PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 13 Juli 2019

Sinopsis Search WWW Episode 12 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Hyun ingin menuliskan artikel "Penghapusan layanan Rumah Mayaku" lalu terdiam seperti mengingat kenangan buruknya.
Flash Back
Hyun yang masih muda mengetahui mereka  sibuk mengahadapi keluhan tapi mmeminta izin untuk pulang hari ini. Michelle tahu kalau Hyun sudah dikantor selama tiga hari. Saat itu seorang pria masuk memberitahu BGM tidak bisa dimainkan dan ada masalah koneksi juga.
Michelle pun bergegas pergi dan Hyun tak bisa pulang akhirnya kembali duduk di meja kerjanya, tapi saat itu hidungnya berdarah.  Akhirnya Hyun berada rumah sakit dengan tangan diinfus tapi tetap berusaha mengetik dengan laptopnya.
“Aku sudah berkali-kali memberitahumu kita tidak bisa memecahkan isu itu. Aku diinfus setelah bergadang selama tiga hari Dan aku masih bekerja di laptopku.” Ucap Hyun kesal saat Michelle menelpnya.
Hyun pun tak bisa menolak tugasnya akan membereskanya dengan menahan rasa sakitnya, tapi yang terjadi hanya bisa menangis karena amarah yang dipendam akibat tertekan.
Beberapa hari kemudian Michelle masuk ruangan memberitahu Jumlah pelanggan Rumah Mayaku akhirnya melebihi 15 juta dan mengajak untuk bertahan lebih lama. Semua bahagai kecuali Hyun, terlihat Hyun yang lusuh dengan rambut berantakan karena tak sempat pulang. 



Akhirnya Hyun menuliskan di laptopnya "Per September 2019, Kami tidak akan menyediakan layanan ini lagi" lalu menelp seseorang kalau baru saja mengirim posel pemberitahuan Rumah Mayaku. Saat itu Ta Mi sudah berdiri di depan gedung.
“Apa kau menunggu seseorang?” tanya Hyun binggung. Ta Mi menjawab kalau itu Hyun.
“Kau menyelamatkanku sebelumnya. Hari ini, aku akan menyelamatkanmu. Mari kita minum.” Ucap Ta Mi
“Aku akan mabuk hari ini. Bisakah kau menghadapi itu? Aku harus mabuk saat menginginkannya.” Kata Hyun
“Kita tidak bisa memiliki banyak hari-hari seperti itu.” Kata Ta Mi yakin. 

Hyun menuangkan soju ke dalam gelas besar dan mulai mabuk, Ta Mi melihat banyak botol soju sambil mengeluh  Terlalu mahal untuk membuat Hyun mabuk. Hyun pikir Pada hari-hari seperti hari ini, ketika dirinya sedih, maka soju mengalir melewati pembuluh darahnya  alih-alih darahnya.
“Soju harus mengalir turun pembuluh darahku seperti perosotan air.” Ucap Hyun
“Lalu kenapa kau sangat kejam terhadap Michelle jika kau sangat sedih?” komentar Ta Mi
“Aku tahu ini sangat menyedihkan, tapi kita tetap harus menerima kenyataan. Saat aku mendengar Rumah Mayaku tidak akan ada lagi, rasanya seakan-akan masa mudaku akan menghilang bersamanya. Aku merasa eraku sudah berakhir.” Ungkap Hyun dan langsung jatuh diatas meja.
“Apa? Apa dia tertidur?” ucap Ta Mi panik melihat Hyun yang tak mengangkat kepalanya. 

Ta Mi akhirnya membawa Hyun dipunggungnya sambil mengeluh karena tinggi sekali dan sangat berat. Ia mencoba membangunkan Hyun tapi Hyun masih tetap tak sadarkan diri lalu menarik ke dalam kamarnya, terus mengeluh berada di kelas berat yang berbeda.
“Aku benar-benar akan membunuhmu saat kau bangun besok.Wah... Aku sangat lelah... Ini membunuhku.” Ucap Ta Mi dan Hyun malah memeluknya.
“Hei, menyingkirlah dariku.”kata Ta Mi kesal mendorong Hyun lalu duduk di atas tempat tidurnya.
“Hei, Ta Mi... Kita di mana?” tanya Hyun mulai membuka mata. Ta Mi menjawab kalau itu ada dirumahnya.
“Rumahmu? Ini sulit kupercaya aku ada di rumah Ta Mi. Kita pasti sangat akrab. Kau tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam hidup.” Ucap Hyun tersenyum bahagia.
“Apa kau senang? Tahukah kau betapa sulitnya membawamu ke sini? Kau pasti berpikir kau ringan hanya karena kau langsing. Tapi kau sangat berat. Jadi Jangan pernah mabuk lagi. Aku hampir mati.” Ucap Ta Mi kesal
“Apa Kau tahu sesuatu? Setiap kali kau mulai berbicara dengan cepat, kau menjadi sangat manis. Aku serius.” Goda Hyun.
Ta Mi tak ingin membahasnya menyuruh Hyun tidur saja. Hyun menarik tanganTa Mi agar jangan pergi dan mengajak untuk tidur bersama, Ta Mi mengeluh Untuk apa tidur seranjang karena akan tidur di sofa. Hyun tiba-tiba memanggil Ta Mi “kacang” dan mengajak untuk tidur bersama saja.
“Kau panggil aku "Kacang"? Hei, aku tidak mungil. Kamulah yang tinggi. Jadi Diam dan tidurlah. Aku pasti akan membunuhmu besok... Paham?” kata Ta Mi marah
“Hei, Ta Mi... Mari tidur di sini bersama. Aku tidak akan melakukan apa-apa selain menggandeng tanganmu... Kumohon, Ta Mi?” rengek Hyun dengan wajah imutnya. 


Akhirnya mereka berdua tidur bersama, Hyun masih mengoceh dengan mata terbuka menceritakan Suatu hari, mereka mengalami kesulitan. Dan hari berikutnya, merasakan pencapaian yang luar biasa. Lalu suatu hari, akan jatuh lagi dan merasa tertekan.
“Lalu kamu menghela napas, berpikir kau tidak bisa menanganinya lagi. Tapi kemudian, kau melihat sesuatu yang lucu dan tertawa. Kamu makan sesuatu yang enak, dan rasanya lezat. Dan kau merasa senang saat melihat seseorang yang kau sukai. Kurasa semua ini adalah bagian dari hidup, bukan?” ucap Hyun. Ta Mi hanya terdiam mendengarnya.
“Tapi begini, semua suka dan duka ini terkadang sangat melelahkan. Semua ini menjadi sangat melelahkan.” Ucap Hyun
“Tapi meskipun demikian, hidup tetap berlanjut.” Ucap Ta Mi. Hyun membenarkan kalauHidup itu rajin.
“Tapi aku sangat malas, jadi, tidak ada apa pun yang bisa kulakukan tentang itu. Kau harus menandatangani formulir persetujuan yang Ga Gyeong minta untuk kau tanda tangani. Pikirkan satu hal saja.”
“Jika kau hendak mengkhawatirkan semua orang, setidaknya belajarlah mengendalikan sifat pemarahmu. Bagaimana kau bisa membicarakan wanita lain selagi tidur di sisiku? Kau sangat tidak sopan.” Keluh Ta Mi
Hyun tiba-tiba memberitahu  Ta Mi akan muntah. Ta Mi panik agar jangan muntah diatas kasurnya. Hyun berlari ke kamar mandi dan tak sengaja menjatuhkan alat pencukur jenggot. Ta Mi menepuk punggung Hyun agar muntah saja dan berbincang setelah itu.
“Aku berusaha muntah, tapi tidak ada yang keluar... Bahkan Tidak ada yang keluar.” Keluh Hyun duduk lemas di didepan wastafel.
“Cepat muntah, berandal... Kau bahkan merusak milikku, jadi, setidaknya kau harus muntah.” Balas Ta Mi kesal.
“Apa aku merusak sesuatu? Aku akan membayar semuanya Aku akan membayar dua kali lipat harganya... Aku punya banyak uang!” ucap Hyun terlihat masih mabuk. 

Ta Mi masuk ruangan bertanya Apakah pengumuman terkait Rumah Mayaku sudah diunggah. Alex memberitahu sudah diunggah pukul 9 pagi dan Situs mereka dibanjiri orang setelah pengumuman itu bahkan masuk dalam daftar kata kunci waktu nyata.Ta Mi melihat di layar "1. Rumah Mayaku,2. Rumah Mayaku dihapus"
“Rumah Mayaku akan menghapus layanannya per 1 September 2019. Itu akan menjadi bagian dari sejarah bersamaan dengan semua kenangan indah kalian.” Tulis Ta Mi menuliskan pemberitahuan pada semua penguna.
Da In melihat foto kenangan dirinya saat bersama dengan Mo Gun ketika SMA, halaman “Rumah Mayaku” Joon Soo juga melihat foto yang ada situs tersenyum berkomentar kalau terlihta tampan di masa lalu.
“Selama waktu yang tersisa, simpan semua data berharga kalian dalam ruang penympanan pribadi kalian. Jangan melupakan semua momen menakjubkan dalam hidup dan syukuri itu dengan segenap hati kalian.”
Semua melihat foto-foto yang ada di “Rumah Mayaku” termasuk Michelle yang menangis melihatnya. Mo Gun ikut mengetik pada sebuah profile. Ah Ra melihat foto dengan sekolahnya lalu tersadar dan Brian didekat pintu.
“Kami menyesal layanan ini tidak bisa terus menjadi teman seumur hidup kalian. Namun... Kami berharap Rumah Mayaku akan menjadi bagian dari kenangan kalian saat kalian mengingat dan mengenang kembali masa lalu.”
Hyun juga melihat account miliknya ada foto dirinya dengan Ga Kyung yang tersimpan.
“Kami sangat senang dan merasa terhormat Rumah Mayaku bisa menjadi bagian dari hidup kalian. Kami berterima kasih kepada kalian atas semua cinta yang telah kalian curahkan.”



Hyun tak sengaja bertemu dengan Ga Kyung dengan wajah gugup, Ga Kyung dengan santai meminta izin untuk bisa menyapa dan tidak tahu apakah Hyun ingin mengabaikannya. Hyun mengaku  Tidak seperti itu dengan wajah tertunduk binggung.
“Aku melihat pengumuman Rumah Mayaku. Apa kau baik-baik saja? Itu memiliki tempat yang spesial di hatimu.” Ucap Ga Kyung. Hyun mengaku tak mengerti.
“Itu layanan yang membuatku iri sebagai pesaing. Aku iri pada Barro.” Ucap Ga Kyung
“Ga Kyung, kau tahu betapa aku bekerja keras dahulu. Aku menyukai layanan itu, tapi aku juga membencinya.” Ucap Ta Mi
“Itu berarti kau mencintainya dengan segenap hatimu. Karena itulah kau juga bisa membencinya dengan berhasrat. Jadi, aku ingin bertanya sebesar apa rasa sukamu padaku dahulu. Lalu Aku ingin tahu sebesar apa rasa bencimu padaku sekarang. Beri tahu aku begitu kamu menemukan jawabannya.” Ucap Ga Kyung lalu melangkah pergi
“Aku tidak membencimu... Aku tidak pernah sekali pun membencimu.” Ucap Hyun lalu bergegas pergi karena malu. Ga Kyung tersenyum mendengarnya. 



Ta Mi akhirnya memberikan tanda tangan surat "Persetujuan Akses Posel Intranet" Ga Kyung langsung berdiri dengan wajah dingin merasa sudah melampaui fase terima kasih, jadi Ta Mi cukup tahu bahwa Ia berutang satu padanya.
“Kalau begitu, aku akan langsung meminta balasannya. Aku tidak yakin apakah aku harus menanyakan hal ini padamu, tapi tidak ada orang lain. Dirut Na dari Unicon dan wakil presdir Barro akan bertemu untuk makan dengan Pimpinan Jang, ibu mertuamu. Apa kamu mengetahui hal ini?” ucap Ta Mi.
“Aku sama sekali tidak tahu”kata Ga Kyung dengan wajah terlihat kaget.
“Bisakah kau mencari tahu kenapa mereka bertemu? Tampaknya itu bukan sekadar makan siang antarteman.” Kata Ta Mi. Ga Kyung menegaskan Setelah ini mereka seri.

Sec memberitahu Tuan Oh kalau ada tamu yang mencarinya. Ayah dan ibu Ga Kyung langsung menyelonong masuk. Tuan Sung tak bisa mengerti karena Seseorang datang dan meminta merka menandatangi berkas dan ingin tahu Apa yang terjadi.
“Ini seperti yang kalian lihat. 50.000 saham KU Group, apartemen di Hannam-dong, dan dua gedung komersial. Lalu Sisanya uang tunai. Itu separuh dari milikku dan apa yang akan Ga Kyung terima dalam perceraian” jelas Tuan Oh
“Itu lebih dari cukup untuk kalian menjalani hidup kalian tanpa harus mengandalkan orang lain.” Kata Tuan Oh
“Benarkah perceraian ini akan terjadi?” kata Tuan Sung masih tak percaya.
“Aku sudah bilang setuju dengan Ga Kyung dalam masalah ini.” Ucap Tuan Oh
“Kenapa kau tega melakukan ini padanya? Kau mengabaikan dia selama pernikahan kalian, tapi mendengarkan dia ketika dia minta bercerai.” Kata Tuan Sung
“Kalian juga mengabaikan dia seumur hidupnya, jadi, kenapa kalian tidak bisa mengabaikan perceraian ini? Berhentilah memanfaatkan kelemahannya untuk menekannya. Jangan bangga karena tidak peduli dengan kebahagiaannya.” Ucap Tuan Oh. Kedua orang tua Ga Kyung hanya bisa terdiam.
“Silakan tanda tangan dokumen itu. Aku akan minta seseorang untuk mengambilnya. Serta, aku berterima kasih jika kalian tidak memberi tahu Ga Kyung mengenai pembagian aset itu.” Ucap Tuan Oh. Kedua tak bisa berkata apa-apa. 


Ta Mi dan Mo Gun pergi ke mall untuk membeli alat cukur baru. Kasir bertanya ingin membayar dengan apa. Ta Mi memberikan kartunya, tapi Mo Gun langsung mengambilnya dan menyerahkan kartu miliknya. Ta Mi mencoba mengambil kartunya karena Mo Gun mengangkat tanganya keatas.
“Kenapa kau yang membelinya padahal aku yang merusaknya? Aku menerima uangnya dari Hyun.” Keluh Ta Mi
“Kalau begitu, traktir timmu makan malam, Anggaplah sebagai traktiranku.” Kata Mo Gun
 Ta Mi terus berusaha mengambil kartunya tapi Mo Gun yang sangat tinggi tak bisa meraihnya. Kasir datang memberitahu pembayaranya sudah beres, Mo Gun akhirnya mengembalikan kartu milik Ta Mi dengan senyuman.
“Kau tidak boleh menghabiskan uang seperti ini saat mengelola bisnis. Siapa yang tahu kapan itu akan merugi?” ucap Ta Mi
“Kau terdengar seperti ibuku. Kenapa tidak bisa berterima kasih saja?” keluh Mo Gun. Ta Mi pun akhirnya mengucapkan Terima kasih. Mo Gun pun memberikan balasan dengan mengelus kepala Ta Mi. 


Keduanya akhirnya berjalan bersama dengan Ta Mi merangkul lengan Mo Gun, Mo Gun Apa sesuatu terjadi di kantor hari ini, karena Ta Mi terlihat terusik tadi. Ta Mi mengaku mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa dipecahkan.
“Aku bahkan tidak tahu kenapa aku terusik olehnya. Tetap saja, kau menghiburku, jadi, kini aku baik-baik saja.” Ucap Ta Mi
“Karena kau merasa lebih baik, beri aku sesuatu sebagai ganti pencukur elektrikku.” Ucap Mo Gun melirik toko alat musik.  Ta Mi bingung apakah harus melakukanya sekarang.
“Aku ingin melihat sebanyak apa yang telah kau pelajari.” Ucap Mo Gun. Ta Mi mengaku itu terlalu memalukan.
“Ada apa? Apa permainanmu buruk?” ejek Mo Gun. Ta Mi menyangkalnya dengan wajah kesal karena merasa diremehkan.
“Siapa yang mengatakan itu? Aku cukup baik. Bersiaplah untuk bertepuk tangan.” Tegas Ta Mi. Mo Gun merasa Ta Mi itu selalu sama saja tapi tetap menyukainya. 


Akhirnya Ta Mi mencoba memainkan lagu yang sudah dilatihnya, beberapa orang mulai melihat sampai akhirnya lagu berakhir Mo Gun dengan sangat keras memberikan tepuk tangan dengan wajah bahagia dan bangga. Ta Mi yang malu langsung menariknya pergi.
Saat itu Mo Gun melihat ibunya baru saja naik eskalator. Ibu Mo Gun tak percaya bisa bertemu dengan anaknya. Mo Gun dengan ramah bertanya pada ibunya apakah akan berbelanja. Ibu Mo Gun mengaku bertemu seseorang untuk makan malam. Ta Mi menatap binggung melihat keduanya.
“Ini ibuku.” Ucap Mo Gun. Ta Mi pun menyapa dengan ramah. Ibu Mo Gun pun mengaku Senang bertemu dengan Ta Mi.
“Jadi, siapa dia?” tanya Ibu Mo Gun. Ta Mi menatap Mo Gun lalu mengaku sebagai rekan kerjanya. Mo Gun terdiam karena Ta Mi tak mau mengaku sebagai pacarnya.
“Ahh... Begitu rupanya... Kuharap kau memperhatikannya.” Ucap Ibu Mo Gun lalu pamit lebih dulu. 


Didalam mobil, dalam perjalanan pulang Mo Gun hanya diam saja. Ta Mi pun hanya menatap Mo Gan. Akhirnya Mobil pun sampai didepan rumah Ta Mi. Mo Gun menyuruhnya masuk lebih dulu  dan mengaku akan pergi ke kantor sebentar. Ta Mi mengerti akan  lalu turun dari mobil.
“Benarkah kita akan mengakhiri hari ini seperti ini?  Kita berdua tahu kau kesal dengan apa yang terjadi tadi.” Ucap Ta Mi
“Aku hanya butuh waktu untuk memahaminya.” Kata Mo Gun dan akhirnya Ta Mi turun dari mobil sambil menghela nafas. 

“Selamat malam... Semoga tidurmu nyenyak.” Ucap Mo Gun ikut turun dari mobil. Ta Mi akan masuk tapi tak bisa menahan rasa gundahnya.
“Apa yang seharusnya kulakukan? Haruskah aku mengatakan, "aku pacarnya"?” ucap Ta Mi tahu kalau Mo Gun marah
“Aku tidak ingin berdebat. Karena itu aku bilang kita butuh waktu untuk memahaminya.”ucap Mo Gun
“Apa ini sesuatu yang membutuhkan waktu untuk kau pahami? Bukankah kau perlu waktu untuk memahamiku?” kata Ta Mi dengan nada kesal.
“Bagi ibuku, aku seorang siswa. Lalu Bagimu, aku hanya rekan kerja.” Kata Mo Gun dengan wajah kecewa. Ta Mi ingin menjelaskan tapi Mo Gun lebih dulu bicara.
“Aku tahu kenapa kau mengatakan itu. Tapi itu tidak berarti aku tidak terluka.” Ungkap Mo Gun
“Maaf aku tidak berpikir sejauh itu. Ibumu? Dia adalah rintangan untukku. Tidak bisa kubayangkan reaksinya pada pacar yang 10 tahun lebih tua.” Kata Ta Mi
“Apa kau yakin itu alasannya?” ucap Mo Gun. Ta Mi bertanya Apa ada lagi alasannya.
“Bukankah kamu ingin menghindari merumitkan keadaan karena kau tidak ingin menikah?” ucap  Mo Gun
“Pernikahan tidak ada dalam masa depanku. Untuk apa aku mempertimbangkan itu dalam hubungan apa pun?” jelas Ta Mi
“Hidup bersama tidak masalah, tapi berbeda dengan pernikahan. Aku Sulit untuk memahami itu.” Jelas Mo Gun
“Tapi Apa kau paham pernikahan adalah syarat untuk hidup bersama? Lalu Kenapa begitu? Jika kita hidup bersama, itu karena cinta. Aku tidak ingin mendefinisikan itu dengan hukum atau kebijakan. Aku tidak suka jika pemerintah terlibat dalam kehidupan pribadiku, dan itulah penilaiku.” Jelas Ta Mi
“Hukum dan kebijakan juga menyediakan keamanan dan perlindungan. Kenapa itu buruk?” komentar Mo Gun
“Aku tidak mengatakan itu buruk. Cara berpikirku berbeda. Karena itu aku tidak memilih itu” ucap Ta Mi. Mo Gun bisa mengerti.
“Tidak. Kau tidak mengerti... Kau pikir kau orang biasa dan pilihanmu yang lebih bagus.”ucap Ta Mi
Mo Gun merasatidak pernah berpikir begitu. Tapi Ta Mi yakin Mo Gun berpikir begitu dia sendiri yang menjelaskan posisinya. Ia menegaskan Mo Gun  tidak menjelaskan alasan ingin menikah tapi karena ia tidak ingin menikah, maka menjelaskan berbagai hal kepada Mo Gun.
“Ya. Kita tahu suatu hari nanti kita akan bertengkar seperti ini, dan kita tetap milih untuk menempuh jalan ini. Karena itu kita bertengkar.” Ucap Ta Mi
“Kau benar... Mengetahui hal itu tidak berarti kau tidak akan terluka.” Ucap Ta Mi
“Aku tidak bermaksud melukaimu... Maafkan aku.”ucap Mo Gun. Ta Mi pun meminta maaf juga
“Kita akan selalu merasa bersalah terhadap satu sama lain. Sampai jumpa.” Kata Ta Mi lalu masuk ke dalam rumah. Mo Gun pun hanya bisa terdiam. 




Ga Kyung keluar kamar kaget melihat suaminya datang. Tuan Oh meminta izin agar bisa menginap malam ini karena Matahari terbenam hari ini indah dan takut kalau Ga Kyung nanti meninggal. Ga Kyung hanya bisa terdiam. Tuan Oh mengatakan akan tidur di sofa melepaskan jasnya.
Beberapa saat kemudian, Tuan Oh gelisah tidur disofa seperti merasa tak nyaman karena bantal dan sempit. Ga Kyung keluar kamar melihat suaminya dan Tuan Oh tersadar kalau Ga Kyung melihatnya. Akhirnya Ga Kyung dan Tuan Oh berbaring di satu ranjang yang sama.
“Saat kita masih pengantin baru, kenapa kita tidur seranjang?” tanya Ga Kyung
“Untuk mencoba mempertahankannya.” Ucap Tuan Oh. Ga Kyung pikir mereka tidak berhasil mempertahankannya.
“Kali ini, kita harus bisa melakukannya. Mari kita bereskan dokumennya bulan ini.” Kata Tuan Oh
“Saat ini Belum waktunya. Ada sesuatu yang harus kulakukan.” Kata Ga Kyung
“Beri tahu aku saat itu sudah beres.” Ucap Tuan Oh. Ga Kyung pikir kalau Tuan Oh pasti akan tahu tanpa memberitahunya sambil memiringkan badanya mengucapkan selamat tidur. 


Ga Kyung baru saja turun dari mobil, Nyonya Jang sedang makan dengan Kevin bertanya apakah tetap menerima kabar baik dan Apakah Barro juga merencanakan bisnis masa depan. Jin Kyung kaget melihat Ga Kyung yang datang bertanya apakah Nyonya Jang yang memanggil Ga Kyung.
“Aku tidak perlu ditelepon untuk datang ke sini. Karena Aku tinggal di sini.” Ucap Ga Kyung pada Jin Kyung
“Sudah lama aku tidak bertemu dengan Anda. Karena Anda belum menjadi dirut, jadi, aku akan memanggil Anda Wakil Presdir.” Ucap Ga Kyung pada Kevin. Kevin pun menyapa Ga Kyung yang sudah lama tidak bertemu.
“Lanjutkanlah perbincangan kalian. Apakah itu sesuatu yang tidak boleh kudengar?” ucap Ga Kyung
“Apa yang tidak boleh kamu dengar? Kau menantuku. Jadi Dengar. Kau mungkin akan mempelajari sesuatu.” Ucap Nyonya Jang membiarkan Ga Kyung bisa mendengar pembiacaran mereka.
“Jadi, presiden sangat mengkhawatirkan tentang portal web Apa Anda memiliki kesulitan..” Ucap Nyonya Jang, Kevin mengaku  Banyak.
“Kami juga perusahaan, jadi, masalahnya selalu seputar uang.” Ucap Kevin
Kalau begitu, mungkin ini merupakan tawaran yang sangat bagus. Portal web seperti kalian... Kalian menghabiskan banyak uang untuk listrik karena pusat data. Jika kalian bisa menggunakannya dengan harga industri, kalian bisa menghemat tujuh juta dolar setahun. Benarkah itu?” ucap Nyonya Jang. Ga Kyung terlihat kaget dan Kevin hanya bisa diam.
“Kita membayar harga listrik biasa, tapi harga industri akan menghemat sebanyak itu.” Ucap Jin Kyung
“Aku tahu apa daya pikatnya? Lalu apa masalahnya?” tanya Kevin. Nyonya memberitahu kalau Presiden memiliki banya kekhawatiran tentang kata kunci waktu nyata.


Ga Kyung keluar dari kamar setelah membawa barang-barangnya. Nyonya Jang menyindir Ga Kyung yang bisa langsung masuk saja pada rumah yang sudah ditinggalkannya dan yakin pasti bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan.
“Lalu? Apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa yang bisa kau lakukan?” ucap Nyonya Jang mengejek.
“Apa Ibu takut dengan apa yang akan kulakukan?” ucap Ga Kyung. Nyonya Jang pikir Ga Kyung itu takut padanya.
“Bukankah Ibu kesepian? Semua orang adalah musuh dan mereka yang kau percayai meninggalkanmu.  Apa yang Ibu anggap berharga menghilang. Bagaimana Ibu bertahan terhadap perubahan waktu?” ucap Ga Kyung
“Aku tidak bertahan. Tapi Aku mengamati orang-orang yang melakukan itu. Apa kau tidak menyadarinya? Aku sudah 10 tahun mengamatimu. Satu kata dariku membuatmu diskors dan disingkirkan.” Ucap Nyonya Jang merasa punya kuasa.
“ Lihat apa yang bisa kau lakukan. Aku berharap kau melihat, merasakan, dan belajar... Semoga beruntung, Ga Kyung” tegas Nyonya Jang. 


Ta Mi duduk sendirian di sofa mengingat saat bersama dengan Mo Gun, tapi saat itu pria itu tak ada disisinya. Ia menatap ponsel seperti berharap Mo Gun menelpnya tapi tak ada juga deringan telp untuknya. Ia pergi ketempat tidur mengingat kembali saat tidur bersama dengan Mo Gun.
“Aku akan pergi, pekerja lepas sialan.” Ejek Ta Mi mengelus kepala Mo Gun yang masih tertidur.
“Sampai jumpa, karyawan kantor yang malang.”balas Mo Gun dengan mata masih setengah terbuka.
Ta Mi akhirnya melihat account "Rumah Mayaku" miliknya lalu melihat Mo Gun yang menuliskan komentar “Bae Ta Mi, saat kau besar nanti, maka kau akan memacari Park Morgan.” 

Mo Gun pergi ke sebuah gedung membawa buket bunga dan terlihat spanduk acara Da In yang melakukan pertunjukan piano. Mo Gun menonton Da In mengingat kenangan dengan Ta Mi terlihat sangat bahagia dengan saling mengenggam tangan.
Ta Mi duduk dideretan kursi belakang, lalu melihat bagian belakang Mo Gun Ia teringat dengan ucapan Mo Gun “Hidup bersama tidak masalah, tapi berbeda dengan pernikahan. Sulit untuk memahami itu.”
 Lalu ia mengingat juga saat Da In mengaku sosok pria yang menjadi cinta pertamanya. Ta Mi seperti baru menyadari kalau Mo Gun cinta pertama untuk Da In.
 Bersambung ke episode 13

Cek My Wattpad... Stalking 


      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar