PS
: All images credit and content copyright : KBS
Eun Ho
melihat keduanya mencoba untuk merelai tapi malah membuat dirinya terdorong.
Tae Woon dan Dae Hwi sudah siap untuk saling memukul dengan kursi sampai
akhirnya Guru Goo datang berteriak menyuruh keduanya agar berhenti. Tae oon dan
Dae Hwi terrlihat masih penuh amarah ingin terus berkelahi.
Ketiganya
duduk diruang guru seperti disedang, Guru Goo memanggil nama Dae Hi dan Tae
Woon kalau keduanya sudah menggunakankekerasan serius satu sama lain di dalam
area sekolah. Keduanya pun mengakui kalau sudah melakukanya.
“Kalau
aku.. Aku hanya mencoba melerai mereka.” Ucap Eun Ho membela diri.
“Ra Eun
Ho, kau tidak melaporkan perkelahian mereka pada pihak sekolah padahal kau tahu
itu. Sikapmu itu juga melanggar aturan.” Kata Guru Goo. Eun Ho melonggo kaget
mendengarnya.
“Dia
benar-benar tidak melakukan sesuatu yang salah.” Kata Dae Hwi membela diri. Eun
Ho membela diri kalau hanya mencoba menghentikan
“Haruskah
kuulangi lagi apa kesalahanmu? Ini adalah kekerasan serius! Tapi kali ini aku
akan memberikan pilihan pada kalian. Mau menyelesaikan kasus kekerasan ini
lewat komisi sekolah atau kalian langsung dihukum saja secara tak resmi.” Ucap
Guru Koo. Tae Woon hanya tersenyum dengan senyuman sinis.
Ketiga
berada di lapangan basket dengan baju olahraga. Guru Goo menyuruh Dae Hwi dan
Tae Woon lari keliling aula sebanyak 50 kali dan Eun Ho lari sebanyak 30
putaran.
“Kalian
akan dihukum 10 hari mulai dari sekarang, Jadi Lakukan.” Tegas Guru Goo.
“Yang
bertengkar 'kan kalian, kenapa aku harus lari juga?” keluh Eun Ho setelah
Gurunya pergi. Dae Hwi pun hanya bisa meminta maaf.
“Aku
sudah bilang berulang kali pada Malaikat Maut, tapi dia tidak mau mendengarkan
aku.” Ucap Dae Hwi
“Kaulah
sana yang bicara padanya.” Kata Eun Ho pada Tae Woon. Tae Woon mengeluh Eun Ho
yang berisik jadi lebih baik lakukan saja.
“Cobalah
keluar dari masalah ini dengan menggunakan kekuatan ayahmu.” Ejek Dae Hwi pada
Tae Woon sedang mengikat sepatunya.
“Kalau
kau tidak mau mati, sebaiknya kau jaga mulutmu itu.” Ucap Tae Woon tak bisa
menahan amarah ingin memukul. Guru Goo melihatnya menyuruh mereka segera
berlari.
Mereka
pun berlari dengan Dae Hwi dan Tae Woon saling mendorong seperti saling tak mau
mengalah. Eun Ho pun melihat keduanya yang terus berlari saling mendorong,
akhirnya berhenti lebih dulu.
“Hari itu,
mereka berdua kelihatan aneh. Meski kelihatannya mereka saling melampiaskan
amarah satu sama lain, mereka sepertinya juga sedang menyiksa diri dengan cara
berlari seperti orang gila. Dan saat itu aku tidak tahu..kalau masalah pribadi
mereka berdua sebenarnya adalah masalahku juga.” Gumam Eun Ho melihat keduanya.
[Episode 4 - Sebuah Pertemuan]
Eun Ho
melihat surat dengan logo Universitas Hanguk, wajahnya terlihat bahagia dengan
Guru Shim didepanya. Guru Shim mulai membuka, Eun Ho merasa kalau seperti ini
bercanda. Guru Shim juga merasa tak tahu kalau Eun Ho bisa sehebat ini.
“Kalau
kau masuk 3 besar, kau akan diterima di Universitas Hanguk. Kau mungkin saja
akan benar-benar bisa masuk ke sana.” Ucap Guru Shim memperlihatkan lembaran.
“Tapi..
Ada sedikit masalah, Guru Shim.. jadi mohon bantu aku.” Kata Eun Ho memohon.
Keduanya
pergi ke ruang kepala sekolah, Guru Shim memberitahu kalau Eun Ho akan masuk tanpa tes ke Hanguk kalau
masuk 3 besar dalam kontes. Tapi pihak
juga akan mengevaluasi portofolio dan nilai sekolahnya. Jadi Ia memohon,
kurangi pengurangan poinnya.
“Aku
benar-benar harus masuk ke Hanguk.” Kata Eun Ho
“Makanya..
kau bawakan dulu si kunyuk itu padaku. Kau
'kan juga sudah janji.” Ucap Kepsek Shim tak peduli.
“Itu 'kan
bukan sesuatu yang bisa kulakukan sesuka hatiku.” Keluh Eun Ho.
“Nilaimu
akan tetap sama..kecuali kau.. berhasil menangkap si X itu.” Tegas Kepsek Yang,
Guru Shim
keluar bersama Eun Ho mengingatkan Tenggat penyerahan dokumennya masih 10 hari
lagi jadi mereka bisa mencari jalan keluarnya. Eun Ho penasaran gimana caranya.
Guru Shim terlihat binggung.
“Maksudku..Bapak
kelihatannya tidak akan menemukan jalan keluar bagaimanapun caranya.” Ucap Eun
Ho. Guru Shim membenarkan.
“Pokoknya
kita pikirkan sajalah caranya. Lalu Bagaimana portofoliomu? Itu juga 'kan
penting.” Kata Guru Shim. Eun Ho pun teringat dengan portofolionya, karena
Kalau ada itu pasti beres lalu segera pamit pergi.
Eun Ho
menemui Guru Goo berteriak kaget karena buku gambarnya hilang. Guru Goo
membenarkan, Eun Ho merengek meminta Guru Goo jangan bercanda karena akan dapat
masalah kalau kehilangan buku itu. Ia mengingat saat Guru Goo yang menyita
bukunya dan menyuruh agar mengambil kalau sudah lulus nanti.
“Pasti
buku itulah alasanmu masuk ke sini. Sepertinya X mengambil buku sketsamu.. saat
dia diam-diam masuk ke sini waktu itu.” Ucap Guru Goo. Eun Ho mengumpat kesal
pada si X.
“Eun
Ho... Datanglah ke aula bersama Tae Woon dan Dae Hwi.” Perintah Guru Goo. Eun
Ho makin kesal mendengarnya.
Eun Ho
mengeluh dengan keduanya karena hidupnya sekarang jadi seperti ini, karena harus
ikut dihukum setiap hari. Tae Woon dan Dae Hwi berjalan lebih dulu. Sa Rang
berjalan bersama Eun Ho merasa kalau lihat saja sisi baiknya.
“Kau bisa
menjadikan saat krisis ini sebagai kesempatan. Tetaplah dekat dengan mereka dan
temukan siapa X yang sebenarnya.” Ucap Sa Rang, Eun Ho pun mengangguk mengerti.
Guru Goo
memberikan perintah kalau Selama 10 hari mulai hari ini, mereka harus
membersihkan setiap sudut sekolah , adalah tanggung jawab mereka bersama. Ia
memperingatakan Kalau sudah selesai, mereka bertiga harus mendapatkan
persetujuan darinya.
“Pekerjaan
kalian tidak akan kuanggap sah.. kalau salah satu dari kalian ada yang tidak ada di sini.” Kata Guru Goo.
“Tidak
bisakah poinku saja yang dikurangi?” ucap Tae Woon tak peduli. Eun Ho langsung
memukulnya karena tak boleh ada pengurangan niat.
“Mohon
jangan kurangi poin kami.” Ucap Eun Ho pada Guru Goo
“Kau bisa
saja keluar dari masalah ini dengan meminta bantuan dari ayahmu. Tapi Kalau kau
mau terus hidup bergantung pada ayahmu, lakukan saja.” Ucap Guru Goo pada Tae
Woon.
Eun Ho
mulai mengomel kalau ia ada di tempat ini karena keduanya. Dae Hwi kembali meminta Maaf dan
memperbolekan Eun Ho tidak usah ikut membersihkan dan bagian akan mengerjakan.
Tae Woon mengeluh kalau Eun Ho
seharusnya tidak usah melibatkan diri waktu itu, dan mengejeknya Bodoh.
“Kalau
kau menyesal, lakukan sesuatu untukku. Bantu aku menemukan X.” Ucap Eun Ho. Tae
Woon pikir Eun Ho itu gila.
“Kalian
juga sudah tahu 'kan.. kalau aku hampir saja diterima di Hanguk. Tapi semua
rencana akan gagal karena catatan nilaiku di sekolah. Dan si X, si berengsek
itu, juga mengambil buku sketsaku.” Kata Eun Ho
Tae Woon
mulai mengejek kalau itu buku kekanakannya, Eun Ho mengumpat kesal
mendengarnya, karena Semua idenya ada di
sana dan mengomel karena si X harus mengambilnya.
“Mungkin
saja itu adalah bagian dari tindakan kekanakannya. Karena dia selama ini tidak berani
muncul di depan umum.” Kata Dae Hwi menatap sinis pada Tae oon.
“Atau
mungkin saja itu karena dia tidak punya kepercayaan diri.” Balas Tae Woon tak
mau kalah.
“Menurutku..
Dia itu cuma seorang psikopat. Dia kelihatan normal di luar.. bersembunyi di
tengah keramaian. Tapi.. dia membunuh orang dan menyimpan mayatnya di sekolah.”
Ungkap Eun Ho membayangkan si pelaku menarik karung yang berisi karung.
“Lantas
apa hubungannya dengan apa yang dia lakukan selama ini?” tanya Dae Hwi
“Mungkin
saja untuk membuat orang terganggu.” Pikir Eun Ho. Dae Hwi mengingat kalau Eun Ho yang bilang psikopat tapi menurutnya sepertinya salah.
Eun Ho
pun seperti mulai mencurigai ucapan Dae Hwi ingin berjalan mendekatinya, Ia
ingin tahu pendapat Dae Hwi kalau si
pelaku tidak akan sampai melakukan hal mengerikan itu. Dae Hwi pikir memang
seperti itu. Saat itu Tae Woon memilih untuk pergi, Eun Ho langsung menahanya
“Kenapa?
Apa kau merasa kesal?” ucap Eun Ho dengan gayaimut yang mengejeknya.
“Aku
tidak kesal.Apa semua omong kosongmu itu harus kudengarkan?” keluh Tae Woon.
Eun Ho menegaskan kalau bukan omong kosong.
“Dia
mungkin saja lebih buruk dari yang kita bayangkan. Melebihi bayangan jidatmu.
Jadi.. bantu aku menemukan X. Apa menurutmu aku akan minta tolong kalau aku
tidak seputus asa ini?” ucap Eun Ho sengaja mendekatkan wajahnya.
“Apa Kau
mau pacaran denganku?” ucap Tae Woon blak-blakan, membuat Eun Ho terdiam. Tae Woon pikir Eun Ho
menolaknya,
“Lalu bagaimana
kalau ciuman denganku?” ucap Tae Woon. Eun Ho dengan terbata-bata merasa Tae
Woon itu sudah gila.
“Ini
semua membuatmu sinting 'kan? Begitulah yang kurasakan sekarang. Aku sampai
tidak bisa berkata-kata. Kenapa juga aku harus mencari X denganmu?” tegas Tae
Woon.
Eun Ho
memperingatkan Tae Woon untuk tak kabur,
karena adalah tanggung jawab bersama. Tae Woon kesal kalau ia ingin
mengambil sapun untuk membersikanya. Eun Ho pun melepaskan tanganya, lalu mulai
membersihkan ruangan dan sempat mengoda Tae Woon dengan sapu, keduanya pun
kejar-kejaran dalam lapangan basket.
Petugas
Han berjalan disekitar sekolah lalu melihat seperti sebuah kontariner yang
sudah tak terpakai dengan kursi rusak lalu bertanya Tempat apa itu. Guru Shim
mengatakan kalau itu cuma gudang biasa. Petugas Han bertanya apakah Guru Shim
memiliki kuncinya. Guru Shim juga tak tahu.
“Sudah
lama sejak terakhir kali kami memakainya. Sekolah berencana menghancurkannya
segera. Mereka akan membangun ruang kelas lagi di sini.” Jelas Guru Shim.
“Mohon
cari kuncinya.” Ucap Petugas Han. Guru Shim mengangguk mengerti.
Eun Ho
berjalan ke parikiran sambil mengomel kalau keduanya seperti anak kecil yang
terus bertengkar, Tae Woon memegang tangan Eun Ho, Eun Ho heran dengan yang
dilakukan temanya. Tae Woon memperlihatkan siku Eun Ho yang luka. Eun Ho
binggung karena tak merasakan tanganya luka.
“Kau
tidak pernah berhati-hati, Benar'kan? Lukanya lumayan dalam.” Ucap Tae Woon.
Eun Ho pikir benar juga. Tae Woon memberikan satu kantung obat.
“Kau sama
sekali tak cocok.. bawa-bawa beginian.” Ejek Eun Ho melihat Tae Woon membawa
obat untuk luka.
“Temanku
memberikan itu padaku karena dia bilang naik aku bisa saja terluka saat naik
motor.” Cerita Tae Woon.
“Kau
bilang Temanmu? Apa temanmu itu juga suka naik motor?” tanya Eun Ho. Tae Woon
seperti tak ingin membahasnya memilih untuk segera pergi dengan motornya.
Sa Rang
memberitahu Eun Ho kalau Tae Woon dan Dae Hwi adalah teman baik, yaitu sekelas waktu kelas 1 dulu
dan sangat dekat satu sama lain, tapi setelah sebuah pertengkaran besar, maka persahabatan
mereka hancur. Eun Ho ingin tahu alasan keduanya bisa bertengkar.
“Katanya itu
karena Im Joong Gi.” Ucap Sa Rang. Eun Ho tak mengenal nama Im Joong Gi dan
ingin tahu kenapa dengan orang itu.
“Dia
sudah meninggal, yaitu Im Joong Gi.
Kejadiannya di hari yang sama.. dengan hari di mana kau mengalami kecelakaan
bus.” Ucap Sa Rang sedikit gugup menceritakanya.
“Apakah
maksudmu Bus nomor 431?” kata Eun Ho memastikan dengan mengingat saat dirinya
yang terluka didalam bus.
“Mereka
bertiga adalah teman dekat. Mungkin waktu itu peringatan Kematiannya, Mereka
bertengkar sengit.” Cerita Sa Rang. Eun Ho binggung ingin tahu alasan yang
sebenarnya merekabertengkar.
“Ini juga
gosip, tapi katanya kecelakaan itu
terjadi karena Tae Woon. Dan ayahnya melimpahkan kesalahan pada Joong Gi.”
Cerita Sa Rang .
Eun Ho
pun mencari berita ponselnya, sementara Dae Hwi melihat kembali berita “Balapan
liar mengakibatkan korban jiwa” dan Joong Gi sebagai korban meninggal.
Flash Back
(1 tahun yang lalu)
Bus
terlihat terbakar, korban mulai dibawa ke dalam ambulance. Tae Woon duduk
dengan tatapan kosong dengan luka, lalu menelp ayahnya sambil menangis, kalau
ia dan Joong Gi mengalami kecelakaan. Tuan Hyun terlihat kaget meminta anaknya
agar mengatakan yang jelas. Tae Woon seperti tak bisa bicara dengan jelas, Tuan
Hyun menanyakan keberadaan anaknya.
Dae Hwi
baru saja datang langsung ingin menerobos masuk mencari Joong Gi, polisi
menahanya agar tak masuk TKP. Ia melihat Tae Woon berteriak memanggilnya, tapi
Tae Woon seperti langsung dibawa anak buah bapaknya.
Dae Hwi
masih menyimpan foto dengan Joong Ki tapi menutup wajah Tae Woon. Nyonya Na
masuk kamar membawa minuman sambil mengeluh anaknya yang kau terus melihat foto
orang yang sudah meninggal menurutnya Keluarga Joong Ki mungkin saja sudah mendapatkan
uang kompensasi yang besar. Dae Hwi hanya diam saja.
“Maksud
Ibu anak yang kecelakaan bersamanya dan selamat itu.. katanya anak Pak
Direktur? Semua koran memberitakan tentang dia. Anak yang meninggal itu harus
menanggung semuanya. Pasti mereka dapat banyak uang 'kan?” ucap Nyonya Na.
“Ibu
keluar sajalah. Aku harus belajar.” Kata Dae Hwi. Nyonya Na mengeluh kalau
anaknya tidak sopan sekali padahal
selalu ranking satu n dan kenapa harus belajar sekeras ini.
“Kalau
tidak begini, aku akan diinjak-injak. Kalau kita tidak punya kekuasaan, maka kita
akan disalahkan atas semuanya.” Tegas Dae Hwi. Nyonya Na meminta anaknya agar
lebih santai.
Eun Ho
mencari informasi saat kecelakan bus menemukan artikel “ Balapan liar
mengakibatkan korban jiwa” Ia pun tak percaya kalau semua media tidak menyebutkan Tae Woon sama sekali.
Eun Ho
mengambil buku di loker sambil mengumpat pada Tae Woon sedang berbaring diatas
meja kalau temanya itu memang brengsek tapi tidak menyangka ternyata orang jahat.
Sa Rang pikir Tae Woon yang benar-benar jahat, karena menggunakan uang untukmenyelamatkan
dirinya sendiri.
“Bagaimana
dengan kasusnya X? Kenapa juga orang jahat seperti dia melakukan itu?” ucap Eun
Ho.
“Mungkin
karena bosan. Lagian kalau dia tertangkap, mak ayahnya bisa menyelamatkan dia.”
Kata Sa Rang
Eun Ho
mengingat perkataan Dae Hwi pada Tae Woon “Kau bisa menggunakan ayahmu untuk
keluar dari masalah ini.” Tae Woon mengumpat agar Dae Hwi bisa menjaga mulut
karena akan menghabisinya. Akhirnya mereka bertiga membersihkan laboratorium.
Eun Ho yang mulai bosan mulai menatap Tae Woon.
“Yah.
Benar juga. Apakah Dia pelakunya? Demi keadilan? Mana mungkin. Tidak mungkin
dia yang melakukannya.” Ucap Eun Ho lalu mencoba mendekati Dae Hwi.
“Ini soal
pengurangan poin.. Kapan lagi mereka akan mengumumkannya?” tanya Eun Ho. Dae
Hwi mengatakan kalau masih ada seminggu lagi.
“Pokoknya,
aku berharap X akan muncul dan menghukum kepala sekolah. Kita harus mengambil
Foto dia.. saat sedang melakukan hal memalukan dan biarkan dia kena pengurangan
poin juga. Kalau dia membuatnya jadi video, pasti akan lebih seru lagi benar'kan?”
kata Eun Ho. Dae Hwi pikir itu seru sekali dengan sedikit gugup.
Sa Rang
pun bertanya apakah memang Dae Hwi adalah X. Eun Ho pikir Si egois Tae Woon itu
tidak akan pernah berjuang demi keadilan. Menurut Sa Rang Dae Hwi juga sama,
tapi Eun Ho pikir Dae Hwi adalah orang
yang selalu mengutamakan orang lain..
“Di hari
pemakamannya Joong Gi.., Tae Woon datang ke sekolah mencari Dae Hwi..tapi
karena ada ujian, dia tidak mau keluar dari sekolah sama sekali.” Cerita Sa
Rang
Flash Back
Dae Hwi
mengerjakan tesnya mencoba menjawab semua pertanyaan, saat itu Tae Woon datang
dengan penuh amarah langsung memberikan pukulan, lembaran soal pun langsung
terkena coretan merah.
“Karena
itu, Tae Woon marah besar. Saat itu Teman terbaiknya meninggal. Bagaimana bisa
dia ujian di saat-saat seperti itu? Kadang aku merasa dia seperti monster..”
Ungkap Sa Rang
“Tae Woon
'kan juga tidak punya hak untuk marah” Pikir Eun Ho.
“Sepertinya
ada sesuatu di antara mereka, tapi tidak orang yang tahu apa itu.” Pikir Sa
Rang
“
Pokoknya, kalau Dae Hwi itu X, apa alasannya melakukan itu? Dia bahkan tidak
punya waktu selain untuk belajar.” Komentar Eun Ho. Sa Rang pikir mungkin saja
Pelampiasan stres
“Anak-anak
pintar juga pasti mengalami stres. Hei. Omong-omong, si Dae Hwi itu.. sepertinya
agak sedikit aneh, benar'kan?” kata Sa Rang
“Dia juga
sepertinya tidak akan mau memperjuangkan keadilan.” Pikir Eun Ho.
Beberapa
orang berkumpul dalam ruangan, salah seorag mengirimkan pesan seperti ragu
untuk mempercayai Dae Hwi menurutnya
Sepertinya Dae Hwi sangat putus asa. Si pelaku pun berpikir kalau saatnya
membereskan semuanya.
Papan
pengumuman kembali di tempal. Eun Ho melihat poinya di kurang 55, ia mengeuh
kalau poinya bisa berkurang 100. Sa Rang merasa Sistem pengurangan ini mungkin
tidak akan dihentikan sampai mereka menemukan X.
Guru Shim
melihat kembali foto-foto dan itu laporan Pengurangan Poin Siswa Kelas 11-1,
akhirnya ia masuk ke dalam kelas. Semua murid seperti tak memperdulikannya,
Guru Shim meminta mereka tenang, tapi tetap saja semua sibuk mengobrol.
“Anak-anak,
poin kalian semuanya akan dikurangi!” teriak Guru Shim. Semua pun langsung diam
menatap guru mereka didepan kelas.
“Bapak
berharap tidak ada lagi dari kelas kita yang dapat pengurangan. Dengan Diam-diam
melaporkan temanmu sendiri, Aku berharap
setidaknya kalian tidak akan melakukannya.” Ucap Guru Shim. Mereka semua tak
mempercayainya.
“Bapak percaya
pada kalian, anak-anak. Jadi, untuk setiap laporan yang dibuat oleh kelas kita,
maka aku yang akan lari keliling lapangan. Sampai tidak ada satupun laporan yang
muncul lagi dari kelas ini.. maka Bapak akan..” ucap Guru Shim
Semua seperti
tak peduli dan tak masuk akal. Guru Shim menegaskan kalau mereka Melaporkan atau tidak itu adalah pilihan mereka lalu
bergegas pergi. Eun Ho terlihat sedih melihat gurunya seperti diabaikan oleh
teman-temanya.
Eun Ho
mengejar guruny dan memberikan sekotak susu, Guru Shim pun mengucapkan
terimakasih pada anak muridnya, Eun Ho
bertanya apakah Guru Shim memang benar-benar akan lari. Guru Shim pikir tak
akan melakukan kalau mereka tidak saling melaporkan satu sama lain.
“Anak-anak
dari kelas lain akan tetap melakukannya. Apa untungnya kalau hanya anak kelas kita yang tidak melapor?” ucap Eun
Ho
“Orang-orang
dewasa di sini benar-benar mengerikan. karena membuat keadaan jadi begini.” Kata
Guru Shim. Eun Ho pikir kalau Guru Shim seperti ini maka.. Guru Shim
menenangkan Eun Ho kalau dirinya akan baik-baiks aja.
“Bagaimana
X bisa ditangkap?” tanya Guru Shim. Eun Ho pikir kalau sepertinya hampir
menemukannya, tapi masih belum bisa.
“Apa kau
akan melaporkannya?” tanya Guru Shim.
Eun Ho mengingatkan kalau tidak bisa masuk kuliah karena si pelaku jadi mungkin
akan terus menyalahkanya seumur hidup.
“Kalau
aku tidak kuliah, orang-orang akan menyepelekanku. Jadi.. Aku 'kan tidak
melakukan kesalahan apapun. Benar 'kan?” ucap Eun Ho. Guru Shim pun hanya diam
saja.
Eun Ho
membuka loker dan dikagetkan dengan buku sketsa miliknya, padahal masih ingat
buku itu diambil oleh Guru Go kalau boleh diambil saat sudah lulus nanti.
Nyonya
Kim berbicara di telp membahas anaknya yang sudah sampai di Penilaian akhir dan
hampir berhasil masuk Hanguk, dengan bangga kalau akan mentraktir temanya.
Sementara Eun Ho dan Sa Rang duduk di depan memegang buku ditanganya.
“ini "Mari
berbaikan." Mungkin itu maksudnya. Dia tahu kau mencarinya, jadi dia
ketakutan.” Ucap Sa Rang. Eun Ho pikir seperti itu.
“Hanya
mereka berdua yang tahu kalau aku membutuhkan buku ini. Aku yakin salah satu
dari mereka adalah X.” Kata Eun Ho.
“Tapi mereka berdua memang mengecewakan, Yang satunya
melimpahkan kesalahan.. pada temannya yang sudah meninggal. Yang satunya sibuk
ujian. padahal temannya mau dimakamkan.” Pikir Sa Rang
“Kenapa
orang yang egois seperti mereka.. harus menjadi X? Membuat kekacauan di sekolah
dan menyelamatkanku dengan Drone. Kukira
dia memang ingin menegakkan kesetaraan di sekolah.” Ungkap Eun Ho.
Sa Rang
tak setuju, menurutnya Yang satunya melakukan itu karena dan belajar Dan yang
satunya melakukan itu karena dia kekanakan. Saat itu Tae Sik dan ayahnya
berusaha untuk kabur dari restoran, Ibu Eun Ho memanggil keduanya bertanya mau
kemana mereka berdua.
Tae Sik
mengaku kalau Ada pertemuan bisnis penting, Nyonya Kim menegaskan kalau ada
yang harus diantar. Tuan Ra mengaku juga ada bisnis jadi meminta agar
memberikan waktu istirahat. Nyonya Kim pasti akan minum-minum lagi dengan
pengangguran-pengangguran itu, Tae Sik mengeluh ibunya yang menebak dengan
benar lalu bergegas pergi.
“Wahh.. Dia
masih saja belum sadar.” Ungkap Tuan Ra dan ikut bergegas pamit pergi.
“Dasar
kunyuk-kunyuk itu. Masih banyak pesanan yang harus diantar”kata Nyonya Kim. Eun
Ho langsung mendekati ibunya bertanya Apa ada yang harus diantar.
Eun Ho
dengan sepedanya mengantar pesanan ayam, Nyonya Na di salonya berjanji pada
pemilik gedung kalau Mulai bulan depan, akan bayar tepat waktu. Si Bibi
mengeluh kalau itu hanya Omong kosong dan tak ingin tertipu lagi.
“Terserahlah.
Sebaiknya kita tidak usah buang waktu. Keluarlah dari sini akhir bulan depan.” Ucap
Si Pemilik
“Tunggu.
Kau mana bisa mendadak begini. Lalu Aku harus ke mana? Kumohon, sekali ini
saja.” Ucap Nyonya Na memohon tapi malah didorong oleh si pemilk.
Dae Hwi
melihat ibunya yang jatuh membantunya untuk bangun, lalu memarahi si pemilik.
Si pemilik pikir tidak seharusnya marah. Nyonya Na pikir Dae Hwi harusnya
belajar, Dae Hwi pikr tak mungkin bisa belajar sekarang. Saat itu Eun Ho masuk
membawa sekotak ayam, Dae Hwi pun menatapnya.
Keduanya
duduk ditaman dengan wajah gugup. Dae Hwi pikir Eun Ho pasti kaget. Eun Ho
merasa Tidak sama sekali, karena keluarganya kehilangan rumah disebabkan
ayahnya menggadaikannya menurutnya Semua orang mengalami masalah dan Semua
orang hidup seperti itu. Dae Hwi mengucapkan terimakasih. Eun Ho bertanya untuk
apa.
“Kau bahkan
menjelek-jelekkan ayahmu yang tak berdosa demi membuatku baikan.” Ucap Dae Hwi.
“Setidaknya
kau pintar di sekolah. Hidupmu akan sedikit lebih baik sebentar lagi. Kenapa
kau harus cemas?” ucap Eun Ho.
“Aku
harap kau benar, kalau pintar di sekolah. artinya aku tidak perlu mencemaskan soal
uang lagi. Aku yakin itu. Karena kau bekerja lebih keras dari siapapun..yang
kukenal.” Ucap Eun Ho.
“Kalau
aku bekerja keras.. Kalau aku bekerja keras.. apakah aku bisa benar-benar
bebas? Aku mungkin berlari seperti orang gila, tapi anak-anak lain memulai semua
ini dari garis start yang berbeda. Apa aku masih bisa mengejar mereka?” kata
Dae Hwi seperti tak pecaya diri. Eun Ho hanya bisa menatap sedih.
Saat itu
Nam Joo baru saja turun dari bus dan berjalan pulang, lalu melihat Eun Ho dan
Dae Hwi duduk ditaman, wajahnya langsung berubah cemburu melihat keduanya,
seperti melakukan selingkuh dibelakangnya.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar