Tahun 1996 "Asal Mula sang Empat
Jagoan"
Dong Man
duduk di permainan sendirian sementara Ae Ra duduk bersama Sul Hee. Dong Man
merengek kalau takut naik sendiri. Ae Ra pun membalasnya kalau Apakah Dong Man
membiarkan ia naik sendiri, dan menegaskan bahwa dirinya perempuan.
Seorang
petugas bertanya apakah Ada yang naik sendiri, lalu menyuruh duduk disamping
Dong Man. Joo Man yang gembul berlari dan duduk disamping Dong Man. Ibu Joo Man
memanggil anaknya meminta agar tersenyum lalu mengambil gambar ke empatnya.
Ae Ra
membantu Sul Hee membungkus kardus dan Sul Hee sibuk memasukan arak pada botol
lalu berbicara pada ponselnya Kirim
pesan kepada Nona Pemabuk, "Terima kasih atas ekstrak premnya." Dan
ponsel pintarnya langsung mengirimkan pesannya.
“Sul Hee.
Kenapa kau membuat arak padahal tidak meminumnya?” tanya Ae Ra heran
“Ayahku.
Kau. Dong Man. Joo Man. Semua orang yang kusukai adalah pemabuk. Semua orang
menjadi bahagia saat minum-minum.” Kata Sul Hee bangga
“Benar. Kami
bahagia berkat arak premmu.”ungkap Ae Ra
“ Yang
lainnya tidak ada masalah, tapi aku rindu kita berempat minum-minum di Bar
Namil dan sarapan bersama. Saat itulah kita menjadi kembali bersemangat.”
Ungkap Sul Hee
“Kenapa kamu
merindukan hal sebodoh itu? Satunya bertindak bodoh dan satu lagi pergi agar
bisa bertarung.” Kata Ae Ra kesal
Dong Man
masuk ke rumah sambil mengeluh pada Joo Man yang bertingkah aneh dan memasak
untuknya. Joo Man mengunakan celemek dan sibuk didapur. Dong Man kembali
mengeluh dengan pakaian Joo Han yang membuatnya geli.
“Aku akan
membuka bisnis katering dan Kau belum makan, kan? Makanlah ujungnya”Ucap Joo
Man menyuapi Dong Man ujung kimbap.
Keduanya
menuruni tangga, Joo Man mengaku kalau selalu memakan masakan Sul Hee, tapi
tidak pernah memasak untuknya. Dong Man berkomentar Sepertinya diafragma
temanya sudah sadar sekarang. Joo Man mengatakan akan membuatkannya sarapan dan
memilih makan malam dari restoran terbaik.
“Jangan
begitu.” Kata Dong Man melarangnya. Joo Man bertanya memangnya kenapa.
“Itu membuatku
terlihat buruk.” Ucap Dong Man sinis.
“Benarkah
kau mengencani Ae Ra? Apa Kau tidak memikirkan itu?” balas Joo Man. Dong Man
ingin rasanya menghajar temanya.
“Aku baru
tahu. Kenapa kalian putus secepat ini?” ejek Joo Man
Ae Ra dan
Sul Hee keluar dari rumah, Dong Man memalingkan wajahnya begitu juga Ae Ra.
Dong Man melihat Sepertinya ekstrak prem Sul Hee sudah laris sekarang. Ae Ra
melihat kotak makan Joo Man mengatakan
tidak akan memakannya jadi Tidak usah repot-repot. Joo Man ingin bicara tapi
Ae Ra kembali bicara kalau
“Ini
urusan mereka berdua.Itu makan siang yang kubuat untuk Sul Hee.” Kata Joo Man.
Dong Man menghela nafas mendengarnya
“Apa Kau
membuatnya?” tanya Sul Hee mengambilnya. Joo Man membenarkan.
“Selain
itu, bisakah kita berbicara sebentar?” kata Joo Man lalu mengajak Sul Hee
pergi. Dong Man dan Ae Ra yang sedang putus masih saling memalingkan wajah
kesal.
***
Joo Man
menarik Sul Hee ke depan rumah lalu mengeluakan kunci mobil dan membuka
kuncinya lalu menawarkan Sul Hee tumpangan. Sul Hee binggun Dong Man yang memperlihatkan
mobil padanya.
“Pak Choi
dari tim dua ditugaskan ke cabang luar negeri. Aku membelinya dengan harga
murah.” Kata Joo Man membuka pintu mobilnya.
“Bukankah
Pak Choi itu laki-laki? Kenapa semuanya berwarna merah muda?” tanya Sul Hee
binggung melihat pernak pernik warna pink.
Joo Man mengaku sedikit mengubahnya.
“Apa Supaya
aku bisa menumpang denganmu?” tanya Sul Hee. Joo Man menjelaskan kalau Negara
mereka tidak menghasilkan bensin, jadi...
“Aku
tidak mau masuk.” Kata Sul He lalu berjalan pergi. Joo Man merasa kesal sendiri
karena Seharusnya tidak usah membahas bensin.
Joo Man
akhirnya masuk ke dalam mobil dengan kebinggungan mencoba mundurkan mobilnya
tapi seperti belum bisa mengemudikan mobil dengan benar karena tiba-tiba
berhenti. Sampai akhirnya Sul Hee mengetuk pintunya dan menyuruh agar Joo Man
segera keluar, mereka pun bergantian tempat duduk.
“Kapan kau
belajar mengemudi?” tanya Joo Man melihat Sul Hee yang bisa menyetir mobil
“Restoran
orang tuaku. Kami mengantar makanan dengan mobil.” Ucap Sul Hee. Joo Man memuji
Sul Hee-nya yang makin keren setelah memulai bisnis sendiri.
“Aku
bukan Sul Hee-mu” kata Sul Hee memundurkan mobil dan pergi dengan mobil.
Ae Ra
menyuruh Dong Man makan bubu Dong Man yang ada di kulkas dan menunggu sampai meleleh,
lalu didihkan. Dong Man ngeluh melihat Ae Ra yang begitu tenang dan apakah berbicara
lagi dua pekan setelah putus. Ae Ra pikir tidak pernah bilang begitu.
“Aku
tidak bisa menerimanya. Perasaanku terhadapmu masih sama seperti dua pekan yang
lalu. Aku ingin menggenggam tanganmu dan mengajakmu pulang. Tapi kau tetap
ingin putus.” Ungkap Dong Man
“Memangnya
menyuruhmu makan makanan di kulkas tidak boleh?” kata Ae Ra
“Jangan.
Jika kau berada di sekitarku dan berbicara denganku, aku tidak kuat menahannya.
Jadi... Kecuali kau berniat berkencan lagi denganku, jangan berbicara
denganku.” Tegas Dong Man
“Kenapa
dia begitu terus terang?” keluh Ae Ra kesal lalu berjalan pergi ke lantai atas.
Bibi
Ganako mengeluh ada apa Ae Ra datang ke tempatnya lagi. Ae Ra membalas kalau
Bibi Ganako yang mengembalikan pancinya. Bibi Ganako kesal dianggap seperti
ingin menyimpannya dan Kenapa selalu naik ke rumhanya. Ae Ra mengaku kalau
Hanya itu panci besar yang dimiliki.
“Hei..
Kau membawakan itu untukku? Kenapa kau sungguh usil?” keluh Bibi Ganako. Ae Ra
menatap sedih pada Bibi Ganako.
“Apa kau
mengidap kanker?” tanya Ae Ra penasaran. Bibi Ganako tak percaya Ae Ra adalah orang
yang menanyakan itu secara terus terang. Ae Ra memastikan kalau Bibi Ganako
yang tidak sakit keras.
“Kanker
payudaraku sudah hilang. Aku sudah pulih total.” Ucap Bibi Ganako. Ae Ra pun
bisa mengucap syukur lalu berjalan ke sisi lain.
Bibi
Ganako menyindir Ae Ra yang tak turun. Ae Ra berdiri didepan AC mengaku
Cuacanya panas dan mau menyejukkan diri. Bibi Ganako mengejek kalau rumahnya
bukan Bank lalu menyalahkan AC. Ae Ra melihat ke rak dan melihat sebuah boneka
yang tergeletak.
Flash Back
Ae Ra
pulang sambil membanting tasnya, Tuan Choi heran melihat anaknya yang baru
pulang langsung melempar tasnya. Ae Ra mengaku kalau sangat kesal dan tidak mau
berangkat sekolah. Tuan Choi pikri Ae Ra tidak terpilih sebagai ketua kelas.
“Kenapa
setiap pekerjaan rumah ada hubungannya dengan ibu? Kami harus menggambarnya, menulis
untuknya, dan membantunya. Jika begitu, seharusnya hanya anak yang punya ibu yang
boleh bersekolah. Kenapa hanya aku yang tidak punya ibu? Sul Hee dan Dong Man
punya ibu. Kenapa aku tidak punya?” ucap Ae Ra kesal.
“Tapi kau
tetap bos di antara kalian bertiga.” Kata Ayah Ae Ra menenangkan.
“Aku
tidak mau menjadi bos. Bawakan ibuku kepadaku.” Ucap Ae Ra kesal. Ayah Ae Ra
hanya bisa diam saja.
Ayah Ae
Ra berbaring sambil menopang dagu. Ae Ra bertanya pakah ibunya sudah meninggal.
Ayah Ae Ra mengatakan kalau ibu Ae Ra sudah menjadi bidadari dan melindunginya
bahkan menjadikan Ae Ra bos di kota ini. Ae R mendengar dari teman Go spot
memberitahukanya kalau ibunya itu diusir.
Ayah Ae Ra mengelak kalau ibunya itu pasti sudah pikun.
“Apa Ayah
yakin Ibu ada di atas sana?” tanya Ae Ra. Ayahnya bertanya kenapa apakah Ae Ra
merasa sedih.
“Entahlah...
Aku belum pernah melihatnya.” Ucap Ae Ra lalu menyuruh Ayahnya membuah semua
yang ada dalam kotak.
Tuan Choi
binggung apa itu, Ae Ra sambil berbaring memberitahu kalau Semua anak lain membuatnya.
Tuan Choi melihat isi kotak adalah boneka dan sebuah kartu dengan bertuliskan "Ibu,
Selamat Natal.”. Ae Ra menceritakan kalau membuatnya untuk berjaga-jaga.
“Anjing
kita juga pulang setelah beberapa waktu. Kukira Ibu juga akan pulang.” Ucap Ae
Ra.
“Ae Ra...
Apa Kau mau ayah buatkan kudapan?” ucap Tuan Choi seperti menahan rasa
sedihnya. Ae Ra pun meminta untuk dibuatkan dua porsi agar mereka bisa berbagi.
Ae Ra
menekan boneka dengan terdengar suara “Aku sayang Ibu... Ae Ra sayang Ibu.”
Bibi Ganako panik karena Ae Ra bisa mendengarkan suaranya. Ae Ra bertanya siapa
sebenarnya Bibi Ganako, lalu melihat foto-foto di figura.
“Foto-foto
itu... Apa itu fotoku?” ucap Ae Ra merasa itu foto dirinya saat masih bayi.
“Aku akan
menjelaskan semuanya dan Aku terpaksa melakukan ini.” Ucap Bibi Ganaka menahan
Ae Ra sebelum pergi.
“Ini
aneh... Aku akan mengerti seandainya kau sudah meninggal. Kau sangat sehat,
menua dengan cantik. Kenapa?” ucap Ae Ra
“Tidak.
Ae Ra... Aku tidak meninggalkanmu. Bukan begitu. Apa Kau mengawasiku sebagai
pemilik rumah? Kau tidak ada saat aku membutuhkan sosok ibu. Apa Kini kau
mengawasiku secara diam-diam? Itu tidak adil.” Tegas Ae Ra
“Aku
hanya sangat merindukanmu.”ungkap Bibi Ganako.
“Aku
merasa dibuang dan Rasanya sangat aneh. Akan kuingat bahwa kau masih hidup.
Tapi aku enggan melihatmu.” Tegas Ae Ra. Bibi Ganako ahanya bisa menangis
melihat Ae Ra pergi.
Dong Man
membaca pesan diatas panci "Jangan lupa memakannya!" lalu menuangkan
bubur ke dalam mangkuk, lalu mengeluh Ae Ra yang peduli memakannya atau tidak,
menurutnya Jika Ae Ra khawatir, sebaiknya jangan putus.
“Jangan
memasak untukku jika kita putus.” Keluh Dong Man lalu merasakan sesuatu
buburnya dan terdengar bunyi bel dirumahnya. Hye Ran membawa kotak makan dan
diberikan pada Dong Man.
“Apakah Bisa
meminta Ae Ra agar tidak berlebihan?” ucap Hye Ran.
Ae Ra
datang memberikan kotak makan, Hye Ran binggung tiba-tiba Ae Ra memberikan
kotak makan padanya. Ae Ra mengatakan kalau Bubur dan memberikannya karena ada
sisa. Hye Ran mengeluh kalau itu tak
masuk logika alasanya.
“Itu
bubur yang juga dia buat saat kau akan mengikuti wajib militer dan saat kau
sakit di Angkatan Darat.” Akui Hye Ran
Flash Back
Ae Ra
menuliskan note diatas panci “Makanlah. Pulihlah sebelum mengikuti wajib
militer. Akan kutunggu. Ibu Negaramu, Choi.” Lalu pergi menuruni tangga dan
saat itu Dong Man keluar rumah dengan Hye Ran yang baru datang tanpa sadar
kalau note sudah hilang.
Hye Ran
membawa panci, Ae Ra heran karena membawa panci bubur yang dibuat olehnya. Hye
Ran merengek agar Dong Man tetap tinggal dan tidak bisa hidup tanpanya.
“Aku tahu
kau pikir aku menunggumu karena bubur ini, tapi itu bukan buatanku. Ae Ra
menunggumu saat kau menjalani wajib militer dan dia membujukku untuk menikah.”
Ungkap Hye Ran.
Flash Back
Ae Ra
menahan Hye Ran saat menaiki tangga. Hye Ran menyuruh Ae Ra agar
melepaskanya, Ae Ra mengingatkan Hye Ran
yang akan menikah besok. Hye Ran mengaku kalau dirinya tidak bisa. Ae Ra tahu
kalau Dong Man itu bodoh.
“Dia
tidak peduli dengan apa yang menguntungkannya. Dia menyukaimu sepenuh hatinya.
Jika kau bimbang dan menikah besok,maka Dong Man tidak akan bisa hidup.” Ucap
Ae Ra
“Aku juga
tidak bisa melakukan ini. Aku tidak bisa.” Ucap Hye Ran sambil menangis.
“Aku tahu
kau menyukai Dong Man. Aku paham kau ingin menikahi pria kaya. Tapi jangan
ganggu Dong Man. Tinggalkan dia agar dia bisa hidup.” Pinta Ae Ra.
Ae Ra
mengetuk pintu dengan membawa bantal dan selimut, Dong Man membuka pintu
bertanya kenapa datang. Ae Ra mengaku Pemanasnya rusak sementara Sul Hee pergi
ke kamar Joo Man. Don Man mengartikan apakah Ae Ra ingin menginap di kamarnya.
“Apakah Tidak
boleh?” ucap Ae Ra lalu menerobos masuk.
Beberapa
saat kemudian, Dong Man melihat Ae Ra yang sudah tertidur lalu mengejeknya yang
bisa tidur senyenyak bahkan tertidur begitu membaringkan kepalanya. Ae Ra
membuka matanya saat mendengar Dong Man yang sudah tertidur dengan dengkuran.
Ae Ra
menendang Dong Man untuk bangun dan mengajak makanan. Dong Man menolak, Ae Ra
heran Dong Man yang tak mau makan dan bertany apakah ingin mengumumkan
perpisahannya ke semua orang, lalu memperingatakan agar Jangan berlebihan dan
Makan semur iga buatanya.
“Memangnya
ada pesta? Kenapa kau memasaknya?” keluh Dong Man melihat masakan Ae Ra.
Ae Ra
berada di depan toilet bertanya apa yang dilakukan Dong Man didalam. Dong Man
yang sedang berkonsentrasi, kesal Ae Ra
yang terus menganggunya. Ae Ra berpikir kalau Dong Man sembelit karena memeriksa
dengan tidak mendengar suara air mengalir. Dong Man menyuruh Ae Ra pulang saja.
Ae Ra
melihat Dong Man yang terbaring di atas tempat tidur lalu panit dengan
mendengar Detak jantungnya terlalu cepat dan melihat ada botol obat dan
berpikir sudah meminum sesuatu lalu berteriak panik. Dong Man akhirnya bangun.
“Ini obat
untuk pencernaan. Kau memberiku banyak makanan sampai perutku sakit.” Kata Dong
Man.
“Kenapa
meminumnya dengan dosis besar?”keluh Ae Ra. Dong Man akhirnya bangun menatap Ae
Ra.
“Ae Ra...
Pemanasmu tidak rusak, kan? Kau mengawasiku karena takut aku akan mati. Apa Kau
pikir aku akan gantung diri? Apa Kau pikir aku akan minum obat?” kata Dong Man
“Pemanasku
memang rusak.” Teriak Ae Ra tak mau dianggap bohong.
“Kenapa
kau menginap di kamar pria karena pemanasmu rusak saat musim panas? Kau tahu tidak
sepintar itu.” Ucap Dong Man lalu melihat tas yang dibawa Ae Ra dan bertanya
apa isinya.
“Sup
ayam. Kutambahkan abalone, Dua abalone.” Kata Ae Ra. Dong Man meminta Ae Ra
agar Berhentilah memberinya makanan.
“Aku
diputuskan dan bobotku naik 3 kg karena kau.” Keluh Dong Man frustasi. Ae Ra
menyuruh Dong Man diam saja dan jangan banyak bicara.
Hye Ran
tahu keduanya sama-sama naif, jadi ia
ikut campur Ia pun menasehati agar Dong Man Fokus dengan hal yang penting.
Jangan kehilangan Ae Ra menurutnya Orang bodoh seperti Dong Man memang butuh orang bodoh seperti Ae Ra. Dong Man hanya bisa terdiam.
Direktur
Choi bersama Joo Man dalam pantry, dengan bangga mengatakan kalau Joo Man
kandidat kuat kali ini, menurutnya Jika Joo Man
naik jabatan, maka ada restoran ayam pedas yang baru ingin meminta
traktir. Joo Man pikir mereka bisa bicarakan setelah sudah pasti.
“Tapi
Bukan ayam lagi. Aku akan mentraktirmu steak.” Ucap Joo Man bangga. Direktur
Choi senang menurutnya Joo Man sungguh pandai merangkai kata dan terlihat
bahagia.
Joo Man
masuk ruang foto kopi, seorang pegawai dengan wajah kotor merengek sedih kalau
merusak mesinnya dan terus membuat masalah, seperti yang dilakukan Sul Hee dan
Hye Ran sebelumnya. Joo Man menatapnya seperti ingin tergerak lagi hatinya
seperti dulu.
“Baiklah....
Kau Berdiri. Jangan berjongkok di ruang fotokopi, Sekarang Kau bisa
memperbaikinya sendiri. Ada panduannya di atas mesin dan Kau bisa membacanya dan
tidak mengulangi kesalahan serupa lagi.” Kata Joo Man lalu keluar melihat Sul
Hee yang masuk ruangan bersama managernya.
Managernya
pikir Sul Hee pantas mendapat jabatan pegawai tetap, menurutnya Orang selalu
mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaannya Tapi... Sul Hee sudah tahu
dan meminta maaf harus mengatakanya lalu menyerahkan sebuah surat. Manager
melihat "Surat pengunduran diri" dari Sul Hee.
“Jangan
lakukan ini karena marah.” Pesan Managernya.
“Ini
bukan karena marah. Ekstrak premku laku keras, jadi, aku butuh waktu untuk
mengemasinya.” Jelas Sul Hee.
“Jadi, Apa
kau akan berhenti bekerja?” tanya Managernya. Sul Hee meminta maaf begitu
mendadak memberitahukanya.
“Sul Hee,
dari semua surat pengunduran diri... Ini sangat memuaskan. Apa penjualannya
selaris itu?” ucap Managernya terlihat bangga.
“Rasanya
sangat enak jika kamu mencampurnya dengan soju.” Ungkap Sul Hee.
“Sul
Hee... Tolong lakukan dengan baik dan kunjungi saluran belanja kami. Perintah
semua orang seolah-olah kau pemiliknya. Ya?” pesan Managernya. Sul Hee pun
mengangguk setuju.
Nam Il
pulang terlihat ibunya hanya tertunduk di depan meja, lalu mengeluh kalau
ibunya sampai tak ingin melihatnya yang baru pulang. Bibi Ganako hanya bisa tertunduk menahan
tangis, Nam Il bertanya apakah terjadi sesuatu.
“Nam
Il... Bisakah kau mengambilkan ponsel lipat ibu? Kau bertanya-tanya tentang itu. Mari kita kembali
ke Jepang.” Kata Bibi Ganako.
Nam Il
menemui Pelatih Hwang mengambil ponsel milik ibunya dan bertanya apa sebenarnya
isi ponsel itu dan berpikir kalau itu Uang atau Dokumen. Pelatih Hwang pikir
Nam Il mungkin bisa mengetahui kode sandinya. Nam Il bingung mendengarnya.
“Dia
bilang itu ulang tahun putri dan putranya. Ini surat wasiat yang dia buat saat
menderita kanker.” Kata Pelatih Hwang.
Nam Il
melihat sendiri isi ponsel dengan folder foto "Siluman kecil"
terlihat gambar Ae Ra yang masih kecil, setelah itu di folder "Karyawisata
Ae Ra" dengan gambar Foto Ae Ra yang masih kecil dan banyak foto Ae Ra.
Setelah
itu terlihat folder foto "Saudara laki-lakimu Nam Il, lahir pada bulan
Maret" wajah dirinya disimpan oleh Bibi Ganako, saat ada di Samudra, dan menuliskan kalau Nam Il sebagai putranya.
Nam Il
datang ke rumah Ae Ra memberikan ponselnya, memberitahu kalau itu milik Ae ra
dan itu dari ibunya. Ae Ra mengaku tidak menginginkannya dan Apa pun itu, tidak ingin melihatnya. Nam Il memberitahu
kalau Ibunya berada di sisi Ae Ra selama
30 tahun. Ae Ra benggong mendengarnya.
“Itulah
sebabnya dia menyimpan ponsel ini, jadi, cobalah kamu lihat.” Ucap Nam Il
Ae Ra
menangis melihat isi ada foto-foto dirinya, lalu sudah ada dalam bus menelp
kalau akan pergi. Ternyata ia bertemu dengan ayahnya di restoran mengaku sedang
melihat sesuatu sekarang dan memperlihatkan ponsel milik Bibi Ganako bertanya
apa semua ini dan Siapa bibi Ganako.
Tuan Choi
melihat foto-foto Ae Ra pada "Hari Orang tua, lalu "Boneka Beruang Ae
Ra, Hari Natal" Lalu mengaku kalau Ini bukan segalanya, karena Bibi Ganako
selalu menghadiri upacara kelulusan, karyawisata, dan piknik dan selelu muncul
di semua acara khusus.
“Dia
menutupi wajahnya dengan kacamata hitam dan topi, tapi dia malah makin
menonjol. Ibuku benar-benar jahat kepadanya.” Cerita Tuan Choi
“Jadi,
semua orang selain aku tahu.” Kata Ae Ra dengan nada tinggi.
“Jangan
membencinya. Untuk setiap dolar yang dia hasilkan saat di Jepang, maka dia
mengirimimu 80 sen. Dia bahkan tidak bisa melakukannya saat bisnisnya bangkrut,
tapi dia sering mengirimkan uang saat kau tumbuh dewasa.” Jelas Tuan Choi
“Uang
apa? Aku tidak pernah mendapatkan sepeser pun darinya.” Kata Ae Ra tak pernah
merasakanya.
“Ada
kalanya saat ayah hanya menjual dua sup makerel dalam sehari. Lalu Bagaimana
ayah bisa menyekolahkanmu ke perguruan tinggi? Kau juga tangguh dan mengalami
banyak masalah saat tumbuh.” Kata Tuan Choi. Ae Ra merasa tak seperti itu.
“Kau
mengendarai motor di perguruan tinggi dan menggores mobil seseorang.” Ucap Tuan
Choi. Ae Ra mengaku Itu bahkan bukan kecelakaan.
“Saat
SMP, kau bermain dengan korek api, dan membakar lapangan. Kau membakar 30
hektar lahan.hampir dipenjara Kau menghabiskan ratusan ribu dolar.” Ucap Tuan
Choi. Ae Ra tak mau membahasnya karena merasa bersalah.
Ae Ra
melihat nama “pemilik rumah” lalu mengantinya "Ibu" lalu dengan
senang hati Sekarang, ada nama "Ibu" tercantum di ponselnya. Dong Man
melihat Ae Ra saat baru turun bus dan langsung mengambil tas yang dibawa Ae Ra.
Ae Ra mengeluh kalau Dong Man yangtidak
ingin bicara, tapi bisa membawa makanannya.
“Hei..
Bubur Telur. Kau bertemu ayahmu selarut ini. Itu berarti kau bertemu ibumu.”
Kata Dong Man. Ae Ra binggung kalau Dong Man mengetahuinya.
“Aku tahu
segalanya tentangmu selama 23 tahun.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengeluh kalau Dong
Man Jangan berpura-pura mereka dekat.
“Kau.. Bersembunyilah
selama kira-kira dua bulan. Jangan melakukan kencan buta, atau berkencan dengan
orang lain selama dua bulan.” Pesan Dong Man
“Aku akan
pergi ke kelab. Untuk saat ini, kami berjalan masing-masing.” Ucap Ae Ra lalu
berjalan pergi.
Ae Ra
melihat beberapa pakaian, Seorang pria memberitahu kalau Ae Ra adalah penyiar wanita pertama dalam sejarah
MMA Korea. Jadi Konsep pemotretan sampul adalah "pelopor" atau
"panutan". Ae Ra bertanya Kenapa seorang panutan harus memakai
sesuatu yang mini.
“Kau akan
memakai ini, dan memegang mikrofon dan sarung tangan.” Kata si pria
“Kenapa
penyiar memakai rok pendek dan memegang mikrofon? “Kurasa kau tidak diberi tahu
tentang aku sebelumnya.” Ungkap Ae Ra bangga.
“Ae Ra menjadi pembawa mikrofon bodoh
dengan suara lebih keras.”
“Tanpa pangeran tampan atau perombakan wajah Sul
Hee menjadi mandiri.”
Sul Hee
kembali mengirimkan pesan Peri Mabuk. Dengan mengirmkan gambar botolnya “Peri
Mabuk, ekstrak prem lezatmu akan segera diantar.” Dengan senyuman bahagia
melihat selembar kertas ditanganya yaitu
surat "Izin Usaha"
Sul Hee
keluar kamar melihat Joo Man yang membawa sekotak pizza dan juga boneka.
“Joo Man telah meminta maaf selama
61 hari”
Sul Hee
menerima pizza untuknya, Joo Man mengatakan kalau Itu pizza ukuran keluarga dan bisakan Sul Hee
menghabiskan semuanya. Sul Hee masuk rumah seperti masih tak memperdulikan Joo
Man. Sementara Joo Man hanya bisa menahannya karena usahanya makan bersama tak
berhasil.
“Dong Man berlatih seperti monster
seolah-olah dia telah diperbarui.”
Dong Man
kembali berlatih dan mengaku sudah lelah. Jhon yang terus melatihnya
menegaskanTidak ada kata lelah karena tidak punya waktu untuk itu dan ingin
mengulangnya. Dong Man kembali berlatih teknik oleh Jhon dan menegaskan Tidak ada berdiri saatbelajar darinya.
“Dengar,
Dong Man... Kita hanya punya waktu dua bulan agar kamu siap. Aku akan
mengajarimu hanya tiga teknik untuk kau kuasai.” Ucap Jhon. Dong Man mengerti.
“Hanya
tiga. Guru, ayo... Ini semua adalah teknik penyelesaian, dan kau hanya butuh
satu teknik untuk memenangkan pertarungan.” Ucap Dong Man
Joo Man
datang ke restoran ayah Ae Ra membawakan sesuatu, Ayah Ae Ra heran melihat Joo
Man yang peduli dengannya. Joo Man tahu kalau harus berkunjung karena Ini hari
ulang tahunya. Ibu Ae Ra masuk sambil bertanya siapa yang memesan ukuran besar.
Joo Man langsung membawakan pesanan Jokbal.
“Aku akan
mengantar itu. Kemana aku harus pergi ?” tanya Joo Man. Ibu Ae Ra melihat Joo
Man merasa sangat canggung.
Kakak Ae
Ra datang dengan tubuhnya besar. Joo Man menyapa kakak Ae Ra. Ibu Ae Ra
mengeluh melihat anaknya menyuruh agar Kenakan pakaian yang berlengan karena
menjijikan. Saat itu kakak keduanya datang mengetahui kalau Joo Man dan
adiknya sudah putus dan kenapa harus datang.
Sul Hee baru masuk melihat Joo Man yang harus bertemu dengan kakaknya.
Bersambung
ke part 2
yang part terakhir Sulhe bukan Ae Ra kak, hehe :)
BalasHapus