“Tapi
sekarang, aku sangat khawatir. Haruskah aku berhenti saja?” ucap Soo Ho
mengancam. Geu Rim panik mendengarnya dan saat itu juga Tuan Lee langsung
tertawa bahagia.
“Lulus.”
Kata Tuan Lee. Soo Ho melonggo binggung begitu juga Geu Rim. Akhirnya Tuan Lee
meminta maaf.
“Aku
takut jikalau kau orang bodoh yang tidak bisa marah, meski kau di tindas, jadi
aku sedang mengujimu. Aku terkejut... Ternyata Kau tahu caranya marah, dan kau
datang tanpa manajermu. Kau sangat berbeda dari apa yang aku bayangkan.” Ucap
Tuan Lee. Soo Ho melirik sinis.
“Bukan
maksudnya, aku tak suka... Tapi Maksudku, aku suka.” Tegas Tuan Lee.
“Kita
semua sudah tahu kalau kau orang yang sinting.” Gumam Geu Rim melirik sinis
pada Tuan Lee.
“Apa Kau
tadi...mengujiku?” kata Soo Ho sinis. Geu Rim mengaku bukannya sedang menguji.
“Aku
hanya ingin melihat emosi apa yang kau punya. Wajahmu sama sekali tak
menunjukkan emosi. Saat kita melakukan acara, akan ada banyak situasi tak
terduga. Aku juga ingin tahu, seberapa pandai kau berbicara.”jelas Tuan Lee.
Soo Ho
ingin tahu hasil seberapa pandai cara bicaranya, apakah lulus di bidang itu. Geu Rim mulai ketegangan
meminta agar menghentikan saja. Tuan Lee
mengaku kalau melihat kontrak yang ditulis Soo Ho dan merasa kagum sekali.
“Kau
memang seorang profesional. Tidak heran jika kau adalah bintang terkenal. Kau
tertarik pada naskah dan para tamu. Kau orang yang sangat teliti. Aku bisa
mengetahui keterlibatan dirimu dengan pekerjaan. Jadi Bagaimana? Apa aku
menafsirkan dengan benar?” ucap Tuan Lee. Soo Ho ingin tahu kalau memang iya
bagaimana.
“Aku tahu
itu.. Kau seorang profesional.” Komentar Soo Ho lalu melihat Geu Rim yang ingin
minum Soju.
“Hei..
Magnae.. Bukannya kau ingin belajar buat naskah? Bagaimana bisa kau minum?”
tegur Tuan Lee. Geu Rim menganguk mengerti, lalu akhirnya Tuan Lee mengambil
gelas dari tangan Geu Rim dan meminumnya.
Soo Ho
menahan amarah karena tak suka melihat Tuan Lee menjadi kuda hitam untuk Geu
Rim. Tuan Lee akhirnya mengajak mereka adakan
rapat perencanaan resmi sebagai seseorang yang profesional. Soo Ho setuju
mereka melakukanya Sebagai seseorang yang profesional.
“Tamasya
dua hari satu malam.” Kata Tuan Lee. Soo Ho kaget mendengarnya.
“Ya...
Jika kau tidak mau pergi, maka yang pergi hanya Magnae dan aku. Jadi Tidak akan
ada gunanya. Kita sudah saling menempel sepanjang hari.” Ucap Tuan Lee. Soo Ho
seperti menahan amarah kembali saat tangan Tuan Lee bersadar di pundak Geu Rim.
Ketiga
keluar dari restoran, Geu Rim
memberitahu kalau Rumahnya ada di lantai dua. Tuan Lee juga memberitahu kalau
rumahnya ada disebelah Galeri Seni. Soo
Ho menyindir, dengan bertanya apakah biasanya PD dan penulisnya tinggal saling
dekat-dekatan, agar bisa bekerja.
“Lantai
tiga nya masih kosong. Apa Kau ingin tinggal dekat dengan kami juga?” komentar
Tuan Lee santai. Soo Ho pun hanya bisa terdiam.
“Ji Soo
Ho, Aku berharap kita bisa benar-benar saling mengenal besok. Magnae dan aku
harus bekerja bahkan begadang semalaman.” Kata Tuan Lee. Soo Ho kaget keduanya
akan menghabiskan malam bersama.
“Tuntutanmu
di kontrak itu sangat tinggi sekali. Kita harus bisa mencapai naskah yang akan
kau setujui. Jadi Ayo, Magnae.” Ajak Tuan Lee.
Geu Rim menyuruh Tuan Lee
pergi lebih dulu saja karena akan mengantar Soo Ho pergi. Tuan Lee menyetujuinya. Soo Ho
mengeluh Tuan Lee yang selalu memanggil
Geu Rim dengan panggilan Magnae, karena
jabatanya sebagai penulis utama sekarang. Tuan Lee dengan nada mengoda merasa
Geu Rim itu akan selalu menjadi Magnae baginya
Geu Rim
membuka pintu mobil Soo Ho sebelum pergi untuk memastikan kalau bisa mengemudi.
Soo Ho pikir tak ada alasan dirinya itu tak bisa mengemudi. Geu Rim tahu kalau Soo Ho itu minum. Soo Ho
melihat Geu Rim yang minum dua teguk.
“Tidak,
PD-nim mengambil gelasmu. Saat kau minum satu setengah gelas, Tapi Aku tidak
minum tadi.” Kata Soo Ho. Geu Rim seperti baru mengingatnya.
“Dan
Juga, PD-nim mungkin terlihat aneh, tapi dia luar biasa. Tuan Lee orang yang
berbakat. Jika kau mempercayainya dan ikuti...” ucap Geu Rim dan langsung
disela oleh Geu Rim.
“Ikuti
siapa?” kata Soo Ho sinis dan meminta Geu Rim agar menutup pintunya. Geu Rim pun menganguk mengerti.
“Dan
juga, aku akan datang menjemputmu besok. Aku benar-benar diperintahkan untuk
mengantarmu dan Hati-hati di jalan.” Kata Geu Rim lalu membiarkan Soo Ho pergi.
“Kenapa
dia selalu jengkel padaku?” ungkap Geu Rim binggung melihat sikap Soo Ho yang
sinis.
Jason
menuruni tangga terlihat kaget mengetahui kalau Soo Ho akan seperti acara "One Night Two days"
dan akan bermain game, atau mereka harus nyebur ke lautan saat musim dingin.
Soo Ho melonggo binggung mendengarnya.
“Kau
bilang tim radiomu akan bertamasya. Aku harus mempersiapkan diri. Apa yang
harus aku lakukan untuk pertunjukan bakat?” kata Jason bersemngat.
“Untuk
apa juga kau ikut?” keluh Soo Ho. Jason mencoba mencari alasan untuk ikut.
“Dokter
dan pasien nya harus saling dekat. Aku memutuskan untuk menemanimu. Aku
berencana supaya bisa lebih dekat dengan Song Geu Rim juga.” Kata Jason. Soo Ho
kaget mendengarnya.
“Apa kau
percaya? Ji Soo Ho akan ikut tamasya dua hari satu malam. Setiap kali kau
membuat keputusan besar, pasti ada kaitannya dengan Song Geu Rim.” Ucap Jason.
Soo Ho tak peduli memilih untuk pergi. Jason berteriak ingin tahu Dress Code
untuk besok,
Soo Ho
berbaring dikamarnya teringat kembali dengan tangan Tuan Lee yang bersandar di
pundak Geu Rim sambil berkata “Kita sudah saling menempel sepanjang hari.” Lalu
ketika keluar dari restoran, Geu Rim memberitahu kalau rumahnya ada di lantai
dua dan Tuan Lee ada disebelahnya.
“Magnae
dan aku harus bekerja dan begadang semalaman.” Ucap Tuan Lee penuh semangat.
“Apa
Mereka menghabiskan malam bersama?” kata Soo Ho akhirnya duduk diatas tempat
tidurnya. Ia lalu menyadarkan diri kalau tak boleh bersikap seperti itu dan mencoba
untuk tidur kembali.
Geu Rim
hanya bisa melonggo saat sampai di rumah Soo Ho, Jason dan Soo Ho dengan
pakaian tebal bergaya seperti artis dengan koper besar. Geu Rim heran melihat
keduanya yang membawa kopernya banyak sekali padahal hanya untuk 1 malam, lalu
mengajak segera masuk mobil.
“Aku akan
membawa mobilku.”ucap Soo Ho. Jason pun memasukan koper ke dalam mobil. Geu Rim
menghadang Soo Ho masuk mobil.
“Hei, kau
bahkan tidak tahu jalannya. Bahkan Jalannya tidak akan muncul pada GPS.” Kata Geu
Rim. Jason mengajak Soo Ho agar segera masuk saja.
Geu Rim
duduk didepan seperti supir sementara Jason dan Soo Ho duduk dibelakang seperti
penumpang. Dalam perjalanan Soo Ho ingin
tahu kemana mereka akan pergi. Geu Rim menjawab kalau Soo Ho akan tahu kalau
sudah sampai tujuan.
Perjalanan
masih terus berjalan, Jason akhirnya bertanya merkea akan kemana Untuk
menghabiskan "Tamasya dua hari satu malam." Geu Rim dengan senyuman memberitahu kalau
hampir sampai dengan bahagia acara mereka adalah "Tamasya dua hari satu
malam."!
Jason pun
mengikutinya mengoda Soo Ho, tapi Soo Ho hanya melirik sinis, akhirnya Jason
terdiam dan meminta maaf atas sikapnya.
Geu Rim melihat keduanya hanya bisa tersenyum karena perjalanan tamasya.
Ketiganya
sudah sampai dipelabuhan, Soo Ho tak percaya kalau mereka akan naik feri itu.
Saat itu Tuan Lee dan timnya datang berteriak dengan membawakan karton dan
berteriak bahagia "Tamasya dua hari satu malam."
Soo Ho
menatap dingin lalu membaca tulisan di karton
Kami mencintaimu, Ji Soo Ho. "Tamasya dua hari satu malam."
dengan Ji Soo Ho, Kami mencintaimu.” Tuan Lee mengajak mereka untuk segera
pergi bersama. Jason pun ikut bahagia karena banyak yang menyambut Soo Ho.
Soo Ho tak peduli memilih untuk memakai
kacamatanya.
Saat di
kapan, wanita yang ada di Tim Tuan Lee
melakukan selfie dengan memperlihatkan Soo Ho yang ada dibelakangnya. Soo Ho
seperti tak peduli dan membiarkanya. Geu Rim datang menemui Soo Ho, bertanya apakah mabuk laut. Soo Ho
mengelengkan kepala
“Kau
mengerutkan keningmu, dan wajahmu pucat.” Ucap Geu Rim. SooHo mengaku baik-baik
saja. Geu Rim akhirnya memberikan segelas teh untuk Soo Ho untuk menghilangkan
mual.
Saat itu
terdengar suara seseorang yang muntah, Geu Rim langsung melihat keadaaan Tuan
Lee. Soo Ho menatap kesal melihat kedekatan keduanya. Semua orang menjauhi Tuan
Lee yang muntah dan akhirnya Geu Rim dengan penuh perhatian memberikan tusukan
pada jari Tuan Lee untuk mengurangi mual.
Nyonya
Nam dan suaminya sedang melakukan pembukaan toko baru dengan memperlihatkan
kemersaraan mereka di depan wartawan. Da Seul juga ikut di sisi lainya, saat
itu Nyonya Nam melihat Tae Ri dibelakang wartawan sedang berbicara dengan
seorang pria lalu memberikan kode pada Manager Kim.
“Mengapa
Ji Soo Ho melakukan acara radio? Apa mereka tahu kelemahannya?” tanya Si pria
“Mengapa
bertanya padaku? Tanyakan pada Ny. Nam.” Ucap Tae Ri. Wartawan penasaran apakah
Tae Ri itu tak tahu apapun tentang keluarga itu
“Kenapa
bisa mengira aku tahu semua itu, Tn. Reporter?” kata Tae Ri seperti mencoba
untuk menyangkal.
“Aku
tahu, kau sudah berteman dengan Soo Ho selama 10 tahun. Sejak kau jadi artis
cilik.” Ucap si reporter.
Saat itu
Manager Kim datang mengatakan sebagai manajer Soo Ho sejak kecil, jadi bisa
langsung tanyakan padanya dan bertanya Apa yang ingin diketahui si reporter.
Reporter ingin tahu keberadan Soo Ho sekaran dan ingin tahu kenapa tidak
menghadiri acara hari ini.
“Mungkinkah
ada masalah keluarga? Aku sudah dengar rumornya.” Ucap Reporter
“Dengar, Jika kau menulis cerita menurut setiap rumor
yang kau dengar, maka kau akan terjatuh dengan keras seperti dulu lagi. Apa kau
ingin kami menghancurkan lagi sebelah sayapmu itu?” ucap Manager Kim mengancam
“Pasti
ada sesuatu yang besar. Cukup besar untuk mematahkan sayapku.” Kata Reporter.
Tae Ri yang ada di depanya hanya bisa menatap binggung.
Tuan Ji,
Nyonya Nam, Da Seul ada dalam satu lift. Da Seul panik karena bersama dengan
Tuan Ji dan menjadi selingkuhanya. Nyonya Nam tiba-tiba memanggil Da Seul
bertanya Bagaimana kelangsungan dramanya dengan Soo Ho. Apakah semuanya baik.
Dae Seul mengaku baik-baik saja.
“Mari
kita adakan makan malam nanti. Kita semua.” Ucap Nyonya Nam lalu keluar dari
lift. Dae Seul panik tapi Tuan Ji memilih untu menutup lift dan pergi bersama.
Nyonya
Nam kembali berdiri didepan wartawan, saat itu Tae Ri datang mengambil dompet
Nyonya Nam meminta izin memegangnya sebentar. Beberapa wartawan mengeluh pada
Tae Ri yang tiba-tiba datang. Tae Ri
meminta agar segera mengambil fotonya.
“Kenapa
kau terus mengikutiku?” keluh Nyonya Nam berisik
“Ny. Nam,
Reporter An... terus bertanya kepadaku. Dia mengatakan bahwa keluarga Anda
hanya pertunjukan belaka dan bertanya mengapa Soo Ho tidak datang ke acara
ini.” Bisik Tae Ri. Nyonya Nam mengerti.
“Jika aku
menceritakan semua yang aku tahu, maka, keadaan Anda akan sedikit lebih
canggung, benarkan? Jadi kapan Anda akan mengatur pertemuanku dengan Soo Ho?”
kata Tae Ri mengancam, Nyonya Nam pun hanya bisa diam saja.
Semua
duduk di halte bus dengan salju yang turun dan cukup tebal. Soo Ho hanya duduk
mengeluh kalau sudah naik mobil, lalu naik feri dan sekarang menunggu dua jam
untuk naik bus, Ia ingin tahu untuk apa mereka melakukan semua itu.
“Dalam
sehari, hanya ada satu feri ke tempat ini dan Bus lewat setiap dua jam.
Indahnya menunggu seperti ini adalah kunci filsafatnya radio. Saat ini, kita
tengah mengalaminya.” Ucap Tuan Lee. Semua yang duduk pun menganguk setuju
hanya Soo Ho yang cemburu.
Setelah
naik bus mereka pun berjalan beriringan, dengan jalan setapak dan berhenti
dengan makan bakpau. Geu Rim memberikan pada Soo Ho tapi Soo Ho enggan
menerimanya.
“Hati sebuah acara radio adalah
suaranya. Apa Kau tahu itu, Soo Ho? Jika kita meninggalkan kota, seluruh suara
di sekitar kita akan berubah total. Apa Kau pernah merasakannya?”
“Maksudku bukan suara mobil, alarm,
dan keyboard. Ini adalah suara yang hanya bisa kau dengar di alam. Suara yang
hanya bisa manusia ciptakan. Radio adalah tempat dimana suara itu didapatkan.”
Setelah itu
mereka pergi ke atas kapal membantu nelayan memperbaiki jaring. Soo Ho hanya
menatap dari kejauhan. Semua pergi ke pinggir pantai melakukan selfie, Tuan Lee
mengajak Soo Ho tapi Soo Ho seperti enggan bergabung.
Mereka
kembali berjalan, Geu Rim memberitahu Soo Ho kalau akan sampai dan meminta agar
lebih cepat berjalan. Saat itu Tuan Lee dengan sengaja melempar bola salju pada
Geu Rim, akhirnya semua bermain saling melempar bola salju.
Soo Ho
memilih berjalan pergi, Tuan Lee dengan sengaja melempar salju. Soo Ho
membalikan badan dan terlihat marah.
Jason meminta maaf pada temanya, tapi setelah itu dengan sengaja
melempar bola salju pada Soo Ho. Soo Ho menariknya tapi saat itu juga Jason
bisa kabur dan mengajak bermain bersama.
Soo Ho
sampai di tempat menginap dan hanya bisa menghela nafas harus tinggal di rumah
tradisional. Semua malah memuji kalau
rumah itu bagus. Tuan Lee langsung bertanya Apa gerakan mematikan untuk Soo Ho.
Mereka mencoba menebak kalau itu Wajah,
Senyuman, atau Akting.
“Di radio,
kau tidak membutuhkan wajah, dan tidak perlu berakting. Apa Kau punya yang
lain?” tanya Tuan Lee. Semua hanya diam
saja.
“Kita
keluarkan barang-barang kita. Lalu Kita adakan meeting, karena itulah yang harus
disukaikan. Laki-laki sebelah sini, perempuan sebelah sana.” Kata Tuan Lee,
Mereka
pun masuk kamar masing-masing, Soo Ho
melihat kamar laki-laki karena akan
bermalam rumah itu bersama. Tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar sebelah.
Geu Rim berteriak panik karena Tas laptopnya dan memanggil Tuan Lee. Tuan Lee akhirnya datang ke kamar Geu Rim.
“PD-nim,
sepertinya... Tas laptopku ketinggalan di kapal feri.” Ucap Geu Rim. Tuan Lee
ingin tahu apa yang akan dilakukan Geu Rim sekarang
“Aku akan
ke dermaga untuk mencarinya. Naskah dan bahan penelitian...” kata Geu Rim. Hoon
Jung pikir akan pergi bersama
“Hun
Jung, aku yang akan pergi dan...” kata Tuan Lee, diam-diam Soo Ho mendengar
dari samping kamar.
“Tidak
perlu... Kau bisa memulai meeting tanpa aku.” Ucap Geu Rim lalu bergegas pergi.
Geu Rim
mengumpat dirinya itu bodoh, lalu menelp Dermaga Chungwoon, bertanya Apakah ada
yang menemukan tas laptop. Tapi pegawai yang ada disana mengaku tak tahu, lalu
kebingungan sendiri karena tak ada taksi yang bisa mengantarnya ke dermaga.
Sebuah
trotoar lewat, Geu Rim memanggilnya ingin tahu akan pergi kemana apakah ingin
ke dermaga. Si paman hanya mengeleng. Geu Rim meminta tolong agar mengantarnya suatu
tempat di dekat dermaga Atau
kemanapun. Si paman hanya menatapnya,
Geu Rim memohon akhirnya Si paman menyuruh Geu Rim naik saja lebih dulu.
Geu Rim
pun mengucapkan Terima kasih dan saat akan naik ke belakang, Soo Ho tiba-tiba
datang membantu. Soo Ho tahu kalau Geu Rim itu lupa tas karena terlalu sibuk mengurus PD-nim. Geu Rim
menahan paman untuk tak pergi lebih dulu dan menyuruh Soo Ho untuk turun.
“Tas warna coklat. Ada boneka di atasnya.”
Kata Soo Ho yang mengingat saat Geu Rim melepaskan tasnya saat mengurus Tuan
Lee sedang mabuk laut.
“Aku
melihat kau turun dari kapal tanpa tas.” Ucap Soo Ho. Geu Rim mengeluh kalau
Soo Ho yang tidak memberitahunya.
“Tapi
kenapa kau malah ikut bersamaku?” kata Geu Rim. Soo Ho menjawab kalau akan pulang.
“Hei, Soo
Ho... Bagaimana kau bisa pulang? Bahkan Tidak ada feri... Dan Juga, jika kau
datang untuk menginap, maka kau tidak boleh pulang. Ucap Geu Rim. Soo Ho
seperti tak peduli.
Di depan
penginapan hanya duduk seperti kehilangan gairah, Si pegawai wanita memilih
untuk masuk kamar. Jason melihat sekeliling lalu tersadar kalau Soo Ho tak ada
dan masuk ke dalam, senyumanya terlihat senang dan bisa menebaknya.
Nyonya
Nam pulang dengan Manager Kim dan juga Sek Ah Ra dengan banyak tas belanja.
Nyonya Nam ingin tahu apakahh manager Kim masih belum tahu dimana Soo Ho.
Manager Kim mengaku belum
“Lanjutkan
pertemuan dengansutradara Kim Sang Soo. Jadwalnya akan berubah jika Ji Soo Ho
memulai acara radio.” Ucap Nyonya Nam
“Apa akan
baik-baik saja?” kata Sek Ah panik. Nyonya Nam tak suka mendengarnya.
“Apa Kau
hanya menanyakan hal itu? Aku memperlakukanmu dengan jauh lebih baik di banding
perusahaan lain. Kenapa aku tidak mendapatkan jawaban yang aku inginkan?” keluh
Nyonya Nam Sinis.
“Kalian
berdua... Awasi Jin Tae Ri. Laporkan padaku jika kalian menemukan sesuatu.
Kalian boleh pergi.” Kata Nyonya Nam, akhirnya Manager Kim pun memilih pergi.
“Jika
kita tidak ingin Soo Ho melakukan acara radio, maka kita bisa membuat Song Geu
Rim berhenti dari pekerjaannya. Apa Kau tahu bagaimana caranya?” ucap Nyonya
Nam
“Dari apa
yang aku lihat di surat pengajuan, ada tim yang bersaing melawan Soo Ho.” Kata
Sek Ahn
“Apakah
Nama penulisnya adalah La La Hee?” kata Nyonya Nam penuh rencana licik.
Ra Hee
mencari sesuatu dalam ruangan, seperti mencari informasi, tapi akhirnya
mengeluh karena Tim Lee Kang pergi tamasya untuk membuat perencanaan dan tak
tahu dengan nasib mereka, akan mengunakan
konsep apa.
“Kau
sudah memikirkan siapa DJ nya, dan apa konsepnya?” ucap Ra Hee. Seung Goo pikir
itu sudah pasti belum.
“Hei... Kau
tidak memiliki kemampuan untuk merencanakan atau mengarahkan apapun?” ejek Ra
Hee.
“Tolonglah,
panggil aku dengan benar. Kebiasaan lamamu masih ada.” Balas Seung Goo.
“Kau
bilang Kebiasaan lama? Haruskah aku membicarakan kebiasaan lama? “ keluh Ra
Hee. Seung Goo hanya menatap sambil menghela nafas.
“Belakangan
ini aku sering melihat warna-warna hijau untuk menenangkan kesabaranku. Jadi
kita jangan berkelahi berbaik-baiklah, mengerti?” kata Ra Hee menatap cat
kukunya yang berwarna hijau lalu mengangkat telp ternyata dari JH.
Soo Ho
pergi ke bagian loket Tiket, Geu Rim menemui seorang pegawai kalau meninggalkan
tas laptopnya di atas kapal yang ukuran
sekitar 50cm x 30cm dan juga Ada boneka lucu yang menggantung di tas. Si
pegawai seperti mengetahuinya lalu mengambil tasn dan berikan pada Geu
Rim. Geu Rim tersenyum bahagia dan
mengucapkan Terima kasih.
“Apa kau
yakin hanya ada satu perahu dalam sehari?” tanya Soo Ho didepan loket. Pegawai
mengatakan tak ada.
“Bagaimana
jika ada keadaan darurat, dan harus pergi dari pulau ini?” ucap Soo Ho. Si
pegawai mengatakan Tidak bisa. Geu Rim akhirnya datang menemui Soo Ho.
“Syukurlah...
Naskah yang akan kau baca ada disini.” Ucap Geu Rim penuh semangat.
Keduanya
duduk menunggu bus di halte. So Ho bertanya Apa itu sangat penting Geu Rim
menjawab kalau itu sudah pasti, karena isi dalam laptopnya semua adalah naskah
pertama yang ditulis
“ Dan aku
tidak sempat membuat cadangan pada acara pertamamu. Jadi Kita selamat...
Tapi... Kau tidak berencana untuk pulang, kan?” ucap Geu Rim. Soo Ho terlihat
gugup.
“Kau
bahkan tidak membawa barang-barangmu. Kau datang karena mengkhawatirkan aku
kan?” ejek Geu Rim. Soo Ho mengelak.
“Aku
tidak bisa pergi karena tidak ada perahu. Jangan berlebihan” kata Soo Ho. Geu
Rim tak membahasnya karena melihat bus yang sudah datang.
Keduanya
duduk terpisah, Soo Ho hanya menatap keluar jendela. Geu Rim yakin Pasti sudah
lama sekali terakhir kali Soo Ho naik bus. Menurutnya Jika Soo Ho berada di
dalam mobil, atau di van dengan jendela berwarna, maka tidak bisa melihat
pemandangan seperti sekarang
“Mungkin
butuh waktu lebih lama, tapi kapan lagi kau bisa menikmati pemandangan ini? Benar,
kan?” komentar Geu Rim. Soo Ho menatap Geu Rim yang duduk jauh darinya.
Flash Back
Soo Ho
mengingat dengan kejadian saat masih remaja, menatap Geu Rim duduk di dalam bus
sambil menuliskan sesuatu pada embun yang ada dijendela. Senyuman terlihat
sekali kalau Soo Ho bahagia hanya menatap Geu Rim.
Beberapa
saat kemudian melihat Geu Rim yang tertidur pulas, Soo Ho merasa khawatir
akhirnya duduk disampaing Geu Rim dan akhirnya Geu Rim menjatuhkan kepalanya di
pundak Soo Hoo. Soo Ho sempat kaget lalu senang karena Geu Rim bersandar
padanya.
“Radio
juga sangat lambat. Sama seperti bus yang lambat ini, sama seperti matahari terbenam yang mengikuti kita, sangat
lambat. Itulah sebabnya aku suka radio.” Ucap Geu Rim dengan melihat kalau
diluar semakin gelap.
Ia lalu
bertanya pada sopir dimana mereka sekarang, Apa Donggong-ri masih jauh lagi.
Sopir bus binggung Geu Rim yang menanyakan Donggong-ri, karena Itu arah yang
berlawanan dan Bus yang ke arah sana,
sudah berhenti beroperasi hari ini. Keduanya hanya bisa melonggo kaget.
Keduanya
turun dari bus, Soo Ho mengeluh dengan kekacauan yang terjadi bahkan selalu
bersama..... memilih untuk tak melanjutkan. Geu Rim menyakinkan kalau tak perlu
khawatir.
“Aku akan
menghubungi PD-nim dan...” ucap Geu Rim, lalu tiba-tiba Soo Ho melihat Geu Rim
kedingina memberikan syalnya. Geu Rim pun mengucapkan Terima kasih.
“Aku akan
menelponnya... Tapi... Kita ada dimana?” ucap Geu Rim dan melihat ada papan
nama “Penginapan Sung Yi”
Soo Ho
berjalan masuk dan tiba-tiba dikagetkan dengan seorang kakek yang datang
membawa senter. Geu Rim melihatnya langsung mendekat dan memastikan kalau
baik-baik saja. Soo Ho mengaku baik-baik saja dan bertanya siapa kakek itu.
“Kau
kembali... Kau akhirnya kembali.” Ucap si kakek melihat wajah Soo Ho. Geu Rim dan
Soo Ho kebingungan.
“Terima
kasih... Aku sudah... menunggu kedatanganmu setiap hari.” Kata si kakek seperti
baru kembali melihat anaknya.
“Dasar
kau! Sekarang sudah jam berapa? Apa kau tahu betapa khawatirnya aku? Mengapa
tidak menelepon?” ucap Tuan Lee marah
“Aku
minta maaf. Setelah aku menemukan tasku, aku tidak sadar kalau malah salah naik
bus.” Cerita Geu Rim
“Dimana?
Apa alamatnya?” tanya Tuan Lee. Geu Rim seperti binggung menjelaskan
keberadaanya.
Soo Ho
keluar dari kamarnya dan memakai sepatunya. Geu Rim menyudahi telpnya dengan
Tuan Lee kalau akan menelp nanti. Ia
menahan Soo Ho pergi karena Setidaknya harus pamit padanya dulu. Si Kakek
keluar rumah langsung melarangnya.
“Kau
tidak boleh pergi!” ucap Si kakek berkali-kali melarang Soo Ho pergi.
“Dulu kau
bilang kau akan kembali saat kau pergi, tapi kau tidak kembali lagi hingga
sekarang. Jadi Kau tidak boleh pergi!” ucap Si kakek mengajak mereka masuk. Geu
Rim pun tak bisa berkata-kata lagi.
Kakek
memberikan paha ayam untuk Soo Ho,
meminta agar mulai makan perlahan dan mencelupkan pada garam. Geu Rim ingin ikut makan, tapi si kakek
melarangnya, menyuruh agar makan leher
ayam saja karena Sangat lembut dan lezat.
“Omong-omong,
apa Soo Ho sangat mirip seperti anakmu?” tanya Geu Rim
“Dia
adalah anakku. Apa yang salah denganmu? Tapi Omong-omong, apa kau pacarnya
anakku?” ucap si kakek
“Tidak,
bukan... Aku bukan pacarnya.” Kata Geu Rim. Si kakek seperti senang lalu
bertanya pada Soo Ho dengan ayamnya. Soo Ho mengaku kalau rasanya enak
“Kau akan
menginap disini, kan?” ucap si paman. Geu Rim dan Soo Ho hanya saling
berpandang.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Suka banget lihat tatapan matanya yoon dujun hehehe.....😍
BalasHapus