PS
: All images credit and content copyright : KBS
[Ujian Percobaan Ketiga di Bulan Mei]
Semua
siswa duduk di bangku masing-masing, dan siap untuk melakukan ujian. Ra Eun Ho
sudah siap duduk mengerjakan ujian.
“Ujian...Kami semua membayangkan
hal yang sama di situasi yang menyiksa
ini. Semoga berharap agar dunia ini kiamat saja agar kami bisa berhenti dari
ujian ini.”
Saat itu
tak sengaja pensil Eun Ho yang jatuh ke lantai dan tiba-tiba keran dibagian
atap kelas mengeluarkan air. Alarm kebakaran berbunyi dengan air yang membasah
seluruh keras.
“Dan.. ada salah satu dari kami
yang membuat imajinasi itu menjadi nyata. Kehidupanku sebagai gadis 18 tahun
yang biasa saja.. tanpa terduga mulai menjadi memusingkan.”
-5 hari sebelumnya-
Eun Ho
dan Oh Sa Rang berlari keluar dari kelas dan langsung berdiri didepan tangga.
Guru Goo Young Goo sudah ada didepan pintu memberitahu kalau Yang selanjutnya,
anak kelas 2, lalu memanggil Peringkat 1 hingga 10 termasuk Dae Hwi boleh masuk.
Dae Hwi
dengan senyuman menaiki tangga dan masuk ke dalam ruangn, Eun Ho terlihat iri
melihat Dae Hwi masuk lebih dulu. Mereka semua siap masuk kantin untuk makan.
“Jangan
makan terlalu banyak” pesan Eun Ho yang sudah menunggu dibagian depan.
“Selanjutnya
adalah peringkat 11 sampai 20. Silakan berbaris.” Ucap Guru Goo. Beberapa orang
pun naik ke dengan sedikit menyengggol Eun Ho. Sa Rang mengeluh kapan mereka
akan makan.
“Aku
peringkat ke berapa? ini menyebalkan sekali. Sampai kapan kita akan makan
siang.. berdasarkan urutan ranking seperti ini? Tidak peduli berapapun
rankingnya, semua orang 'kan merasa lapar.” Keluh Eun Ho akhirnya menuruni
tangga menunggu giliran masuk ke kantin.
“Hal ini
baru akan berakhir kalau sekolah kita meledak.” Ucap Sa Rang.
Akhirnya
mereka masuk untuk mengantri dan melihat Hari ini menunya bulgogi, Eun Ho
memikirkan kalau sebelum masuk kantin
dagingnya sudah habis, padahal mereka juga bayar, tapi malah tak bisa
mendapatkanya.
Saat itu
seorang pria bernama Kim Tae Woon masuk ke dalam kantin tanpa mengantri. Eun Ho
mengeluh Si kunyuk itu lagi-lagi diistimewakan. So Rong mengingatkan Ayah Tae
Woon adalah direktur sekolah mereka jadi lebih baik membiarkan makan semaunya.
Tae Woon
seperti diberikan istimewa dengan banyak pelayan yang memberikan porsi banyak,
bahkan salah satu pegawai memberikan bonus telur mata sapi diatas nasi. Eun Ho
dan Sa Rang langsung mengumpat kesal melihatnya.
Akhirnya
Eun Ho dan Sa Rang bia mendapatkan makan siang, tiba-tiba Eun Ho menjerit
memegang wajahnya dengan menatap ke ponselnya. Sa Rang bingung ada apa dengan
temanya. Eun Ho binggung melihat wajahnya,jadi bulat. Sa Rang mengeluh kalau
wajah temanya Sama sekali tidak bulat.
“Tapi Lebih
mirip segi empat menurutku. Sebuah segi empat yang sempurna.” Ejek Sa Rang
“Padahal
aku harusnya kelihatan lebih kurus. Sunbae Jong Geun menyukai gadis-gadis
langsing.” Kata Eun Ho
“Hei Ra
Eun Pal, Apa kau mau bolos lagi?” kata Sa Rang. Eun Ho menyuruh agar diam saja
seperti tak ingin ada yang bisa mendengarnya.
Eun Ho
pun berjalan keluar dari ruang kelas, lalu memanggil Sa Rang yang ada di lantai
atas. Sa Rang membuka jendela kelas
memastikan kalau Eun Ho ingin dilempar tasnya dari atas. Eun Ho mengangguk dan
siap menangkapnya. Sa Rang pun melemparnya, tapi karena tasnya tak di tutup
lebih dulu.
Akhirnya
semua lembaran brosur pun jatuh melayang dari lantai dua. Sa Rang yang melihat
dari lantai atas pun hanya bisa meminta maaf dari lantai atas. Eun Ho pun
mengambil brosur sambil mengumpat kesal pada Sa Rang.
“Harusnya
aku tidak usah mempercayaimu.” Umpat Eun Ho. Sa Rang hanya bisa meminta maaf
dan menunjuk ke sebelah sana.
“Apa Kau
mau pergi kerja paruh waktu?” ucap seorang pria membantu Eun Ho yang mengambil
brosur.
Eun Ho
melihat Song Dae Hwi sebagai Ketua Osis,
Dae Hwi bertanya apakah Eun Ho bolos karena mau pergi kerja paruh waktu,
Eun Ho mengaku Ada sesuatu yang sangat penting yang harus dlakukan hari ini.
“Jangan
cemas. Aku akan melindungimu kalau kau tertangkap.” Kata Dae Hwi membantu
mengambil brosur.
“Benarkah?
Kalau begitu aku bisa tenang.” Kata Eun Ho lalu bergegas pergi mengambil brosur
dari tangan Dae Hwi.
Dae Hwi
bertemu dengan guru Shim Kang Myung di ruang guru, menanyakan lembaran kertas
itu adalah pertanyaannya essai, Guru
Shim termasuk dalam ujian masuk Universitas Hanguk dan menyakinkan kalau pasti
akan dapat nilai tambahan jika menjawabnya dengan baik.
“Tapi
sekali lagi, targetmu adalah Universitas Seoul.” Ucap Guru Shim. Dae Hwi
mengangguk mengerti dan mengatakan akan berusaha keras.
“Kau
pasti merasa gugup... Kalau kau merasa gugup, sandarkan kepalamu ke belakang..
dan rilekskan tubuhmu. Lalu Tarik napas dalam-dalam.” Ucap Guru Shim malah yang
terlihat lebih gugup. Didepanya Guru Jung Joon Soo mendengar mencoba melakukan
sesuai guru Shim.
Dae Hwi
mengaku kalau tidak gugup, dan memastikan untuk melakukan semuanya dengan baik.
Guru Shim terlihat agak binggung karena Dae Hwi yang tak gugup dan ingin akan
mengajarkan bagaimana caranya memacu kerja otak tidak merasa gugup. Dae Hwi pun
memilih untuk pamit pergi pada gurunya.
“Dae
Hwi... Kau naik taksi saja.” Ucap Guru Shim memberikan uang. Dae Hwi
menerimanya lalu segera pergi.
Eun Ho
sedang berdandan didepan penyimpanan sepeda. Tae Woon mengejek Eun Ho agar Berhenti
mengoleskannya, nanti garis di atas bibirmu bisa hilang. Eun Ho melihat Tae
Woon yang bolos juga. Tae Woon dengan sinis kalau dirinya ke parkiran membawa
motor bukan ingin bertemu dengan Eun Ho.
“Kalau
kita berdua di sini, maka kita bisa ketahuan.” Ucap Eun Ho panik
“Kau
tidak sebegitu menarik perhatian, jadi Tenang saja.” Ejek Tae Woon.
“Kau
benar-benar memancing amarahku lagi. Aku tidak bisa terlambat ke sekolah.
Terlambat semenit saja, mereka pasti akan mempermasalahkannya. Aku ini
benar-benar menarik perhatian, kau harus tahu.” Ucap Eun Ho tak mau direndahkan. Tae
Woon membenarkan saja dengan nada mengejek.
“Baiklah.
Sepertinya kau ini cuma sedang tidak waras.” Ejek Tae Woon lalu meninggalkan
sekolah dengan sepeda motornya.
“He.. Kau
mau mati!! Kalau begini kita bisa ketahuan! Suaranya akan membuat berisik. Nyalakan
mesinnya kalau aku sudah pergi.” Teriak Eun Ho dan buru-buru pergi.
Eun Ho
mengayuh sepeda dengan wajah bahagia melalui sebuah jalan, tapi dua buah motor
seperti sengaja mendekati lalu membuatya terjatuh dan buru dalam keranjanya
jatuh. Tae Woon melihat dari kejauhan, menghentikan mobil lalu mendekati Eun
Ho.
“Apa kau
baik-baik saja?” tanya Tae Woon dari balik helmnya.
“Astaga,
apa yang harus kulakukan? Aku sedang terburu-buru.” Keluh Eun Ho yang masih
duduk terjatuh. Tae Woon melihat dua motor seperti sengaja ingin mengajaknya
adu balap.
“Cepat
Naiklah... Kau bilang harus buru-buru. Jadi Naik sajalah. Apa Kau tidak mau?”
ucap Tae Woon yang sudah memutar motornya kembali. Eun Ho masih saja terdia. Tae
Woon mulai menghitung untuk meninggalkanya.
Eun Ho
akhirnya naik ke atas motor Tae Woon dengan helm untuk sepeda, saat melalui dua
motor yang menghadang mereka, Tae Woon menaikan motor dan dua motor yang ingin
menyerangnya pun terjatuh. Eun Ho yang duduk dibelakangnya seperti sedikit
takut.
Tae Woon
menghentikan motor dan dibuat binggung dengan Eun Ho yang masih duduk dibelakang
dan sibuk memakai lipgloss dibibirnya. Eun Ho pun menanyakan pendapat Tae Woon
apakah dirinya terlihat aneh. Tae Woon
hanya menatapnya.
“Kenapa?
Apa aku ini menggemaskan?”ucap Eun Ho yang sudah turun mendekatkan wajahnya.
“Saking
menggemaskannya, maka aku rasanya ingin meninjumu. Kau mengoleskan terlalu
banyak foundation, wajahmu pucat sekali.” Ejek Tae Woon. Eun Ho hanya bisa
berteriak marah lalu mengangkat ponselnya yang berdering.
“Ya,
umurku memang 18 tahun. Tapi bisa tidak kalau tidak usah pakai seragam? Kalau
pakai seragam aku akan merasa malu dan tidak akan bisa melakukannya. Selain itu
Rasanya juga tidak nyaman.” Ucap Eun Ho, Tae Woon yang mendengarnya seperti Eun
Ho melakukan perkerjan sesuatu.
“Bayarannya
sesuai dengan yang kau janjikan 'kan?” kat Eun Ho lalu menyetujui dengan penuh
semangat.
Tae Woon
menatap Eun Ho dengan tatapan aneh. Eun Ho bertanya Kenapa menatapnya. Tae Woon
memikirkan Eun Ho yang Seragam sekolah dan
tidak bisa melakukannya, seperti tak percaya
“Berapa
banyak bayaranmu sampai mereka menyuruhmu pakai seragam sekolah?” ucap Tae
Woon.
“Bayarannya
lumayan. Mereka biasanya memang suka dengan yang memakai seragam.” Ucap Eun Ho
santai
“Wah, Ra
Eun Ho. Kau santai sekali mengatakannya. Apa Kau tidak malu” ejek Tae Woon tak
percaya
Eun Ho
ingin bicara tapi ponselnya kembal berdering dan berkata kalau sudah sampai dan akan segera pergi ke depan
perpustakaan, setelah itu beranjak pergi. Tae Woon hanya bisa melonggo melihat
Eun Ho yang terlihat santai tapi dirinya seperti gelisah, dan mencoba agar bisa
menyadarkan dirinya untuk tak peduli.
Eun Ho
duduk disamping seorang pria yang terlihat sangat tampan dari bibirnya. Jong Geun,
melihat gambar Eun Ho lalu memuji kalau
jago menggambar. Eun Ho yang terpana mengaku kalau Sejak masih kelas satu, sangat suka, lalu
Jong Geun menatap dalam-dalam Eun Ho.
“Apa Kau
tidak kepanasan? Kau lupa melepas helmmu.” Ucap Jong Geun. Eun Ho sangat malu
dan mencoba membuka helm sambl merapihkan rambutnya, tapi membuat kibasan
rambutnya mengenai wajah Jong Geun. Lalu membalikan badan sambil mengibaskan
rambut.
“Tadi kau
bilang sejak kelas satu kau apa?” kata Jong Geun.
“Sejak
aku kelas satu, Aku suka” ucap Eun Ho seperti mengutarkan perasaan pada Jong
Geun.
“Bukannya
sekarang kau harusnya belajar dengan keras? Kalau kau belajar keras, maka kau
juga bisa masuk kampus ini. Kuliah itu rasanya menyenangkan. Impianku sejak dulu
adalah.. pacaran begitu menjadi mahasiswa.” Ungkap Jong Geun.
Eun Ho
makin terlihat bahagia mendengarnya, dengan
percaya diri kalau dirinya juga seperti ingin pacaran dengan seniornya
juga itu. Jong Geun terlihat binggung,lalu menasehati Eun Ho harus belajar
keras..agar bisa diterima di kampusnya, dan ingin tahu peringat Eun Ho.Eun Ho
menatap langit meningat peringatnya.
Semua
melihat pengumuman peringat satu angkatan. Sa Rang berterika bahagia memanggil
Eun Ho kalau dirinya naik peringat 10 angka sekaran berada di nomor 270. Semua
murid hanya bisa melonggo melihat tingkah Sa Rang masih ada diperingat bawah
tapi bangg.
Akhirnya
Eun Ho mengaku pada Jong Geun kalau Belakangan lumayan naik. Jong Geun pun
memujinya dan mneceritakan kalau bukan maksud Pamer tapi menurutnya kampusnya
ini memang lumayan keren jadi Eun Ho harus masuk ke kampusnya.
Saat itu
Tae Won tiba-tiba datang langsung menarik Eun Ho, Jong Geun menahanya bertanya
Siapa pria yang tiba-tiba membawa Eun Ho. Eun Ho juga binggung melihat tingkah
Tae Woon. Tae Woon dengan nada tinggi memberitahu namanya Hyun Tae Woon dan
langsung memberikan pukulan pada Jong Geun.
“Hei...
Apa kau sudah gila? Dia masih remaja dan
ini masih siang. Bagaimana bisa kau mengencani anak di bawah umur?”
teriak Tae Woon. Eun Ho melonggo binggung mendengarnya.
“Sepertinya
kau salah paham.” Ucap Jong Geun dengan memegang waja terkena pukulan.
“Salah
paham apa maksudmu, DasarMesum. Kau suka berfantasi dengan seragam, Benarkan? Apa
Kau suka tonjokanku?!!”teriak Tae Woon ingin memberikan pukulan pada Jong Geun,
tapi Eun Ho langsung menghalangi dan membuat Tae Woon tak jadi memukul Jong
Geun.
Akhirnya
Eun Ho dan Tae Woon berjalan keluar kampus. Eun Ho mengomel dengan kata-kata
Tae Woon yang merasa Jong Geun mengencani anak di bawah umur menurutnya itu Benar-benar
tidak masuk akal. Tae Woon merasa sudah minta maaf.
“Kalau
minta maaf memangnyasemua beres?!! Dia pasti sangat kaget. Kalau wajahnya
tergores, Kau akan kubuat mati” tegas
Eun Ho membela
“Kalaupun
tergores pasti tidak akan kelihatan. Si kunyuk itu sama sekali tidak kelihatan tampan.”
Ejek Tae Woon. Eun Ho tak terima pria kebangganya di ejek kunyuk.
“Jangan
melucu.. Kau juga tidak ganteng.” Balas Eun Ho kesal. Tae Woon malah memberikan
tatapan melasnya.
Eun Ho
jari merasa bersalah akhirnya meminta maaf. Tae Woon lalu bertanya apakah Eun
Ho tidak mau mengambil sepedanya. Eun Ho mengingatnya, dan Tae Woon sudah lebih
dulu meninggalkanya.
Eun Ho
membawa sepeda dengan rantai yang lepas, pesan masuk kedalam ponselnya. Jong
Geun mengirimkan pesan “Aku tidak apa-apa. Pulanglah dengan selamat, Eun Ho.”
Eun Ho
tersipu malu membacanya, lalu seperti mulai mengingat yang dikatakan Jong Geun
sebelumnya “Saat aku kuliah nanti, maka aku mau berkencan denganmu”. Eun Ho pun
dengan senang hati akan menerimnya, lalu pesan dari Sa Rang masuk “Hasil ujian
percobaannya akan keluar besok.” Eun
Ho seperti terkena petir membacanya.
[SMA Geumdo]
Semua
anak murid berdiri dipapan pengumuman, Sa Rang mencoba masuk ke bagian
kerumunan paling depan. Ia pikir harusnya ada di peringkat pertama Kalau
peringkatnya rendah, maka tidak akan bisa makan siang duluan, bakan tidak akan
bisa masuk ke perpustakaan.
“Ini
menyebalkan. Kebahagiaan 'kan tidak Cuma tentang ranking.” Keluh salah satu
pelajar. Wanita dibelakang mengetahui
Dae Hwi peringkat satu lagi. Eun Ho hanya melhat dari lantai atas.
“Apa kau
senang, Tuan Peringkat Satu?” tanya Sa Rang seperti seorang reporter yang
sedang mewawancarai.
“Meraih
peringkat satu di sekolah tidak akan membuatku senang. Aku harus meraih juara
satu tingkat nasional.” Kata Dae Hwi, semua langsung bersorak mengejek. Dae Hwi
tertawa mengaku kalau hanya bercanda. Eun Ho seperti tak peduli karena sudah
tahu ada diperingkat paling bawah.
Guru Shim menuliskan di papan, “H-3 sebelum
ujian percobaan yang ketiga di bulan Mei” semua murid mulai mengeluh
membacanya. Salah satu mengeluh
menurutnya tak boleh seperti ini karena
mereka mengikuti ujian percobaan sebanyak 3 kali dalam sebulan bahkan Peringkat
mereka baru saja keluar. Semua pun
setuju mendengarnya.
“Jadi
ini.. Yah.. memang Benar apa yang kalian bilang, tapi jangan merasa tertekan.
Lakukan saja seperti yang biasanya kalian lakukan.” Kata Guru Shim menenangkan.
“Bagaimana
bisa kami tidak merasa tertekan, kalau hasilnya diumumkan begitu? Semua orang
bisa tahu hasilnya. Ini tidak masuk akal.” Kata Eun Ho. Semua pun juga setuju.
Sa Rang duduk didepanya memberikan jempol
“Bapak
akan mencoba bicara dengan guru-guru yang lain. Jadi Itu saja dulu.” Kata Guru
Shim lalu keluar dari kelas, Semua berteriak memanggil gurunya. Sementara Tae
Hwon yang duduk di dekat jendela seperti tak peduli.
“Dia akan
membuat kita ujian empat kali mulai bulan depan.” Ucap pria yang duduk dibelakang
Eun Ho.
Salah
seorang murid mencari sesuatu di bawah mejanya, seperti kehilangan sesuatu dan
berteriak pada Kyung Woo untuk tak memainkan gitarnya karena berisik, lalu
dengan nada tinggi bertanya Siapa yang mengambil catatannya.
Ia
langsung mengobrak gambrik semua loker untuk memeriksa, semua langsung
berteriak memperingatinya. Si wanita terus bertanya siapa yang mengambil den
menyuruh agar segera mengembalikanya.
“Diamlah
kau. Menyebalkan sekali.”ucap seorang wanita tanpa mengancin seragamnya lalu
keluar dari ruangan dengan genkny.
“Jawabanku
jadi salah semua karena suasananya membuatku terganggu!” ucap pelajar pria
kesal.
“Memang
kapan kau pernah menjawab dengan benar?” teriak si wanita dengan wajah kesal. Pria
lain merasa Si wanita itu lebih berisik yang terus mencari dalam loker.
“Memangnya
cuma dia satu-satunya yang belajar.” Ucap teman yang duduk dibelakanya. Si
wanita tak terima dan yakin kalau temanya itu yang mengambilnya dan mereka siap
untuk berkelahi. Semua anak pun mencoba merelai termasuk Eun Ho.
Rapat Guru
Guru Shim
memberitahu kalau Anak-anak ini tidak bisa dianggap remeh. Kepala Sekolah Yang
Dong Ji pikir mereka hanya perlu melemparkan air ke wajah mereka dan membuat
mereka sadar dengan memberikan 4 ujian percobaan mulai sekarang.
“Kenapa
tidak beri saja mereka 4 ujian mid dan ujian akhir? Dan Juga ujian akhir pekan
dan ujian di waktu liburan.” Kata Guru
Park Myung Deok.
“Anak-anak
merasa kesal karena banyak sekali ujian.” Kata guru Shim
“Itu
bagus! "Lihat seberapa keras kita menyuruh anak-anak untuk belajar.Peringkat
mereka akan terus naik." Kita harus menunjukkan pada Pak Direktur..” kata
Kepsek Yang.
“Siapa
yang akan peduli soal grafik nilainya?”
komentar Guru Jung. Semua guru hanya bisa melonggo, saat itu bel berbunyi dan
akhirnya mereka pu bubar.
Guru Park memanggil Guru Shim agar menempelkan
grafiknya di papan buletin utama, karena Direktur akan datang dalam waktu
dekat. Guru Shim pun tak bisa menolak atas perintah dari seniornya.
Guru Shim
memasang sendiri dan mengomel dengan pihak sekolah yang mengadakan
4 kali ujian percobaan, menurutanya Anak-anak bisa gila dan Lupakan soal
direktur, tapi dirinya tak bisa mengatakan hal itu. Saat itu Direktur datang
dengan kepala sekolah, Guru Shim pun buru-buru menuruni tangga. Direktur Hyun
melihat “Rata-rata nilai: Nasional, Seoul, Geumdo”
“Ini akan
menjadi motivasi yang bagus untuk anak-anak. Nilai rata-rata mereka naik sejak
kita menempelkannya.” Jelas Kepsek Yangmerasa sedikit bangga.
Direktur Hyun pun bersyukur mendengarnya, tapi
wajahnya terlihat kecewa melihat di peringkat 288 Hyun Tae Woon, lalu pergi
dengan wajah cemberut. Guru Park memarahi Guru Shim yang seharusnya tidak
memasukkan nama Tae Woon.
(H-2 sebelum ujian percobaan)
Sa Rang
duduk di depan Eun Ho merasa Sekolah ini makin gila saja. Eun Hoo juga mau
gila. Sa Rang pikir Eun Ho itu tak
pernah mencemaskan soal ujian jadi pasti tak peduli. Sa Rang menjelaskan kalau
dirinya harus masuk Universitas Hanguk. Sa Rang seperti salah mendengarnya.
“Universitas
Hanguk. Aku harus masuk ke sana.” Kata Eun Ho, Sa Rang pikir Eun Ho sudah gila
menurutnya tak mungkin temanya bisa masuk ke univesitas unggulan.
“Dia akan
berkencan denganku kalau aku masuk ke kampus yang sama dengannya.” Kata Eun Ho.
Sa Rang tak percaya kalau Jong Geun Sunbae benar-benar mengatakan itu. Eun Ho
membenarkan.
“Dia
mengatakan sesuatu yang miriplah.” Kata Eun Ho.
“Bukannya
dia mau berkencan saja? Bukan karena dia ingin berkencan denganmu?” kata Sa
Rang.
Eun Ho
mengingat ucapan Jong Geun sebelumnya “Kuliah itu menyenangkan sekali. Impianku
adalah menjadikanku sebagai pasangan kampusku. Impianku adalah punya pacar satu
kampus.”
“Ah.. Pokoknya,
aku benar-benar ingin masuk Universitas Hanguk bersama Jong Geun Sunbae.” Ungkap
Eun Ho penuh keyakinan.
“Terserahlah..
Kau tidak akan berhasil. Bahkan setelah sejuta tahun sekalipun.” Ucap Sa Rang
sudan mengenal temanya.
“Kenapa
tidak? Aku ingin masuk Universitas Hanguk pokoknya” tegas Eun Ho.
“Kalau
aku jadi kau, aku akan mengatakannya dalam hati saja..” bisik Sa Rang.
“Biar Bapak
beritahu kau... Kalau kau diibaratkan daging sapi, maka kualitasmu bahkan tidak
cukup bagus untuk dijadikan makanan anjing. Dan, orang yang ada di level 6 di
sekolah, bahkan seharusnya tidak diperlakukan sebagai manusia. Jadi berani
sekali kau bicara di dalam kelas?” ucap Guru Goo.
Sa Rang
terlihat sangat marah karena Manusia itu bukan daging, bahkan dianggap sebagai Makanan
anjing, lalu berpikir membuat Gurunya mencicipi rasa kematian, bakan
menurutanya berada di level 6 itu tindakan kriminal. Eun Ho hanya diam dan
berdiri depanya.
“Eun Ho.
Jangan biarkan dia membuatmu putus asa. Apa yang salah dengan barisan 6
memangnya?” kata Sa Rang sambil memeluknya.
“Tidak
masalah... Aku tidak putus asa, Tapi aku
malu, jadi bicaralah dengan suara pelan,
Mari bersikap tenang, mengerti?” kata Eun Ho sambil mencekik leher temanya. Sa
Rang melihat ibunya sebagai pembersih sekolah, Eun Ho pun melepaskan tanganya
tapi setelah Ibu Sa Rang pergi kembali mencekiknya.
Saat itu
Dae Hwi datang dengan pacarnya menyapa keduanya, lalu berkata pada Eun Ho kalau
akan lulus masuk ke Hanguk. Eun Ho melonggo mendengarnya. Sa Rang merasa kalau
salah menilai Dae Hwi. Dan memperingatakan agar Jangan menggoda temanya.
“Ada apa
sih dengan pacarmu ini?” kata Sa Rang pada pacara Dae Hwi, Hong Nam Joo hanya
mengelengkan kepala tak peduli lalu berjalan pergi.
“Mereka
baru saja membuat jurusan Webtoon Media. Kalau menang kompetisinya, maka kau
bisa masuk. Kau 'kan jago menggambar. Aku dengar itu saat aku berkunjung ke
sana.” Kata Dae Hwi
“Hei! Dia
ini level 6! Deretan keenam!” teriak Sa Rang tak ingin Dae Hwi memberikan
temanya angan-angan belaka.
Eun Ho
menarik Sa Rang agar tak banyak bicara lalu ingin tahu tentang kompetisi. Dae Hwi
mengeluarkan ponselnya, Akan mengkirimkan link dan berharap Semoga berhasil.
Eun Ho
melihat poster (Kompetisi Membuat Komik Universitas Hanguk) lalu kepalnya langsung
di penuhi tentang Webtoon, Penerimaan, Kompetisi! Dan seperti ada kembang api
dikepalanya karena sudah bahagia membayangkanya. Ia pun menyakinkan diri kalau punya
kesempatan.
Eun Ho
duduk ditaman sambil mengambar, saat itu pundaknya ditepuk. Jong Geun
berkomentar kalau Eun Ho yang berhasil juga dan sudah tahu kalau akan berhasil,
lalu tiba-tiba mengungkapkan perasaan kalau menyukai Eun Ho. Eun Ho melonggo
mendengarnya dan mengetahui Jong Geun yang sduah punya pacar.
“Soal
cinta, ada yang namanya orang baik dan orang-orang jahat. Aku ingin mencoba
menjadi seorang pria jahat (bad boy)” kata Jong Geun. Eun Ho tak percaya dan
bertanya sudah berapa lama, saat itu Jong Geun seperti ingin mendekat wajah Eun
Ho tapi ternyata hanya mengambil spidol
“Sudah
lama aku menyukaimu.” Akui Jong Geun sambil membuat sebuah tahi lalat di pipi
Eun Ho, seperti drama perselingkuhan.
Tiba-tiba
terdengar suara dari belakang “Hal menjijikkan macam apa itu?” Eun Ho tersadar
dari khayalanya dan melihat Tae Woon sudah mengambil buku gambarnya. Tae Woon
melihat gambar Eun Ho sambil mengejek apa yang dalam pikirkan sampai membuat
cerita yang menjijikan. Eun Ho mengancam akan menghajarnya jadi menyuruh agar
mengembalikanya.
“Cerita
ini harusnya jadi novel saja. Lihat
hidung ceweknya, kenapa mancung sekali.” Ejek Tae Woon. Eun Ho menyuruh agar
Tae Woon agar jangan melihatnya.
“Namanya
Eun Hwa? Ini maksudnya kau 'kan? Tentu. Ceritanya tentu saja harus mirip dengan
novel.” Kata Tae Woon yang percaya kalau bukan Eun Ho.
“Ini "Ho".
Namaku "Eun Ho".” Kata Eun Ho. Tae Woon sambil berjalan percaya kalau
namanya Eun Hwa.
“Memangnya
apa yang salah dengan ini? Ini adalah novel.” Kata Eun Ho melihat gambarnya.
(H-1 sebelum ujian percobaan yang ketiga)
Ibu Sa
Rang sambil membersihkan toilet menurutnya Novel sekali dan Ini benar-benar
baru. Sa Rang mengeluh ibunya yang berkomentar,
Eun Ho memikirkan Sebuah kisah yang mirip novel, menurutnya Kalau cerita
cinta sudah terlalu banyak tapi Action terlalu sulit digambar.
“Dan
cerita medis.... Aku tidak mau mempelajarinya. Bagaimana kalau aku menulis cerita
erotis saja?” kata Eun Ho mengoda
“Hei.. Ciuman
saja kau tidak pernah.”ejek Sa Rang. Ibu Sa Rang memberitahu kalau anaknya sudah
pernah ciuman waktu masih SMP. Sa Rang malu meminta ibunya agar tak membuka
rahasinya.
“Sebuah
kisah seperti dalam novel.” Kata Eun Ho memikirkanya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar