Biar
kutelepon Lee Gang PD..” ucap Geu Rim. Soo Ho menahanya kalau akan mencari Sang
Goo.
“Apa kau
jangan-jangan yang memberitahu Sang Goo tentang
Gyo Min?” tanya Geu Rim curiga.
Soo Ho
berlari keluar dari sekolah mengingat ucapan Geu Rim klau Gyo Min pergi berobat
ke Seoul Tapi tidak pernah kembali. Ia lalu melihat Sang Goo duduk diam didepan
jembatan dengan memainkan senter dengan menyalakan dan mematikanya, Ia
mengingatkan tentang dirinya yang selalu memainkan lampu tidur ketika terkena
insomnia.
“Maaf...
Seharusnya aku tidak mengatakan apa yang
kukatakan... Tapi memang itu kenyataannya. Jangan menunggu seseorang yang tidak akan kembali. Namun..., ada orang yang
mau kembali tapi tidak bisa.” Ucap Soo Ho menasehati
“Dulu, ada
orang bilang begini padaku.. "Hanya
karena kau tidak menangis bukan berarti kau tidak sedih. Hanya karena kau
tersenyum bukan berarti kau bahagia." Kau masih kecil, lemah, dan muda. Jika
kau terus menahan air matamu..., maka kau nanti akan seperti aku” ucap Soo Ho menasehati.
“Tapi dia
bilang akan kembali dari Seoul... Dia
berjanji akan kembali sebelum kelulusan. Dia menyuruhku menunggu... Dia sudah
berjanji... Tapi aku menyuruhnya pergi. Aku bilang padanya, aku tidak akan
menunggu. Itulah yang kukatakan.” Cerita Sang Goo sambil menangis.
“Aku merasa
sepertinya dia tidak kembali karena aku menyuruhnya pergi. Itu... Hatiku
benar-benar... sakit karenanya. Haruskah aku menunggunya dan tidak lulus? Atau
bisakah aku lulus? Aku menunggu dia untuk memberitahuku.” ucap Sang Sang Goo.
“Apa kau
ingin aku membantumu bertanya padanya? Kau
bisa bertanya sendiri padanya.” Ucap Soo Ho. Sang Goo menanyakan caranya. Soo
Ho menjawab kalau ituLewat radio karena temanya pasti akan mendengarkan Sang
Goo.
Geu Rim
menunggu dengan wajah panik dan akhirnya Soo Ho datang dengan Sang Go. Soo Ho
bertanya Waktu mereka tinggal berapa lagi. Geu Rim mengatakan 10 menit, lalu
mereka bergegas mempersiapkan semuanya. Semua mempersiapkan untuk live di dua
tempat. Tepat jam 6 malam siaran Soo Ho mulai mengudara.
“Aku
mengirim sinyal lewat senterku.” Ucap Sang Goo. Soo Ho ingin tahu Berapa lama Sang Goo melakukannya.
“Sampai
sekarang..., mungkin sudah ada sekitar
10.000 kali. Aku menyuruhnya untuk segera kembali. Kita harus berpegangan
tangan dan melakukannya bersama. Sama
seperti kita menanam tanaman bersama dan bagaimana kita main sepak bola bersama. Kita harus lulus
bersama juga. Aku ingin minta maaf karena menyuruhnya pergi. Aku sebenarnya
ingin menyuruhnya jangan pergi.” Ucap Sang Goo dengan terisak.
Di balik
telp, Gamoom dan Jung Man mengangkat telp kalau menerima cerita dan bisa mengunggahnya di forum
online. Tuan Lee menunggu di ruang siaran dengan tegang. Geu Rim dengan papan
memberikan petunjuk [Kau ada pesan
terakhir?] Soo Ho pun bertanya apakah ada yang ingin dikatakan Sang Goo lagi.
“Tolong
bantu sekolah kami, untuk tetap beroperasi... Aku tidak akan lulus. Jika aku
tidak di sini dan jika sekolah ditutup, maka temanku tak bisa kembali. Padahal
kami sudah berjanji untuk lulus bersama. Jika aku lulus sendiri...,maka artinya
aku mengingkari janji kami.” Ucap Sang
Goo.
Geu Rim
kembali mengangkat papan bertuliskan [Terakhir, sebuah lagu spesial dari anak-anak.]
Soo Hoo memberitahu kalau Ada lagu spesial untuk penutupan acara mereka yaitu Anak-anak
Sekolah Dasar Dongil akan menyanyikan "Goodbye Sanulrim".
Beberapa
anak masuk ke dalam kelas menyanyikan lagu “Selamat tinggal, temanku” seperti
yang sudah dilatih sebelumnya. Nyonya Nam mendengarkanya dalam diam, Ra He
berteriak kesal karena Soo Ho berhasil melakukan siaran. Seung Goo berkomentar
kalau siaran Ini sangat menyedihkan.
Manager
Kim dan Tae Ri pergi menuju Seoul dengan seorang supir. Geu Rim mendekati Soo
Ho memberitahu kalau tidak harus mengikuti naskah di penutupannya jadi terserah ingin
mengatakan yang dinginkanya. Soo Ho terlihat binggung.
“Aku
tidak menulis ini sendirian hari ini. Kita yang membuatnya. Kalau kau mengatakan
apa yang kau inginkan, pasti bagus.” Ucap Geu Rim menyakinkan. Soo Ho
menatapnya teringat sesuatu.
Flash Back
Soo Ho
berada di pelukan seseorang sambil menepuk punggungnya mengatakan “Aku pernah dengar
ini di radio... "Hanya karena kau tidak menangis bukan berarti kau tidak
bersedih. Sama halnya seperti, tersenyum bukan berarti kau bahagia.”
Soo Ho
akhirnya mengatakan ucapan yang sama “Hanya karena kau tidak menangis bukan
berarti kau tidak bersedih. Sama halnya seperti, tersenyum bukan berarti kau
bahagia." Mengaku kalau Ada temannya yang bilang begitu padanya. Geu Rim
tersenyum mendengarnya.
Tuan Lee
bisa menghela nafas lega setelah siaran berakhir. Hoon Jung berjabat tangan
karena berhasil. Jung Man memberitahu Tuan Lee dengan wajah khawatir kalau ada
sesuatu Di forum online.
Mereka
melihat sebuah tulisan [Ji Soo Ho seorang pembunuh!] Hoon Jung memberitahu
kalau ada kartu pos yang juga dikirim beberapa hari lalu. Tuan Lee melihat
isinya dengan tulisan yang sama [Ji Soo
Ho seorang pembunuh.]
Jason
berbicara dengan seseorang mengatakan Tamunya akan menjalin hubungan yang belum
pernah dialami sebelumnya jadi tidak tahu bagaimana reaksinya nanti, dengan tawanya mengaku kalau
sangat penasaran sekali. Geu Rim dan Sang Goo melambaikan tangan pada mobil
siaran yang pergi meninggalkan sekolah lebih dulu.
“Tapi
Ahjussi tadi kemana?” ucap Sang Goo. Geu Rim mengaku tak tahu, menurutnya
mungkin pergi ke toilet.
“Hei, kapan
kalian berdua begitu dekat? Apa rahasianya?” tanya Geu Rim penasaran
“Dia
bilang, dia sama sepertiku... Dia tidak ingin seseorang pergi, karena dia juga
menyuruh pergi seseorang. Apa Kau tahu siapa seseorang itu?” tanya Sang Goo. Geu
Rim mengelengkan kepala.
“Mereka
yang tidak akan kembali tidak akan
pernah kembali. Itulah yang dia katakan. Dia pasti menunggu seseorang juga... Dan
juga...” ucap Sang Goo lalu berhenti bicara karena ada seseorang yang memegang
kepalanya.
Soo Ho
datang menyuruh Sang Goo untuk pulang, dan sudah memberikan nomor telpnya jadi
apabila ingin pergi ke Seoul jadi bisa memberitahu. Ia pun mengajak Geu Rim pulang dan juga menyuruh
Sang Goo segera pulang. Sang Goo mengejek Soo Ho itu menyuruhnya pergi atau
tidak.
“Aku
serius kali ini dan Selamat atas kelulusanmu.” Ucap Soo Ho menjabat tangan Sang Goo
“Tapi,
Ahjussi... Aku harus taruh ini dimana? Lalu Ijazah Ahjussi ditaruh dimana?”
tanya Sang Goo.
“Aku tak
punya.” Akui Soo Ho. Di sebuah tempat abu terlihat foto atas nama [Woo Ji Woo]
dengan ijazah Soo Ho yang terlalu didalamnya.
Keduanya
berjalan ke tengah lapangan, Geu Rim langsung memeluk Soo Ho mengaku senang sekali karena memimpikan berhasil langkah
tiap langkah, bahkan Soo Ho yang sudah membaca naskahnya hari ini. Ia merasa
kalau sudah mengambil langkah pertama
dalam impiannya.
“Perangko
pertamaku pada pendengar radio. Jadi Ji Soo Ho, terima kasih banyak.” Ucap Geu
Rim. Soo Ho hanya menatapnya.
“Aku
penasaran, Tentang kalimat penutup tadi. Kau bilang "Hanya karena kau
tidak menangis bukan berarti kau tidak bersedih. Sama halnya seperti tersenyum
bukan berarti kau bahagia." Itu kalimat kesukaanku. Lalu Kau dengar itu
darimana?” tanya Geu Rim. Soo Ho hanya menatapnya dalam diam.
“Ketika
aku melihat hal-hal seperti ini..., kurasa kita punya sedikit kesamaan. .. Bukankah
begitu?” kata Geu Rim. Soo Ho seperti mengingat kenanganya.
Flash Back
Geu Rim
seperti belajar menjadi orang buta dengan tongkah ditanganya, berjalan
menyurusi jalan. Saat itu Soo Ho melihatnya dan menolong Geu Rim yang hampi
saja terjatuh. Keduanya duduk di tanga mendengarkan suara radio, lalu Soo Ho
menatap Geu Rim yang tertidur karena kelelahan.
“Saat aku
masih kecil...,maka aku pernah demam selama tiga hari. Tapi...,kedua orangtuaku
tak ada yang tahu... Ini Lucu, kan?”
cerita Soo Ho dengan Geu Rim mengunakan penutup matanya sambil tertawa.
“Tidak
juga... Padahal tak lucu, kenapa kau tertawa? Kapan pun aku sakit, maka ibuku
pasti menepuk punggungku seperti ini... Dan perasaanku pun jadi tenang. Aku
tidak merasa sakit lagi saat ibuku
menepuk punggungku seperti ini.” Ucap Geu Rim memeluk Soo Ho dengan menepuk
pundaknya.
“Aku
pernah dengar ini di radio... "Hanya karena kau tidak menangis bukan
berarti kau bersedih. Sama seperti halnya tersenyum bukan berarti kau
bahagia." Kata Geu Rim membuat Soo Ho berkaca-kaca di pelukan Geu Rim.
“Song Geu
Rim... Apa Kau...sungguh tidak mengingatku?” ucap Soo Ho menatap Geu Rim. Wajah
Geu Rim terlihat binggung. Soo Ho menutup mata Geu Rim dengan tanganya, lalu
mendekatinya.
Beberapa
tahun lalu, Soo Ho dan Geu Rim berada di sebuah gereja, lalu Soo Ho menciumnya
dengan mata Geu Rim yang tertutup. Soo Ho melakukan hal yang sama pada Geu Rim
dengan mencium dan menutup matanya seperti sebelumnya.
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar