PS
: All images credit and content copyright : KBS
Ae Ra dan
da Dong Man berjalan bergandengan tangan, Ae Ra mengatakana kalau sangat
mencintai Dong Man karena itu maka tidak
menyukainya. Dong Man pikir Tidak bisakah mendukungnya saja. Ae Ra mengetahui
kalau Tak Su bukan preman biasa tapi
sangat hebat bahkan yang ia dengan kalau Tak Su petarung hebat.
“Memangnya
kenapa kalau kalah? Lebih baik aku kalah daripada menghindarinya. Jika
menghindarinya, aku akan menyesal selama 10 tahun. Meskipun dia mengalahkanku,
aku ingin berusaha semampuku.” Tegas Dong Man
“Kau
bukan hanya akan kalah tapi Kau akan mati. Semua orang bilang kau akan kalah. Aku
melihat semua komentar itu, mereka bilang begitu. Kau akan dihabisi. Mereka
akan menggotongmu keluar. Petarung baru bukanlah tandingan Tak Su.” Ucap Ae Ra
khawatir
“Jadi, apakah
kau setuju dengan mereka? Kau sendiri yang bilang. Orang lain tidak mengenalku
tapi Kau sudah melihatku selama 20 tahun. Katamu, kau lebih mengenalku daripada
orang lain. Apa Kau setuju dengan mereka? Apa aku akan kalah saat melawannya?”
ucap Dong Man meminta Ae Ra memikirkanya.
“Apa kau
tidak memikirkan orang yang mencemaskanmu? Memang bagus kau bisa bertanding
lagi Tapi tidak harus melawan Tak Su.” Ucap Ae Ra
Dong Man
memberitahu Ae Ra kalau Selama ini hidup dengan kepala tertunduk dan akhirnya
Jantungnya berdebar lagi jadi Ia meminta agar Dong Man bisa mempercayainya.
Ae Ra
akan masuk rumah dengan wajah ditekuk, Dong Man langsung menariknya dan masuk
ke dalam rumah. Keduanya duduk di meja makan, dengan sepiring Toppoki. Dong Man
menegaskan Pekerjaan tetaplah pekerjaan dan ini masalah pribadi jadi harus
makan tteokbokki bersama.
“Apa
bedanya dibandingkan saat kita masih berteman? Kau masih tidak mendengarkanku.
Kenapa berkencaan denganku jika kau tidak mau mendengarkanku? Kenapa menciumku?
Kenapa kau bilang mencintaiku?” keluh Ae Ra kesal dengan memalingkan wajahnya
“Hei...
Apa kau bicara sendiri?” ejek Dong Man lalu sengaja duduk didepan wajah Ae Ra
tapi Ae Ra yang kesal memilih untuk memalingkan wajah ke sisi lainnya.
“Kau akan
menyesal saat aku memutuskanmu dan akan pergi ke karaoke menyanyikan lagu
sedih.” Ucap Ae Kesal.
“Apa Kau
akan memutuskanku? Apa Kau sungguh akan memutuskanku?”kata Dong Man dengan
sengaja mendekatkan wajahnya pada Ae Ra dan menciumnya.
“Menjauhlah.”
Tegas Ae Ra kesal karena tak ingin Dong Man semakin mendekat, tapi Dong Man
malah memberikan ciuman pada Ae Ra agar bisa tenang.
“Sudah
kubilang menjauh dariku... Kau anak buahku di sekolah dahulu. Jangan bertingkah
manis sekarang. Walaupun kita berpacaran, akan kuajari kau sopan santun. Urutan
kita, aku diatas dan kau ada dibawah, Mengerti?” tegas Ae Ra dan akan pergi.
Dong Man
menarik Ae Ra langsung merangkul dengan kaki agar tak pergi. Keduanya saling
bertatapan. Dong Man merasa Ae Ra sudah pandai makan Toppoki sekarang, lalu
bertanya Apa perutnya tidak sakit lagi. Ae Ra hanya diam dengan wajah gugup,
Dong Ma pikir tidak dari wajah Ae Ra,
lalu mencium Ae Ra lebih dalam lagi.
Ae Ra kesal Dong Man yang
selalu menciumnya, Dong man langsung bertanya apakah ia sekarang masih ada
dibawahnya. Ae Ra menatap Dong Man seperti tak percaya kalau dulu pacarnya itu
hanya sebagai pesuruh
Joo Man
akan menaruh boneka didepan rumah, lalu buru-buru disembunyikan ketika melihat
Sul Hee yang baru datang. Ia lalu memberikan boneka mengaku baru saja
memenangkan boneka dan Warnanya merah muda. Sul Hee pun menerimanya. Joo Man lalu melihat koran yang dibawa oleh
Sul Hee dan bertanya apa yang dilakukanya.
“Aku
harus mencari rumah baru. Kita berpacaran selama enam tahun. Aneh rasanya jika
mendadak bersikap seperti orang asing. Tapi tinggal berdekatan pun tidak masuk
akal. Aku juga sedang mencari pekerjaan baru.” Ucap Sul Hee yang memutuskan
untuk tinggal berjauhan.
“Sul Hee,
kenapa terburu-buru?” ucap Joo Man
“Jika
memang tetap harus dilakukan, maka aku tidak ingin menjadi pengecut dan
menundanya. Mari kita melakukannya sekaligus.” Ungkap Sul Hee. Joo Man
benar-benar tak percaya Sul Hee melakukan hal itu.
Dong Man
membiarkan Ae Ra berbaring diatas lenganya. Ae Ra mengejek Dong Man yang tak
pernah mendengarkannya tapi lengannya keras, Seperti bantal kayu. Dong Man
melihat Ae Ra yang sudah memejamkan mata lalu menyuruh agar Jangan tertidur
karena akan memalukan jika Sul Hee tahu.
“Sebentar
lagi aku pulang.”kata Ae Ra dengan mata terpenjam.
“Hei.
Kalau begitu, bisa nyanyikan sebuah lagu? Penyanyi dari Daecheon itu.” Pinta
Dong Man. Ae Ra bertanya apakah itu Kim Wan Sun. Dong Man membenarkan.
“Bagaimana
kau bisa tahu lagu itu?” tanya Dong Man
“Ayah
sering menyanyikannya sebagai pengantar tidurku.” Cerita Ae Ra
Dong Man
pikir Ayah Ae Ra sebagai penggemarnya. Ae Ra pikir itu Tidak mungkin tapi Pasti
Ibu menyanyikan itu untuk Ayah. Dong Man langsung memeluk Ae Ra menenangkanya,
Ae Ra pikir tak masalah karena Ayahnya menyayangi dirinya dua kali lipat bahkan
punya Dong Man dan Sul Hee, jadi tidak seburuk itu.
“Kalian
selalu membiarkanku menjadi pemimpin. Kalian selalu menyisakan yang terbaik
untukku.” Kata Ae Ra
“Kurasa
kau tidak pernah membicarakan Ibumu.” Komentar Dong Man
“Aku tidak
akan tahu cara merindukannya karena tidak pernah bertemu dengannya. Dia tidak
pernah ada untukku.” Kata Ae Ra. Dong Man makin memeluk Ae Ra dengan erat.
Ibu Joo
Man melonggo melihat isi kulkas yang penuh lalu mengeluh karena harus
repot-repot membawakannya makanan dan bertanya apakah Sul Hee yang membuat
semua ini untuk anaknya. Joo Man sedang memakai dasinya mengangguk, lalu
bertanya ada apa ibunya datang karena Ini terlalu pagi untuk berkunjung.
“Ibu
datang karena cemas. Kenapa kau tidak menjawab telepon kami? Bahkan Sul Hee
juga tidak menjawab.” Ungkap Ibu Joo Man
“Apa Ibu
meneleponnya?” ucap Joo Man makin merasa bersalah.
“Dialah
yang memohon untuk datang ke pesta rumah baru saudarimu.” Komentar Ibu Joo Man
“Untuk
apa kalian mengundangnya? Apakah untuk Menyuruhnya cuci piring?” ejek Joo Man.
Ibu Joo
Man erasa tak pernah menyuruhnya melakukan itu, Joo Mna tahu kalau ibunya itu tidak
mengatakannya, tapi akan membuat Sul Hee
melakukan itu. Ibu Joo Man piki anaknya tidak boleh melindungi Sul Hee karena
itu tak akan baik untuknya.
Di rumah
Sul Hee
Sul Hee
pikir ibunya datang membawa makanan tapi malah membersihkan bak cuci. Ibunya
pikir bisa melakukannya selagi datang ke rumah anaknya. Sul Hee mengeluh kalau
itu yang membuatnya sang ibu berkunjung. Ibu Sul Hee lalu melhat boneka pink
diatas lemari.
“Kenapa
boneka itu mengangkat tangan?” ucap Ibu Sul Hee. Sul Hee pura-pura tak tahu dan
mengatakan kalau boneka itu sedang dihukum.
“Apa itu
dari Joo Man? Apa Kalian bertengkar?” tanya Ibu Sul Hee. Sul Hee hanya diam
saja.
“Semua
pria sama saja. Mungkin kau menganggap yang ini lebih baik daripada yang itu. Bersyukurlah
dia tidak lebih buruk. Yang penting dia setia. Kecuali mereka selingkuh, maka
semua pria sama saja. Setidaknya kita tahu Joo Man tidak akan pernah selingkuh.
Dia sangat menyukaimu. Benarkan?” pesan Ibu Sul Hee. Sul Hee pun hanya bisa
diam saja.
Ibu Joo
Man keluar dari rumah, Joo Man meminta ibunya agar menelp lebih dulu sebelum
datang. Ibunya heran kenapa harus
melakukanya dan berpikir itu karena akan membuat Sul Hee tidak nyaman dan
bertanya apakah mereka yanga mengunjungi rumah satu sama lain.
Saat itu
Ibu Sul Hee keluar dari rumah, sambil berbicara kalau Sul Hee yang rugi jadi Jangan
mengunjungi rumah satu sama lain. Saat itu Keempatnya bertemu dan Sul Hee
menyapa lebih dulu, mereka pun saling menyapa dengan suasana canggung.
“Aku
tidak menduga akan menemui kalian di sini.” Ungkap Ibu Sul Hee. Ibu Joo Man pun
menanyakan kabar ibu Sul Hee. Ibu Sul Hee mengaku baik-baik saja.
Mereka
pun berjalan keluar bersama, Ibu Joo Man berkomentar Sul Hee pekerja keras dan mempunyai pekerjaan tetap, tapi masih bisa mengisi
kulkas Joo Man dengan makanan dan dengan bangga kalau Sul Hee Pasti sangat
menyukai Joo Man.
“Dia juga
sangat menyukai Sul Hee.” Balas Ibu Sul Hee tak mau kalah. Ibu Joo Man pun
membenarkannya.
“Omong-omong,
kita harus mengadakan pertemuan keluarga...” pikir Ibu Joo Man langsung disela
oleh Ibu Sul Hee kalau Tidak perlu terburu-buru.
“Kita
tetap harus mempertimbangkan usia Sul Hee, jadi...” kata Ibu Joo Man dan
kembali disela oleh Ibu Sul Hee akalu Mereka sama-sama bertambah tua dan Usia
keduanya itu sama.
“Sul Hee,
kau tahu Joon Hee mengadakan pesta rumah baru di akhir bulan ini, bukan?” kata
Ibu Joo Man. Sul Hee gugup mendengarnya.
Joo Man
mengeluh untuk apa Sul Hee pergi kesana dan menegaskan tidak akan hadir. Ibu Joo Man mengatakan
kalau memang mengundangnya karena Sul Hee sudah seperti keluarga. Joo Man
menegaskan kalau Sul Hee bukan keluarga, jadi memperingatkan agar jangan
menyuruh-nyuruhnya.
“Kapan
ibu melakukan itu? Kau Yang benar saja.” Ucap Ibu Joo Man merasa tak enak
“Kami
sudah putus.” Ungkap Joo Man lalu meminta maaf pada Ibu Sul Hee. Kedua ibu
hanya bisa melonggo dan Sul Hee pun memilih untuk diam dan tak banyak
berkata-kata.
Ibu Joo
Man duduk diam di bangku taman, Joo Man dengan wajah tertunduk mengatakan kalau
Semua adalah salahnya. Ibu Joo Man pikir kalau ini semua demi kebaikan dengan
Joo Man menunda menikahin Sul Hee karena tidak begitu tertarik kepadanya.
“Ibu... Mana
mungkin aku membuatnya tinggal di apartemen studio? Kenapa dia harus menderita
seperti itu?” kata Joo Man
“Apakah Itukah
alasanmu tidak bisa menikah? Apa dia bilang menginginkan rumah?” kata ibu Joo
Man dengan nada tinggi.
“Mana
mungkin dia seperti itu? Aku pernah bilang tidak akan menikah jika bukan
dengannya. Setidaknya tidak ada yang perlu mendapatkan kakak ipar baru.” Kata
Joo Man
“Apa Sul
Hee sungguh mengatakan ingin putus denganmu? Itu baik untuknya.” Pikir Ibu Joo Man
yang memang tak setuju hubungan dengan Joo Man.
“Aku
tidak akan pernah bertemu wanita sepertinya lagi, tapi dia akan dicintai ke
mana pun dia pergi.” Kata Joo Man merasa menyesal. Ibu Joo Man pun bisa
mengetahuinya.
“Kenapa
kalian putus?” tanya ibunya, Joo Man merasa itu Karena dirinya sampah dan
Itulah alasannya. Ibu Joo Man tak percaya kalau anaknya bisa melakukan yang
mengecewakanya.
Sul Hee
mengantar ibunya sampai ke mobil lalu ibunya bertanya apakah Sul Hee mau pulang
kerumah. Sul Hee pikir Tidak perlu. Ibu Sul Hee memberitahu kalau Sekarang
kamar Sul Hee sudah punya penyejuk ruangan. Sul Hee merasa baik-baik dan bukan
anak-anak lagi.
“Aku tidak
akan mati karena putus cinta.” Kata Sul Hee
“Pantas
saja kau tidak membicarakan Joo Man. Kau tergila-gila padanya. Kau selalu
berkata "Joo Man suka minum misugaru, Joo Man mudah kepanasan. Joo Man
begini, Joo Man begitu."” Kata Ibu Sul Hee.
Sul Hee
mengelak kalau dirinya tidak seperti itu. Ibu Sul Hee menasehati kalau Jangan
selalu memikirkan Joo Man Tapi pikirkanlah dirinya sendiri, apa yang disukai,
di inginkan dan hiduplah seperti itu.
Menurutnya Sul Hee adalah ratu dalam hidupnya.
Sul Hee
menyuruh ibunya agar pergi saja, Ibu Sul Hee meminta anaknya Jangan menangis dan Jangan lupa makan, setelah
menelpnya.
Saat itu
bibi Ganako baru saja datang, Sul Hee memberitahu ibunya kalau itu pemilih
rumah mereka. Ibu Sul Hee melonggo melihat wajah Bibi Ganako, Ibu Ganako
sengaja memakai kacamata menyapa Ibu Sul Hee seperti tak terjadi sesuatu. Ibu
Sul Hee masih saja diam sampai akhirnya Sul Hee menyadarkan ibunya. Ibu Sul Hee
menanyakan kabar Bibi Ganako yang sudah lama tak bertemu, lalu membalasnya
sapaan bibi Ganako.
Ae Ra
keluar dengan melirik ke kanan dan kiri seperti takut ketahuan keluar bersama
dengan Dong Man. Dong Man mengeluh Ae Ra yang mengendap-endap padahal mereka
tidak melakukan apa-apa. Dan Kenapa bersikap seolah mereka melakukan sesuatu.
“Tetap
saja, bagaimana jika ada yang melihat?” ucap Ae Ra. Dong ma pikir Melihat apa,
karena mereka tidak melakukan apa-apa.
“Dan Katakan
saja kita seperti teman di barak tentara.” Pikir Don Man.
“Aku harus
bilang apa kepada Sul Hee? Seharusnya kamu membangunkanku.” Keluh Ae Ra
memarahinya.
“Kau bilang
ingin berbaring sebentar dan tidak bisa tidur kecuali di ranjang sendiri.”
Balas Dong Man mengejak.
Ae Ra
mengaku kalau memang tidak bisa tidur nyenyak. Dong Man kembali mengejek
menyuruh Ae Ra agar mengelap air liurnya di bibirnya. Ae Ra buru-buru memegang
bibirnya. Dong Man mengejek Ae Ra itu seperti anjing yang bisa tidur di mana
saja. Ae Ra kembali mengelak kalau tidak tidur dan bukan air liur.
Saat itu
bibi Ganako baru saja menaiki tangga, Keduanya menayap bersama-sama. Bibi
Ganako langsung menatap sinis dengan bertanya Kenapa si kaus jingga dan 102 sudah
bersama-sama sepagi ini, lalu memastikan kalau keduanya tidak keluar dari kamar
102.
“Aku tidak
memakai kaus jingga hari ini.” Ucap Ae Ra mengelak, Bibi Ganako menganguk
mengerti.
“Jangan
berduaan sepagi ini.” Tegas Bibi Ganako dan akan pergi menaiki tangga, tapi
saat itu tiba-tiba hampir terjatuh. Keduanya pun langsung menahan Bibi Ganako
sebelum terjatuh.
Dong Man
memapah Bibi Ganako sampai ke lantai atas,
Ae Ra mengelu Bibi Ganako yang pergi operasi mata sendirian dan
bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh Nam Il.
“Kenapa
aku butuh orang lain? Aku hanya butuh diriku.” Ucap Bibi Ganako lalu membuka
pintu dan Dong Man masih membantunya duduk di depan meja makan.
“Apa Barang-barang
Nyonya belum diantar?” tanya Ae Ra binggung melihat didalam ruangan yang kosong
seperti orang yang belum pindah.
“Aku
tidak butuh banyak barang. Seperti inilah aku hidup.” Ucap Bibi Ganako.
“Nyonya
berpakaian bagus, tapi rumah Nyonya begitu kosong. Setelah beberapa saat, rumahmu
cenderung mengikuti kepribadianmu” kata Dong Man.
Ae Ra
melihat ada banyak makanan instan didapur, lalu bertanya apakah Bibi Ganakobisa
memasak Bibi Ganako mengaku akan baik-baik saja dan kata dokter kalau sakitnya
hanya di awal. Ae Ra lalu melihat ke bagian foto diatas meja, Bibi Ganako mulai panik.
Ibu Sul
Hee sambil mengemudikan mobilnya menelp Ibu Dong Man memberitahu wanita dari
Studio Foto Mawar kalau tinggal di lantai atas dari anak-anak mereka. Ibu Dong
Man kaget mendengarnya.
“Apa Hwang
Bok Hee dari Studio Foto Mawar? Apa Kamu yakin dia orangnya?” ucap Ibu Dong Man
tak percaya
“Mana
mungkin aku lupa wajahnya dan Mana mungkin aku salah orang? Aku yakin dia
orangnya” kata Ibu Sul Hee.
Ibu Dong
Man terlihat marah mendekati suaminya
lalu memastikan ketika menginap dirumah anaknya apakah memang benar
untuk menemui Dong Man. Tuan Ko seperti tak peduli, menyuruh istrinya agar
membantu mengecat rambut bagian belakangnya.
“Benarkah
kau pergi untuk menemui Dong Man? Kenapa kau tiba-tiba mengecat rambut?” ucap
Ibu Dong Man penasaran. Tuan Ko heran istrinya tiba-tiba mengatakan hal itu dan
meminta agar membantunya saja.
“Apa kau
menemui orang lain?” tanya Ibu Dong Man, Tuan Ko malah balik bertanya siapa
yang dimaksud. Ibu Dong Man hanya menatap seperti ingin mengetahui kebebaran dari mata suaminya.
“Ada apa?
Kenapa kau menatapku?” kata Tuan Ko binggung. Ibu Dong Man menyebutkan nama “Hwang
Bok Hee.” Tuan Ko seperti tak mendengarnya.
“Bok Hee
dari Studio Foto Mawar. Kau menemuinya, bukan?” kata Ibu Dong Man. Ayah Dong
Man kaget mendengar nama Hwang Bok Hee.
“Apa dia
menelepon kita? Apa dia mencariku?” kata Ayah Dong Man
Ae Ra
melihat foto Bibi Ganako dengan bayi, Bibi Ganako terlihat sedikit panik. Ae Ra
lalu berpikir kalau Nam Il tinggal di Seosan sewaktu kecil. Dong Man bertanya
memangnya kenapa dengan mendekatinya. Ae Ra pikir wajah si bayi terlihat familier.
“Semua
bayi mirip karena tidak punya rambut.” Kata Dong Man
“Tapi
dari sisi ini terlihat makin familier bagiku. Apa ini Nyonya saat masih
muda?”kata Ae Ra
Bibi Ganako pun mengingat ketika memberikan perpisahan terakhir pada Dong Man. Keduanya menatap foto si bibi dengan anak kecil.
“Dong
Man...Seduhkan aku mi instan sebelum kalian pergi.” Ucap Bibi Ae Ra mengalihkan
pembicaran dengan wajah gugup. Dong Man pun tak menolaknya.
Di papan
terlihat artikel dan informasi "Pencegahan Kanker Payudara" Dong Man
membuat mie instant berbisi pada Ae Ra kaalu Bibi Ganako terlihat necis dari luar, namun di dalam dirinya,
ada wanita tua kesepian. Ae Ra hanya melihat kejauhan Bibi Ganako yang duduk
tak jauh darinya.
Dong Man
dan Ae Ra menuruni tangga bersama-sama,
Nam Il menaiki tangga bertanya kenapa keduanya dari atas. Ae Ra menatap
sinis ingin bicara. Dong Man menahan agar Ae Ra tak mengatakanya. Ae Ra tak
peduli meminta agar Nam Il bisa menjaga ibunya baik-baik.
“Di hari
dia operasi mata, maka kau tidak boleh pergi makan ayam sendirian.” Ucap Ae Ra
mencium bau ayam dari baju Nam Il.
“ Ya,
kurasa kau perlu mengurusnya dengan lebih baik.” Kata Dong Man yang juga sangat
kasihan pada bibi Ganako.
“Aku
punya restoran ayam. Aku bekerja semalaman.”ucap Nam Il. Keduanya hanya bisa
melonggo karena salah menduga ternyata Nam Il menjual ayam.
“Kenapa
kalian peduli pada ibuku dan Kenapa kalian dari atas?” kata Nam Il dengan nada
sinis.
“Kami
mencegah kematiannya karena kecelakaan.” Kata Ae Ra
Nam Il
memperingatkan Ae Ra agar Jangan berlebihan. Ae Ra meminta agar Nam Il Juga
membuatkannya mi instan. Nam Il mengejekkeduanya itu sangat baik, serta tukang ikut campur dan
penuh perhatian. Ae Ra mengeluh kalau Itu cara yang buruk untuk berterima
kasih. Dong Man mengajak Ae Ra agar segera turun saja.
[Episode 13 – Nam Il tinggal di Vila Namil]
Dong Man
kesal melihat Nam Il yang terus bicara pada Ae Ra dan bertanya apakah Nam Il
terus melakukan dan apakah sudah bilang pacarnya petarung MMA. Ae Ra dengan
memainkan rambutnya tahu kalau Nam Il memang menatapnya dengan tatapan
tertentu. Dong Man seperti tak percaya mendengarnya.
“Sebelumnya
juga, dia...” ucap Ae Ra dengan gaya mengoda. Dong Man terlihat tak percaya
kalau Ae Ra yang menatapnya lalu memilih untuk segera menuruni tangga.
Tuan Ko
masuk kamar mandi sambil membawa ponselnya dan menelp Tuan Choi, Tuan Choi bertanya
ada apa menelp karena sedang mengemudi. Tuan Ko memberitahu kalau seseorang yang
melihat sesuatu. Tuan Choi tak mengerti maksud ucapan Tuan Ko
“Di
kompleks apartemen anak-anak tinggal sekarang” kata Tuan Ko, Tuan Cho meminta agar Langsung saja katakan intinya.
“Jangan
telepon aku di jam kerja dan bertele-tele.” Keluh Tuan Choi sibuk mengemudikan
mobilnya.
“Hwang
Bok Hee.... Hwang Bok Hee dari Studio Foto Mawar.” Ucap Tuan Ko. Tuan Choi
kaget mendengarnya.
Nam Il
masuk ke dalalam rumah dan bertanya apakah Ibunya operasi mata dan mengeluh Kenapa
tidak memakai kacamata saja. Bibi Ganako kalau tidak cantik memakai kacamata
dan ingin terlihat cantik sampai mati. Nam Il meminta ibunya agar Berhentilah
makan mi instan dan berhenti memikirkan anak itu. Bibi Ganako terlihat gugup.
“Aku
marah dan ingin mengamuk... Nam Il yang sebenarnya tinggal di Vila Namil. Benarkan?”ucap
Nam Il menahan amarahnya.
Direktur
Choi kesal meminta Joo Man agar fokus tapi malah mengacaukan sesuatu yang
sesederhana ini. Joo Man mengaku tidak bisa fokus dengan wajah tertunduk.
Direktur Choi makin kesal mendengar, Joo Man pun hanya bisa diam saja karena
memang pikiranya sedang kacau.
Di
pantry, Seorang pegawai menegur Joo Man dengan kopinya. Joo Man yang melamun
melihat air dalam gelas sudah luber, tatapan pun kosong seperti separuh jiwanya
sudah hilang setelah putus dengan Sul Hee.
“Aku
hanya kehilangan Sul Hee, tapi seluruh duniaku berantakan.” Gumam Joo Man
terlihat benar-benar frustasi.
Sul Hee
pergi ke salon manipadi, pegawai pun bertanya apa warna yang dinginkan pada
tanganya. Sul Hee mengatakan ingin latar
merah muda dan warna utamanya Hitam serta Permatanya. Si pegawai mengangguk
mengerti.
“Bisakah
dipakaikan banyak, Agar berkilau?” tanya Sul Hee. Si pegawai pun bertanya mana
yang akan dipilihnya karena Harganya tidak sama.
“Pakai
yang paling mahal.” Kata Sul Hee ingin membuat sesuatu yang disukainya, saat
itu melirik ke bagian sisi lainya, terlihat si pria magang sedang melakukan
perawatan.
Byung Joo
sedang berlatih memukul samsak, Tae Hee berbicara pada Tak Su kalau Ada pelatih
yang akan mengasah teknik lantainya lalu Padukan itu dengan gerakan judo maka
maka akan menang. Tak Su bertanya mereka
yakin hanya Jang Ho yang melatih Dong Man.
“Mereka
berdua memakai taekwondo. Bagaimana mereka mengalahkanmu? Mereka tidak punya
teknik lantai. Pasti mereka seharian mengobrol dan berlatih tanding.” Ungkap
Tae Hee yakin.
Dong Man
dan Pelatih Hwang berlatih, lalu keduanya berbaring di dalam ring dengan
kelelahan. Dong Man merasa ingin mati bahkan pelatihanya bisa mati karena
mencoba melatihnya. Pelatih Hwang mengatakan kalau akan mencarikan pelatih untuk mengajarinya
teknik lantai, meskipun hanya paruh waktu.
“Pasti kau
kaya dari menjual sundae.” Ejek Dong Man. Pelatih Hwang memberitahu kalau ini
sedang musim sundae.
“Sundae
tidak punya musim. Jangan carikan aku pelatih.” Kata Dong Man.
Pelatih
Hwang yang sudah kelelahan tak ingin diajak bicara dan tetap akan menanyakannya di komunitas jiu-jitsu dan
gulat, jadi Dong Man jangan mengeluh dan lakukan saja perintahnya. Saat itu
seseorang masuk ke dalam ruang pelatihan, Dong Man melihat pria yang datang
dengan menawarkan Pake tiga bulan ingin
turun berat badan, karena ada diskonnya.
Tak Su
memberikan kode kalau ada Byung Joo dan
menyuruh agar keluar. Tae Hee pun menyuruh Byung Joo berhentilah berlatih dan
pulang saja. Byung Joo pun pamit dengan sinis mendengar Tak Su yang selalu
membuat trik licik.
“Jadi, apa
kau menghabiskan uang?” tanya Tak Su.
“Aku
mencoba menyogok orang, tapi perwakilan baru RFC jauh lebih tegas. Dia besar di
luar negeri dan aku tidak bisa mengontaknya.” Jelas Tae Hee.
“Kalau
begitu... Pastikan dia menerima pesanmu. Buat dia ingin bicara denganku. Kalu
perlu Pancing dia dengan uang yang lebih banyak.” Ungkpa Tak Su tak mau tahu.
“Kau benar-benar
sudah menjadi bedebah.” Ucap Pelatih Choi. Tak Su seperti tak percaya kalau
Pelatih Choi mengatakan hal itu.
“Menang
atau kalah, lakukan salah satunya. Jangan bersikap seperti bedebah. Jika orang
yang kulatih selama 15 tahun kalah sebagai bedebah, maka aku akan terlihat
buruk.” Tegas Pelatih Choi.
“Pelatih...
Kau harus menjaga ucapanmu. Kau pelatihku dan aku muridmu, tapi aku bosmu dan
kau pegawaiku.” Balas Tak Su.
“Pecat
saja aku kalau kamu mau.” Kata Pelatih Choi tak peduli lalu memilih pergi.
Tae Hee
pun setuju lebih baik pecat saja Pelatih Choi karena tidak pernah menyukainya.
Tak Su pun menyuruh pergi saja. Tae Hee binggung berpikir kalau Tak Su
menyuruhnya pergi. Tak Su menegaskan kalau Tae Hee bisa digantikan tapi Pelatih
Choi tidak tergantikan.
“Jangan
bilang begitu... Kita selalu bisa mencari pelatih lain.” Ungkap Tae Hee.
“ Apa Kau
tahu kenapa Jang Ho memenangkan medali perak di Olimpiade? Karena orang itu
yang memenangkan medali emasnya.” Tegas Tak Su.
Dong Man
dan Pelatih Choi masih melongggo tak percaya melihat pria yang datang adalah
John Karellas. Dong Man binggung bertanya apakah Pelatih Choi itu mengenalnya.
Pelatih Hwang mengingat kalau saat itu bicara pada Dong Man setelah bertanding
dan KO.
Flash Back
“Tato ini
adalah tanda mereka. Salah satu keluarga jiu-jitsu Brasil yang terbaik.
Keluarga Karellas. Kau melawan putra kedua mereka. Keponakan yang dia ajari
secara iseng adalah John Karellas, sang legenda UFC.” Ucap Pelatih Hwang
Ketiganya
duduk bersama lalu membaca surat ditangan mereka, “Aku Karl. Ayahku menghabiskan seluruh uang
keluarga kami untuk berjudi. Kami butuh uang untuk operasi istriku, jadi, kami
melakukan pertarungan yang memalukan. Aku malu dan sedih. Aku akan mengorbankan
tubuhku untuk membalasmu. Keponakanku lebih baik daripada aku. Semoga berhasil.”
Keduanya
menatap Jhon, lalu Dong Man bertanya pada Pelatih Hwang seperti tak yakin
apakah legenda UFC, John Karellas, mau mengajarikanya. Pelatih Hwang pikir
seperti itu. Jhon pun membungkuk memberikan salam pada keduanya dengan hormat.
“Aku
memakai visa kerja... Dua bulan.” Ucap Jhon.
“Apa Kau
tahu, Pelatih Hwang ? Kurasa aku bisa menang.” Ungkap Dong Man yakin. Keduanya langsung
mengucapkan terimakasih pada Jhon.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar