Geu Rim
menelp Tuan Lee kalau harus menginap karena si kakek tidak akanmembiarkan Soo
Ho pergi, dan juga tidak ada bus. Ia juga meminta maaf karena mereka tidak bisa
mengadakan meeting karena dirinya. Tuan Lee pikir tak masalah meminta agar Geu
Rim Hati-hati jangan sampai terkena flu dan akan bertemu besok.
“Apa Geu
Rim sedang bersama dengan Soo Ho?” tanya Hoon Jung. Tuan Lee tak banyak bicara
menyuruh mereka minum saja.
Tae Ri
sedang ada di club, menari-nari tanpa peduli ada seorang pria yang
mendekatinya. Manager Kim melihat Tae Ri langsung menariknya keluar dari
club. Tae Ri mengeluh Manager Kim yang
sudah terlalu banyak nonton film. Manager Kim membalas kalau Tae Ri itu juga
artis.
“Bagaimana
jika seseorang memfotomu?” ucap Manager
Kim khawatir
“Itulah
yang aku inginkan. Lalu Apa pentingnya bagimu?
Jadi kapan kau akan melakukan apa yang aku minta?” kata Tae Ri
“Aku adalah
manajer Soo Ho dan Soo Ho menetapkan pekerjaanku. Jadi, aku berjuang untuknya,
bukan untukku. Itulah peranku.” Tegas Manager Ki
“Lalu?
Kau bahkan tidak tahu di mana dia sekarang. Kau manajernya, tapi kau
meninggalkannya 12 tahun yang lalu.” Sindir Tae Ri. Manager Kim hanya bisa diam
saja. Tae Ri melihat sikap Manager Kim merasa kalau dugaanya itu benar.
Si kakek
mengeluarkan sesuatu dari lemari, Geu Rim melihatnya bertanya apakah si kakek
yang terus mengirim kartu pos ke acara radio. Si kaken menceritakan kalau terus
menuliskannya untuk membantu menemukan anaknya dan akhirnya sekarang ia pulang.
“Ini
kartu pos yang belum aku kirim.” Ucap Si kakek memberikan tumpukan pada Soo Ho.
“Apa Kau
menulis semua ini?” tanya Geu Rim. Si kakek pikir kalau Soo Ho yang akan
membacanya.
“Aku akan
pergi ke sebelah sekarang dan meninggalkan kalian berdua.” Kata Geu Rim akhirnya
berjalan pergi. Soo Ho panik tak ingin di tinggalkan begitu saja. Geu Rim tak peduli akhirnya keluar dari
kamar.
Soo Ho
berbaring disamping kakek seperti tak nyaman akhirnya keluar dari kamar, tapi
melihat sesuatu yang menganjal pintu. Geu Rim melihat Soo Ho keluar dari
ruangan. Soo Ho heran melihat Geu Rim yang keluar dari kamar dengan laptopnya.
“Aku
sedang tidur, tapi kecoak sebesar ini muncul. Jadi Aku langsung bangun. Sekarang
Aku ingin mengedit naskahku” jelas Geu Rim
“ Tapi
tetap saja, bagaimana jika... Kau terserang flu?” keluh Soo Ho
“Aku
terlalu takut untuk masuk. Apa Kau mau menangkapnya untukku?” kata Geu Rim. Soo
Ho mengumpat Geu Rim sudah gila.
“Sebenarnya,
Soo Ho... Apa kau akan membaca ini? Ini adalah pembukaan untuk siaran
pertamamu.” Ucap Geu Rim.
Soo Ho
akhirnya duduk disamping Geu Rim membaca naskah “Ji Soo Ho Radio Romance” Geu Rim menceritakan kalau selalu mengimpikan
hari pertama yang indah saat DJ membacakan naskah dan hampir selesai. Ia lalu
mendengar lagu yang di putar adalah lagu favoritnya.
“Apa kau
tahu lagu ini?” tanya Geu Rim. Soo Ho tak menjawab. Geu Rim menarik selimut
untuk Soo Ho karena cuaca semakin dingin.
“Apa kau
tahu...permintaan lagu yang paling banyak, saat hujan? Saat lagu yang ingin aku
dengar dimainkan, karena ada seseorang memintanya, rasanya sangat menenangkan.
Apa Kau tahu bagaimana rasanya?” cerita Geu Rim. Soo Ho hanya terdiam dan
menatapnya.
Akhirnya
dua pegawai tertidur setelah minum. Tuan Lee ingin tahu Dia orang seperti apa.
Jason yang masih sadar mengeluarkan kartu namanya sebagai Konsultasi Rahasia, memberitahu
kalau itu pekerjaannya. Jason
menjelaskan kalau yang dimaksud itu Soo Ho.
“Itulah
pekerjaanku, jadi... Aku lebih penasaran. Mengapa kau merekrut Soo Ho sebagai
DJ? Kau tidak tahu seperti apa dia.” Ucap Jason
“Ada
bahasa Arab, "insya Allah." Artinya atas Kehendak Tuhan. Begitulah
yang terjadi. Dan Aku ingin mengundangmu ke stasiun radio, sebagai terapis
rahasia kami.” Ucap Tuan Lee
“Kau
bilang Aku? Insya Allah...” ucap Jason, keduanya pun kembali minum.
“Soo Ho
tidak bisa minum sama sekali.” Kata Tuan Lee. Jason terdiam seperti tak percaya
mendengarnya.
Geu Rim
tertidur pulas sambil duduk, dan tanpa sadar akhirnya bersandar di pundak Soo
Ho. Soo Ho mematung merasakan Geu Rim yang bersandar. Akhirnya ia mengangkat
Geu Rim untuk berbaring disampingnya.
Geu Rim
masih tertidur pulas, Soo Ho berusaha tidur tapi terlihat gelisah. Ia
memiringkan badanya menatap Geu Rim yang berbaring disampingnya, suasana
hatinya seperti sangat nyaman.
Flash Back
Soo Ho
berdiri di pinggir jalan dengan ponselnya, tapi saat itu seseorang dengan gitar
dibagian belakangnya melihat Soo Ho dan memanggilnya. Tapi Soo Ho memilih untuk
pergi, lalu si anak mengejarnya dengan menyeberang jalan, tapi saat itu juga
sebuah truk menabraknya. Soo Ho terlihat
panik dan berusaha untuk menelp Kim Joon Woo
Soo Ho
terbangun dari tidurnya seperti baru saja mimpi buru. Geu Rim akhirnya bangun
tak melihat Soo Ho lalu keluar dari kamar bertanya Dimana Soo Ho. Si kakek
dengan sedih memberitahu kalau anaknya pergi lagi bahkan pergi tanpa sepatah
kata pun.
Geu Rim
akhirnya datang pelabuhan dan melihat kalau Soo Ho tidak ada disana juga. Tuan Lee
memastikan lebih dulu kalau Geu Rim tidur nyenyak karena khawatir.
“Kemana
perginya Soo Ho? Aku tidak bisa menemukannya di mana-mana pagi ini.” Ucap Geu
Rim panik
“Katanya,
ini kapal pertama. Dia pasti masih berada di suatu tempat, di pulau ini.” Pikir
Hong Jung. Jason mencoba untuk menelp.
“Omong-omong,
mengapa Soo Ho tidak membawa ponsel?” keluh Geu Rim kesal
Soo Ho
sudah ada didalam mobil van, dengan Manager Kim yang mengemudikanya. Manager Kim
mengejek Soo Ho yang tidak memiliki ponsel, tapi ingat nomor telponnya. Soo Ho
pikir mana mungkin tak mengingatnya.
“Hari
itu... Aku menelponmu puluhan kali.” Ucap Soo Ho. Manager Kim hanya bisa diam
saja.
Akhirnya
Soo Ho sampai dirumah, Manager Kim langsung berkata menurutnya kalau sangat membencinya, maka akan berhenti
dan Cari manajer baru. Soo Ho hanya menatapnya
“Kau
adalah aktor yang membutuhkan manajer. Jangan menderita karena aku.” Ucap Manager
Kim
“Benarkah?
Apa Kau benar-benar ingin berhenti?” kata Soo Ho menantang. Manager Kim hanya
diam saja
“Coba Lihat...
Kau bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan selanjutnya... Sampai jumpa.” Ucap Soo
Ho lalu masuk ke rumah.
Tiga
orang pegawai menyambutnya mengucapkan Selamat datang di rumah. Soo Ho menatap
ketiga meminta agar memberikan waktu 30
menit dan mengadakan meeting setelah itu. Ketiganya menganguk mengerti walaupun
terlihat canggung.
Soo Ho
masuk ke dalam kamarnya, seperti gugup dan mengingat kembali saat Geu Rim yang
tertidur bersadar dibahunya.
Ra Hee
datang menemui Nyonya Nam diruanganya. Nyonya Nam mengtakan kalau sengaja
memanggilnya untuk menawarkan dukungannya. Ia menawarka bantuan Jika ada DJ
atau tamu yang diinginkan, maka JH akan mendukung dengan apapun yang dibutuhkan.
“Mengapa
harus seperti itu?” tanya Ra Hee penasaran.
“Jika kau
membutuhkan iklan atau sponsor, kami dapat membantumu dengan itu juga. Tapi aku
punya syarat.” Ucap Nyonya Nam. Ra He sempat senang dan sedikit gugup ingin
tahu Syarat apa yang dimaksud.
“Aku
memberi waktu satu bulan. Jika aku mendukungmu, apa kau bisa membuat Song Geu
Rim berhenti dalam sebulan? Aku lebih suka Soo Ho bekerja dengan seorang
penulis yang berpengalaman dan terhormat sepertimu. Jadi Bagaimana menurutmu?”
ucap Nyonya Nam. Ra Hee terdiam.
Soo Ho
membaca berkas “Kesalahan Penyiaran Radio” Pegawainya memberitahu kalau
itu adalah masalah yang mungkin terjadi
dihadapi di radio, dan juga daftar kesalahan penyiaran selama bertahun-tahun
yang diurutkan berdasarkan tanggal.
“Ini
adalah naskah untuk episode pertama.” Ucap pegawai lainya. Saat itu Jason
pulang melihat Soo Ho sudah duduk di ruang tengah.
“Aku tahu
kau akan melakukan ini, tapi melihatmu ada disini, malah membuatku marah. Seharusnya
kau bilang kalau mau pergi. Apa kau tahu betapa khawatirnya aku? Ini pertama
kalinya... Aku berharap kau punya ponsel.” Ucap Jason sangat marah. Soo Ho tak
banyak berkata-kata hanya diam saja. Pegawai yang ada diruangan binggung melihat
Jason yang berteriak marah.
Geu Rim
menerima telp Jason lalu mengucap syukur,
karena sangat khawatir. Ia juga tidak mengerti Kenapa Soo Ho pulang sendiri
tanpa mengatakan apapun. Jason juga tidak tahu, karena menurutnya Geu Rim harus
bertanya padanya sendiri nanti. Soo Ho mengerti.
“Bisa
tolong beritah kalau aku sudah mengirimkan ajuan dan naskahnya lewat email?
Tolong minta dia untuk memeriksanya.” Kata Geu Rim. Jason setuju akan
melakukanya.
“Wahh.. Soo
Ho. Kau sungguh tidak bisa ditebak. Setiap kali aku merasa kita sedikit lebih
dekat, tapi dia berubah lagi, hari demi hari.” Ungkap Geu Rim heran.
Tuan Lee
memberitahu kalau waktunya 5 hari lagi untuk acara Ji Soo Ho Radio Romance dan mulai merobeknya.
Geu Rim memberikan berkas tulisan kalau itu adalah editan ke-23, Tuan Lee melihatnya lalu mulai
berkomentar.
“Aku
selalu bilang... Kau harus membaca naskahmu dengan keras, kan? Coba Lihat, apa
naskahnya terdengar alami dan bunyinya seperti sebuah cerita.” Ucap Tuan Lee.
Geu Rim menganguk mengerti.
Tuan Lee
mencoret kertas Geu Rim menyuruh untuk mengulangi lagi. Geu Rim memberikan
revisi tapi Tuan Lee terus menyuruh agar mengulanginya. Di hari 3 hari sebelum
acara, Geu Rim pergi ke perpustakan untuk membaca referensi buku. 2 hari sebelum acara Geu Rim duduk sendiri
dalam ruangan.
“Song Geu
Rim... Jangan kalah, mengerti? Tunjukkan pada mereka kemampuan terbaikmu.” Ucap
Geu Rim dan mulai menuliskan naskahnya
(Kau bisa
pergi Tamasya tanpa naik pesawat atau kereta api. Dari siang ke malam, Dari
malam sampai pagi. Setiap kali langit berubah, Kau dapat melakukan perjalanan.)
wajah Geu Rim bahagia melihat naskah yang dibuatnya.
1 hari
sebelum acara, Geu Rim berjalan di lorong sambil membaca kalimat yang
dituliskan. Tuan Lee datang memeluk Geu Rim sebagai penulisnya, Geu Rim senang
kalau Akhirnya acara pertamanya tiba dengan meyakinka kalau Soo Ho akan melakukannya
dengan baik besok.
“Aku
sangat khawatir. Dia tidak mau bertemu dengan tim, dan aku tidak bisa bertemu dengannya.”
Ucap Geu Rim. Tuan Lee tak banyak bicara mengajak Geu Rim pergi.
Jason
duduk di depan TV sambil makan popcorn dan hanya diam saja walaupun
bersebelahan dengan Soo Ho. Akhirnya ia tak tahan mengeluh Soo Ho yang tidak
menghubungi Penulis Song, bahkan tidak dekat dengannya setelah tamasya itu. Soo
Ho hanya tetap diam.
Direktur
Kang berbicara dengan tim Tuan Lee kalau mereka bertahan di stasiun radio dengan
misi bersejarah. Dan ingin mereka tahu
Apa nilai inti dari radio, yaitu Peredaran di dunia yang tak terlihat.
“Apa yang
dia bicarakan?” bisik Tuan Lee pada Geu Rim. Tuan Lee terus berbicara tentang
Ambisi saat mereka menciptakan dunia...
“Jika
kita tidak bisa cetak rating tinggi, dia akan membunuh kita.” Bisik Geu Rim pada
Tuan Lee
“Ini
acara yang direkam sebelumnya. Kenapa dia berlebihan seperti itu?” keluh Tuan
Lee. Hoon Jung meminta Tuan Lee agar tak banyak bicara. Tuan Lee langsung
mendorong meja, Hoon Jung menahan rasa sakitnya.
Direktur
Park akhirnya sadar kalau ada yang berisik. Geu Rim langsung mengaku kalau Diluar, Penggemar Ji Soo Ho berkumpul untuk
mendukung acara pertamanya. Direktur Park mengintip dari jendela dan tersenyum
bahagia karena penuh dengan pengemar didepan gedung.
“Baiklah,
semuanya... Apa Kalian siap?” ucap Direktur Park. Semua dengan penuh semangat
menjawab “Ya.”
Geu Rim kembali
ke ruangan, menatap naskahnya. Tuan Lee berpikir kalau Geu Rim takut dan gugup
soal acara pertamanya. Geu Rim membenarkan,
karena sudah menunggu lam demi mencapai semuanya sekarang jadi
membuatnya semakin takut.
“Magnae...
Hanya ada tiga jenis penulis yang pernah aku temui di stasiun radio. Mereka
menulis naskah dengan baik, punya ide bagus, atau pandai merekrut tamu. Namun, aku
belum pernah bertemu dengan seorang penulis yang memiliki ketiga sifat itu.” Ucap
Tuan Lee memuji
“Geu
Rim... Kau akan menjadi penulis pertama dengan ketiga sifat itu.” Kata Tuan Lee
menyakinkan.
Sebuah
mobil van masuk ke depan gedung, wartawan dan fans langsung mengerubunginya. Manager
Kim pun membuka jalan untuk Soo Ho agar bisa masuk gedung, Soo Ho sempat
memberikan pernyataan pada Wartawan kalau terlalu gugup untuk tidur tadi malam
karena acara radio untuk pertamanya dan menebar senyuman saat masuk gedung.
Beberapa pegawai
melihat Soo Ho tak bisa menutupi rasa kagumnya,
Mereka memuji Soo Ho yang terlihat seksi, bahkan Wajahnya benar-benar sebuah
karya seni dan bisa menatapnya sepanjang hari.
Akhirnya
Soo Ho duduk sendirian dalam ruang siaran, Tuan Lee dan lainya duduk di luar
ruangan. Soo Ho sempat menatap Geu Rim yang berada diluar lalu terdiam. Saat
siaran di mulai Soo Ho mulai bicara dengan lancar.
“Aku
pernah membaca ini dalam sebuah buku. Setiap kali kita menghela nafas, ada
sedikit kebahagiaan keluar.” Ucap Soo Ho. Geu Rim binggung karena dalam
naskahnya bertuliskan “Apakah kalian ingin bertamasya?”
“Dalam
kereta bawah tanah yang ramai, saat Bos memarahimu, saat kau harus lembur sekali
lagi, Sudah berapa kali kalian menghela nafas hari ini?” ucap Soo Ho
“Penulis
Song... Kata-katanya berbeda dengan naskahmu. Apa dia benar-benar menulis
naskah baru?”bisik rekan kerja Geu Rim. Geu Rim pun hanya terdiam.
“Bagaimana
jikalau kita tersenyum pada saat-saat seperti itu setiap kali kita ingin menghela
nafas? Siapa yang tahu? Setiap kali kita tersenyum, kebahagiaan mungkin akan
mendatangi kita. Kita akan memulai Ji Soo Ho Radio Romance... dengan sebuah
lagu untuk membuat kalian tersenyum.” Ucap Soo Ho
“Dia
memilih lagu yang kita pilih.. Pilihan lagu yang bagus.” Kata rekan Geu Rim.
“Geu Rim.
Komentar pembuka nya sangat mengagumkan. Tepuk tangan.” Puji Direktur Park.
Ra Hee
mengambil naskah dari tangan Geu Rim dan langsung mengejeknya, Geu Rim pun tak
bisa menghalanginya. Soo Ho akhirnya keluar dari ruangan.
“Sepertinya
kau dilahirkan untuk berada di radio. Kenapa natural sekali pembawaannya?” puji
Direktur Park pada Soo Ho
.
“Ini
semua berkat PD-nim dan Penulis Song.” Kata Soo Ho. Direktur makin senang melihat
Soo Ho yang memiliki sifat sangat sederhana. Saat itu Tuan Lee langsung tertawa
mengejek Soo Ho.
“Aku
benar-benar ingin menjabat tanganmu sekarang juga. Kerja bagus hari ini.” Ungkap
Tuan Lee sinis lalu keluar dari ruangan.
Direktur
Park berkomentar kalau Tuan Lee itu
tidak tahu apa-apa. Dan mengajak mereka untuk pergi makan malam merayakannya.
Soo Ho menolak karena punya rencana jadi harus pergi. Semua pun keluar dari
ruangan hanya Geu Rim dan dua rekan kerjanya.
“Seorang
selebriti benar-benar berbeda.” Komentar Seung Goo lalu pamit pergi dengan Ra
Hee.
“Selama
dua jam, dia tidak membaca satu kalimatpun dari naskahmu.” Keluh rekan kerja
Geu Rim sedih.
Soo Ho
keluar dari ruangan menatap kearah jendela seperti merasa tak enak hati. Manager Kim keluar bersama Soo Ho memberitahu
ada jadwal pertemuan dengan para penulis. Soo Ho pikir akan pergi sendiri jadi
Manager Kim bisa pulang. Manager Kim
bisa mengerti dan akan bertemu esok. Saat
itu Geu Rim memanggil Soo Ho setelah Manager Kim pergi.
“Apa kau
pulang dengan selamat hari itu? Aku khawatir, karena kau pergi tanpa sepatah
kata pun. Aku kira kita jadi sedikit dekat hari itu. Tapi Ji Soo Ho yang aku
temui hari ini adalah orang baru.” Komentar Geu Rim.
“Aku
mengirimmu 15 versi untuk kalimat pembuka. Apa Kau tahu itu? Kau pasti Tidak
tahu. Kau bahkan tidak memeriksa emailku... Kau bahkan tidak membaca naskahku. Aku
tahu itu hak-mu, kau membacanya atau tidak, kau membaca naskah yang aku tulis,
tapi bukankah kau setidaknya membacanya terlebih dahulu sebelum membuat
keputusan itu?” ucap Geu Rim kecewa lalu berjalan pergi
Soo Ho
duduk didalam mobil hanya terdiam. Geu Rim keluar dari gedung dengan wajah
sedih. Saat itu Tuan Lee datang memeluk Geu Rim, mengetahui kalau sekarang merasa tertekan dan
ingin minum soju sendirian.
“Kau akan
cepat mabuk jika kau minum soju pada hari seperti ini. Ikutlah denganku. Aku
akan bersikap baik dan menunjukkan tempat persembunyianku hari ini.” Kata Tuan
Lee mengajak Geu Rim masuk ke dalam mobil.
“Aku
hanya akan pergi sendiri hari ini...” ucap Geu Rim menolaknya. Tuan Lee menyuruh Geu Rim agar masuk saja dan
Berhenti bicara.
Saat itu
tiba-tiba Soo Ho datang menutup pintu mobil Tuan Lee dan menatap Geu Rim,
seperti tak ingin Geu Rim pergi dengan Tuan Lee. Tuan Lee pun heran melihat Soo
Ho yang pergi.
Bersambung ke episode 5
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar