Eun Ho
masuk ke dalam ruang guru melihat sosok pria yang mengunakan jaket menutup
wajahnya. Si pria melemparkan lem ke dalam api dan membuat api sedikit
membesar, lalu memecahkan jendela dengan kursi. Eun Ho hanya bisa ketakutan
melihatnya.
Si pria
misterius langsung melompat lewat jendala yang pecah, Eun Ho berlari ke jendela
ingin melihat tapi saat itu lampu ruangan menyala dan Guru Ko datang dengan
beberapa polisi. Eun Ho dan Guru Koo sama-sama kaget karena bertemu dalam
ruangan.
Beberapa
murid langsung menatap sinis saat melihat Eun Ho berjalan dn dibelakangnya Sa
Rang yang menemaninya. Guru Koo berjalan lebih dulu depan. Semua langsung
berbisik sinis pada Eun Ho yang melakukan hal keji di sekolah mereka selama
ini.
“Apa Dia
pelakunya? Aku tak percaya... Ra Eun Ho sangat sesuatu.” Komentar Nam Joo
dengan nada mengejek.
“Dia
memang keren sejak awal.” Balsa Duk Soo. Saat itu Guru Koo bisa mendengar
komentar anak murid dan langsung memperingatkan dengan kayunya agar jangan
banyak bicara. Semuanya akhirnya memilih untuk masuk ke dalam kelas.
Eun Ho
berjalan melewati Dae Hwi dan Hee Chan yang berdiri didepan kelas dengan wajah
tertunduk. Hee Chan merasa Aneh sekali
karena Eun Ho yang memecahkan jendela menggunakan kursi. Dae Hwi juga merasa
kalau para guru itu salah menangkap
pelakunya.
Eun Ho
keluar dari sekolah terus mengikuti Guru Ko, Byung Goo yang melihat Eun Ho
bertanya-tanya apakah Eun Ho itu melakukannya sendiri layaknya seperti seorang
Avenger atau yang lainnya. Tae Woon berkomentar kalau bukan Eun Ho pelakunya.
Byung Goo heran mendengar komentar Tae Woon.
“Byung
Goo... Tidak mungkin seorang wanita pelakunya... Pikiranmu sangat sederhana.”
Kata Tae Woon.
“Kalau
begitu, apa dia bekerja sama dengan orang lain?” ucap Byung Goo.
“Aku 'kan
bilang bukan dia...” tegas Tae Woon seperti mengetahui sesuatu lalu mengeluh
temanya yang sangat menyebalkan.
Eun Ho
seperti di sidang oleh para guru di dalam ruangan olahraga, Kepsek Yang
langsung mengomel menuduh Eun Ho itu seperti seorang gangster atau semacamnya
dan menurutnya Hanya seorang komunis yang akan melakukan sesuatu seperti ini.
Eun Ho dengan dan merengek kalau bukan ia pelakunya.
“Aku
pergi kesana untuk mengambil buku gambarku. Malam itu dia kabur.” Jelas Eun Ho.
“Tidak
ada seorangpun yang melihat dia kabur. Kau sendirian di tempat kejadian.” Ucap
Guru Goo
“Seorang
filsuf mengatakan dalam bukunya, mungkin kau dapat menangkap pencuri di luar, tapi
kau tidak dapat menangkapnya di dalam. Tidak benar kita mencurigainya sebelum
semuanya pasti.” Ucap Guru Shim membela
“Kita
sudah memiliki buktinya. Dia tertangkap basah” tegas Kepsek Yang
“Jangan
bersikeras. Kau membantah pun, pada akhirnya akan ketahuan juga. Kau melihat
rapat pemerintah, 'kan? Mereka yang membantah dan bertingkah seolah tidak
bersalah akhirnya dipenjara.” Jelas Guru Park
Eun Ho
berusaha kembali menyakinkan kalau bukan dirinya. Kepsek Yang berteriak kalau
sudah yakin Eun Ho adalah pelakunya. Guru Park pikir semua Ini seperti rumus
matematika yaitu Siswa dengan ranking rendah biasanya anak nakal. Eun Ho merasa
kalau semua itu tak benar.
“Orang
dewasa yang dulunya sering bermasalah. sekarang menjadi orang-orang penting di
sekolahnya.” Tegas Eun Ho membela diri
“Jadi...
apa kau bangga menyelinap masuk ke ruang guru?” teriak Guru Yang.
“Jika kau
tidak mau mengaku, jangan lakukan hal yang aneh-aneh, Sekarang kau bisa memilih
antara harus DO atau mengaku.” Ucap Guru Park. Eun Ho berteriak kaget, Guru
Shim pun dibuat kaget dengan keputusan pada guru.
Eun Ho
langsung memukul dinding penuh tananam setelah akan di putuskan untuk sekolah.
Guru Shim seperti ikut binggung meminta Eun Ho tenang. Eun Ho merengek pada
Guru Shim kalau bukan pelakunya. Guru Shim tahu dengan hal itu.
“Mereka
ingin mengeluarkanku dari sekolah.” Ucap Eun Ho panik. Guru Shim meminta agar
Eun Ho Jangan memikirkan itu.
“Tidak
masuk akal jika kau pelakunya. Berada di TKP bukan berarti kaulah pelakunya. Apakah
bau alkohol selalu menunjukan seseorang yang mabuk?” kata Guru Shim berusaha
menyakinkan.
“Tapi Bukankah
memang begitu?” kata Eun Ho. Guru Shim pikir benar juga lalu mulai berusaha
menjelaskanya.
“Bagaimanapun,
mereka tidak bisa melakukannya dengan bukti yang konyol. Kita ini hidup di
negara Demokratis.” Ucap Guru Shim.
Eun Ho
pun heran pada Guru Shim yang tidak mengatakannya saat disana. Guru Shim pun
juga merasa kesal karena memang seharusnya melakukan itu, Eun Ho kesal Gurunya
hanya selalu mengatakannya "Benar juga" lalu menangis di dinding.
“Eun Ho..
Tenanglah, bapak akan berusaha menyelesaikannya.” Ucap Guru Shim
menyakinkannya.
Guru Shim
bertemu dengan Guru Koo yang menanyakan sebenarnya apa yang akan terjadi pada
Eun Ho. Guru Shim yakin kalau Eun Ho bukanlah orang yang seperti itu bahkan
tidak mungkin melakukannya sendirian menurutnya Ini tidak masuk akal. Guru Koo
seperti masih tak begitu yakin.
“Menurutku
dia tidak mungkin.... tapi Pasti dia memiliki komplotan. Mungkin... dia kabur
duluan dan Eun Ho gagal melakukannya.” Ucap Guru Koo
“Itu
belum pasti. Aku pikir terlalu kejam jika mengeluarkannya dari sekolah.” Ungkap
Guru Shim
“Guru
bukanlah seorang pelayan... Tidak seharusnya kau...melindungi dirinya apapun
yang terjadi.” Kata Guru Koo
“Aku
gurunya... Dan aku merasa tidak kompeten.” Balas Guru Shim.
“Bagaimana
kau membukitan bahwa dia tidak bersalah? Kau tidak kompeten untuk
membuktikannya.” Ucap Guru Koo.
Eun Ho
yang kesal mencoba untuk mencuci wajahnya, lalu Tae Woon mendekat sambil
bertanya apakah Eun Ho akan dikeluarkan dengan nada mengejek. Eun Ho berterak
kalau tak akan melakukan. Tae Woon yakin kalau Eun Hotidak mungkin melakukan
hal semacam itu.
“Benar,
'kan? Apa Kau berpikir begitu?” ucap Eun Ho, Tae Woon yakin
“Pelakunya
itu seseorang yang lebih pintar darimu.” Kata Tae Woon. Eun Ho berteriak kesal
kalau Tae Woon juga tahu diri karena juga bodoh.
“Kau
sedang kesal, 'kan? Bagaimana jika kita minum es limun?” ucap Tae Woon
“Aku
tidak mau jika denganmu.” Balas Eun Ho sinis.
“Siapa
yang bilang aku akan minum denganmu. Cobalah minum limun. Aku tahu kau sering
meminumnya.” Ucap Tae Woon
“Aku
minum atau tidak... “ kata Eun Ho terbata-bata akhirnya memilih untuk kembali
tertunduk mencuci muka, saat bangun melihat sebotol limun yang ditinggalkan Tae
Woon.
Han Duk
So melihat Eun Ho yang menggagalkan
ujian percobaan jadi sangat berterima kasih pada Eun Ho. Byung Goo juga merasa
sangat senang dan mereka bisa melihat kemarahan kepala sekolah makin merasa
sangat senang.
“Kau Berpikirlah
hal yang masuk akal, oke?” tegur Nam Joo. Byung Joo pikir pendengaran Nam Joo
itu buruk. Nam Joo makin heran dengan dengan Byung Joo seperti tak nyambung.
“Apa kau
percaya dia pelakunya? Aku tidak menyangka di sangat berani.” Ucap Nam Joo
“Kau
tidak akan tahu jika hanya melihat luarnya saja.” Ucap Dae Hwi.
“Apa Seperti
dirimu? Bagiamana dengan mengetahuinya dengan perasaanmu?” kata Kyung Woo lalu
berjalan pergi. Nam Joo merasa Sangat sulit
untuk memahami perkataan Kyung Woo. Dae Hwi hanya menatap curiga.
Bit Na
berjalan dengan teman-temanya berkomentar kalau ini akan bertambah buruk. Jung
Il pikir kenapa bisa bertambah buruk, karena tidak akan melakukan ujian dan ini
sangat menyenangkan. Hee Chan pikir kepala sekolah akan tak terus diam.
“Apa Maksudmu,
dia akan menekan kita Dan kita akan segera melakukan ujian lagi?” kata Ko Hak
Joong yang mengunakan kacamata.
Di kelas
Sa Rang
mendekat Eun Ho yang terlihat masih
sempat menggambar disaat seperti ini. Eun Ho pikir tentu saja bisa menggambar
dengan baik. Diam-diam Tae Woon mendekat pembicaran keduanya. Eun Ho
menyakinkan, kalau akan menggambar
dengan kerja keras, mendapatkan hadiah di kontes nanti dan diterima di
Universitas Hanguk.
“Mereka
bilang Berhenti sekolah? Tidak akan.” Tegas Eun Ho sengaja menekanya suaranya
agar di dengan orang genk lain.
“Tentu
saja, kau tidak boleh di DO. Kau tidak mungkin jadi pelakunya. Kau ada di
tingkat bawah, jadi tidak mungkin punya
keberanian melakukannya. Maksudku, lihatlah peringkatmu.” Komentar Sa Rang
“Kau
mencoba menghiburku, 'kan?” ucap Eun Ho polos. Sa Rang pikir itu tentu saja.
Saat itu
Guru Koo masuk dengan Guru Shim dan petugas Han. Guru Koo mengatakan kalau
mereka akan mengecek barang-barang dalam tas murid. Semua langsung menjerit
panik dan beberapa saat kemudian, Guru Koo sudah mengumpulkan barang-barang
yang tak boleh dibawa ke sekolah.
Guru Koo
mengangkat pembersih kutek, Young Gun sudah berdiri didepan kesal menghela
nafas kesal. Guru Koo mengangkat maskara, Hyun Jung hanya bisa tertunduk sambil
mengangkat tangan. Guru Koo mengangkat majalah 17 tahun keatas. Byung Goo tanpa
malu mengangkat tangan mengaku miliknya.
“Mereka
yang di depan akan... berkumpul dilapangan setelah kelas berakhir.” Tegas Guru
Koo lalu keluar ruangan. Guru Shim dan Petugas Han membawa semua barang keruang
guru.
Bit Na
langsung mendekati Eun Ho langsung mendorong bahu, sambil memarahi kalau ini Sangat
menyebalkan. Hak Joong pikir Seharusnya Eun Ho tidak melibatkan mereka, karena
yang dilakukanya itu berdampak pada
mereka. Eun Ho menegaskan kalau bukan dirinya, Young Gun datang dengan
menendang meja. Sa Rang berteriak marah tapi tangan Young Gun bisa menahanya
agar tetap duduk.
“Hei...
Apa Kau mau mati?” ancam Young Gun. Eun Ho menegaskan kembali kalau itu bukan
dirinya.
“Aku
tidak peduli itu. Kenapa kau menyelinap masuk ke ruang guru. dan membuat rumit
semuanya? Kenapa?” ucap Young Gun marah.
“Aku
sudah katakan, bukan aku pelakunya.” Teriak Eun Ho. Young Gun ingin memukulnya
tapi seseorang sudah menahan tanganya.
Tae Woon
sudah berdiri dari tempat duduknya, sepert ingin menahan tapi Dae Hwi lebih
dulu menahan tangan Young Gun. Eun Ho menutup wajahnya ketakutan. Young Gun
kembali mengancam Dae Hwi agar melepaskanya.
“Hentikan...
Dia bilang bukan dia pelakunya. Jika kau terus melakukannya maka aku akan membawa
si "Malaikat Maut" lagi. Kau tahu kita semua tidak menyukainya. Jadi,
hentikanlah, oke?” ucap Dae Hwi. Young Gun pun akhirnya menarik tanganya dan
pergi.
Eun Ho
membereskan semua barang-barangnya lalu keluar dari kelas. Sa Rang binggung
melihat temanya yang menahan tangis pergi sambil bertanya mau kemana.
Eun Ho
berlari keluar kamar mengambil sepeda tapi rantai sepedanya malah lepas,
akhirnya ia hanya bisa menangis sambil berjongkok karena selalu saja ada
kejadian buruk ketika dibutuhkan. Tae Woon berjalan ke parkiran, Eun Ho
berteriak memangilnya dengan menyalakan Tae Woon.
“Ini
semua karena ulahmu... Sejak hari itu pedalnya jadi rusak.” Keluh Eun Ho. Tae
Woon tak peduli berjalan mendekati motornya. Eun Ho kesal Tae Woon yang
mengabaikannya.
“Jika
begini, aku tidak bisa pulang. Perbaiki sepedaku.” Rengek Eun Ho. Tae Woon
langsung memberikan helm untuk Tae Woon.
Akhirnya
Tae Woon membawa Eun Ho keluar dari sekolah, keduanya duduk di pinggir atap
gedung. Tae Woon pikir Apa bagusnya buku itu sampai-sampai Eun Ho menyelinap
masuk ke ruang guru. Eun Ho mengatakan kalau itu Karena ada impiannya di
dalamnya. Tae Woon binggung impian apa yang dimaksud.
“Aku baru
tahu masih ada orang yang memiliki impian. Dasar Norak.” Ejek Tae Woon.
“Mungkin
terdengar norak, tapi itu segalanya bagiku. Tanpa itu, aku pasti akan mati
lemas. Aku tahu alasan kau mengendarai motormu. Karena kau akan mati tanpanya.”
Kata Eun Ho
“Aku
beritahu padamu, kalau Aku mengendarainya karena membuat diriku terlihat lebih
keren Apa yang harus aku lakukan sekarang?.” Tegas Tae Woon bangga.
“Terima
kasih... Apapun masalahnya, sekarang Aku merasa baikkan.” Ungkap Eun Ho yang
bisa keluar dari sekolah. Keduanya pun menikmati hembusan angin diatap gedung
sambil memejakan mata.
Eun Hoo
turun di depan papan nama “Ayam, Ayam Goreng, Ayam rebus.” Sambil melepaskan
helm memberitahu kalau itu rumah dan restoran ayam milik orang tuaknya. Tae
Woon pun menganguk mengerti dan ingin pamit pergi. Eun Ho mengeluarkan sesuatu
dari tasnya dan memberikan kupon,Gratis ayam goreng.
“Aku tahu
kau tinggal disekitar sini, Ayam kami sangat enak. Cobalah kapan-kapan.” Kata
Eun Ho bangga dan mengucapkan Terima kasih untuk hari ini.
“Apa ada
jasa layan antar?” tanya Tae Woon dengan sedikit gugup.
“Wanita
cantik ini akan mengantarkannya padamu jadi Tenang saja.” Ucap Eun Ho mengoda
dengan percaya diri.
“Ahh..
begitu.. Tapi Lagian aku tidak suka ayam.” Ejek Tae Woon. Eun Ho mengumpat
kesal saat Tae Woon pergi meninggalkanya.
Ibunya
keluar dari rumah langsung memukul Eun Ho kalau sudah melarangnya naik motor,
tapi malah baru saja turun dari motor.
Eun Ho berusaha menjelaskan kalau bukan seperti itu, tapi ibunya tetap
saja tak peduli dan terus memukulnya.
Tae Woon
baru saja sampai rumah dan melihat sebuah mobil dengan stiker dibagian depanya
“SMA Geumdo” lalu masuk rumah melihat Kepsek Yang duduk bersama ayahnya sedang
mengobrol. Tuan Hyun memanggil Tae Woon yang hanya lewat menyuruh agar menyapa
kepala sekolah lebih dulu.
“Hei.. Beraninya
kau kepada kepala sekolahmu sendiri?” ucap ayahnya melihat sikap anaknya. Tae
Woon dengan terpaksa menyapa Kepsek Yang.
“Tae Woon
adalah siswa yang teladan...” ucap Kepsek Yang memuji dan langsung disela oleh
Tae Woon.
“Tidak.
Aku bukan siswa teladan. Kemarin-kemarin kau pergi ke kantor polisi karena
ulahku.” Ucap Tae Woon.
“Keluarkan
saja jika dia membuat masalah.” Kata Tuan Hyun. Kepsek Hyun terlihat binggung.
“Ah...
Itu tidak perlu... Aku tidak akan berani. Kau bisa mengandalkanku untuk
menjaganya. Aku tahu kau sangat sibuk dengan bisnismu.” Kata Kepsek Yang seperti
menjilat.
Tuan Hyun
meminta maaf karena harus membereskan
banyak masalah. Saat itu Tae Woon ingin pergi dan mendengar ucapan kepsek Yang
semakin menjilat ayahnya. Kepsek Yang berkata kalau memang harus maka akan
menjadi kambing hitam untuk menunjukkan kepada para siswa bahwa mereka tidak
seharusnya menentang wewenang pada guru.
“Bahkan aku
akan mengeluarkannya demi menyelesaikan masalah ini.” Ucap Kepsek Yang.
“Aku
mengandalkanmu. Kau harus segera di promosikan menjadi inspektur.” Kata Tuan
Hyun. Tae Woon memilih keluar dari rumah, dan langsung merusak kaca spion mobil
Kepsek Yang.
Keluarga
Ra makan malam bersama, Ibu Eun Ho memarahi anaknya yang melawan dan
memperingatakan kalau melihat naik motor lagi maka... Tuan Ra langsung memotong
dengan bertanya apakah anaknya tidak melakukan pengiriman hari ini.
“Gunakan
helm-mu... agar para pembeli tidak kaget.” Ejek Tae Sik. Eun Ho yang kesal
ingin memukulnya.
“Wahh..
Makan malam ini sangat enak. Makanan ini cocok digabungkan dengan minum-minum,
'kan?” ucap Tuan Ra dan Tae Sik. Tae Sik mengajak mereka untuk minum soju.
Eun Ho
pun kesal mendengar Tae Sik yang masih kecil. Nyonya Kim malah bertanya berapa
harga soju. Tae Sik tak percaya kalau boleh ibunya akan memberikan uang. Eun Ho
bertanya pada ayahnya karena sudah besar maka boleh minum. Tuan Ra pun
memperbolehkanya.
“Aku
harus membeli buku. Aku tidak mengatakan apa-apa tapi aku butuh uang yang
banyak. Kau bilang tidak apa. Tapi kau tahu kalau aku butuh.” Ucap Tae Sik
terus berbicara tapi tiba-tiba ibunya berkata pada Eun Ho.
“Tentang
Les komik itu?” ucap Nyonya Kim, semua terlihat binggung. Eun Ho pun berpikir
ibunya berbicara sendiri.
“Jika kau
ikut les, apa kau yakin akan masuk kuliah?” tanya Nyonya Kim. Eun Ho pikir
tentu saja, tapi ingin menjelaskan sesuatu, kalau disekolah ada masalah.
“Ibu
harus pergi, 'kan? Kau masih kecil. Ibu harus bertemu dengan gurumu. Haruskah
ibu memberikan ayam pada mereka dan membuatmu terlihat baik?” kata Nyonya Kim.
Eun Ho langsung melarang ibunya melakukan itu.
“Kepala
sekolah tidak akan menyukai kedatangan ibu.” Kata Eun Ho. Nyonya Kim seperti
tak percaya tapi Eun Ho berusaha menyakinkan ibunya aga jangan datang ke
sekolah.
“Kalau
begitu, apa ayah harus pergi?” kata Tuan Ra. Eun Ho mengeluh kenapa ayahnya harus
datang.
“Apa Kau
sedang dalam masalah?” ucap Tae Sik. Eun Ho dengan nada tinggi berusaha
mengelak dan berteriak menyuruh diam saja. Tae Sik pikir Eun Ho tak perlu berteriak.
Eun Ho
gelisah dalam kamarnya, mondar mandir sampai merangkak, naik ke lantai atas
lalu keluar masuk kamarnya. Sampai akhirnya Ia berdiri didepan meja belajarnya
merasa si pelaku yang mencari masalah denganya. Ia berusaha mengingat dan
melihat sepatu yang digunakan oleh pelaku dan mulai mengambar.
“Aku akan
menemukanmu dan membunuhmu Dan membersihkan nama baikku.” Kata Eun Ho akan
segera membalas dendamnya.
Eun Ho
dan Sa Rang menghentikan orang-orang yang berjalan didepanya, seorang pria
mendekat dan Eun Ho menutup mata dan Sa Rang melihat dari gambar Eun Ho. Byung
Goo juga ikut ingin diperiksa, tapi Eun Ho langsung menyuruh pergi saja.
Dae Hwi
baru datang dengan Nam Joo, Eun Ho ingin memeriksanya. Dae Hwi mengeluh kenapa
eun Ho mencuriganya, menurutnya ini tak benar. Eun Ho tahu kalau ini
kekanak-kanakkan, tapi dirinya juga putus asa serta bukan anak kecil.
“Baiklah.
Ayo lakukan apa saja yang kita bisa.” Ucap Dae Hwi lalu mencoba menutup
wajahnya.
Eun Ho
mendekat dan melihat bibir Dae Hwi lebih dekat, Nam Joo langsung memperingatkan
Eun Ho kalau Berhenti menatapnya karena seolah-olah akan menciumnya. Akhirnya
Eun Ho memperbolehkan keduanya pergi.
Tae Woon
baru saja datang dari arah yang lain dan Eun Ho langsung menutup wajahnya
dengan kertas, lalu berkomentar kalau itu sangat mirip dengan gambarnya. Sa
Rang melihat dari kejauhan untuk memastikan. Eun Ho mendekat sama seperti Tae
Woon.
Tiba-tiba
Tae Woon malah mendekatkan wajahnya, Eun Ho gugup melihat wajah Tae Woon yang
sangat dekat, Tae Woon yakin Eun Ho itu pasti takut jadi memperingatkan agar
mereka minggir. Eun Ho akhirnya membiarkan Tae Woon pergi.
Sa Rang
menarik tangan temanya membahas kalau
sudut yang dibuat Eun Ho kalau seperti ingin berciuman. Eun Ho kesal karena tak
peduli pada sudut pandanganya, lalu memuji Tae Woon itu sangat keren. Sa Rang
berkomentar merasa tak yakin kalau mereka bisa menangkap pelakunya dengan cara
ini.
“Tentu,
aku akan mengingat bibirnya.” Kata Eun Ho. Sa Rang melonggo mendengarnya.
“Kau
seperti habis ciuman atau semacamnya. Hei. Kau bahkan belum pernah ciuman” ejek
Sa Rang. Eun Ho meminta temanya agar bisa diam saja.
“Daebak...
Aku tidak percaya mendengarnya.” Ucap Byung Goo melonggo kepala di jendela
mendengar keduanya.
Guru Shim
berada didepan ruangan sambil berbicara sendiri “Menuduh orang yang tak bersalah...
Tidak benar jika kita menuduh orang yang tak bersalah.” Saat itu pintu terbuka, Ia pun langsung berbicara kalai ini salah dan
mereka tak boleh menghukum orang yang tak bersalah.
“Tidak
ada bukti. Pihak sekolah tidak boleh melakukan ini pada siswanya.” Ucap Guru
Shim berbicara dengan memejamkan matanya.
Ibu Sa
Rang baru keluar membersihkan ruangan langsung membenarkan, Guru Shim langsung
bisa lemas karena bukan kepala sekolah.
Ibu Sa Rang merasa kasihan dengan Eun Ho karena tahu Eun Ho bukan orang
yang seperti itu.
“Jadi
tolong, bersikaplah yang tegas.” Ucap Ibu Sa Rang lalu menunjuk Kepala sekolah
dan guru yang baru saja datang menuruni tangga.
Guru Shim
makin panik melihat kepala Sekolah yang datang, Ibu Sa Ran menyuruh Guru Shim
agar bisa memberitahu kepala sekolah. Guru Shim malam makin panik. Kepsek pikir
kenapa dirinya tidak bisa mengeluarkannya, karena ia sebagai kepala sekolah.
Guru Park meminta kepsek agar jangan berteriak.
Ibu Sa
Rang melihat Guru Shim yang ketakutan merasa tak bisa di andalkan. Guru Park
pikir Hal itu tidak sesuai dengan wewenangnya jadi tidak bisa mengusirnya dan
mengeluarkannya. Guru Shim pun memilih segera kabur. Sementara Ibu Sa Rang dan
temanya membahas kalau DO itu sangat kejam.
Ibu Sa Rang pikir kalau Mungkin sebaiknya mereka protes. Guru Shim pun
mendengarnya.
Semua murid
berkumpul di restoran burger, seperti Guru Shim mentraktirnya lalu membagiakan
selembar kertas. Bit Na melihat isinya,"Petisi untuk Ra Eun Ho" lalu
bertanya alasan mereka harus melakukannya.
“Anak-anak...
Eun Ho dituduh... Jika kita membantunya. Aku yakin itu akan membuat dirinya
lebih baik.” Ucap Guru Shim.
“Astaga...
Apa Kau mengatakan Eun Ho bukan pelakunya?” ucap Byung Goo.
“Dasar Bodoh.
Tidak ada yang bilang begitu. Ini hanya kemungkinan bukan dia pelakunya.” Kata Nam
Joo sinis.
“Di waktu
yang sama, bisa saja dia pelakunya.” Pikir Hee Chan.
Guru Shim
memang tahu kalau belum ada yang terbukti jadi mereka harus membantu. Salah
anak yang tak peduli meminta izin untuk pergi les. Bit Na juga melihat jam
kalau guru privatnya akan datang. Semua pu memilih segera pergi. Guru Shim
meminta mereka agar bisa mengisinya saat ada dirumah.
Dae Hwi
duduk sendirian dalam restoran, lalu dengan sangat yakin mengatakan akan
mengisinya. Guru Shim pun mengucapkan Terima kasih, walaupun wajahnya terlihat
gelisah.
Guru Jang
melihat lembaran ditangan guru Shim yaitu “Petisi untuk Ra Eun Ho” Guru Shim
mengaku tidak bisa memikirkan hal lainnya. Guru Jang pikir lebih baik Hukum saja
Eun Ho agar semuanya berakhir menurutnya Anak seperti ini akan terus
menimbulkan masalah dan membuatnya sakit kepala.
“Tapi...
Tetap saja.” Kata Guru Shim merasa ingin membela Eun Ho.
“Anak-anak
zaman sekarang tidak menghormati gurunya. Jangan terlalu berusaha, oke?” pesan
Guru Jang.
Genk
Young Gun dkk mengepung Bo Ra dibelakang sekolah. Seung Eun melihat buku kalau
mereka bisa mempostingnya secara online lalu memuji kerja keras Bo Ra. Bo Ran mengaku tidak mau melakukannya dan tidak
bisa melakukannya. Hyun Jung mulai mengejek.
“Jika
membutuhkan uang, aku akan mencari kerja sampingan...” ucap Bo Ra. Young Gun
langsung mendorong sambil mengumpat Bo Ra yang sudah kehilangan akal sehatnya.
“Kau
bilang Kerja Sampingan? Berani-beraninya kau.” Ucap Young Gun langsung memukul
Bo Ra bertubi-tubi.
Tiba-tiba
Petugas Han datang langsung mendorong Young Gun dengan satu kakinya,
perkelahian pun terjadi antara Petugas Han dengan Young Gun, Seung Eun dan Hyun
Jung. Tapi petugas Na bisa membuat semua jatuh tersungkur. Bo Ra kebinggungan,
sampai akhirnya Guru Shim datang melihat semuanya.
“Apa yang
kau lakukan kepada mereka? Katakan...” teriak Guru Shim. Young Gun dkk ingin
kembali memukul tapi petugas Na lebih sigap melawanya. Guru Shim hanya bisa
melonggo
“Apa yang
kau lakukan? Kau seorang polisi.” Teriak Guru Shim lalu mencoba menanyakan
keadaan anak muridnya yang terjatuh.
“Hei,
anak-anak... Kalian seharusnya berkelahi 1 lawan 1. Bukankah sangat memalukan,
3 orang memukuli 1 orang?” kata Petugas Na.
“Apa yang
kau katakan? Mereka kesakitan.” Kata Guru Shim membela
“Mereka
akan baik-baik saja dalam beberapa hari. Aku tahu cara memukul orang.” Tegas Petugas
Na
Guru Shim
merasa tak terima dengan Petugas Han yang memukul anak-anak. Petugas Na memberitahu
kalau sedang bekerja dan sedang mengajari mereka. Guru Shim tak terima kalau
petugas Han Mengajar menggunakan kekerasan
“Kau
berasal dari daerah mana? Aku akan melaporkanmu. Aku tidak bisa membiarkanmu.” Kata
Guru Shim seperti ingin melaporkanya dengan ponselnya. Petugas Na dengan gaya
Song Joong Ki menjatuhkan ponsel dari tangan di Drama Dots, mencegahnya.
“Anak-anak...
Jika aku melihat kalian melakukan hal yang sama, maka aku akan membunuh kalian.”
Ancam Petugas Na. Di atas rumput terlihat buku yang berjudul (Panduan Ujian
Percobaan Yoo Bit Na)
Guru Shim
akhirnya menemukan Panduan Ujian Percobaan Yoo Bit Na yang ternyata akan
menjualnya. Bo Ra hanya bisa tertunduk. Guru Shim tak percaya kalau mereka mencurinya
lalu ingin menjualnya, bukan digunakan untuk belajar. Bo Ra hanya bisa meminta maaf.
“Belajar!!!
Apakah mencuri diperbolehkan jika kami gunakan untuk belajar?” ucap Young Gun
sinis.
“Tidak...
Bukan begitu... Ngomong-ngomong... kembalikan ini dan minta maaf.” Kata Guru
Shim. Young Gun yang berani malah berani mnegumpat Guru Shim yang sangat
menyebalkan.
“Hei! Apa
Kalian benar-benar ingin dihukum? Jika kau mendapat surat peringatan lagi, maka
kau akan dikeluarkan.” Tegas Petugas Shim
Seung Eun
langsung menganguk setuju, agar mereka
segera mengambalikan saja dan meminta maaf. Guru Shim pun mempercayainya dan
yakin Bit Na akan memaafkan mereka. Seung Eun mengerti kalau akan mengembalikannya dan meminta maaf jadi
meminta izin untuk pergi sekarang. Guru Shim pun mempersilahkanya.
Mereka
berjalan menaiki tangga, Seung Eun memukul kepala Bo Ra dan langsung menyuruh
agar mengurusnya. Bo Ra pun hanya bisa tertunduk diam lalu dikelas mengembalika
buku milik Bit Na. Dan Bit Na langsung menampar Bo Ra sambil mengomel nada
tinggi. Bo Ra hanya bisa meminta maaf.
“Kau
bilang "Maaf"? Apa Kau pikir sudah beres? Apa Kau tahu berapa
mahalnya ini? Sekarang Aku akan membunuhmu.” Ucap Bit Na langsung menarik
rambut Bo Ra. Eun Ho mencoba untuk merelainya.
“Bit Na,
bicarakan baik-baik. Dia sudah minta maaf.” Ucap Eun Ho membela
“Jangan
jadi orang yang menyebalkan dan minggirlah” kata Bit Na sangat marah. Eun Ho
menegaskan kalau Bo Ra yang sudah meminta maaf. Bit Na tak peduli tetap ingin
melampiaskan amarahnya.
“Aku akan
memanggil polisi untuk menangkapmu.” Teriak Bit Na dengan mendorong Eun Ho. Akhirnya
Eun Ho tak bisa menahan amarahnay dengan berteriak agar Bit Na melepaskan
tanganya.
Bit Na
pun makin marah karena Eun Ho yang ikut campur, mereka pun saling menjabak. Bo
Ra kebinggungan karena Eun Ho malah berkelahi dengan Bit Na. Guru Shim datang
merelai keduanya dan berteriak agar Bit Na melepaskanya, lalu memarahi semua
murid yang hanya diam saja ketika ada perkelahian.
Semua murid
hanya bisa tertunduk diam, Eun Ho memegang kepalanya yang sakit. Bit Na marah
berani menyenggol badan guru Shim mengambil ponselnya lalu menelp ibunya seperti
mengadu kejadian disekolah. Semua hanya bisa diam saja.
Guru Shim
masuk ruangan, sudah ada 3 orang ibu bersama kepala sekolah. Kepsek Yang langsung memarahi Guru Shim dengan
memberikan petisi untuk Eun Ho padahal seorang guru. Guru Shim mencoba
menjelaskan bukan seperti itu maksudnya. Wali murid merasa tak terima dengan
yang dilakukan guru Shim.
“Nyonya...
Biarkan aku menangani ini.” Ucap Kepsek
“Pecat
dia Dan juga.. keluarkan Ra Eun Ho yang berkelahi dengan anakku. Aku dengar dia
melakukan hal yang luar biasa. Bagaimana jika anak-anak kita diganggu oleh seorang
pencuri dan seseorang yang selalu bermasalah?” kata Ibu Bit Na dengan mata
melotot.
“Tidak.
Mereka tidak seperti itu.” Kata Guru Shim mencoba membela tapi wali murid lain
kembali bicara.
“Pak
Shim... Apa ini? Apa Sebuah petisi? Mereka sudah cukup disibukkan dengan
belajar. “ kata Wali sendiri. Kepsek Yang memarahi Guru Shim yang melakukan itu
pada anak muridnya.
“Aku
dengar Eun Ho mendapatkan nilai rendah, bermasalah, dan menurunkan kualitas
kelas. Anda tidak boleh mengganggu anak-anak dengan semua ini. Ujian juga
semakin dekat.” Kata seorang guru.
“Jika
anda tidak menarik dua orang bermasalah itu, maka kami akan memanggil... semua
panitia komite.” Ancam Ibu Bit Na.
Kepsek Yang mencoba menenangkan para orang tua
murid, lalu mengatakan kalau mereka tak perlu Jangan Khawatir karena akan
mengeluarkan semua. Lalu berteriak menyuruh Guru Shim segera meminta maaf. Akhirnya
Guru Shim dengan tertunduk meminta maaf dan memberanikan diri berbicara.
“Anak-anak
itu...tidak nakal.” Kata Guru Shim. Orang tua murid main mengelu kalau anak B
mereka tidak punya cukup waktu untuk belajar.
“Eun Ho
bukan lah orang yang seperti itu. Itu ulah temannya.” Ucap Guru Shim
“Kau
bilang Teman? Tidak ada yang namanya "teman" sekarang ini. Mereka
semua adalah para pesaing. Kau harus mengeluarkan anak-anak yang nakal sehingga
yang lainnya dapat fokus belajar. Didiklah anak-anak itu!
tegas Ibu Sa Rang dengan sinis.
tegas Ibu Sa Rang dengan sinis.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar