Bong Hee
yang melihat Ji Wook kesakitan langsung naik ke lantai atas membawa nampan. Ji
Wook heran melihat yang dilakukan Bong Hee padanya. Bong Hee menegaskan bahwa
Ji Wook tidak boleh bekerja sampai sepenuhnya pulih. Ji Wook mengaku sungguh
baik-baik saja dan mereka harus rapat sekarang.
“Dokter
bilang kau tidak boleh bekerja sekarang. Kau dikeluarkan dengan syarat itu.”
Ucap Bong HEe.
“Aku
sungguh baik-baik saja. Aku bisa mengurus diriku sendiri...” ucap Ji Wook. Bong
Hee mengatakan akan mengurusnya sebagai rekan kerja.Ji Wook menolak dan Bong
Hee juga tak akan menerima penolakan Ji Wook.
“Aku akan
merasa bersalah jika aku tidak boleh mengurusmu. Aku akan terus memukuli diriku
sendiri karena berpikir kau yang terluka bukannya aku. Haruskah aku melakukan
itu?” ucap Bong Hee.
Ji Wook
akhirnya kembali duduk, Bong Hee menyuruh Ji Wook agar Makan buburnya dulu,
lalu minum obatnya dengan air putih. Ji Wook menolak karena tidak suka bubur.
Bong Hee dengan gugup akan menyuapinya, Bong Hee menyuruh Ji Wook segera makan.
Ji Wook pun menurutinya.
Ji Wook
ingin menganti perban di lukanya, Bong Hee akan menolongnya, Ji Wook kembali
menolak Bong Hee tahu kalau pasti sangat sulit baginya. Ji Wook tetap menolak
karena bisa melakukannya sendiri.
Bong Hee
memberikan obat lalu menempelkan plester pada luka Ji Wook. Hari berikutnya,
Bong Hee juga membantu Ji Wook menganti perban Ji Wook mengaku geli dan benar-benar
berjuang untuk menahan diri. Setelah selesai Tuan Bang naik ke lantai atas dan
Bong Hee pun menuruni tangga.
Tuan Bang
berbicara serius pada Ji Wook kalau Tak ada yang pasti karena itu terjadi
sangat lama. Namun ada kemungkinan itu kebakaran yang tak disengaja, bukan
karena dibakar seseorang dan Hanya itu kesimpulan terbaik saat ini.
“Bagaimana
seharusnya... aku menjelaskan ini ke Bong Hee?” ucap Ji Wook merasa gugup. Tuan
Bang hanya bisa menatapnya.
Ji Wook
menemui Bong Hee mengaku Ada sesuatu yang ingin dikatakan jadi meminta agar
meluangkan waktunya setelah bekerja. Bong Hee pun mengaku bisa meluangkan
waktunya. Keduanya pun duduk di meja makan dengan saling menatap.
“Alasan
kebakarannya masih tidak diketahui. Tapi satu hal yang pasti adalah bahwa
ayahmu...bukan pelaku pembakaran...yang membunuh... orang tuaku. Sebenarnya,
itu kebalikan dari yang diperkirakan. Dia menyelamatkan nyawaku dan
meninggal... saat menyelamatkan orang tuaku.” Ucap Ji Wook. Bong Hee
berkaca-kaca mendengarnya.
“Lalu...
Kenapa...ayahku... dituduh membunuh mereka? Apa sebenarnya yang terjadi?” ucap
Bong Hee binggung.
“Itu
karenaku... Aku... membuat kesalahan saat bersaksi. Aku bilang kalau ayahmu
adalah pelakunya. Aku memberi informasi yang salah saat bersaksi.” Kata Ji Wook
memberanikan diri mengatakanya
Bong Hee
benar-benar tak percaya dan ingin tahu alasanya Ji Wook melakukan hal itu. Ji
Wook sempat terdiam menahan air matanya. Bong Hee meminta Ji Wook segera
menjawabnya pertanyaan
“Apapun
yang kukatakan akan jadi alasan.” Kata Ji Wook. Bong Hee pun ingin tahu alasan
Ji Wook yang sebenarnya.
“Tolong
katakan sesuatu.. Lakukan apapun yang bisa membuatku paham.” Kata Bong Hee
penasaran.
Flash Back
Ji Wook
yang masih kecil duduk didepan Jaksa Jang, lalu Jaksa Jang memberikan sebuah
foto Tuan Eun dengan memastikan agar
bisa mengenalinya yaitu ia adalah pria yang membunuh ayah dan ibunya.
“Kurasa...Aku
kehilangan ingatan sementara... karena shock oleh insiden saat itu. Pengacara
Distrik, Jang Moo Young,yang menyalahtuduh ayahmu...harus menyembunyikan
kesalahannya. Oleh karenanya.., dia mungkin menyalahkan ayahmu atas
kebakarannya karena dia ditemukan di TKP.”jelas Ji Wook
“Tentang Penuntutan...
Saat itu, penuntutan lebih tak kenal ampun terhadap kesalahan dibanding
sekarang ini...Tidak, tapi... Itulah orangnya. Dialah pelakunya. Apapun alasan
yang kuberikan, ini semua benar-benar...kesalahanku.” ucap Ji Wook
Bong Hee
berjalan keluar sambil menangis seperti tak menyanka kenyataan yang terjadi
bahwa ayahnya dituduh sebagai pembunuh atas penyataan saksi Ji Wook saat masih
kecil. Dan Ji Wook seperti merasa bersalah dengan penyataan sebagai saksi
membuat ayah Bong Hee ditetapkan menjadi seorang pembunuh.
Ji Hae
duduk sambil meminum bir dengan wajah sedih merasa pasti sudah melakukannya
terlalu cepat ambil menatap ponselnya dan Eun Hyuk bahkan tidak menelepon lalu
mengumpat kesal. Saat itu Bong Hee baru
saja pulang, dan tak percaya melihat Ji Hae yang menangis.
“Setidaknya,
pura-puralah kau tidak melihatnya. Kenapa kau mau menangis juga?” keluh Ji Hae
mengaku baik-baik saja dengan melihat Bong Hee menangis.
“Kau
tidak harus menangis karenaku. Aku tidak sesedih itu.” Ungkap Ji Hae. Bong Hee tetap saja menangis tap
akhirnya memeluk Ji Hae dan keduanya sama-sama menangis dengan alasan yang
berbeda.
Eun Hyuk
membawakan kotak berkas dan berjalan pulang dengan Yoo Jung. Yoo Jung pun
merasa kalau Eun Hyuk jadi bersikap baik
kepadany sejak tadi. Eun Hyuk mengaku Ini karena kebetulan bertemu dengannya
dan tak ada yang tahu harus membawa file
ini.
“Omong-omong,
apa kau mau membaca file ini lagi di rumah? Tidakkah kau pikir kau bekerja
terlalu keras?” kata Eun Hyuk khawatir.
“Eun
Hyuk... Apa ini sungguh kebetulan? Kau selalu membantuku tiap kali aku memiliki
waktu yang susah. Apa Ini benar-benar kebetulan?” kata Yoo Jung. Eun Hyuk
membenarkan kalau semua hanya kebetulan.
“Aku
mengerti kalau begitu dan pasti sudah salah paham. Kita ini hanya teman dan
hanya teman yang baik.., kan?” ucap Yoo Jung. Eun Hyuk membenarkan.
Akhirnya
Yoo Jung masuk ke dalam rumah lalu dengan sedikit kecewa merasa kalau sudah
melakukan hal yang benar. Sementara Eun Hyuk menoleh ke arah rumah Yoo Jung seperti
sudah membuat keputusan yang benar.
[Kantor
Kejaksaan Daerah Sunho]
Jaksa
Jang dengan sinis langsung menanyakan alasan Tuan Byun datang ke kantornya. Tuan
Byun pikir jaksa Jang tidak perlu jelas-jelas membencinya tapi datang bukan
karena menyukainya. Jaksa Jang pikir sebaiknya Tuan Byun segera pergi saja.
“Haruskah
aku pergi tanpa memberi tahu tujuanku datang? Setidaknya aku harus beritahu
alasanku.” Ucap Tuan Byun. Jaksa Jang pun menyruh Tuan Byun memberitahu saja.
“Aku...akan
memberitahumu sesuatu yang tidak ingin kau dengar dan akan melukai perasaanmu. Anakmu,
Hee Jun...” kata Tuan Byun langsung disela oleh Jaksa Jang.
“Pergilah
jika kau hanya mau bicara omong kosong.” Tegas Jaksa Jang marah
“Kau
benar-benar salah... Bong Hee bukan pelakunya. Apa Kau tahu pria yang
kehilangan ingatan itu? Namanya Jung Hyun Soo. Dialah orangnya.” Kata Tuan
Byun.
Jaksa
Jang tak mengerti maksud ucapan rekan kerjanya itu. Tuan Byun tahu sifa Jaksa
Jang yang tidak peduli, berpikiranselalu benar dan tak pernah mendengarkan
orang lain, tapi menurutnya Jaksa Jang itu tidak bodoh jadi Pikirkan baik-baik.
“Jika kau
melihat semua bukti tidak langsung maka kau akan sadar kalau Jung Hyun Soo adalah
pelakunya. Jadi, lihatlah kasusnya dengan seksama dan berhentilah mengusik Ji
Wook dan Eun Bong Hee. Ji Wook terlahir untuk jadi jaksa, Kembalikan dia lagi.”
Ucap Tuan Byun.
Jaksa
Jang yang sedari tadi hanya diam saja melihat kembali berkas Laporan Insiden
yaitu Kasus Pembunuhan Jang Hee Jun di Apartemen Supa, melihat bukti dan
membuka kembali berkas Kasus Pembunuhan Tanki Air di Apartemen Supa. Saat itu
seperti memang melihat ada sebuah kesamaan tertuju pada Hyun Soo dan langsung
keluar dari ruangan.
Saat itu
Bong Hee dan Jaksa Jang kembali berpapasan. Bong Hee mengaku baru saja mau
mengunjunginya dan Ternyata malah bertemu di lorong. Jaksa Jang pun merasa tak
percaya kalau Bong Hee sengaja datang ingin menemuinya.
“Aku mau
memberi tahu kalau Anda harus memimpin hidup yang lebih baik.” Ucap Bong Hee.
Jaksa Jang binggung mendengarnya.
“Ayahku
adalah Eun Man Soo.” Ucap Bong Hee. Jaksa Jang kaget kalau Bong Hee adalah anak
dari Eun Man Soo.
“Dia
adalah kambing hitam yang Anda gunakan untuk menutupi kesalahan Anda. Akulah
anaknya.” Tegas Bong Hee. Jaksa Jang ingin bicara tapi Bong Hee meminta agar
Jaksa Jang mendengarkan saja.
“Ayahku...tidak
pernah jadi pelaku pembakaran. Aku juga bukan pembunuh anak Anda. Tapi Anda
pikir, Anda selalu benar dan tidak pernah salah. Yang lebih Parahnya, Anda
bahkan memalsukan bukti dan menganiayanya.” Ucap Bong He benar-benar marah
“Apa Anda
pernah berpikir bagaimana hidup dari keluarga yang sudah Anda hancurkan Atau
bagaimana ibuku hidup? Apa Anda pernah berpikir betapa sulitnya hidupku karena
yang sudah Anda lakukan kepadaku? Anda tidak tahu, kan? Dan ternyata anda juga
Tidak tertarik.” Kata Bong Hee. Jaksa Jang hanya diam saja.
“Aku akan
memberitahu lagi. Ayahku...tidak bersalah dan tidak melakukan kesalahan.
Andalah...yang membuat kesalahan.” Tegas Bong Hee.
Ji Wook
naik ke lantai atas membawa buku, Bong Hee datang membawakan alat untuk
menganti perban. Ji Wook langsung menolak karena merasa baik-baik saja. Bong
Hee akhirnya menaruh di meja dan meminta agar Ji Wook duduk dan memohon agar bisa
mendengarkanya.
“Bukankah
kau merasa...bersalah kepadaku?” ucap Bong Hee. Ji Wook membenarkan.
“Aku
tidak tahu harus bagaimanajika ada di sekitarmu. Aku tahu kalau kesalahan
Pengacara Distrik lebih besar dari kesalahanmu. Bagaimanapun..,memang benar
kalau kau sudah membuat kesaksian yang salah soal ayahku.” Ucap Bong Hee. Ji
Wook pikir benar.
“Jadi,
tunggulah keputusanku... Entah aku harus memaafkanmu atau aku harus
membiarkannya saja.” Kata Bong Hee menyuruh Ji Wook duduk kembali.
“Bong Hee..
Aku bisa melakukannya sendiri. Jangan khawatir soal ini.” Ucap Ji Wook. Bong
Hee pun membiarkan dan akan pergi.
Ji Wook
menarik tanganya seperti tak ingin Bong Hee pergi, ia pun mengucapakn Terima
kasih pada Bong Hee yang telah kembali. Bong Hee mengaku kalau tidak kembali
selamanya tapi hanya mencoba untuk memisahkan pekerjaan dan perasaan dan
memberi dirinya waktu untuk memilah-milah pikirannya. Ji Wook merasa kalau ini
lebih dari cukup baginya, keduanya hanya bisa saling menatap.
Tuan Byun
kembali bicara dalam rapat meminta mereka agar mengatakanya, kalau mereka bisa
segera menetap. Eun Hyuk mengela kalau bukan begitu cara kerjanya dan
meremehkan Tuan Byun yang sudah berpengalaman puluhan tahun. Tuan Byun merasa
kala itu cara penyelesaiannya pada saat itu.
“Bisakah
kita mulai rapatnya?” kata Tuan Bang, Bong Hee mengaku kalau itu yang ingin
dikatakan juga. Tuan Byun menyuruh si Nona Kurang Bukti, diam.
“Astaga!!!!
Fokuslah ke rapat, tolong! Kalian berisik sekali.” Teriak Ji Wook lalu memarahi
Jae Hong malah merekam semua yang ada dalam rapat.
“Hei,
harusnya kau bilang sedang direkam... Aku harus kelihatan cukup bagus.” Ungkap Tuan
Byun yang genit mengarahkan pada wajahnya pada kamera.
Bong Hee
melihat kembali rekaman yang dibuat oleh Jae Hong, lalu sengaja mengedit hanya
dibagian Ji Wook yang sedang marah, ada sedikits senyuman tapi terlihat sedih.
Ji Wook
bertemu dengan Hyun Soo bertanya lebih dulu apakah mengenalinya dan merasa
kalau Ingatan Hyun Soo pasti sudah kembali. Hyun Soo mengaku kalau itu berkat
Ji Wook juga. Ji Wook pikir Hyun Soo harus tahu juga yang akan dikatakanya.
“Tak ada
lagi lubang untuk kau lewati untuk menyelamatkan diri.Kau dituduh atas dua
percobaan pembunuhan..,termasuk yang kau lakukan kepadaku.Dan akan kupastikan
untuk membuktikan kau membunuh orang-orang itu. Jadi...lebih baik kau mengaku,
Bajingan.” Ungkap Ji Wook.
“Sistem
(hukum) di negara kita ini penuh ampunan kepada orang yang mengaku dan mengakui
perbuatan salahnya. Tapi secara pribadi, kurasa bajingan sepertimu tidak layak
menerima ampunanku. Kenapa? Apa Kau masih tidak tahu? Apa Kau tidak paham apa
yang terjadi?” ungkap Ji Wook
“Bukan.. Bukan
begitu... Ini hanya spekulasi tapi seseorang mungkin saja masih ada di pihakku.
Jadi karena itulah...” ungkap Hyun Soo. Ji Wook terlihat keluar dari ruangan
dengan tatapan penuh arti.
[Kantor
Kejaksaan Daerah Sunho]
Yoo Jung
kembali bertemu dengan Hyun Soo yang akhirnya memutuskanuntuk bicara. Hyun Soo
lalu mengaku yang Pertama adalah kalau ia memang yang membunuh mereka semua,
lalu mulai bertanya-tanya sendiri Siapa dulu yang harus memulai di bicarakan.
“Kita
pertama bertemu saat kasus Yang Jin Woo..,jadi haruskah kita mulai dengan itu?”
kata Yoo Jung. Hyun Soo pikir bukan.
“Apartemen
Supa. Aku harus mulai dengan Apartemen Supa. Kau hanya bisa mengkonfirmasi satu
jasad yang ditemukan di sana, kan? Haruskah aku beritahu siapa satunya lagi?”
kata Hyun Soo.
“Tak ada
alasan bagiku untuk berkata tidak.” Ucap Yoo Jung, Hyun Soo pun menganguk
mengerti.
“Namanya
Sung Jae Hyun... Dia dan Jin Woo satu sekolah dan Silakan periksa.” Kata Hyun
Soo. Yoo Jung seperti tak begitu yakin.
“Aku
masih belum selesai...Beraninya kau memotong pembicaraan?.. Ada satu lagi...
Apa namanya Jang Hee Jun? Aku cukup yakin dia Jang Hee Jun. itulah namanya.” Ucap
Hyun Soo, saat itu jaksa Jang sedang mendengarnya dari ruang kontrol penyataan
dari Hyun Soo.
“Mulanya..,aku
tidak bertujuan membunuhnya. Aku sedang melakukan hal membunuhdi atap dan
seseorang menyaksikannya. Itulah Eun Bong Hee. Jadi aku mencoba membunuhnya tapi
aku bukannya bertemu dengannya, malah bertemu pria mabuk. Aku akhirnya
menusuknya dengan pisau dan dia pingsan sambil menangis.” Cerita Hyun Soo.
Hyun Soo
ingat kalau Hee Jun berkata "Ayah, selamatkan aku...Ayah, tolong aku....
Aku takut." Dan terus menangis. Lalu mengejek Hee Jun itu pria itu cengeng
sekali dan merasa tidak tahan jadi menusuk lagi dan membunuhnya.
Tuan Jang
mendengar penyataan Hyun Soo langsung masuk ruangan dan menantap foto anaknya,
lalu menangis sambil memeluk foto Hee Jun. Bong Hee berbicara di telp dengan
Jaksa Na kalau sedang di jalan menuju kantornya sekarang. Saat itu tak sengaja
bertemu dengan Jaksa Jang.
“Maafkan
aku.” Ucap Jaksa Jang merasa bersalah
“Aku
takkan menerima permintaan maafmu.” Tegas Bong Hee yang sangat sakit hati
dengan Jaksa jang. Jaksa Jang pun bisa menerimanya.
Hyun Soo
baru keluar dari ruangan interogasi, Seorang pria berbisik lalu menarik Hyun
Soo untuk pergi. Hyun Soo bertanya mau kemana dibawanya dengan tangan
terborgol. Di parkiran, Mobil Jaksa Jang sudah menunggu dan menurunkan jendela
mobil dengan tatapan sinis. Hyun Soo akhirnya masih mobil dan pergi dengan
Jaksa Jang, tatapan seperti mengejek pada Jaksa Jang yang melakukan pada
dirinya karena jabatan.
Ji Wook
masuk ke dalam kamar lalu membuka kembali lemari pakaian dan mengeluarkan jubah
jaksa yang disimpan selama ini sambil mengingat seseorang yang menelp
sebelumnya.
“Saya menelepon dari Departemen HR di
Kementrian Kehakiman.Saya ingin memberitahumu kalau Anda...lulus ujian
perekrutan jaksa berpengalaman.”
Bersambung ke episode 37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar