Sirine
Ambulance berbunyi cukup nyaring, semua yang berada diluar gedung
bertanya-tanya siapa yang dibawa dan berpikir kalau Ko Dong Man. Ae Ra berdiri
hanya bisa menatap dengan berkaca-kaca terlihat kaki yang ada darah. Pelatih
Choi pun ikut melihat ke dalam ambulance seperti tak percaya.
“Setiap badai dalam kehidupan
datang di kala kau lengah.”
[Episode 14 -Tenang Sebelum Badai]
Dong Man
sudah siap dengan stick golf merasa kalau Ada beberapa perampokan belakangan
ini dan bersiap untuk mendekat. Bibi
Ganako seperti mulai panik. Ae Ra melihat dan langsung berteriak memanggil Dong
Man. Dong Man sampai kaget mendengarnya
“Sudah
kubilang jangan berisik.” Ucap Dong Man ingin lebih mendengarkan keributan.
“Tidak
ada orang di sini... Jangan bodoh. Ayo pergi.” Kata Ae Ra mengajak pergi. Dong
Man sangat yakin ada orang. Ae Ra langsung menarik Dong Man pergi.
Keduanya
menuruni tangga, Dong Man kesal karena yakin ada orang di sana dan melihat jari
kaki mereka. Ae Ra mengeluh Dong Man itu begitu bodoh. Dong Man heran dengan Ae
Ra malah mengejeknya bodoh. Ae Ra memberitau kalau Itu kehidupan pribadinya.
Dong Man terlihat benar-benar tak mengerti.
“Kuperhatikan
dia memakai lipstik. Lalu Buat apa dia memakai lipstik di rumah? Itu
kekasihnya. Kenapa kau begitu bodoh dan mencari-cari?” kata Ae Ra. Dong Man pun
bisa mengerti dan mengerti kalau itu naluri wanita.
“Lalu Omong-omong,
Apa kau pernah lihat Hye Ran keluar? Aku tidak pernah melihatnya” kata Ae Ra.
Dong Man
heran kenapa Ae Ra malah penduli lalu menyuruh Ae Ra masuk rumahnya saja. Ae Ra
malah mengikuti Dong Man sampai kedepan pintu. Dong Man kesal melihat Ae Ra
yang mengikutinya dan menyuruhnya agar Jangan datang lagi.
“Hal itu
terlalu memberatkanku.” Ucap Dong Man. Ae Ra ingin tahu alasanya.
“Kau bicara
seolah aku berbuat sesuatu kepadamu atau semacamnya.” Ucap Ae Ra
“Kau
menjadikannya sulit bagiku. Ini bukanlah barak tentara. Sampai kapan pria dan
wanita bisa terus... Apa ini Tes kendali diri Dong Man? Tidurlah di
rumahmu.”ucap Dong Man lalu bergegas masuk. Sementara Ae Ra menekan password
dan masuk ke dalam rumah.
Tuan Ko
dan Tuan Choi keluar dari lemari pakaian. Nam Il binggung melihat dua pria ada
dalam rumah dan menanyakan pada ibunya siapa orang-orang itu. Tuan Ko dan Tuan
Choi hanya bisa tertunduk. Nam Il ingin tahu Mana orangnya di antara mereka
“Kau
panggil dia "Ibu"?” ucap Tuan Ko seperti tak percaya kalau Nyonya
Ganako sudah memiliki anak.
“Aku...
Putra tunggal Nyonya Hwang... Aku Kim Nam Il.” Kata Nam Il.
Ketiganya
keluar bersama, Bibi Ganako menegaskan tahu alasan mereka kemari, tapi jangan
memintanya bersembunyi lagi. Tuan Ko melihat Selama ini Bibi Ganako baik-baik
saja dan ingin tahu Apa yang merasukinya.
“Apa aku
terlihat baik-baik saja? Aku tidak pernah baik-baik saja. Tidak sekali pun.
Selama 30 tahun terakhir, aku tidak pernah berhenti menjadi seorang ibu. Kalian
pasti tahu itu.” Ucap Nyonya Ganako dengan nada tinggi.
“Tetap
saja. Kenapa beri tahu dia sekarang?” kata Tuan Choi marah
“Apakah
menjadi putra Hwang Bok Hee masih tidak baik untuknya?” balas Bibi Ganako
Nam Il
duduk di ruang tengah melihat sebuah kotak dan menemukan sebuah ponsel yang
masih disimpan oleh ibunya, wajah Nam Il terlihat dingin.
Dong Man
menonton tayangan pertandingan sambil berkomentar pria yang kalah itu memiliki
kaki yang lemah. Ae Ra menepuk pundak Dong Man dengan kakinya, bertanya apakah
besok Dong Man sungguh akan ikut penimbangan.
“Kenapa
kau menendang kekasihmu seperti itu?” kata Dong Man kesal.
“Untuk
apa berkencan jika kau berbuat sesuka hatimu? Siapa aku? Apakah aku Tanaman
hias?” ucap Ae Ra kesal
“Oh
Yah... Semua wawancaramu bertepatan besok, kan? Mana yang akan kau hadiri?”
ucap Dong Man mengalihkan pembicaraan. Ae Ra menegaskan kalau ia tak pernah
mengeluhkannya ikut MMA.
“Aku
bilang jangan lawan Tak Su. Kenapa kau...” ucap Ae Ra lalu menyuruh Dong Man
agar mematikan TV sekarang.
Tiba-tiba
terdengar suara bergesek di lantai atas, Ae Ra pikir Hye Ran ada di rumah. Dong Man heran sebenarnya apa
urusan Ae Ra dan kenapa memperdulikanya.
Sementara
di lantai atas, Hye Ran terlihat frustasi didepanya ad sebuah lembaran surat Penjelasan
Syarat Harta Gana-Gini "Kamu tidak boleh bicara tentang keluarga ini"
Tuan Ko
menuruni tangga bertanya-tanya Sejak kapan Bok Hee punya anak sebesar itu. Tuan
Cho membalas kalau Tuan Ko yang begitu
serius. Tuan Ko mengelak, Tuan Choi pikir mereka perlu melihat anak-anak mereka
karen sudah ada di lingkungan rumah.
“Otakmu
yang tidak berfungsi selalu menjadi masalahmu. Apa yang akan kau katakan kepada
mereka? Apa kau akan katakan Bahwa kamu datang menemui Bok Hee?” ucap Tuan Ko
dengan nada tinggi.
“Omong-omong,
kenapa kau kemari?” tanya Tuan Choi penasaran. Tuan Ko beralasan mereka tinggal
di Bucheon.
“Apa
pentingnya rumahmu di mana?” keluh Tuan Choi heran.
“Kita
tinggal di Bucheon. Ada bus yang langsung kemari.” Kata Tuan Ko.
Tuan Choi
mengelek alasan yang dibuat Tuan Ko yang menurutnya itu hanya Omong kosong.
Tuan Ko tak peduli memilih untuk pergi. Sementara Nyonya Ganako melihat kembali
foto dirinya ketika masih muda seperti sangat menyesal dengan masa mudanya.
Dong Man memanggil
Ae Ra yang akan pergi lalu menaruh sesuatu dalam tas kalau itu Antasid dan
sebagai Jimat keberuntungan. Ae Ra hanya bisa tersenyum, Dong Man berkata kalau
merasa itu lucu sekali.
“Mungkin
teriakanmu pada mereka memberikan dampak. Itu seperti, "Kamu orang pertama
yang pernah melawanku"?” kata Dong Man
Ae Ra
mengingat saat wawancara di KBC, teman Hye Ran berkata Sebagai orang yang lebih
berpengalaman, ingin memberikan nasihat. Ae Ra langsung menolak,
“Bagaimanapun
juga kau tidak akan meloloskanku. Maka, jangan sakiti aku. Aku... Aku berhak
untuk tidak disakiti.” Ucap Ae Ra.
Dong Man
pun memeluk Ae Ra mengajak untuk berjalan pergi, sambil berkata Wawancara pewarta
ring juga diadakan hari ini lalu mengeluh Kenapa harus bersamaan, lalu bertanya
apakah Ae Ra sudah menentukan stasiun televisi dan bukannya oktagon. Ae Ra
dengan sangat yakin.
“Itu
cita-citaku sejak berusia enam tahun.” Kata Ae Ra
“Apa
cita-citamu menjadi penyiar atau berada di belakang mikrofon? Sebagai kekasihmu
dan teman yang mengamatimu selama 23 tahun, izinkan aku memberimu nasihat.
Sejujurnya, kau tidak memenuhi syarat sebagai penyiar.” Ucap Dong Man. Ae Ra
berteriak kesal.
“Kenapa
kau membuatku berkecil hati sebelum wawancaraku?” keluh Ae Ra.
“Keahlianmu
akan sia-sia duduk di sebuah kursi. Orang yang bodoh harus terbang bebas.” Ucap
Dong Man
“Tapi
Tetap saja... Seorang penyiar terlihat seperti liga utama. Aku juga ingin
berada di sana.” Kata Ae Ra.
“Bukankah
di mana pun kau berada adalah liga utama bagimu? Bukankah di mana pun kamu berada
adalah liga utama bagimu? Lakukanlah hal yang membuat jantungmu berdebar. “
kata Dong Man
“Tapi
bagaimana aku bisa melewatkan posisi penyiar? Itu gila.” Kata Ae Ra
“Kenapa
kau datang ke Korea?” tanya wartawan
“Aku
datang untuk melatih petarung Asia pertama untuk mewakili keluargaku.”ucap
Jhon.
“Apa itu
satu-satunya alasan kamu datang ke Korea Karena dia?” tanya wartawan.
“Aku akan
Fokus kepadanya. Aku di sini untuk jadi bayangannya. Dialah yang akan naik
ring.” Ucap Jhon.
“John,
kapan kamu tahu tentang Dong Man? Sejak kapan...” ucap Wartawan ingin tahu
lebih banyak. Pelatih Choi membuka jalan agar mereka bisa keluar dari ruangan
konferensi.
Dong Man
melakukan tes timbang badan, lalu dengan Tak Su berpose seperti sudah siap untuk
beradu depan wartawan.
Ae Ra
sudah menaiki bus dari "Seoul-Cheongju" wajahnya terlihat tegang saat
bus meninggalkan terminal. Ia melihat jimat keberuntungan yang di taruh Dong
Man.
Di kantor
KBC, Seorang pria memanggil nama Choi Ae Ra, tak terlihat Ae Ra yang duduk di
ruang tunggu. Ae Ra berlari masuk ke tempat wawancara untuk MC Ring
pertandingan MMA.
Flash Back
Ae Ra
memilih untuk turun bus menuju Cheongju, teringat kembali dengan kata-kata Dong
Man “Bukankah di mana pun kau berada adalah liga utama bagimu? Lakukanlah hal
yang membuat jantungmu berdebar.”
Ae Ra
membawakan acara MMA dalam Ring, dengan
berkata “Hanya gadis-gadis ring yang merupakan wanita di oktagon.cNamun mereka tidak
menarik perhatian wanita.cPembawa acara wanita profesional bertarung di depan
para petarung, bukan di sisi mereka. Itulah yang dibutuhkan untuk menarik
pemirsa wanita.”
“Bukankah
penyiar wanita begitu tidak umum?” tanya si pewawacara.
“Bukannya
tidak umum, melainkan inovatif. Jika Anda tidak memberiku pekerjaan ini, maka aku
akan melamar sebagai penyiar pesaing Anda. Artinya Anda akan kehilangan penyiar
ring wanita pertama yang ada di Korea pada pesaing Anda. Waktuku tidak banyak.”
Ucap Ae Ra dengan yakin.
“Kurasa
kita sudah selesai. Kamu diterima.” Ucap si pria. Ae Ra hanya bisa melonggo
tiba-tiba mengetahui kalau diterima.
“Tapi
kenapa? Apa hanya Begitu saja?” ucap Ae Ra tak percaya. Si ketua mengaku kalau
Ae Ra sangat berani dan Wawancaranya bagus.
Seorang
pria berkomentar dengan memberitahu kalau dibelakang resumenya melampirkan
gelar master yang didapat dari Inggris. Si pria mengaku tidak butuh orang
bergelar itu untuk bicara di mikrofon karena yang penting adalah kompetensi.
“Aku
sangat suka tempat ini. Kau akan menyiarkan pertandingan besar berikutnya.”
Ucap Si pria. Pria disampingnya pun terkejut mendengarnya.
“Kita
sudah menyewa orang lain untuk itu.” Kata si pria. Saat itu Hye Ran masuk ke
dalam ruangan dengan kacamata hitamnya.
Tak Su
dalam mobil ingin tahu Kenapa John Carellas memakai seragam sundae dan melatih
Dong Man. Tae Hee mengaku tidak percaya mereka harus menghadapi variabel itu.
Tak Su menyuruh Tae Hee agar merebut semua semuanya, bahkan menyuruh aga
menawari Jhon lebih banyak uang daripada tawaran Jang Ho.
“Tak Su, Apa
kau pikir ini masalah uang? Dia tidak akan bekerja denganmu meski dibayar
sangat mahal.” Ucap Pelatih Choi
“Bakar
sasana mereka, buat John dideportasi, atau sogok para wasit! Lakukan sesuatu!”
teriak Tak Su panik
“Firasatku
mengatakan kita sudah kalah.” Ucap Pelatih Choi lalu turun dari mobil. Tak
Su mengikutinya tak percaya Tae Hee
bersikap seperti ini.
“Aku
tidak mau melakukannya meski dibayar sangat mahal. Pada 15 tahun lalu, Dong Man
mendatangiku dahulu sebelum ke Jang Ho. Aku menyadari bakatnya, tapi aku
tertipu uang keluargamu. Jang Ho mengambil kapak baja dan menjadi seorang
jenderal. Muridku selama 15 tahun dan aku menjadi pria berengsek. Maaf, aku
tidak bisa membesarkanmu dengan baik.” Kata pelatih Choi lalu pergi
meninggalkanya.
Hye Ran
sudah berdiri didalam ruangan, Si pria ingin tahu alasan kenapa harus memilih
Hye Ran. Si pria merasa Jika melibatkan
artis, lebih banyak yang tertarik menurutanya Nona Park datang ke pertandingan,
dan itu berita besar.
“Apa
hubungannya status artis dengan MMA?” kata si pria
“Perwakilan
kami dibesarkan di luar negeri. Dia tidak tahu cara kerjanya.” Jelas pria lain
yang memilih Hye Ran.
“Bisa
tunjukkan kemampuanmu kepada kami?” kata si pria yang memilih Ae Ra. Hye Ran
tak percaya kalau mereka memintanya untuk audisi karena diminta menyumbangkan
waktu dan bakatnya.
“Kudengar
kami menawarimu sepuluh kali bayaran dari yang dia dapatkan. Itu bukan sumbangan. Dengan tarif sepuluh
kali lebih mahal, kau harus jauh lebih baik. Bukankah itu wajar? Kenapa? Apa Kau
kurang percaya diri?” ucap Si pria
“Ini
bukan masalah kepercayaan diri, melainkan harga diri.” Kata Ae Ra lalu memilih
untuk pergi.
Ae Ra
keluar dari ruangan tak percaya kalau dirinya lulus lalu menari-nari bahagia,
Saat itu si pria yang memilih Hye Ran keluar dan mengatakan kalau Ae Ra sudah mengalahkan Park Hye Ran.
“Aku tidak
serius dengan ucapanku tadi. Semoga kita akur.” Ucap si pria lalu menjabat
tangan Ae Ra. Dan Ae Ra juga mengharapkan hal yang sama.
“Aku
tidak menyangka Nona Park akan muncul. Kudengar dia tidak punya pekerjaan. Dan
Pasti itu benar.” Ucap Si pria
“Kenapa
dia tidak punya pekerjaan?” tanya Ae Ra binggung.
“Mantan
mertuanya tidak ingin melihatnya di televisi..” Jelas si pria
Ae Ra
berdiri di halte melihat Hye Ran yang duduk didekatnya mengingat ucapan si pria
“Dia tidak bisa kembali ke stasiun televisi utama. Komentar di internet
sangatlah kejam. Aku terkejut dia masih bertahan”
“Kenapa
dia naik bus alih-alih mengemudi?” keluh Ae Ra dan saat itu sebuah bus datang.
“Bus ini
akan membawa kita ke lingkungan kita. Ikuti aku sampai tiba.” Kata Ae Ra
berbaik hati.
“Untuk
apa aku mengikutimu?” ucap Hye Ran sinis lalu masuk ke dalam bus.
Hye Ran
yang tak tahu berapa ongkosnya bertanya pada sopir. Sopir memberitahu 1,30
dolar. Ae Ra melihat Hye Ran mengeluarkan uang recehnya, lalu membayar untuk
dua orang. Akhirnya keduanya duduk
dibangku berbeda. Beberapa penumpang tak percaya melihat Hye Ran naik bus. . Ae
Ra yang tak tahu apapun mencari tahu tentang berita Hye Ran.
“Dia
mencampakkan kekasihnya untuk menikahi seorang pewaris.” “Aku
tidak peduli kepadamu. Merangkaklah di bawah batu.“Pasti
kita masih bisa menemukan foto itu.”
Ae Ra pun
menemukan sebuah link dengan foto Hye Ran dengan Dong Man yang sudah diblur.
Ponsel Hye Ran berdering dari nomor yang tak dikenal dan memilih untuk tak
mengangkatnya.
Dong Man
dan Ae Ra duduk bersama sambil bergandengan tangan di depan tangga. Ae Ra
binggung Apa yang harus dikatakan kepada Sul Hee, karena dirinya bukannya tunawisma
jadi tidak bisa mengatakan tidur di Bar Namil lagi.
“Haruskah
aku tidur sendiri padahal pertandinganku besok? Bukankah aku perlu mengisi
tenaga?” kata Dong Man
“Haruskah
kita beri tahu dia?” tanya Ae Ra. Dong Man bertanya apakah Ae Ra memang serius
ingin melakukanya, lalu mengatakan kalau Ae Ra yang yang pertama mendekatinya
“Aku
ingin menyikut wajahmu sekarang.” Keluh Ae Ra kesal. Dong Man memperingatkan
kalau Ae Ra tidak boleh bilang begitu ke kekasihnya.
Saat itu
Bong Hee baru saja pulang, keduanya langsung berdiri dan melepaskan tangan. Ae
Ra pikir yang dibawa Bong Hee itu buah prem. Bong Hee mengataka kalau yang
dibawa buah persik. Ae Ra pikir Belakangan ini prem sangatlah enak, Bong Hee
menegaskan bahwa yang dibawa adalah persik.
“Kenapa
kalian di luar? Apa Tidak mau masuk?” ucap Bong Hee. Ae Ra mengaku kalau baru
mau masuk. Dong Man seperti tak bisa menahan diri lalu mengandeng tangan Ae Ra
dan memanggil Sul Hee.
“Sul
Hee... Aku akan tidur dengan Ae Ra malam ini. Pertandinganku besok, jadi Aku
membutuhkannya malam ini. Bolehkah aku pinjam dia?” ucap Dong Man. Ae Ra
terlihat binggung dan ingin menjelaskanya.
“Dia Akan
kupinjamkan, jadi Bawa dia.” Ucap Sul Hee.
Bibi
Ganako datang menemui Pelatih Hwang yang membua truk sundae, bertanya apakah sudah mau tutup. Pelatih
Hwang mengeluh bibi Ganako memangginya Sundae padahal namanya Hwang Jang Ho, Jang
berarti "jenderal" dan Ho berarti "macan".
“Aku
perlu meminta bantuanmu, Sayang.” Ucap Bibi Ganako. Pelatih Hwang kaget
mendengar panggilan Bibi Ganako.
“Bukan
itu maksudku. Tapi Apa Kau akan membantuku? Bisakah kau menyimpan rahasia,
Sayang?” ucap Bibi Ganako
“Aku akan
melakukan apa pun permintaanmu.” Ucap Pelatih Hwang
“Simpan ini
untukku. Kau harus Simpan ini lalu...” kata Bibi Ganako memberikan sebuah
ponsel dan meminta agar Pelatih Hwang tak melihatnya.
Joo Man
membawa sebuah boneka dan juga sekantung buah lalu dengan sengaja menaruh
boneka didepan rumah, setelah menekan bel dan berburu-buru berlari masuk ke ke
kamarnya. Sementara Ae Ra dan Dong Man duduk diatas tempat tidur dengan Ae Ra
yang mengompres wajah Dong Man.
“Wahh.. Kekasihku
memang yang terbaik. Kau berhasil pada percobaan pertama. Jika aku menang
besok, maukah kau mewawancaraiku?” ucap Dong Man bangga.
“Pastikan
kau menang, karena Aku tidak mau mewawancarai Tak Su sampai kapan pun.” Tegas
Ae Ra. Dong Man mengangguk mengerti.
“Apa Kau
takut? Apa Kau tidak takut sedikit pun?” tanya Ae Ra. Dong Man bertanya apakah
ia harus jujur mengatakanya.
“Berhentilah
jujur... Katakan saja kau tidak takut.” Ucap Ae Ra kesal
“Butuh 10
tahun bagiku untuk mendapatkan 15 menit. Aku tidak akan kalah. Jadi, jangan
cemas.” Tegas Dong Man yakin
“Dong
Man... Selama 15 menit itu, aku tidak akan berkedip sekali pun. Aku akan
menontonmu sampai selesai. Aku akan berada di samping oktagon. Aku akan
melindungimu agar tidak ada yang terjadi padamu.” Ungkap Ae Ra
Dong Man
melihat Ae Ra itu begitu mungil, tapi selalu bicara tentang melindunginya . Ia
menyakinkan kalau Apa pun yang terjadi, itu akan selesai dalam 15 menit. Begitu
Ae Ra membuka mata, maka akan ada di depannya. Ae Ra sambil menangis mengaku
kalau Sejujurnya, mau memastikan kamu tidak bangun bahkan mau membiusnya selama
Dong Man tidur dan... Dong Man langsung
memeluk Ae Ra meminta agar Berhenti menangis, dengan memastikan tidak akan kalah
agar tidak perlu melihatnyamenangis.
“Jika aku
menganggapmu pria biasa saja, maka aku akan memintamu melakukannya. Tapi aku
tidak sembarang menyukaimu. Aku sungguh... Aku sungguh menyukaimu. Jadi, aku
tidak bisa mengatakannya begitu saja. Mana mungkin aku menyetujuinya?” ucap Ae
Ra
“Kenapa
kau mengungkapkan perasaanmu lagi? Kau sangat manis.” Ungkap Dong Man lalu memberikan
ciumannya.
Setelah
itu Dong Man menjauh dari Ae Ra meminta maaf, kalu sangat menyukai Ae Ra sampai
tidak bisa melakukannya. Ae Ra bertanya apakah Dong Man yang sangat menyukainya
hingga ingin melindunginya. Dong Man menarik kaki Ae Ra sampai bisa berbaring.
“Bukan...
Aku sangat menyukaimu hingga tidak dapat menahan diri hari ini.” Ungkap Dong
Man dan kembali mencium Ae Ra.
Bersambung
ke Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar