Nyonya
Nam tak habis pikir Soo Ho memilih untuk Sebuah acara radio dan bertanya apakah
nanti tidak akan menyesal. Soo Ho tahu kalau
Mungkin akan menyesal. Nyonya Nam menantang Soo Ho
agar mencobanya, karena menurutnya anaknya itu harus mencoba apa yang ingin dilakukan.
“Sekarang,
kita akan bicarakan bisnis. Aku menghormati pilihanmu, jadi tolong hormati juga
pilihanku. Karena dasar dari bisnis adalah Give-and-take (Timbal balik).” Tegas
Nyonya Nam
“Haruskah
aku benar-benar melakukan film itu?” kata Soo Ho sangat enggan. Nyonya Nam
pikir Soo Ho sudah tahu.
“Kau
memiliki tanggung jawab atas apa yang kau pilih. Dan hidup yang tak terhitung
nilainya itu bergantung pada apa yang kau pilih.”kata Nyonya Nam, Soo Ho pikir
itu benar. Nyonya Nam ingin tahu keputusan Soo Ho.
“Jika
seperti yang kau katakan, hidup yang tak terhitung nilainya bergantung pada
keputusanku. Maka, aku harus melakukan acara radio.” Tegas Soo Ho lalu keluar
dari ruangan. Nyonya Nam pun tak bisa berkata apa-apa.
Geu Rim
menungu didepan gedung, sebuah mobil van datang. Keduanya saling menyapa dengan
Manager Kim dan Jason ikut dibelakang Soo Ho. Soo Ho dengan ramah pun menyapa
Geu Rim menanyakan kebarnya. Geu Rim menganguk kalau baik-baik saja dan
mengajak masuk.
Semua
orang yang ada di lobby hanya bisa melonggo, lalu semua memberikan jalan agar
Soo Ho naik lebih dulu ke dalam lift. Beberapa orang naik ingin satu lift
dengan Soo Ho, lalu pertanda kalau lift terlalu berat. Dua orang yang baru
masuk tak ingin keluar dari lift.
“Aku akan
turun.” Ucap Soo Ho mengalah. Keduanya langsung menolaknya karena mereka akan
turun. Soo Ho memberikan senyuman saat pintu lift tertutup. Semua orang
terkesima dengan sikap Soo Ho yang gentelman.
Soo Ho
akhirnya berjalan di lorong gedung, beberapa pegawai melonggo dan langsung terpana
melihatnya. Bahkan Hoon Jung tanpa segan memberikan tanda hati untuk Soo Ho,
Geu Rim yang melihatnya seperti sangat malu dan buru-buru mengajak pergi.
“Manajer
stasiun radio, General Manager, dan para eksekutif semuanya ada disini.” Ucap
Geu Rim saat ada didepan pintu. Soo Ho seperti tak percaya.
“Ya.
Manajer stasiun untuk variety show dan drama juga ada disini.” Kata Geu Rim
mengajak masuk. Soo Ho pun masuk ruangan.
Manager
Kim memberitahu akan menunggu di lobby. Jason akan ikut masuk juga, Manager Kim
langsung menariknya untuk menunggu bersama. Jason mengeluh kalau perlu bekerja.
Manager Kim tak peduli menarik Jason ikut ke lobby.
Geu Rim
masuk ruangan memberitahu Tuan Kang kalau Ji Soo Ho sudah tiba. Tuan Kang
menatap Soo Ho seperti tak percaya dan mengucapkan Terima kasih telah datang,
lalu memeluknya dengan berkata kalau berharap dapat bekerja sama dengan Soo Ho.
Soo Ho sempat kaget tapi akhirnya menepuk punggung Direktur Kang
“Nah, Soo
Ho, aku tahu ini hanya formalitas, tapi mari kita menandatangani kontrak... dan
nikmati makan siang bersama, lalu membicarakan tentang kemajuan dan masa depan tentang
radio kita...” ucap Direktur Park dan langsung disela oleh Soo Ho
“Aku
ingin tandatangan itu sendiri dengan Song Geu Rim. Aku tersentuh oleh ambisinya
yang tak ada habisnya dan cintanya untuk radio, itulah sebabnya aku setuju.
Itulah sebabnya aku ingin tandatangan kontrak dengannya.” Jelas Soo Ho. Geu Rim
yang mendengarnya telihat kaget, tapi Direktur Kang menyetujui permintaan Soo
Ho.
Keduanya
duduk diruangan yang sempit dan kotor. Soo Ho seperti tak yakin melihatnya. Geu
Ri membenarkan kalau ini adalah kantor penulis da baru berencana untuk
membersihkan dan mendekorasi ulang. Menurut Geu Rim Pada saat Soo Ho datang..
dan langsung disela oleh Soo Ho.
“Aku akan
sangat ingin menerima perencanaan acara. Dan naskah mengenai bulan ini, minggu
ini, dan harian, pada satu minggu sebelumnya.” Ucap Soo Ho. Geu Rim terlihat
kaget.
“Tapi
acara radio tidak bisa seperti itu...” ucap Geu Rim. Soo Ho pikir kalau Geu Rim
Tidak sanggup
“Apa Kau
mau mundur, jika kami tidak bisa?” kata Geu Rim seperti menahan amarah.
“Jika kau
melihat poin ke-4 di kontrak Song Geu Rim, kau tidak bisa menolak apapun yang
aku katakan, benarkan?” kata Soo Ho. Geu Rim bingung Soo Ho mengatakan surat Kontrak "Song Geu Rim"
“Kau
setuju untuk melanjutkan kontrak itu. Aku mempercayaimu dan datang untuk menandatangani
kontrak itu.” Tegas Soo Ho.
“Maaf,
Soo Ho... Apa Kau mengancamku lagi?” kelh Geu Rim. Soo Ho pikir Ini bukan
ancaman.
“Bagaimana
bisa kata-kata ini dengan ekspresi wajah ini dikatakan sebagai ancaman? Aku
meminta padamu, bukannya mengancammu.Aku tidak terbiasa dengan radio, dan
seperti yang kau tahu, ada banyak orang yang memantau apa yang aku katakan dan
lakukan.” Kata Soo Ho
Geu Rim
tahu karena tidak berpikir sejauh itu. Soo Ho pikir Itulah sebabnya membutuhkan bantuannya, dan
merasa kalau memang Geu Rim menyetujuinya makan bisa tandatangani. Geu Rim pun
menyetujuinya. Keduanya saling memberitakan
tanda tangan Surat Perjanjian atas nama mereka berdua.
Setelah
tanda tangan, Soo Ho terbantuk. Geu Rim mengerti kalau ruangan kotor dan
berjanji untuk membersihkan ruangan dengan baik. Soo Ho pun pamit pergi dengan
menaruh surat dalam saku jaketnya. Saat itu Tuan Lee masuk ruangan dan langsung
menyapa Soo Ho dengan “Namaste.” Dan memperkenalkan dirinya.
“Aku
seorang PD (Sutradara Produksi)... Percayalah padaku... Aku memenangkan dua
penghargaan penyiaran.” Ucap Tuan Lee mengengam tangan erat Soo Ho.
Geu Rim
hanya bisa menghela nafas melihat sikap PD-nya.Soo Ho tetap dengan sikap
dinginya mengenalkan namanya lalu menarik tanganya, seperti tak ingin berjabat
tangan lebih lama.
“Ada
rencana apa akhir pekan ini? Bisa kau luangkan waktu? Penulis kami, PD, dan DJ
harus mendiskusikan acaranya.” Ucap Tuan Lee sambil memeluk pundak Geu Rim. Soo
Ho melirik seperti menahan amarahnya.
“Aku
minta maaf, tapi rasanya akan sulit. Jika ada rencana dan pengarahan, silakan
hubungi agensiku.” Ucap Soo Ho lalu keluar ruangan. Tuan Lee yang melihatnya
hanya berkomentar kalau Soo Ho itu sangat
Dingin sekali.
Geu Rim
berlari memanggil Soo Ho yang akan masuk mobil, mengaku kalau tidak bisa
mengatakan sesuatu. Soo Ho menatap Geu Rim seperti tak menyangka akan keluar
mengejarnya. Geu Rim mengucapkan Terima kasih. Dan juga, mohon kerjasamanya.
“ Aku
akan bekerja keras dan memastikan kau bahagia selama berada di radio. Aku akan
mencoba membuatmu menyukai radio. Terima kasih banyak karena mempercayaiku dan
memilih untuk ikut acara radio.” Ucap Geu Rim lalu masuk ke dalam gedung. Soo
Ho menatapnya seperti senang bisa berdekatan dengan Geu Rim.
Geu Rim
baru saja masuk lobby dan Ra Hee langsung menghadangnya meminta agar bisa
melihat surat kontraknya. Geu Rim terlihat binggung. Ra Hee mengaku kalau ingin
melihat apa syarat yang Ji Soo Ho dan Geu Rim setujui. Geu Rim pikir tak ada
yang pentting.
“Geu Rim.
Kudengar kita akan saingan. Apa Kau tahu itu? Aku mendengar itu dari Lee Kang
PD-nim. Apa Kau saingan denganku?” ucap Ra Hee. Geu Rim tak merasa seperti
Saingan.
“Apa Kau
percaya diri?” ejak Ra Hee. Geu Rim pikir sudah pasti tidak karena hanya akan
berusaha keras.
“Aku
harus pergi untuk menulis naskahku.” Ucap Geu Rim lalu melangkah pergi. Ra Hee
seperti tak bisa berkata-kata.
Tuan Lee
menemui seseorang yang tertidur pulas dan langsung menawarkan apakah ingin jadi
AD [Assitant Director] Seseorang yang
ada toilet pun dikagetkan dengan Tuan Lee yang ada diatas bertanya apakah ingin
jadi Adnya. Hoon Jung yang ada di
ruangan pun dibangunkan oleh Tuan Lee.
“Kenapa
kau tidur di atas itu?” keluh Tuan Lee melihat Hoon Jung.
“Mereka
adalah pacuan di hidupku. Aku ingin menyerap bakat mereka...” ucap Hoon Jung
“Apa Mereka
adalah pacuan di hidupmu?” keluh Tuan Lee sinis melihat CD ditanganya
“Ya. Maafkan
aku. Aku tidak akan tidur di atas...” kata Hoon Jung. Tuan Lee langsung
mengatakan kalau Seung Goo lulus.
Hoon Jung
binggung maksud ucapan Tuan Lee, Tuan Lee menjelaskan kalau Hoon Jung akan Bekerja dengannya sambil memiting kepala
juniornya. Hong Jung pun meminta maaf dengan ucapnya pada Tuan Lee.
Tuan Lee
berbicara di atas panggung dengan poin-poin yang sudah dituliskan, menurutnya
Ada alasan mengapa acara ini gagal dan akan tahu itu dari pengalaman. Geu Rim
dan Hong Jung mendengarkan Tuan Lee berbicara.
“Pertama,
jangan menjiplak program lain. Kedua, jangan gunakan musik untuk mengisi waktu.
Ketiga, jangan abaikan komentar pendengar. Dan sekarang, karena kita berada di
tim yang sama, Kita perlu tahu gerakan mematikan masing-masing, untuk memaksimalkan
potensinya.” Ucap Tuan Lee, Geu Rim dan
Hong Joon hanya bisa saling menatap
“Jadi,
kau dan Kau Apa gerakan mematikan kalian? Aku akan memberi kalian waktu
seminggu.Cari tahu semua itu.” Ucap Tuan
Lee meminta keduanya mengulang kalimat “Gerakan mematikan.”
Keduanya
pun mengikuti perintah PD mereka. Tuan Lee meminta keduanya agar lebih lantang
lagi saat berbicara. Keduanya pun
berteriak mengatakan “Gerakan mematikan.”
Hong Jung tertawa bahagia, Tuan Lee berpikir kalau ucapanya dianggap
lelucon. Hong Jung kembali meminta maaf.
Tuan Lee
mewawancarai beberapa wanita bertanya dengan bertanya apakah punya anjing.
Hampir semua menjawab Punya. Lalu Tuan Lee menanayakan Apa Ibukota India.
Seorang wanita malah menjawab Namaste.
“Paling
lama, berapa lama kau tidak mandi?” tanya Tuan Lee pada wanita lainya. Geu Rim
yang medenganya hanya bisa terdiam dengan cara wawancara seniornya.
“Ahh..
Ini, aku menulisnya jadi kalian bisa melihatnya.” Ucap seorang wanita dengan
rol rambut.
“Apa kau
punya anjing?” tanya Tuan Lee. Si wanita menjawab Tidak punya. Tuan Lee langsung memutuskan si
wanita Lulus dan meminta agar bisa mulai besok
“Ya. Aku
akan melakukan yang terbaik.” Kata si wanita takjub karena bisa dengan cepat
Tuan Lee memutuskanya.
Tuan Lee mengajak
semua timnya Bersulang tapi dengan sengaja tak menyentuh semua gelas jadi hanya
minum sendiri dan membiarkan ketiganya mengangkat jelasnya. Ia lalu berbicara
pada Hong Jung meengaku kalau memilih sebagai AD nya, tapi hanya tahubilang
"maaf." Jadi menurutnya juniornya itu
sangat lamban.
“Apa Kau
tidak bisa memperbaiki semuanya dengan baik? Bagaimana aku bisa mempercayaimu?”
ucap Tuan Lee
“Maka
seharusnya kau tidak memilihku.” Keluh Hoon Jung. Tuan Lee akhirnya pindah ke
Geu Rim tanpa mau bersulang dan hanya minum sendiri.
“Kau
adalah penulis yang sangat tak becus, tapi kau penuh ambisi... dan menyebabkan
masalah dimana-mana, kan? Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” ucap Tuan Lee. Geu
Rim berani mengeluh Tuan Lee itu gila.
“Kata-katanya
manis sekali. Jika kau... tidak bekerja keras dan malah malas-malasan, apa yang
harus aku lakukan?” ucap Tuan Lee pada anak barunya. Geu Rim berani mengeluh kalau
lengan mereka sudah sakit jadi mengajak segera bersulang
“Kita
semua punya banyak pengalaman yang kacau, dan seorang wanita yang membunuh
programnya.” Ucap Tuan Lee
“Rasanya
sudah sangat sakit saat kau katakan satu kali tadi.” Gumam Geu Rim sedih
“Jadi,
kita harus tetap kuat bersama-sama. Mengerti? Jika kau... tidak dapat melakukan
bagianmu di ruanganku... maka Aku akan membunuhmu dengan tangan kosongku. Mengerti?
Dan akhirnya, tidak apa-apa jika kita kalah, Tapi setidaknya kita harus
bersaing dengan baik. Okay?” ucap Tuan Lee. Semua menjawab okay dan akhirnya
Bersulang.
Geu Rim
pulang ke rumah di restoran Galeri Seni, saat masuk semua menyambutnya dengan
sebuah kue dan ucapan Selamat atas promosinya. Ibu Geu Rim pun dibuat senang
memeluk anaknya, Geu Rim mengucapkan terimakasih pada ibunya, lalu keduanya
berjalan bersama.
“Ibu...
Malam ini gelap sekali, tidak ada bintang di langit. Tapi ada bulan purnama, Yang
sebesar wajahku.” Cerita Geu Rim pada ibunya.
“Kalau
begitu, pasti sangat kecil.” Kata Ibu Geu Rim.
penuh semangat. Geu Ri menegeluh mendengarnya walaupun mengaku kalau
memang Wajahnya memang mungil.
“Bagaimana
perasaanmu, Song Geu Rim? Menjadi penulis radio sudah menjadi impianmu, sejak SMP,
SMA sampai kuliah.” Ucap Ibu Geu Rim.
“Aku
masih belum yakin dan masih belum merasakannya. Tapi Ibu, aku akan bekerja
sangat keras. Aku akan bekerja sangat keras untuk membuat acara radio yang akan
Ibu dengarkan setiap hari.” Ucap Geu Rim. Ibu Geu Rim seperti senang
mendengarnya.
“Kalau
begitu, aku akan bekerja sangat keras untuk mendengarkan.” Kata ibu Geu Rim
yang mendukung anaknya.
Geu Rim
tertidur diatas mejanya, dan terbangun
dengan bunyi ponselnya lalu dibuat kaget dengan orang yang menelpnya. Akhirnya
Geu Rim pergi ke sebuah gedung yang
tinggi dan sempat menarik nafas panjang, lalu bertemu dengan Nyonya Nam di
ruanganya.
“JH
memiliki kontrak sendiri jadi Silahkan membacanya dan menandatanganinya” ucap
Nyonya Nam, Geu Rim melihat berkas yang tebal Kontrak Program Radio, Ji Soo Ho,
Song Geu Rim mulai dari Hak.
“Jadwalnya
penuh sampai akhir tahun depan. Dua jam sehari terlalu memberatkan baginya Tapi
tetap saja, karena dia bersikeras melakukannya, maka kami akan melakukan apapun
yang kami bisa untuk mendukungnya. Jika kau ingin mengirimkan naskahnya...”
ucap Nyonya Nam disela oleh Geu Rim.
“Apa aku
memerlukan persetujuan?” tanya Geu Rim. Nyonya Nam mengatakan kalau perlu
memeriksanya.
Saat itu
Soo Ho masuk ruangan berpikir kalau boleh
berada diruangan dengan menyindir Nyonya Nam ingin tahua kontrak apa yang
sedang di bicarakan, tanpa dirinya. Ia membaca berkas yang di pegang oleh Geu
Rim lalu meminta agar mengiirimkan naskah itu hanya untuk dirinya.
“Kami
ingin memeriksa tamu yang akan undang di acara juga.” Ucap Nyonya Nam.
“Baik,
itu sudah ada dalam kontraknya.” Kata Geu Rim. Soo Ho menegaskan kalau hanya
perlu persetujuan darinya saja.
“Apa
karya terkenal milikmu? Apa kau sudah pernah memenangkan penghargaan untuk
menulis?” tanya Nyonya Nam, Geu Rim menjawab belum.
“Sebagai
agensinya, itu adalah kekhawatiran besar. Bagaimana jika orang-orang membuat rumor
kalau kalian berdua berkencan, hanya karena kalian berdua ada di ruangan
bersama? Aku juga khawatir kalau akan menemuimu lagi di rumah anakku seperti
waktu itu.” Kata Nyonya Nam menyindir
“Itu
tidak akan pernah terjadi.... Tidak akan pernah dan Itu juga salah paham... Itu
tidak akan pernah terjadi dengan Soo Ho. Alasan aku menambahkan "Tidak
akan pernah" adalah, dia adalah Ji Soo Ho.” Ucap Geu Rim. Nyonya Nam ingin
tahu maksudnya.
“Aku bisa
janji... Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada seseorang seperti dia.... Never.”
Kata Geu Rim.,
“Seseorang
seperti dia, apa maksudnya?” tanya Nyonya Nam, Soo Ho menatap Geu Rim ingin
tahu jawabanya.
“Dia
seseorang yang kepribadiannya kebalikan dariku. Jadi tidak perlu khawatir soal
itu.” Ucap Geu Rim dan bergegas pamit pergi karena akan membahas kontrak dengan
atasannya. Soo Ho hanya bisa terdiam mendengarkan jawaban Geu Rim.
Seung Goo
tak percaya kalau Ra Hee akan pergi. Ra Hee pikir kalau tak melakukanya merasa
tak bisa bertahan dalam dunia radiao dan bertanya apakah Seung Goo benar-benar
akan menjual ayam. Ra Hee pikir bisa
pergi ke tempat lain sebagai freelancer, tapi merasa kasihan pada rekan
kerjanya.
“Kita
harus saling hormat. Ji Soo Ho adalah DJ mereka. Apa yang bisa kita lakukan?”
ucap Seung Goo. Ra Hee. pikir tak ada masalah.
“Lee Kang
mengintimidasimu. Kau satu angkatan dengannya, tapi kau selalu kalah.” Ucap Ra
Hee
“Bagaimana
bisa kau mengadakan acara tanpa Geu Rim? Kau tidak bisa mengundang tamu.” Balas
Seung Goo
“Kita
hentikan... Tidak akan kubiarkan Geu Rim mengalahkan aku. Sebaiknya kau
melakukannya dengan benar kali ini.” Tegas Ra Hee.
“Kau
tidak akan membiarkan aku kalah dari Lee Kang, kan?” kata Seung Goo berusaha
menyakinkan. Ra Hee pikir Seung Goo tidak
pernah ada niatan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
Geu Rim
tertidur diatas Surat Perjanjian, didalam mimpinya. Soo Ho sudah duduk dengan
Geu Rim yang berlutut merasa semua tidak
masuk akal karena Soo Ho yang hanya meminjamkan tanah padanya selama sebulan
jadi mana mungkin bisa menanam di tanah itu.
“Aku
butuh waktu untuk menanam bibit, hingga tanamannya tumbuh, dan memberikan
pupuk, bahkan memberikan sinar matahari. Bagaimana aku bisa melakukannya dalam
sebulan?” ucap Geu Rim
“Itu
bukan urusanku. Jika kau masih ingin meminjam tanah, ya sudah. Jika tidak, sana
pergi.” Ucap Soo Ho. Geu Rim memohon.
Lalu ia
berusaha duduk dengan Nyonya Nam dengan
pakaian jaman joseon. Nyonya Nam mengaku harus memeriksa keahlian dan akan
memotong kue berasnya, jadi Soo Ho yang menulis selagi memotong kue beras. Geu
Rim hanya diam saja.
“Kau
harus menulis 100 halaman, tidak maksudku, 1.000 halaman sampai naskahmu lulus
dari pemeriksaanku!” ucap Nyonya Nam. Geu Rim pun menuliskanya.
Nyonya
Nam menilai lalu berteriak mengatakan
kalau Gagal, semua hasilnya gagal setelah Geu Rim menuliskanya. Geu Rim
akhirnya terbarngun setelah tertidur diatas Surat Perjanjian”
Geu Rim
terbangun dan kebingungan, saat itu Tuan Lee melihat Geu Rim yang terbangun.
Geu Rim heran melihat Tuan Lee sedang membereskan alas tidurnya dan
menyimpulkan kalau selama ini tidur
diruangan. Tuan Lee membenarkan.
“Aku
tidak punya rumah setelah kembali dari India.” Ucap Tuan Lee. Geu Rim bertanya
apakah Tuan Lee sudah menemukan tempat
“Ya.
Sampai jumpa lagi.” Kata Tuan Lee. Geu Rim binggung maksudnya Tuan lee.
“Haruskah
aku menunggu dan tidak pulang? Aku perlu belajar bagaimana menulis naskah.” Ucap
Geu Rim.
“Tak
usah. Pulanglah... Aku akan mengajarimu seperti orang gila mulai hari ini. Kita
harus menunjukkan orang-orang kurang ajar yang tidak menghargai kita.” Kata Tuan
Lee. Geu Rim kaget kalau mulai hari ini
“Apa Kau
kembali ke sini malam ini?” pikir Geu Rim. Tuan Lee pun pamit pergi.
Geu Rim
akan pulang dan kembali bertemu dengan Tuan Lee yang masuk ke sisi Galeri Seni.
Ia masuk ke dalam ruangan bertanya sejak kapan tinggal di ruangan itu. Tuan Lee mengaku kalau Sejak hari ini jadi
akan bersama selama 24 jam sehari.
“Dengan
begitu, ide akan muncul. Kita tidak punya waktu dan Karena kita tidak punya
waktu, penulis dan PD menghabiskan waktu 24 jam sehari bersama, begitu
konsepnya.” Ucap Tuan Lee
“Tapi
ini...” ucap Geu Rim merasa tak yakin. Tuan Lee pikir kalau Geu Rim tak sudak
bersama dengannya 24 jam sehari. Geu Rim binggung menjawabnya.
“Apa Kau kesal karena aku suka menyuruhmu? Kau
adalah seorang penulis. Kau tahu itu kan?” ucap Tuan Lee. Geu Rim terdiam
mendengarnya.
Flash Back
Tuan Lee
memarahi seorang wanita yang mengangap
cerita pendengar adalah sampah padahal sudah menyuruh berpura-pura kalau cerita
itu dari Ibu dan saudara kandung yang menangis meminta pertolongan. Si wanita
hanya diam saja.
“Sudah
kukatakan untuk membacanya dengan serius. Kenapa hanya dilewati begitu saja?”
ucap Tuan Lee marah.
“PD-nim.
Tolong jaga ucapanmu.” Kata si wanita marah dan saat itu Geu Rim masuk membawa
makanan.
“Kau
harus berhenti menulis sampah. Kenapa seluruh tulisannya jiplak dari acara
lain? Apa Kau ingin membuat sampah dengan menjiplak sampah yang lain?” teriak
Tuan Lee pada si wanita
“Hei..
Magnae... Sudah kukatakan, kau seorang penulis. Kapan kau akan menulis jika kerjaanmu
hanya di suruh-suruh? Jika aku melihat kau mengantarkan makanan lagi. Mampus
kau, .. Kau juga seorang penulis.” Kata Tuan Lee.
Geu Rim
bergumam kalau Tuan Lee Orang pertama
yang memanggilnya seorang penulis. Tuan Lee meminta Geu Rim agar menelp Ji Soo
Ho. Geu Rim terlihat binggung. Tuan Lee pikir Geu Rim tidak ingin menyiapkan rencana.
“Jika dia
bilang sedang sibuk, apa kau akan duduk diam saja? Dia sudah menandatangani
kontrak, jadi kita harus menggunakan dia. Siapa? DJ kita.” Ucap Tuan Lee
“Apa Kontrak
yang mengatakan Ji Soo Ho memiliki semua kewenangan?” Kudengar, jadwalnya penuh minggu ini.” Kata Geu
Rim
“Maka,
kita yang akan pergi karena kita tidak ada jadwal. Jadwalnya ada dimana saja?”
tanya Tuan Lee.
Geu Rim
pikir harus menelepon. Tuan Lee menganguk setuju. Geu Rim memberitahu kalau Soo
Ho tidak punya ponsel. Tuan Lee pikir Geu Rim yang sedang main-main dengannya.
Ponsel Jason berdering dan nama Lady Kamikaze.
“Dia
sedang olahraga sekarang.” Ucap Jason yang sibuk masak. Geu Rim ingin tahu
Kapan Soo Ho akan selesai. Jason pikir akan selesai secepatnya.
“Kalau
begitu, aku akan menelepon setengah jam lagi. Izinkan aku berbicara dengannya
saat itu.” Kata Geu Rim. Jason menganguk setuju.
Soo Ho
berlatih taekwondo sampai lawanya mengalah, Jason masuk kamar setelah Soo Ho
selesai mandi dan memberikan ponselnya. Soo Ho bertanya siapa itu. Jason pikir
Soo Ho tahu Siapa lagi yang akan menelponnya melalui dirinya. Soo Ho pun
akhirnya mengangkat telp.
“Hai, Soo
Ho.... Kapan kau memiliki ponsel? Yang jelas, aku tidak sedang melintasi Zona Demiliterisasi
Korea untuk berbicara denganmu. Aku selalu harus berkonsultasi dengan
manajermu, jadi... Itu tidak buruk, tapi...” ucap Geu Rim binggung karena Soo
Ho tak bicara. Soo Ho mengeluarkan suara meminta Geu Rim bicara saja.
“Aku
menelpon karena. PD-nim ingin bertemu untuk rapat perencanaan jika kau punya
waktu... Halo.. Soo Ho.. Apa Kau dengar aku?” ucap Geu Rim kembali merasakan
Soo Ho yang hanya diam. Soo Ho pun mengeluarkan suaranya.
“Apa Kau
sedang memiliki waktu luang?” tanya Geu Rim. Soo Ho mengaku ada jadwal
sekarang, dan syuting besok untuk menolaknya.
“Dia
bohong. Dia tidak ada jadwal sekarang dan juga besok. Dia habis mandi dan ganti
baju santai.” Teriak Jason
“Geu Rim,
aku tidak bisa pergi hari ini, jadi...” kata Soo Ho dan Ponsel Geu Rim langsung
diambil oleh Tuan Lee.
“Soo Ho.
Kita berdua orang professional, jangan seperti ini. Kau seorang profesional, jadi
aku yakin kau mengerti. Jika Kau menandatangani kontrak, Kau pasti sudah punya
pola pikir seorang profesional untuk menghasilkan acara yang bagus. Tapi kau
tidak kelihatan seperti seseorang yang profesional.” Ucap Tuan Lee menyindir.
Soo Ho
seperti mulai panas, Geu Rim yang mendengarnya pun panik. Tuan Lee menegaskan
kaalu Radio adalah tempat seoranbg DJ tidak
bisa tampil sendiri dan penulis atau PD juga tidak bisa tampil sendiri. Ia
menegaskan Jika Soo Ho tidak ingin membahas secara terbuka dengan mereka maka mereka
tidak bisa melakukan apapun.
“Agensiku
akan menelepon...” ucap Soo Ho. Tuan Lee pikir mereka akan melupakan agensi.
“Apa yang
akan kau lakukan jika program kami gagal karenamu? Apa kau seorang amatir? Apa
kau selalu melakukan semuanya setengah-setengah seperti ini?” ucap Tuan Lee.
Soo Ho langsung menanyakan keberadaan Tuan Lee sekarang.
Geu Rim
merasa tak nyaman Tuan Lee seperti memaksanya. Tuan Lee meminta Geu Rim agar
memberitahu alamat restoran.
Soo Ho
masuk restoran dengan masker dan juga topinya, Geu Rim mempersilahkan Soo Ho
untuk duduk. Soo Ho ingin tahu apa yang dinginkan Tuan Lee lakukan padanya di
malam hari. Tuan Lee menyapa dengan gayanya “Namaste.”
“Aku
ingin melihat wajahmu, jadi aku agak kasar. Tapi Aku tidak tahu kau akan segera
datang.” Ungkap Tuan Lee.
“Kau
menyuruhku untuk datang.” Keluh Soo Ho. Tuan Lee pikir itu benar.
“Karena
kau profesional. Aku berharap kau juga seorang yang profesional.” Ucap Tuan
Lee. Soo Ho pikir itu sudah pasti.
“Aku
belum pernah keluar jam segini sebelumnya.” Ucap Soo Ho. Tuan Lee heran kenapa
Soo Ho tak pernah melakukanya.
“Apa Kau
tersesat jika pergi keluar? Apa ada petir dan geledek yang menghampirimu?” ejek
Tuan Nim.
“PD-nim.
Aku disini bukan untuk bertengkar.” Tegas Soo Ho.Tuan Lee tahu kalau
menghubungi agar mereka bisa menjadi lebih dekat lalu memberikan segelas soju.
“Aku
tidak minum.” Kata Soo Ho menolak. Tuan Lee heran, ingin tahu alasan tidak bisa minum.
“Ada
ratusan alasan Tapi aku tidak punya alasan untuk menceritakan semuanya.” Ucap Soo
Ho
Tuan Lee
meminta agar Soo Ho mengatakan saja. Karena
itu yang ingin didengar, lalu mengajak makan daging babi karena Rasanya enak. Soo Ho pikir mereka akan
mengadakan meeting perencanaan menurutnya jika terus bicara tidak jelas maka
akan pergi.
“Tidak,
jangan.. “ ucap Tuan Lee langsung melarangnya, Geu Rim memohon pada Tuan Lee
agar tak melakukan sikap seperti itu dan mengajak mereka bersama dan diskusikan
acaranya...
“Hei,
Magnae... Kita semakin dekat dan semakin dekat. Benar, kan? Dan Aku ingin
benar-benar dekat dengan DJ-ku. Tapi jika kau tidak Mempercayaiku” ucap Tuan
Lee
“Karena
kau tidak dapat dipercaya. Aku khawatir kau akan menimbulkan masalah selagi aku
berada di ruangan radio, dan kau akan kabur lagi. “ ucap Soo Ho
“Apa Kau
sudah beres mencari tahu tentangku? Apa Kau mencari tahu si Magnae juga?” kata
Tuan Lee memeluk bahu Geu Rim. Soo Ho melirik sinis bertanya kalau memang iya
kenapa.
“Bukankah
itu bagus? Jika kau mencari tahu tentang kami, memikirkannya, dan memilih kami,
itu adalah kehormatan besar bagi kami. Sebesar itulah kepercayaanmu pada kami.”
Ungkap Tuan Lee memberikan jempolnya.
Geu Rim
hanya bisa bergumam dalam hati dengan sikap Tuan Lee yang bodoh. Soo Ho mengaku
mempertimbangkannya sebelum memutuskan, tapi menurutnya Tuan Lee bukan bagian dari
pertimbangan itu. Geu Rim pun mengeluh dengan dengan Soo Ho si artis terkenal.
“Tapi
sekarang, aku sangat khawatir. Haruskah aku berhenti saja?” kata Soo Ho. Keduanya
saling menatap. Geu Rim yang mendengarnya binggung.
Bersambung
ke episode 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar