Sebuah
mantel merah dikembalikan oleh Hae Ra. Seung Goo seperti tak percaya kalau
cerita hidup Hae Ra berubah setelah memakainya. Hae Ra membenarkan, bahkan
sangat berterima kasih untuk mantelnya, tapi juga takut pada mantel itu.
Hae Ra
masuk ruangan pamit pergi pada Seung Go yang sedang berbicara di telp. Seung
Goo meminta Hae Ra aga minum teh dulu sebelum pergi. Hae Ra pikir kalau akan memberitahu Soo Ho
untuk datang dan harus pergi ke suatu tempat kapan-kapan.
Ketika
Hae Ra keluar dari ruangan dikagetkan dengan sosok Sharon yang terlihat lusuh.
Sharon menatap Hae Ra seperti tak mengenalnya bertanya siapa. Hae Ra
kebingunan, saat itu Seung Goo keluar dari ruangan melihat Sharon tersenyum
bahagia. Sharon pun langsung memberikan pelukan
“Seung
Goo, kau masih hidup.” Ucap Sharon memeluk assitannya. Seung Go bertanya kemana
saja sharon dngan wajah haru.
“Seung
Goo, kau masih hidup dan belum bertambah tua.” Ucap Sharon bahagia melihat
Seung Go
“Omong-omong,
kenapa kau terlihat sangat lusuh? Apa kau jatuh atau apa?” ucap Seung Goo.
Sharon tak menjawabnya.
“Apa dia
pelanggan kita?” tanya Sharon binggung. Seung Goo sempat kaget dan memberitahu
kalau wanita itu Nona Jung Hae Ra.
“Aku akan
memberitahu Baek Hee kalau kau sudah kembali dan Hae Ra, tunggu disini.” Kata
Seung Goo masuk ke ruangan.
“Permisi...
Apa sebenarnya yang terjadi?” tanya Hae Ra binggung. Sharon juga binggung
dengan pertanyaan Hae Ra.
“Kau
melompat ke sungai. Mungkin saja...” ucap Hae Ra. Sharon malah kaget Hae Ra
yang bisa mengetahuinya.
“Seung
Goo, kita minum teh lain kali.” Kata Hae
Ra ketakutan melihat Sharon kembali tapi tak mengingatnya lalu bergegas pergi.
Hae Ra
datang menemui Soo Ho dengan wajah ketakutan menceritakan kalau sebelumnya
bicara dengasn Sharon dan berpikir kalau tak mengingat dirinya, tapi menurutnya
kalau itu hanya pura-pura tidak mengenalnya.
“Jangan
pernah pergi ke sana lagi, dan abaikan dia jika dia menghubungimu.” Ucap Soo Ho
menenangkan.
“Bagaimana
jika dia datang ke rumah kita?” kata Hae Ra ketakutan
“Jangan
khawatir. Kita akan melaporkannya.” Kata Soo Ho yakin. Hae Ra seperti masih tak
percaya dan takut kalau Sharon itu tidak pernah mati dan hidup selamanya
“Hae
Ra... Mari kita segera menikah. Meskipun kita menikah, maka kau tak akan
terganggu, dan tidak ada yang akan berubah. Aku berjanji.” Ucap Soo Ho
menyakinan
“Tetapi...
aku ingin memberimu hadiah pernikahan, tapi sekarang, aku...” kata Hae Ra
sedikit sedih
“Aku
tidak butuh hadiah... Yang aku butuhkan hanya kau Jika kau mempercayaiku, ayo lakukan
seperti yang kukatakan.” Kata Soo Ho menyakinkan. Hae Ra pun menganguk setuju.
Soo Ho memegang erat tangan Soo Ho.
Baek Hee
masuk ke dalam toko memanggil Sharon,
Sharon keluar dari ruang kerjanya melihat Baek Hee langsung memeluknya
mengaku senang karena masih hidup
juga. Ia tak percaya kalau segera
kembali kali ini, dan sangat terkejut.
“Kau
tampak bahagia dan tampak cantik.” Komentar Baek Hee
“Senang
bertemu denganmu dan Seung Goo lagi dan Tokonya juga masih disini. Aku sangat
senang” kata Sharon lalu memanggil Seung Goo untuk membawakan teh.
Flash Back
Baek Hee
duduk diam dalam rumahnya, berdoa memohon untuk Sharon “Aku tidak tahu kapan dia akan kembali, Tapi
saat dia melakukannya, tolong biarkan dia kembali tanpa ingatan akan Soo Ho dan
Hae Ra. Kita tidak tahu kapan hidupnya akan berakhir, tapi hidupnya akan
tertahankan... tanpa memori itu, kan?” saat itu juga Sharon pun berjalan
kembali ke tokonya.
“Hae Ra
ada di sini, kan?” ucap Baek Hee seperti mengujinya. Sharon mengingat kalau ada
Seorang wanita muda di tokonya.
“Apa kau
juga mengenalnya?” tanya Sharon. Baek Hee bertanya apaah Sharon tak
mengingatnya.
“Seung
Goo mendapatkan klien baru saat aku pergi. Dia cantik, dan terlihat baik. Jika
dia kembali, maka aku akan membuatkannya pakaian cantik.” Kata Sharon penuh
semangat
“
Lalu.. bisakah kau juga membuatku
sesuatu untuk musim semi?” ucap Baek Hee. Sharon setuju dan masuk ke dalam
ruang kerjanya karena memikirkan sebuah desain.
Seung Goo
terlihat binggung melihat sikap Sharon yang berbeda. Baek Hee menatap sebuah
mantel merah dan bertanya pada Seung Goo. Mantel apa itu, karena tahu kalau
mantel itu milik Hae Ra. Seung Go memberitahu kala Hae Ra sudah mengembalikannya.
“Dia
bilang senang memakainya dan bersyukur, tapi juga takut.” Cerita Seung Go.
“Aku akan
menyimpan mantel itu untuk sementara waktu, Jadi Tolong masukkan ke mobilku.”
Ucap Baek Hee seperti ketakutan.
Soo Ho
dan Hae Ra melihat di tab, sebuah plan pernikahan jam 1 sampai jam 3 sore, lalu
berpikir Apa itu bisa untuk pemotretan pernikahan. Hae Ra pikir itu bisa
setelah itu mereka bisa berkerja kembali makan siang, lalu bertemu.
“Aku akan
menjemputmu.” Kata Soo Ho membuat rencana.
“Baik.
Mari kita adakan pernikahan di rumah, dan hanya mengundang teman dekat.” Ucap
Hae Ra
“Tapi aku
ingin membuatkanmu pernikahan yang besar.” Komentar Soo Ho
“Itu
sudah kuno. Kita buat pernikahan kecil dan menyenangkan.” Kata Hae Ra.
Soo Ho
setuju lalu mengusulkan Sabtu depan. Hae Ra pun setuju. Dan akan sibuk
mempersiapkan pernikaha dan memulai membuat rencana yang akan disiapkan untuk
penikahan mereka.
Baek Hee
berada di rumah membersihkan mantel milik Hae Ra. Soo Ho masuk rumah menemui
Baek Hee dengan penuh semangat. Baek Hee bertanya kenapa Soo Ho datang ke
rumahnya. Soo Ho mengaku kalau ingin mengundangnya lebih dulu.
“Hae Ra
dan aku akan menikah minggu depan.” Ucap Soo Ho, Baek Hee melonggo tak percaya
dan terlihat bahagia.
“Selamat...
Sudah lama aku tidak mendengar kabar bagus.” Kata Baek Hee penuh semangat.
“Ini hanya
pernikahan kecil dirumah. Aku ingin Ibu menjadi pemimpin upacara pernikahan.”
Ucap Soo Ho. Baek Hee seperti tak yakin bisa melakukanya.
“Kau bisa
membuatnya sederhana. Aku benar-benar ingin kau berada di pernikahan kami.”
Kata Soo Ho sengat berharap
“Aku tak
percaya akan menjadi pemimpin upacara dipesta pernikahan. Aku benar-benar akan
membuatnya sederhana.” Ucap Baek Hee yakin.
Soo Ho akhirnya
duduk bersama dengan Baek Hee bertanya Apakah
Choi Seo Rin benar-benar hidup kembali. Baek Hee mengucap syukur kalau Sharon tidak ingat kalian berdua dan akan mengamatinya
dengan hati-hati jika saja mungkin hanya berpura-pura.
“Tapi dia
benar-benar tidak ingat.” Ucap Baek Hee yakin Sharon yang tak berbohong.
“Berapa
lama dia akan hidup?” tanya Soo Ho khawatir.
Baek Hee pikir Tak akan ada yang pernah tahu. Soo Ho pun hanya bisa
terdiam dengan wajah sedikit khawatir.
Soo Ho
dan Hae Ra berada di sebuah studio, mereka seperti agak canggung melakukan
permotretan. Soo Ho memegang tangan Hae
Ra dan menatapnya, Bibi Lee yang melihatnya seperti sangat bahagia keduanya yang melakukan pemotretan.
Mereka
juga melakukan gaya lainya, dengan memperlihatkan gaun Hae Ra yang cantik.
Fotographer meminta keduanya agar tak canggung dan malu. Setelah itu mereka akan melakukan pengambilan terakhir. Terakhir kali. Soo Ho
memanggil Bibi Lee untuk ikut pergi bersama. Bibi Lee pikir tak perlu.
“Kurasa
bibi berdandan cantik untuk difoto.” Komentar Soo Hoo. Bibi Lee pikir kalau
dirinya selalu cantik. Hae Ra pun bertanya apakah ada gaun yang bisa dicoba
oleh bibinya.
Ketiganya
pun foto bersama, Hae Ra dan Bibi Lee merangkul Soo Ho seperti ketiganya saling
menyayangi. Saat itu Baek Hee datang
membawa dua kotak besar. Soo Ho menyambutnya.
“Ini
adalah pemandangan yang paling indah sepanjang hidupku.” Komentar Baek Hee pada
keduanya. Soo Ho ingin tahu apa yang dibawa oleh Baek Hee.
“Ini
adalah pakaian untuk meringankan dendam mereka.” Kata Baek Hee.
Keduanya
mengunakan pakaian tradisional dengan wajah menahan tawa. Baek Hee meminta agar
kedanya Jangan tertawa aneh seperti itu. Fotographer meminta agar mereka mulai
berpose. Hae Ra dan Soo Ho pun mulai mengambil foto dengan pakaian pengantin
tradisional.
“Kalian
akan saling membungkuk dan Menghadapi satu sama lain.” Ucap Fotographer.
Keduanya seperti kebingungan karena suasana jadi makin canggung. Baek Hee
menyuruh keduanya segera membungkuk.
Keduanya
berdiri berhadapan dan mulai membungkuk, Baek Hee melihat seperti saat Myung
Soo dan Boon Yi akhirnya bertemu dengan wajah bahagia. Ia bergumam kalau
Sekarang, segala sesuatu kembali normal. Soo Ho akhirnya mengajak Baek Hee dan
Bibi Lee untuk foto bersama. Mereka pun
berempat foto dengan senyuman sumringah.
Ji Hoon
masuk ke toko menyapa Sharon yang sudah lama sekali tak bertemu dan ingin tahu
apa yang terjadi dan melihat kalau Tokonya sering ditutup. Seung Goo pikir
kalau tidak tertutup sepanjang waktu dan hanya datang datang pada waktu yang
buruk, lalu bergegas pergi karena ingin membuatkan teh.
“Bagaimana
kabarmu?” tanya Ji Hoon. Sharon mengaku baik-baik saja.
“Kau
adalah siswa atlet, kan? Pelatih berotot.” Ucap Sharon yang tak mengingat
dengan memperagakan seperti memperlihatan ototnya.
“Ini
tidak lucu, jadi Hentikan.” Keluh Ji Hoon. Sharon ingin tahu cara mereka saling
mengenal. Ji Hoon terlihat kecewa dengan sikap Sharon.
“Ini
adalah tanda terima kasihku dan Kau membuatkanku baju bagus” kata Ji Hoon memberikan
amplop berisi uang.
“Apa Aku
membuatkanmu pakaian?” kata Sharon binggung. Ji Hoon memberitahua kalau Sharon
membuatkan beberapa setelan yang layak.
Sharon
mengingatnya, tapi tak ingat alasan membuatkan jas dan berpikir kalau mereka
berdua berkencan. Ji Hoon pikir kalau sikap Sharon yang masih kaku lalu
menanyakan kabarnya Sharon dengan dan Pak Moon. Sharon binggung siapa Tuan Moon
yang dimaksud. Ji Hoon sangat binggung
melihat tingkah Sharon.
Baek Hee,
Bibi Lee dan Hae Ra melihat hasil foto bersama dengan pakaian tradisional. Baek Hee menanyakan pendapat Hae Ra karena pakaian
itu ide yang bagus. Hae Ra mengaku kalau
menyukainya.
“Kau
masih mengenakan gaun itu.” Komentar Soo Ho melihat Hae Ra masih melihat foto.
Hae Ra mengatakan kalau akan ganti pakaian.
Seorang
Assistant selesai merapihkan lampu dan tak sengaja menyelengkat kabel, Soo Ho
melihat lampu yang akan jatuh menimpa Hae Ra langsung berlari menyelamatkanya
dan mendorongnya
Baek Hee
kaget melihat lampu yang jatuh dan tak mengenai Hae Ra. Soo Ho dan Hae Ra
saling berpelukan pun juga terlihat shock dengan menatap lampu disamping
mereka.
Baek Hee
menemui Soo Ho di ruang tunggu, lalu berkomentar tak percaya melihat sikap Soo
Ho seperti sering berlatih saat masih kecil, karena tadi cukup mengesankan dan
ingin tahu Olahraga apa yang dilakukan Soo Ho. Soo Ho pikir melakukan hampir
semuanya.
“Aku terutama
melakukan banyak kendo. untuk menyembunyikan bekas luka di wajahku” kata Soo
Ho. Baek Hee pikir itu benar juga.
“Kurasa
aku melihatmu membawa sebuah pedang bambu dan topeng saat kau muda.” Kata Baek
Hee.
“Aku
sampai di tingkat lima kendo dan juga memiliki sertifikat instruktur.” Kata Soo
Ho.
“Itu
keren. Bisakah kau mengajariku juga?” ucap Baek Hee. Soo Ho pikir Baek Hee tidak
perlu belajar bagaimana melakukannya.
Baek Hee
hanya tersenyum lalu meminta apabila fotonya sudah jadi agar bisa mengirimkan
juga. Soo Ho dengan wajah serius
menceritakan kalau Sejak hari itu,
kondisinya sekarang sudah jauh lebih baik dan juga merasa jauh lebih kuat.
“Ini
hanya perasaanku, kan?” ucap Soo Ho khawatir. Baek Hee seperti tak banyak
komentar
“Aku akan
menghubungimu saat foto-foto itu sudah jadi.” Kata Soo Ho lalu keluar dari
ruangan karena akan membawakan segelas air. Wajah Baek Hee seperti tegang
mendengar cerita Soo Ho.
Seung Goo
menarik Ji Hoon ke ruangan. Ji Hoon melihat Sharon berpikir kalau sangat
menderita. Seung Goo malah bertanya siapa yang dimaksud. Ji Hoon merasa kalau
Sharon seperti Wanita itu menakutkan, sebelumnya ia tahu kalau Sharon sangat
terobsesi dengan Soo Ho.
“tapi
bagaimana mungkin dia...” kata Ji Hoon heran dengan sikap Sharon yang berbeda.
Seung Goo langsung menaruh jarinya di mulut Ji Hoon.
“Jangan
ingatkan dia tentang Pak Moon dengan membicarakannya. Aku sangat senang dengan keadaannya
sekarang.” Kata Seung Goo memberikan kode agar Ji Hoon menutup mulut. Ji Hoon
pun tersenyum bahagia.
Hae Ra
datang ke tempat Young Mi di tokonya sambil berkomentar kaalu sudah mengubah
tampilan. Young Mi mengelak, Hae Ra tak
ingin berlama-lama memberitahu Young Mi kalau akan menikah dengan Soo Ho Sabtu
depan. Young Mi kaget dan juga bahagia mendengarnya.
“Kami
hanya mengundang orang-orang yang dekat dengan kami. Kau akan datang, kan?”
ucap Hae Ra
“Tentu
saja... Selamat, Hae Ra.” Kata Young Mi. Hae Ra mengucapan Terima kasih dan
meminta maaf karena lebih duluan menikah.
“Aku akan
memberi banyak uang sebagai hadiah dan memberimu pakaian cantik juga sebagai
hadiah. Berbahagialah, temanku.” Ucap Young Mi memeluk temanya. Hae Ra melihat
Young Mi yang menangis haru.
“Maksudku,
kau sangat menderita, dan aku senang kau bertemu dengan pria hebat.” Kata Young
Mi menghapus air matanya.
“Jangan
menangis seperti ibu yang menikahkan putrinya.” Ejek Hae Ra.
“Saat aku
nongkrong dengan nakal, kau menampar pipiku sampai aku sadar. Bahkan Kau bertengkar
dengan mereka untukku. Terima kasih, Hae Ra.” Kata Young Mi seperti senang
berteman dengan Hae Ra
“Ayolah.
Jangan menangis.. Aku akan menemuimu di pesta pernikahan. Datanglah dengan Gon.”
Kata Hae Ra. Young Mi menganguk mengerti dan pamit pergi.
Young Mi
datang menemui Gon mengeluh pacarnya hanya minum sendiri. Gon seperti terlihat
banyak tertekan. Young Mi memberitahu kalau
Hae Ra akan menikah akhir pekan depan di rumahnya. Gon pikir itu bagus
dengan wajah frustasi.
“Apakah
kita juga akan menikah?” tanya Young Mi. Gon pikir tak perlu dibahas kalau
memang Young Mi tidak mau.
“Tidak...
Aku akan merahasiakannya sampai akhir, menikah denganmu, dan hidup bahagia.”
Ucap Young Mi menyakinkan kalau akan tetap menikah dengan Gon.
Soo Ho
duduk diam di kamarnya mengingat ucapan dokter “Mereka memeriksa apa kau
terkena stroke, tapi mereka tidak menemukan hal yang aneh. Kau mengalami
serangan jantung karena pendarahan yang berlebihan. Ini sangat aneh. Tidak
seorang pun yang pulih begitu cepat.”
Lalu
teringat kembali ucapan Baek Hee tentang kejadian sebenarnya “Sharon menusukmu
dengan pisaunya. Denyut nadimu masih berdetak, jadi aku menyembunyikan
pisaunya. Pisau itu tersembunyi.” Soo Ho
seperti memikirkan kejadian aneh padanya.
Gon
pulang ke rumah mendengar suara ayahnya di telp menyuruh orang agar memindahkan
orang itu ke tempat penyimpanan di Changwon dan memastikan makan dua kali
sehari. Akhirnya Gon menemui ayahnya dengan sedikit mabuk.
“Astaga,
Dasar kau idiot... Aku tidak percaya kau mabuk.”keluh Tuan Park melihat
anaknya.
“Ketidakpedulianku,
kebodohan, dan... Dan ayahku yang malang.” Kata Gon setengah mabuk. Tuan Park
menyuruh Gon tidur saja kalau memang sedang mabuk.
“Ayah,
ayo kita berhenti di sini... Aku tidak bisa melindungimu lagi... Mari kita
berhenti, tolong!” pinta Gon. Tuan Park mengaku tak mengerti yang diucapkan
oleh anaknya.
“Apa kau
sangat menyukai uang?” sindir Gon berdiri dari tempat duduknya.
“Satu-satunya
yang kau pamerkan adalah kenyataan bahwa kau adalah anak orang kaya. Tanpa
uang, kau bukan apa-apa... Anak laki-laki kaya.” Ucap Tuan Park bangga.
“Apa aku
bukan anak penjahat?” balas Gon. Tuan Park pikir tak perlu khawatirkan hal itu
dan menyuruh agar pergi tidur sambil mengumpat kalau anaknya sangat bodoh.
Ji Hoon
masuk ke kantor Soo Ho dengan senyuman bahagia menyapa semua karyawan tapi
semua seperti langsung memperlihatkan wajah sinis dan tak suka dengan pelatih
mereka. Ji Hoon dibuat binggung sampai akhirnya Tuan Han mengajak bicara.
Akhirnya
keduanya melihat rekaman CCTV saat Ji Hoon sedang mencari sesuatu di meja
kerja. Tuan Han mengaku kalau sudah mendengar sering bertemu dengan Gon dan
menduga kalau Ji Hoon adalah mata-matanya. Gon kaget dianggap mata-mata.
Ji Hoon
akhirnya bertemu dengan Gon menceritakan pihak Soo Ho ingin tahu dimana Yoon Dal Hong berada dan
sudah menangkapnya jadi Artinya kontrak mereka sudah berakhir. Gon pun tak
banyak komentar. Ji Hoon ingin tahu
apakah Gon benar-benar menculik orang dan mengurungnya
“Dia
mungkin berada di sebuah gudang di Changwon.” Ucap Gon.
Tuan Han
dan semua karyawan mencari di gudang, Chan Ki memberitahu kalau Tuan Yoon tak
ada disana. Tuan Han meminta agar mengecek bagian lainya, keduanya terlihat
berusaha mencari Tuan Yoon. Setelah itu Ji Hoon dan Gon kembali bertemu.
“Mereka
melihat setiap gudang di Changwon, dan bahkan rumah dan sekolah tua, Tapi dia
tidak ditemukan. Mereka ingin tahu di mana dia dimakamkan.” Ucap Ji Hoon. Gon
melotot kaget.
“Katakan
pada mereka bahwa aku akan menemukannya. Tidak masalah jika dia dimakamkan atau
jika dia masih hidup.” Kata Gon menyakinkan.
Sharon
membuat pakaian dari designya dalam patung. Seung Goo melihat kalau pakaian itu
sangat norak. Sharon melirik sinis mendengarkanya, Seung Goo melepaskan ada bola-bola yang
tertempel di bajunya karena menurutnya itu tak perlu dan juga bukan style yang
dibuat Sharon.
“Yah... Ini
benar-benar mengerikan.” Kata Sharon melepaskan semua bola-bola dibajunya.
“Kau
darimana saja? Kenapa kau seperti ini? Apa karena kau masih jet-lag?” kata
Seung Goo heran.
“Seung
Goo... Bolehkah aku meminjam cincin itu?” kata Sharon melihat cincin ditangah
Seung Goo.
Akhirnya
Seung Goo sudah tertidur lelap dan Sharon memakain cincinya, tapi tak merubah
wujuhnya dengan wajah binggung karena tidak berhasil dan merasa ada sesuatu
yang hilang darinya tapi belum tahu apa itu.
Direktur
melihat berkas dan mengucapkan Selamat. Ketua Tim pun mengucapkan terimakasih
dan berjanji akan bekerja sangat keras. Direktur mengejak kalau Ketua Tim itu
harus Bekerja lebih keras. Seperti dirinya. Ketua Tim hanya bisa menganguk
setuju.
“Aku
minta maaf datang terlambat, karena membantu tim bandara.” Ucap Hae Ra masuk ke
ruangan.
“Nona
Jung... Kau pasti mengalami mimpi yang hebat tadi malam.” Kata Direktur. Hae Ra
terlihat binggung.
“Mereka
merekomendasikanmu untuk bekerja dua tahun di luar negeri.” Kata Direktur. Hae
Ra terlihat kaget dan juga bahagia. Ji Hee juga mengucapkan selamat untuk
temanya.
“Teman
ipar ketua adalah bagian dari kelompok reuni. Dia benar-benar tersentuh. Kau
baik pada mereka karena hal ini, kan?” kata Direktur mengejek.
“Itu
tidak masuk akal. Dia menerima... surat ucapan terima kasih yang paling banyak
diantara semua orang disini. Dia terlambat dipromosikan , dan tidak pernah
pergi ke luar negeri sampai sekarang.” Ucap Ketua Tim pada Direktur.
“Bagaimanapun,
kau akhirnya bisa pergi kerja ke luar negeri. Dan itu adalah Roma, Italia.”
Ucap Ketua Tim pada Hae Ra. Hae Ra pun terdengar bahagia.
“Ini
benar-benar dekat dengan Slovenia, tujuan perjalanan pertamamu.” Ucap Direktur.
Hae Ra ingin tahu kapan harus memulainya.
“Setelah
kuarter pertama, Kau akan berangkat awal April.” Kata Direktur. Hae Ra kaget
kalau akan secepat itu
“Bukankah
kau senang? Asrama mereka sama baiknya dengan hotel. Aku akan mengunjungimu
selama liburan Chuseok.” Kata Ketua Tim. Direktur juga berpikir yang sama. Ketua Tim berharap kalau Direktur hanya
mengatakan dengan bercanda.
“Apa kau
benar-benar pergi juga?” ucap Ji Hee. Direktur tak menjawabnya menyuruh agar
mulai bekerja saja.
Hae Ra
berjalan pulang dengan mengunakan payungnya, teringat kembali kata-kata Soo Ho
menurutnya kalau memang cemburu kenapa mau ke luar negeri padahal ia sengaja
kembali ke Korea untuk Hae Ra.
“Apa yang
harus kulakukan untuk tinggal di sini sepertimu? Haruskah aku belajar memotret
dan berbicara bahasa Slovenia?” ucap Hae
Ra ssaat bertemu Soo Ho pertama kali
“Kenapa
kau ingin tinggal disini?” tanya Soo Ho heran
“Aku
ingin pergi dari segala sesuatu di sekitarku” jawab Hae Ra
“Aku tak
pernah punya kesempatan saat ingin pergi. Mengapa harus datang sekarang?” kata
Hae Ra bergumam lalu menyeberang jalan.
“Apa kau
mengubah cincin yang kuberikan padamu menjadi cincin pasangan?” tanya Baek Hee.
“Tidak,
Penjual cincin bilang itu tidak boleh dilebur, jadi Hae Ra menyimpannya.” Kata
Soo Ho
“Bisakah
kau menunjukkan cincin itu padaku?” ucap Baek Hee. Soo Ho pikir itu pasti
boleh.
“Mereka
bilang aku berdarah begitu banyak sampai jantungku berhenti. Tapi aku tidak
melihat ada luka di tubuhku.” Cerita Soo Ho
“Kekuatan
tak terlihat pasti telah melindungimu. Walaupun demikian, Aku yakin itu tidak
bisa menghapus bekas luka.” Kata Baek Hee.
“Kelihatannya
seperti pisau biasa.” Komentar Soo Ho. Baek Hee tak banyak komentar seperti
merasakan sesuatu.
Hae Ra
masuk kamar memberikan cincinya, So Hoo meminta izin agar bisa memperlihatkan
pada Baek Hee. Hae Ra menganguk setuju.
Soo Ho bertanya apakah Hae Ra sudah memberi tahu atasanmu tentang
pernikahan.
“Belum.
Semua orang keluar, dan kami sibuk sampai malam. Aku akan melakukannya besok.”
Ucap Hae Ra gugup.
“Semua
orang dikantor sangat antusias untuk datang ke pesta” kata Soo Ho dengan wajah
bahagia.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar