PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Aku… Aku
masih mencintaimu...”akui Dae Oh. Ae Jung terdiam mendengarnya dan langsung
tertawa mendengarnya. Dae Oh bingung Ae Jung malah tertawa.
“Memangnya
tak lucu? Bagaimana bisa aku tak tertawa? Konyol sekali.” ucap Ae Jung. Dae Oh
tak mengerti maksud ucapan Ae Jung
“Kau mengataiku wanita jahat, apa kau ingat? Apa Oh Dae-o yang hebat masih mencintai wanita jahat yang mematahkan hatinya? Yang benar saja. Jangan bercanda.” Ucap Ae Jung. Dae Oh tak percaya mendengar komentar Ae Jung.
“Karena kau suasananya menjadi canggung. Joo A-rin pasti kesal. Ayo.. Berikan tasku. Jangan pernah lakukan ini lagi... Tidak cocok.” Ucap Ae Jung memberikan jas dan mengambil tasnya. Dae Oh hanya bisa terdiam melihat tingkah Ae Jung.
Yeon Woo
keluar dari lift dan memberikan undangan didepan pintu, lalu melihat Ae Jung
berjalan dilorong akan masuk ke dalam toilet. Ia memanggil tapi Ae Jung sudah
masuk ke dalam toilet. Saat itu Ibu Yeon Woo melihat anaknya dan langsung
menghampirinya.
“Astaga! Yeon-woo,
ini benar kau, 'kan? Kau sangat tampan.” Ucap Nyonya Joo merangkul
anaknya. Yeon Woo malu karena Banyak
orang.
“Ibu akan
memperkenalkanmu kepada semuanya. Akhirnya mereka bertemu kau.” Kata Nyonya Joo
menarik Yeon Woo pergi. Yeon Woo bingung karena sedang menunggu Ae Jung.
Dae Oh
kesal memakan es batu, mengingat saat Ae Jung yang tertawa dan berpikir
perkataannya lucu. A Rin melihat Dae Oh dari kejauhan dan langsung
menghampirinya, lalu dengan wajah khawatir bertanya apa Nona Noh baik-baik saja. Dae Oh dengan wajah
kesal menjawab itu Mungkin.
“Aku kaget
karena dia terjatuh tadi. Aku merasa bersalah karena dia jatuh di hadapan para
tamu.” Ucap A Rin
“Dia
hanya perlu mencuci bajunya.” Kata Dae Oh sudah tak peduli lagi
“Omong-omong,
bagaimana denganmu? Apa Kau tak apa-apa? Kau harus hati-hati. Kau tak boleh
terluka.” Kata Dae Oh pada A Rin.
“Apa Kau
mencemaskanku?” ucap A Rin tak bisa menutupi rasa bahagia. Saat itu Nyonya Joo
datang dengan Yeon Woo.
“Ternyata
kau di sini... Aku mencarimu. Kenalkan, ini putraku.” Ucap Nyonya Joo bangga.
Dae Oh melihat Yeon Woo langsung menatap sinis. Yeon Woo pun tak bisa menutupi
wajahnya lagi.
“Aku
sedang mengobrol dengan sutradara.” Kata A Rin. Nyonya Joo kaget kalau Dae Oh
adalah Sutradara
“Jadi,
apa berarti dia… Sutradara Cheon Eok-man?” ucap Nyonya Joo. Dae Oh pun
membenarkan sebagai Cheon Eok-man.
“Halo.
Senang bertemu denganmu. Aku Joo Bo-hye, CEO Cheonmyeong Entertainment. Lalu
ini putraku, Oh Yeon-woo.” Ucap Nyonya Joo bangga. Yeon Woo pun menyapa
keduanya.
“Senang
bisa bertemu orang penting di sini.” Kata Dae Oh dengan nada menyindir
mengulurkan tanganya. Nyonya Joo menyuruh anaknya agar menjabat tanganya.
“Sepertinya
kalian akan sering bertemu. Dia putra tunggalku.” Kata Nyonya Joo. Yeon Woo
merasa tak enak dengan ibunya yangterus merangkulnya.
“Apa Kau
sudah bertemu produser film kami? Produser Noh Ae Jung” ucap Dae Oh.
“Apa Dia
juga datang? Di mana dia?” tanya Nyonya Joo penasaran. A Rin memberitahu Ae
Jung sedang pergi, tapi belum kembali.
“Ibu, aku
permisi dahulu.” Kata Yeon Woo panik dan bergegas pergi. Nyonya Joo bingung
kenapa anaknya yang ingin cepat-cepat pergi. A Rin heran dengan sikap Yeon Woo
yang tiba-tiba pergi, sementara Dae Oh sudah tahu kalau Yeon Woo tak ingin Ae
Jung tahu tentang statusnya.
Ae Jung
berjalan keluar dari lobby, lalu mengingat saat Dae Oh mengatakan “Aku masih
mencintaimu.” Ia pun mengumpat kesal pada Dae Oh si Pria gila karena
Perkataannya konyol lalu berpikir akan pulang saja Yeon Woo berlari ke lobby
dan langsung berteriak memanggil Ae Jung. Ae Jung kaget melihat Yeon-woo.
“Syukurlah.
Hampir saja.” Ucap Yeon Woo. Ae Jung bertanya kenapa Yeon Woo datang ke tempat
ini.
“Itu… Aku
ada janji dengan seseorang.” Kata Yeon Woo gugup. Ae Jung lalu memuji Yeon Woo hari
ini kau sangat tampan.
“Benarkah?..
Tapi Apa sesuatu terjadi kepadamu?” tanya Yeon Woo melihat baju Ae Jung ada
noda makanan.
“Aku
menumpahkan sesuatu.” Kata Ae Jung. Yeon Woo melepaskan jas dan memberikan pada
Ae Jung. Ae Jung mengeluh kalau tak
perlu.
“Mari
ikut denganku.” Kata Yeon Woo menarik Ae Jung keluar. Ae Jung mengaku baik-baik
saja.
“Ayo
Percayalah kepadaku.”kata Yeon Woo terus menarik Ae Jung. Ae Jung mengaku baik-baik
saja.
“Siapa
wanita yang bersamanya?” ucap Nyonya Joo melihat anaknya yang pergi dengan seorang
wanita, saat akan mengejarnya beberapa orang yang mengenalnya langsung
menyapanya lebih dulu.
Yeon Woo
melihat sebuah toko baju yang masih buka lalu memilihkan satu baju yang cocok
untuk Ae Jung. Ae Jung merasa kalau tak
perlu dan tak ada alasan membelikan baju untuknya. Yeon Woo mengaku sengaja
datang untuk membelikan baju dan mau Ae Jung ganti baju itu.
“Aku bisa
ganti baju di rumah. Ayo pulang saja.” Ucap Ae Jung lalu saat berjalan mengaduh
kesakitan. Yeon Woo melihat kaki Ae Jung yang lecet.
“Kakiku
lecet karena sudah lama tak pakai sepatu tinggi.” Ucap Ae Jung. Yeon Woo
langsung mencari sepatu flat meminta agar Ae Jung memakainya. Ae Jung menolak merasa tak perlu
“Kau
perlu sepatu agar bisa bekerja keras.” Kata Yeon Woo. Tapi Ae Jung tetap
menolaknya.
“Ini
hanya baju dan sepatu.” Ucap Yeon Woo memohon. Ae Jung pun tak bisa menolaknya
lagi. Akhirnya Yeon Woo yang akan membayarnya.
KANTOR
CEO
Nyonya
Song duduk dengan wajah tegang menatap laptopnya. Manager Myung datang karena Nyonya Song yang mencarinya.Nyonya
Song mendengar Ryu pergi ke acara Malam Cheonmyeong. Manager Myung gugup
mengaku RyuJin juga ingin bertemu Joo A-rin.
“Seberapa
hebat film itu sampai dia mau bekerja dengan Joo A-rin yang dia benci?” kata
Nyonya Song penasaran.
“Bukan
begitu. Film ini adalah karya Cheon Eok-man.” Kata Manager Myung.
“Apa
Hanya itu?”tanya Nyonya Song. Manager Myung terlihat gugup. Nyonya Jung
bertanya Apakah ini, memperlihatkan sesutu di laptopnya.
“Inikah
hal yang kau rahasiakan dariku?” kata Nyonya Song. Manager Myung melihat di
layar ada foto Ryu Jin dengan anak
remaja bertuliskan caption
[RYU JIN MENJADI
PEMBICARA DI SMP HANBAK- KELAS SPESIAL BAGI PEMIMPI DI HANBAK]
Ryu Jin
berbicara menyapa A Rin memujinya kalau memang aktris yang hebat. Ia pun yakin
kalau Ae Rin pasti tak lupa itu berkat siapa jadi selalu mendukunnya, tapi
ternyata Ryu Jin sedang berlatih ditoilet kalau bertemu dengan A Rin.
“Sial.
Tak mungkin aku mendukungmu. Aku bisa menyumpahimu terus dan itu belum cukup.
Astaga... Haruskah aku bekerja dengan orang sombong itu?” ucap Ryu Jin kesal.
Saat itu
seseorang masuk, Ryu Jin langsung menutup mulutnya dan melihat Dae Oh sedang
ada didepan toilet sibuk dengan ponselnya.
“Kenapa
dia tak jawab teleponnya? Apa dia pergi dengan si berengsek itu?” ucap Dae Oh
kesal
Ryu Jin
keluar toilet bertanya sedang apa didepan toilet. Dae Oh melihat Ryu Jin
bersikap tak terjadi apapun. Ryu Jin berkomentar kalau Dae Oh
aneh dan bertanya Kenapa ada di depan toilet wanita. Dae Oh mengaku bukan
seperti itu.
“Ae Jung
tiba-tiba menghilang. Aku pikir dia ada di toilet wanita. Aku harus pergi.
Sampai jumpa.” Ucap Dae Oh lalu berjalan pergi.
“Kenapa
dia?”kata Ryu Jin heran. Dan tiba-tiba Dae Oh datang lagi bertanya pada Ryu
Jin.
“Jika
datang bersama, bukankah harus pulang bersama? Bukan berarti aku mau pulang
dengannya, tapi harusnya tak begini.. Aku pulang dahulu.” Kata Dae Oh lalu
berjalan pergi lagi.
“Kenapa
dia?” kata Ryu Jin heran dangan tingkah temanya. Daae Oh kembali datang
“Menyebalkan
sekali. Apa hanya perasaanku saja? Mungkin hanya perasaanku. Maafkan aku. Aku
sungguh akan pergi.” ucap Dae Oh dan pergi
tapi balik lagi.
“Hei... Sebenarnya
kau akan di sini atau pergi?” teriak Ryu Jin kesal. Dae Oh pun dengan santai
mengajak agar mereka pergi bersama.
Ryu Jin
memberikan tanda tangan dengan seorang fans, tapi menolak untuk foto karena
sedang bersama temannya. Dae Oh pun sibuk minum terlihat sudah setengah mabuk
mengaku menyatakan cinta. Ryu Jin hanya menatap temanya.
“Kubilang
kepada Ae Jung, bahwa aku menyukainya.” Akui Dae Oh. Ryu Jin kaget
mendengarnya.
“Tapi dia
bilang itu konyol... Astaga... Apa perkataanku lucu? Aku menyatakannya dengan
serius. Tapi dia bilang jangan bercanda dan pergi. Apa aku ditolak? Jadi Aku
harus bagaimana?” ucap Dae Oh binggug. Ryu Jin hanya diam saja.
“Aku sangat
berdebar waktu melihatnya, cemas saat tak melihatnya, dan aku tak bisa
menguasai hatiku. Aku tak bisa menyerah. Bagaimana bisa aku berhenti saat baru
mulai punya perasaan padanya?” ucap Dae Oh
“Tidak
bisa. Kau tah dia punya anak, 'kan?” ucap Ryu Jin gugup. Dae Oh mengaku tahu.
“Aku tahu
dia punya anak... Aku tak bercanda... Aku serius. Perasaanku benar-benar
tulus.” Kata Dae Oh
“Aku
harus pergi. Orang-orang memperhatikanku.” Ucap Ryu Jin bergegas pergi. Dae Oh
mengeluh kemana Ryu Jin mau ke mana dan mengajak untuk duduk saja.
Hye Jin
kaget melihat Tuan Joo yang datang ke kantor selarut ini. Tuan Joo melirik ke
arah meja Ae Jung yang kosong. Ae Jung tahu Tuan Joo mencari Ae Jung lalu memberitahu
kalau ia pergi ke acara Malam Cheonmyeong.
“Apa Kau
datang sendiri hari ini? Ke mana Pak Kim?” ucap Hye Jin memperlihatkan gerakan
mencari pria berambut plontos.
“Aku
datang sendiri. Tolong sampaikan ini kepada Nona Noh. Ini bisa membantu
merekrut Joo A-rin... Aku pergi dahulu.” Ucap Tuan Koo.
“Tunggu
sebentar, Pak Koo.. Kau tak perlu khawatir soal itu. Kami berencana mengabarimu
besok, tapi sepertinya Joo A-rin setujuuntuk bermain di film kita.” Ucap Hye
Jin.
Tuan Koo
duduk dengan wajah tersenyum melihat cincin ditanganya. Tuan Km kaget mendengar
ucapan Tuan Koo dan ingin memastikanya. Tuan Koo membawa kembali berkas yang
dibawa untuk Ae Jung lalu mmberitahu
kalau tak butuh itu lagi karena udah terlambat.
“Apa
maksudmu?”tanya Tuan Kim tak mengerti. Tuan Koo mengatakan mau bergabung dalam
komite orang tua murid.
“Apa kau
serius? Biasanya kau tak pernah mau.” Tanya Tuan Kim kaget
“Seseorang
menyarankan aku harus datang.” Ucap Tuan Koo tersenyum bahagia.
“Siapa
yang memberitahumu?” tanya Tuan Kim penasaran. Tuan Koo menjawab itu temanya.
Ae Jung
baru saja selesai mandi lalu melihat noda bajunya dan mengingat ucapan Dae Oh
lalu mengeluh “Dia mengatakan hal konyol. Tak masuk akal.” Lalu saat itu Dae Oh
menelpnya.
“Kenapa? Kau
mau bicara hal konyol apa lagi? Dasar Sial.” ucap Ae Jung kesal melempark
ponsel dan tak mengangkatnya.
“Aku
menyatakan cinta, tapi kau malah tertawa?” ucap Dae Oh yang mabuk duduk didepan
rumah Ae Jung dan mengingat ucapan Ae Jung “Kau mengataiku wanita jahat, ingat?
“Dia
bilang ingatannya tak bagus. Kenapa dia bisa ingat perkataan itu?” ucap Dae Oh
dan mengingat kembali saat Ae Jung mengembalikan jasnya.
“Kau
Ambil ini...Jangan pernah lakukan ini lagi. Tidak cocok.” Ucap Ae Jung marah.
“Lalu
sebenarnya apa yang cocok denganku? Jawablah teleponku.” Kata Dae Oh kesal
karena Ae Jung tak mengangkat telpnya.
Saat itu
Yeon Woo keluar rumah, Dae Oh senang melihat Yeon Woo keluar dan langsung
menyapanya lalu meminta masuk agar bisa memanggilkan Ae Jung.
“Jika kau
mabuk, pulang dan tidurlah. Jangan buat keributan di sini.” Ucap Yeon Woo. Dae
Oh mengeluh kesal
“Aku sedang mabuk, jadi, aku pasti bisa
mengalahkanmu.” Kata Dae Oh berdiri dan Yeon Woo langsung mendorong dengan
bahunya. Dae Oh terjatuh sambil mengaduh kesakitan.
Di
lapangan, Yeon Woo bermain basket sendirian. Dae Oh langsung mengejek Yeon Woo
yang tak pandai bermain basket, Yeon Woo tak memperdulikan dan terus bermain
basket. Dae Oh pikir Yeon Woo yang
memanggilnya jadi meminta agar bicara dan Jangan hanya bermain basket.
“Aku tak
pernah memanggilmu. Kau yang mengikutiku.” Ucap Yeon Woo. Dae Oh seperti tak
yakin mendengarnya.
“Aku akan
memberimu peringatan. Jangan tiba-tiba datang ke rumahnya. Itu sangat tak
sopan.” Kata Yeon Woo marah
“Aku
pergi ke rumah Noh Ae Jung untuk bertemu
dengannya. Kenapa kau marah?” kata Dae Oh
“Biar aku
tanya satu hal. Kenapa pria kaya sepertimu menyewa kamar di rumah Ae Jung?”
kata Dae Oh penasaran
“Haruskah
aku beri tahu kau?” balas Yeon Woo. Dae Oh mengaku hanya penasaran kenapa Yeon Woo pura-pura
hidup sebagai orang biasa
“Apa
alasanmu?” tanya Dae Oh. Yeon Woo mengaku
menyukai Ae Jung dan ingin
menghabiskan waktu bersamanya serta lebih dekat dengannya.
“Lantas,
apa alasanmu? Jawab pertanyaanku. Kenapa kau selalu mengganggu Ae Jung?” kata
Yeon Woo
“Aku tak
mengganggunya. Aku mau kembali bersamanya. Dahulu, kami sangat akrab.” Ungkap
Dae Oh tak mau lagi menutupi perasanya.
“Awalnya
aku tak yakin, tapi ternyata benar.”komentar Yeon Woo. Dae Oh bingung bertanya
apa maksudnya benar.
“Dahulu
kau yang menyakiti Ae Jung. Aku selalu mau memukul orang i jika aku bertemu
dia.” Ucap Yeon Woo menahan emosin
“Apa Aku
menyakitinya? Seingatku, dia yang melukaiku. Kau tahu apa?” balas Dae Oh
“Karena
itu, takkan kubiarkan.” Ucap Yeon Woo dan keduanya saling berkelahi menarik
rambut. Dae Oh menjerit kesakitan karena rambutnya ditarik dan meminta Yeon Woo
agar melepaskanya.
Yeon Woo
pun melepaskan tanganya, tapi Dae Oh malah membalasnya dengan menarik rambut
Yeon Woo. Yeon Woo dengan kekuatanya langsung mengigit lengan Dae Oh. Dae Oh
langsung menjerit kesakitan.
Dae Oh
berbaring di tempat tidur dengan wajah babak belur mrawa tak percaya kalau Yeon
Woo berani menyerang tanpa tahu kejadian sebenarnya. Ia pun mengumpat kesal karena
anak muda yang brani melawanya.
“Jika aku
saja separah ini, mungkin sekarang pria itu sudah di IGD.”ucap Dae Oh dan
merasakan kesakitan di seluruh badanya.
Tapi Yeon
Woo terlihat bugar setelah selesai mandi, lalu melihat wajahnya yang ada bekas
luka. Ia pun mencari salep pada kotak P3K dilantai bawah. Ae Jung keluar kamar
bertanya sedang apa. Yeon Woo mengaku sedang mencari salep.
“Salep?
Kenapa?” ucap Ae Jung panik dan melihat wajah Yeon Woo yang terluka.
“Aku
terbentur.” Kata Yeon Woo berbohong. Ae Jung pun ingin memastikan wajah Yeon
Woo.
“Astaga.
Kau benar-benar terbentur. Kau seorang guru. Rawatlah dirimu dengan lebih baik.
Kau bertemu murid-murid setiap hari. Apa yang akan mereka pikirkan?” ucap Ae
Jung langsung memberikan salep pada wajah Yeon Woo. Yeon Woo tersipu malu saat
Ae Jung menyentuh bibirnya.
“Kenapa
tertawa?” tanya Ae Jung heran dan merasa sedikit canggung.
“Tak
apa-apa. Hanya saja aku merasa menang.” Ucap Yeon Woo. Ae Jung pun bingung
menang karena apa. Yeon Woo mengaku Bukan
apa-apa lalu berjalan pergi.
Nyonya Choi
keluar kamar melihat Yeon Woo hanya tersenyum bertanya Ada apa dengannya. Ae
Jung mengelengkan kepala karena tak tahu. Nyonya Choi lalu bertanya pada Ae
Jung apakah pernah membuang semacam catatan. Ae Jung bingung apa maksudnya Catatan
“Saat ibu
mau daur ulang sampah… Ke mana barang itu?” kata Nyonya Choi bingung mencari
buku di laci
“Ibu cari
apa?” tanya Ae Jung heran. Nyonya Choi kebingungan karena buku yang diambilnya
hilang.
Ha Nee
yang mengambil buku catatan milik Yeon Woo langsung menyemunyikan di bawah
tempat tidur anjing kesayanganya. Ia pun bertanya-tanya Kenapa Nenek memungut
barang yang sudah dibuang. Nyonya Kang melihat Ha Nee sedang berbicara dengan
anjingnya.
“Sepertinya
kau sangat menyukainya.” Komentar Nyonya Kang. Ha Nee pikir itu sudah pasti
karena ia yang memungutnya.
“Aku akan
bertanggung jawab.” Kata Ha Nee. Nyonya Kang menatap Ha Nee. Ha Nee bingung
dengan tatapan Nyonya Kang.
“Tak
apa-apa... Kau sudah seperti ibunya.” Ucap Nyonya Kang. Ha Nee membenarkan
kalau Mulai sekarang aku ibu sekaligus ayahnya.
“Perkataanmu
sangat mirip dengan ibumu... Itu perkataan yang selalu ibumu katakan. Dia
adalah ibu sekaligus ayahmu. Tapi… itu bukan hal mudah. Kau tahu itu, 'kan?”
ucap Nyonya Kang
“Artinya
dia mau berikan semua. Semua yang bagus, yang baik, yang mau kau makan, yang ingin
kau miliki dan kau lakukan. Semuanya. Ibumu pernah berkata bahwa setelah
melakukan semuanya yang tersisa untuknya hanya satu hal. Yaitu dirimu.” Kata
Nyonya Kang lalu memberikan sebuah amplop.
“Semoga
beruntung... Rawatlah ia dengan baik.”ucapNyonya Kang. Ha Nee tersenyum bahagia
karena berpikir diberikan Uang jajan
“Ini
bukti pembayaran perawatan anjingmu. Aku menagihmu.” Kata Nyonya Kang. Ha Nee
mengeluh kalau tak punya uang.
“Kembalikan
nanti. Ibumu juga begitu.” Kata Nyonya Kang. Ha Nee kesal karena tagihan
diberikan padanya.
“Bagus,
Noh Ha-nee... Kau sudah berutang sejak umur 14 tahun.” Ucap Nyonya Kang
menyindir.
Ae Jung
sedang duduk di meja kerjanya dan melihat Dae Oh seperti sengaja membalik
kertas dengan kasar. Dae Oh melampiaskan amarahnay sambil mengeluh kertasnya
susah sekali dibalik. Hye Jin tiba-tiba mengangkat tanganya mengaku punya
pertanyaan.
“Kenapa
wajahmu begitu?” ucap Hye Jin. Ae Jung terlihat gugup karena takut Dae Oh mulai
berbicara aneh.
“Tentang
ini… Aku menjadi begini karena seorang wanita. Ini biasa terjadi kepada pria yang
memperebutkan wanita.” Ucap Dae Oh.
“Apa… Apa
yang kau katakan?” uca Ae Jung marah. Hye Jin menyela kalau merasakannya waktu membaca novel Dae Oh.
“Aku
pikir kau orang yang sangat romantis.” Kata Hye Jin. Dae Oh tersenyum merasa
sepertinya menarik dengan ucapan dan meminta agar melanjutkan bicaranya.
“Aku suka
bagian Cheon-su menyatakan cinta kepada Hae-ok di pinggir jurang. Itu Sangat
romantis..” ungkap Hye Jin
“Ternyata
kau cukup jeli. Bagian itu memang kuambil dari pengalamanku. Aku tak sampai di
pinggir jurang, hanya saja hampir masuk IGD karena aku mau makan bersamanya.”
Cerita Dae Oh. Hye Jin tak percaya mendengarnya.
“Kau
sangat romantis. Tapi Kenapa putus jika begitu saling cinta?” kata Hye Jin.
“Aku tak
tahu... Kira-kira kenapa kami putus?” ucap Dae Oh melirk ke rah Ae Jung seolah
tak peduli.
“Hye-jin...Apa
Kau sudah selesaikan proposal anggaran?” ucap Ae Jung mencoba agar tak
membahasnya lagi.
“Itu?
Masih belum selesai.” Kata Hye Jin. Dae Oh akhirnya memutuskan malam ini rapat semalaman.
“Sepertinya
kita perlu tahu alasan detail mengapa Cheon-su dan Hae-ok berpisah.” Kata Dae
Oh
“Entahlah...
Sepertinya tak perlu sampai bergadang demi hal itu.” Ucap Ae Jung
“Kenapa?
Ada alasan kau tak bisa bergadang bersamaku?” sindir Dae Oh. Ae Jung mengaku
tidak dan menurutnya Itu ide bagus.
“Hye-jin,
dia bilang kita akan rapat semalaman. Jadi, siapkan banyak camilan manis.” Ucap
Ae Jung dan Hye Jin pun menganguk mengerti.
“Baiklah.
Tanggal rapat sudah ditentukan... Untuk makan siang…” kata Dae Oh dan Ae Jung
langsung berdiri karena harus dinas keluar dahulu.
“Mari
kita makan siang masing-masing.” Kata Dae Oh melihat Ae Jung yang keluar dari
kantor.
Ae Jung
keluar sambil mengeluh dengan sikap Dae Oh yang membuatnya tak nyaman. Dae Oh
tiba-tiba berjalan dibelakang Ae Jung bertanya kenapa menghindarinya. Ae Jung terus berjalan mengeluh kalau tak
mungkin menghindarinya. Dae Oh bisa menyusul Ae Jung berkomentar alau sekarang sedang
melakukannya.
“Kau tak memberi
tahu alasan kita putus.” Ucap Dae Oh seperti ingin mendesak Ae Jung
“Jika kau
begini karena naskah, mari kita bicara besok saja. Besok kita akan rapat.”ucap
Ae Jung
“Baiklah.
Bagaimana dengan revisinya? Apa sudah bagus? Aku merevisinya sambil
memikirkanmu.” Kata Dae Oh sengaja memancing
“Kau… Apa
kau perlu mengatakan itu?” keluh Ae Jung menahan emosinya.
“Agar kau
juga bisa ingat betapa indah masa lalu kita. Agar kita bisa bicarakan lagi.”
Kata Dae Oh
“Sudahlah,
Dae Oh... Aku tak ingat apa pun. Tak ada kenangan indah yang bisa kupakai untuk
bernostalgia. Jadi, sekalipun kau tulis semua kenanganmu, aku tetap tak akan
ingat. Maafkan aku.” Tegas Ae Jung
“Dan Satu
lagi... Sebenarnya aku juga sudah tak ingat alasan kita putus. Mungkin
terdengar memuakkan, tapi sebenarnya itu hanya alasan. Seharusnya aku tak
memanfaatkanmu, tapi maaf, tak ada jalan lain.” Akui Ae Jung. Dae Oh sempat
terdiam dan akhirnya bicara.
“Kau
bohong.. Kenapa kau begitu membenciku jika tak bisa mengingat apa pun? Jika kau
membenciku hingga begini, ini artinya kau masih menyukaiku.” Ucap Dae Oh
“Aku bilang
tidak. Aku tak menyukaimu. Aku sangat sibuk, jadi, jangan ganggu
aku. Aku harus
bekerja dan mengurus anakku.” Keluh Ae Jung
“Lakukanlah
semua hal itu. Apa aku menghalangimu? Jalani hidupmu seperti biasa. Hanya saja
aku akan menyukaimu... Aku akan tetap menyukaimu... “ tegas Dae Oh
“Serta,
jangan salah paham.. Aku juga tak mau bernostalgia. Karena jika aku mengingat
malam aku menyatakan cinta, aku akan merasa sangat sedih.” Kata Dae Oh lalu
berjalan pergi. Ae Jung hanya bisa terdiam.
Flash Back
Ae Jung
mulai makan dengan lahap. Dae Oh bertanya apakah mereka hanya makan saja. Ae Jung
menganguk karena Dae Oh yang mengajaknya makan.
Sebelumnya
Dae Oh pergi ke perpustakaan menemui Ae Jung mengajak untuk makan tapi Ae Jung
seperti menolaknya. Saat akan masuk kampus, Dae Oh datang dengans sepeda
menghalangi jalan Ae Jung kembali mencoba mengajaknya makan.
“Maaf,
tolong tenang sebentar... Ae Jung.. Ayo makan denganku.” Ucap Dae Oh Didepan
kesal. Semua anak langsung bersorak dan Ae Jung terlihat malu.
“Aku
lapar. Aku pikir kau tak bisa katakan hal lain selain mengajak makan.”kata Ae Jung.
Dae Oh menganguk mengerti mendengarnya.
“Aku mau
makan denganmu karena ingin melupakan kejadian pada trip itu dan menjadi teman
baik. Karena itu aku… Hei... Apa kau mendengarkanku?” kata Ae Jung melihat Dae
Oh hanya tertunduk
“Ya, aku
mendengarkanmu. Omong-omong, kau pasti sangat suka kerang.” Kata Dae Oh
“Kerang
makanan kesukaanku nomor satu.” Ucap Ae Jung. Dae Oh pun tahu kalau kerang jadi
Nomor satu untuk Ae Jung.
“Jika aku
makan ini, artinya aku menjadi nomor satumu... Tepati janjimu. Aku menyatakan
cinta dengan mempertaruhkan nyawaku. Aku akan makan ini.”ucap Dae Oh mengambil
kerang dan langsung memakanya. Ae Jung pun bingung.
Dae Oh
berbaring di rumah sakit dengan tubuh yang memerah dan merasa gatal. Ae Jung
duduk disampingnya mengeluh Dae Oh sudah gila karena tahu alergi tapi tetap
memakanya dan sudah ingin mati. Dae Oh pikir sudah mengatakanya.
“Kupertaruhkan
nyawaku untuk menjadi pacarmu... Jadi Tepati janjimu.” Ucap Dae Oh. Ae Jung
kaget mendengarnya.
“Jika
tidak, ini tak adil. Hei, Ae Jung... Aku sangat menyukaimu.” Kata Dae Oh yang
terus merasakan gatal . Ae Jung pun tak bisa berkata-kata.
Ae Jung
akhirnya hanya bisa menatap Dae Oh dengan semua kenangan yang diingatnya.
Ae Jung
pergi ke sekolah dan kaget melihat Tuan Koo datang ke sekolah. Tuan Koo yang
terlihat menyeramkan akhirnya duduk di ruangan bersama dengan orang tua murid
lainya dan dibagian tengah terlihat papan nama IBU CHAN-YEONG
“Seperti
yang sudah kita bicarakan kali terakhir, kita akan memilih ketua untuk memimpin
komite orang tua murid selama setahun. Apa Kalian bisa ajukan calon ketuanya?”
ucap Guru Oh.
“Ibu
Chan-yeong.” Kata seorang wanita yang duduk disampingIbu Chan Yeong. Ibu Chan
Yeong malu merasa kalau itu tak perlu.
“Ayah
Dong-chan.” Kata Ibu yang duduk didepan Ae Jung, mereka seperti terpesona
dengan ayah Dong Chan dan Ae Jung pun menyetujuinya.
“Jika dia
menjadi ketua, ayah lain pasti mau ikut berpartisipasi.” Kata si ibu. Beberapa
ibu pun setuju.
“Apa tak
ada lagi? Jika tak ada, mari lakukan pengambilan suara.” Kata Guru Oh.
Tiba-tiba Tuan Koo mengangkat tangany
“Aku juga
mau mencalonkan seseorang.. Ibu Ha-nee.” Kata Tuan Koo. Ae Jung melonggo kaget.
Tapi akhirnya mereka semua langsung menuliskan pilihan
Di taman,
Ha Nee mengelh bahkan tak dapat 10.000
won dengan mengumpulkan botol kosong dan berpikir kalau harus mencari kerja
paruh waktu. Dong Chan bertanya pada Ha Nee apakah tak mencari ayahnya lagi. Ha
Nee terdiam.
“Maksudku,
kita sudah tahu Pak Oh bukan ayahmu. Bukankah seorang lagi aktor itu?” ucap
Dong Chan.
“Lantas
kenapa? Dia melarangku menghubunginya.”ucap Ha Nee marah, tiba-tiba Seorang
anak menyiram keduanya.
“Anak-anak
yang tak punya ayah dan ibu cocok sekali. Apa kalian berpacaran?” ejek Chan
Yeong. Ha Nee ingin melawanya.
“Hentikan,
Ha-nee. Abaikan saja dia.” Kata Dong Chan menahannya. Tiba-tiba seorang anak
berteriak
“Chan-yeong,
ada masalah... Ibumu…” teriak temanya. Chan Yeong terlihat kaget.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar