PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Aku tak
tahu bagaimana film itu.Aku sama sekali tidak ingat.” Akui Yeon Woo. Ae Jung
bingung.
“Sepertinya
aku sangat menyukaimu.” Kata Yeon Woo. Ae Jung hanya bisa terdiam dan saat itu
Dae Oh melihat dari kejauhan
“Aku
harus pergi.” kata Dae Oh menahan amarahnya lalu berjalan pergi dengan
mobilnya, tapi berpikir kalau harus memberikan pelajaran untuk Ae Jung.
Ia pun
akhirnya memundurkan mobilnya dan
genangan air akan mengenai Yeon Woo. Ae Jung pun berteriak
memperingatkannya, tapi cipratan ia sudah mengenai baju Yeon Woo. Dae Oh
didalam mobil seperti baru tersadar kalau tindakanya itu kekanak-kanakan.
“Apa yang
aku lakukan?” keluh Dae Oh. Ae Jung langsung mengumpat kesal dengan pengemudi
mobil yang mundur begitu di jalanan
“Apa dia
mabuk? Kau menjadi basah kuyup.” Ucap Ae Jung akhirnya langsung mengetuk pintu
jendela. Dae Oh panik.
“Pak,
buka jendelamu.” Teriak Ae Jung. Dae O bertanya-tanya apa Mereka bisa
melihatnya dan bergegas langsung menginjak gas.
“Kenapa
dia? Sepertinya dia benar-benar mabuk. Pak! Tunggu!Hei, nomor pelat 1780! Sialan.”teriak
Ae Jung. Yeon Woo hanya bisa diam saja dan menahan Ae Jung agar tak
mengejarnya.
“Apa Kau
tak apa-apa? Nomor pelat 1780. Ini hampir tabrak lari.Ingat itu, 1780.” Kata Ae
Jung kesal.
Keduanya
akhirnya berjalan pulan, Ae Jung mengeluh Bedebah itu merusak suasana hatinya
dan berpikir melaporkan dia, Yeon Woo mengelengkan kepala dan masih merasai
untung mereka tak apa-apa dan terluka. E Jung mengaku Badannya memang baik-baik
saja, tapi hatinya terluka.
“Sudah
lama sejak hatiku menikmati emosi semacam itu, tapi bedebah itu merusak momen
tadi.” Kata Ae Jung kesal dan mengajak pulang.
“Ae
Jung... Ini untukmu.” Ucap Yeon Woo. Ae Jung melihat buku [MEMIKIRKANMU,
SEGALANYA BAGIKU] dan juga sebuah surat.
“Kuharap
perasaanmu lebih baik setelah membaca ini. Butuh 14 tahun bagiku untuk
memberikan ini kepadamu. Bacalah saat kau ingin. Tak perlu terburu-buru.” Ucap
Tuan Oh. Ae Jung hanya bisa terdiam.
Di rumah,
Ha Nee pergi ke kamar Tuan Oh tapi tak ada dikamar, lalu mengeluh Ke mana Tuan
Oh saat membutuhkannya. Ia pun akhirnya masuk ke dalam kamar dan melihat kamar
Tuan Oh yang sangat rapi.
Ia lalu
memenukan sebuah buku yang sama dengan miliki ibunya [KELAS PENGASUHAN UNTUK
MAHASISWA UNTUK ANAKKU NANTI, AYAH: OH YEON-WOO - IBU: NOH AE-JEONG] wajahnya
kaget dan saat itu Tuan Oh datang.
“Ha-nee,
kau sedang lihat apa?” tanya Tuan Oh. Ha Nee pun menjatuhkan bukunya.
“Apa itu?”
tanya Ha Nee. Yeon Woo mengaku Ini
tugasnya waktu kuliah, wajah Ha Nee langsung kecewa.
Yeon Woo
membuka lembar lainya, terlihat nama [AYAH: OH YEON-WOO IBU: NOH AE-JUNG] lalu
menyadari kalau Ha Nee berpikiran yang lain.
Ha Nee dengan wajah sedih pun menyimpulkan bukan Yeon Woo orangnya. Yeon
Woo ingin menjelaskan tapi Ha Nee merasa tak perlu.
“Kau tak
perlu jelaskan. Aku sudah mengerti. Selamat istirahat.” Ucap Ha Nee keluar dari
kamar. Yeon Woo terlihat bingung menjelaskanya.
“Noh
Ha-nee, kenapa kau turun dari sana?” tanya Ae Jung melihat anaknya menuruni
tanga saat didapur.
Ha Nee
ingn menjawab tapi saat itu Yeon Woo datang memanggil. Ae Jung gugup melihat
Yeon Woo yang sebelumnya menyatakan perasaanya. Yeon Woo menatap Ae Jung merasa
tak enak hati juga.
Ponsel Ae
Jung berdering, Ae Jung pun bergegas pamit karena harus mengangkat telp. Ha Nee
pun pamit karena akan masuk kamar. Yeon Woo ingin bicara tapi Ha Nee sudah
lebih dulu masuk ke dalam kamar.
Didalam
kamar Ha Nee melihat buku UNTUK ANAKKU NANTI dan mengeluh karena halaman
depannya robek dan Ternyata usahanya sia-sia.
Ae Jung
menerima telp dari Hye Jin,bertanya apakah sudah bertemu Pak Cheon. Ae Jung
mengaku belum dan ingin tahu kenapa memangnya. Hye Jin menceritakan kalau Dae
Oh bilang akan menemui Ae Jung karena berhasil buat janji dengan Joo A-rin.
“Hebat.
Kau serius? Kabar ini bagus sekali. Bagaimana bisa dia berhasil? Pak Cheon
sangat hebat.” Ucap Ae Jung tak percaya
“Benar
sekali... Dia terus tanya kau di mana, jadi, aku beri tahu dia kau sedang
menonton film. Ternyata kalian tak bertemu.” Kata Hye Jin. Ae Jung baru
mengetahuinya.
Dirumah,
Dae Oh mencuci mobilnya lalu mengomel sendiri
kalau Ae Jung Harusnya langsung pulang sesudah menonton film. Ia pun
bertanya-tanya Sedang apa mereka di sana dan Terlebih dengan suasana begitu.
Saat itu Dae Oh berdering.
“Siapa
ini? Apa Baru sekarang kau meneleponku?” keluh Dae Oh kesal dan langsung
merejectnya telp dari Ae Jung.
“Yang
benar saja... Tadi dia telepon berpuluh kali, tapi sekarang tak menjawab? Orang
yang aneh.” Ucap Ae Jung yang baru saja selesai mandi heran karena Dae Oh tak
mengangkatnya.
Ae Jung
mengingat buku yang diberikan Yeon Woo [MEMIKIRKANMU, SEGALANYA BAGIKU] lalu
pengakuan Yeon Woo “Butuh 14 tahun bagiku untuk memberikan ini kepadamu.” Ia pun akan membaca surat yang ditulis oleh Yeon Woo
tapi teringat lagi ucpan Yeon Woo di halte.
“Sepertinya
aku sangat menyukaimu.” Ucap Yeon Woo. Ae Jung merasa tak boleh melakukanya.
“Aku...
tak akan membacanya... Benar, 'kan? Aku tak boleh membacanya. Aku tak akan baca
ini. Ingat!” ucap Ae Jung meyakinkan diri.
Pagi
hari, Ryu Jin dengan topi hitam menunggu didalam mobil. Beberapa anak sudah
mulai masuk ke sekolah. Saat melihat Ha Nee, Ryu Jin pun turun dari mobil
membawa banyak hadiah. Tapi ternyata bukan Ha Nee tapi Hae-jin. Ryu Jin pun akhirnya masuk ke dalam mobil.
“Apa yang
aku lakukan? Apa yang harus kukatakan kepadanya?”ucap Ryu Jin bingung.
Di depan
tempat sampah, Ha Nee langsung membuang buku “UNTUK ANAKKU NANTI” Dong Chan
datang bertanya sedang apa dan Kenapa pagi-pagi ada di sini. Ha Nee mengaku Tak
apa-apa. Dong Chan lalu melihat buku yang dibuang Ha Nee.
“Kenapa
kau buang? Ini barang penting.” Ucap Dong Chan mengambilnya.
“Sudah
tak berguna lagi. Itu semua tipuan. Pak Oh bukan ayahku.” Kata Ha Nee kesal
“Benarkah?
Apa Dia bilang sendiri?” tanya Dong Chan kaget. Ha Nee membenarkan.
“Kurasa
begitu. Orang sehangat itu tak mungkin ayah yang meninggalkanku.” Kata Ha Nee.
Dong Hcan akhirnya memberikan minum agar Ha Nee tenang.
“Sudah
kuduga kau akan kesal.” Kata Ha Nee kesal melihat botol minum dengan mobil Ryu
Jin dan langsung membuangnya.
“Ha-nee,
jangan!” ucap Dong Chan dan langsung mengambil dari tempat sampah.
“Aku tak
mau melihat pria itu. Jangan pernah beli ini lagi. Selamanya!” kata Ha Nee
kesal.
Tiba-tiba
terdengar suara dari dalam kotak, Dong Chan melihat tulisan diatasnya [BAWA DAN
PELIHARALAH, TERIMA KASIH] lalu
membukanya. Ha Nee heran Kenapa ada anak anjing di tempat ini. Dong Chan pikir
anjing itu dibuang.
“Kita
akan terlambat. Ayo pergi.” kata Dong Chan melihat ponselnya dan menarik Ha Nee
pergi.
“Lalu dia
bagaimana?” ucap Ha Nee. Dong Chan pikir Seseorang akan mengambilnya.
“Sekarang
kita ke sekolah dahulu. Ayolah.” Kata Dong Chan ketakutan.
“Bagaimana
Jika tak ada yang ambil? Bagaimana jika tak ada yang mengambilnya?”ucap Ha Nee
merasakan seperti anak yang dibuang orang tuanya.
Di bar
masih tutup, Nyonya Kang membuka pintu sambil menguap dan setengah
tertidur. Keduanya langsung menyapa
dengan sopan. Ha Nee lalu memnta maaf dan meminta izin titip dia beberapa hari
karena mereka sedang agak sibuk.
“Benar.
Kami akan dapat masalah jika terlambat. Poin kami akan dikurangi.” Ucap Dong
Chan
“Tempat
ini baru buka pukul 18.00. Jadi Pergilah.” Kata Nyonya Kang. Ha Nee menahanya.
“Bibi, Apa
kau tak kasihan padanya? Lihatlah wajahnya.” Ucap Ha Nee memohon
“Kau yang
pelihara jika kasihan.” Ucap Nyonya Kang. Ha Nee merasa itu Tak mungkin.
“Untuk biaya
sehari-hari saja pas-pasan. Ibu dan nenek selalu bertengkar karena uang. Bagaimana
bisa aku membawanya pulang?” ucap Ha Nee
“Lalu
kenapa menyerahkannya kepadaku?” keluh Nyonya Kang. Ha Nee memohon.
“Bisakah
kau merawatnya sampai kami menemukan tempat tinggal baginya?” kata Ha Nee.
“Kau saja
yang pelihara.” Ucap Nyonya Kang pada Dong Chan. Dong Hcan memberitahu kalau dirumahnya juga
banyak masalah.
“Dia akan
membersihkan kotorannya setiap hari, pagi dan sore.” Kata Ha Nee. Dong Chan
bingung kenapa harus dirinya.
“Kenapa?
Apa Tak mau?” ucap Ha Nee. Dong chan mengaku suka. Tapi Nyonya Chan menolaknya
karena tak suka hewan peliharaan.
“Tolong
bantu kami sekali saja... Kumohon.. Lihat
anjing ini.” Kata He Nee mohon.
Ae Jung
berjalan melihat petanya tertulis "Sudah sampai di tujuan." Sambl
mengeluh karena Dae Oh tak menjawab telepon, dan tak bisa dihubungi lalu
membutanya datang karena khawatir. Ia pun akan masuk tapi melihat mobil
terpakir dengan nomor 48M 1780
“1780?”
ucap Ae Jung dan mengingat kalau mobil itu yang mencipratkn air padanya.
“Apa Kau
orangnya?” kata Ae Jun marah dan melirik sinis, saat itu Dae Oh keluar balkon
untuk merokok dan panik melihat Ae Jung sudah ada didepan rumah menatap sinis.
Dae Oh
duduk dicafe dengan wajah ketakutan karean Ae Jung pasti marah padanya. Tapi Ae
Jung malah membungkukn padanya mengucapkan terimakasih karena mendengar Dae Oh
sudah buat janji dengan Joo A-rin. Dae Oh pun langsung duduk dengan wajah
bangga.
“Aku
berusaha keras. Apa Kau hanya dengar tentang itu? Aku juga diundang di Malam Cheonmyeong.
Aku belum lama tahu bahwa itu acara mewah.” Ucap Dae Oh marah
“Malam Cheonmyeong?
Apa itu Acara besar yang akan dihadiri semua orang penting dalam industri film?
Kau benar-benar hebat. Kau sungguh bekerja keras. Terima kasih banyak.” Kata Ae
Jung terpesona.
“Tak
perlu berterima kasih. Ternyata itu tak sulit.” Ucap Dae Oh bangga
“Aku
sudah berterima kasih, sekarang minta maaflah kepadaku.” kata Ae Jung menatap
sinis. Dae Oh langsung terdiam melihat perubahan wajah Ae Jung.
“Apa kau
psikopat? Apa Kau menggila jika melihat air atau hujan? Apa Karena itu, kau
cipratkan air kepada kami dan kabur kemarin?” kata Ae Jung marah
“Itu bisa
saja terjadi jika menyetir saat hujan...” ucap Dae Oh mencoba membela diri.
“Tapi kau
sengaja mundur!” ucap Ae Jung. Dae Oh mencoba mengelak kalau mundur dan tak ada
alasan untuk melakukan itu
“Untung
saja tak ada mobil lain. Pasti sudah terjadi tabrakan jika ada mobil lain. Kau
bisa saja terluka, begitu juga aku, Yeon-woo, dan orang lain yang di sana. Itu
akan menjadi pembantaian.” Kata Ae Jung
“Kau
bilang Pembantaian? Lalu bagaimana denganmu? Kau merusak moral. Alih-alih
bekerja, kau malah menonton film dengan pria itu.” Balas Dae Oh marah
“Kenapa
itu merusak moral? Apakah menonton film merusak moral?” uca Ae Jung marah
“Aku
melihat tatapanmu. Tatapan matamu waktu melihatnya. Aku tahu kapan tatapanmu
seperti itu. Ada apa dengan ekspresimu?Apa Dia menyatakan cinta? Apa kalian
berpacaran?” ucap Dae Oh. Ae Jung terdiam karena tebakan Dae Oh benar.
“Kau
kenapa? Kenapa kau melewati batas dan ikut campur?” kata Ae Jung kesal.
“Kau
bilang "Melewati batas"?” ucap Ae Jung sudah siap memukul dan Dae Oh
menghindar dengan wajah ketakutan.
“Kau
seperti akan memukulku.” Ucap Dae Oh. Ae Jung pun mulai mengumpat kesal dan Dae
Oh ketakutan melihat Ae Jung akan memukulnya.
“Jangan
berbuat hal aneh jika tak mau kupukul sampai mati.” Kata Ae Jung memperingati
“Apa
maksudmu dengan "hal aneh"? Aku sedih jika kau bicara begitu.” Keluh
Dae Oh.
“Ini Tak
bisa dibiarkan. Aku harus buat peraturan karena kau terlalu banyak ingin tahu.”
Ucap Ae Jung. Dae Oh bingung Ae Jung akan membuat Peraturan.
Ae Jung
akhirnya keluar cafe pamit pergi dan memperingatkan dengan matanya. Dae Oh hanya bisa terdiam
lalu melihat tulisan Ae Jung "Peraturan
selama produksi."
“Dia
membuatku terdengar seperti bencana... Baiklah... Aku akan tepati semua yang
ada di daftar ini.” Ucap Dae Oh
Nyonya Joo,
Ibu dari Yeon Woo duduk direstoran dengan wajah tertunduk. Temannya pun
berkomentar kalau Nyonya Joo terlihat murung dan bertanya Apa ada masalah.
Nyonya Joo mengeluh Sepertinya. hidup
ini sangat membosankan.
“Astaga.
Kau yang memiliki segalanya berpikir hidup membosankan. Lalu bagaimana dengan
kami?” balas Temanya. Teman yang lain pun membenarkan.
“Aku tak
punya segalanya.” Ucap Nyonya Joo. Temanya tahu nyonya Joo CEO Cheonmyeong
Entertainment dan direktur yayasan.
“Kau juga
punya putra yang baik dan bisa diandalkan.”kata Temanya. Nyonya Joo pun
menyetujui dengan senyuman dipaksa
“Kudengar
Yeon-woo punya pacar.” Kata teman yang duduk disampingnya. Nyonya Joo kaget
mendengarnya.
“Kata
anakku, Yeon-woo sudah punya pacar. Ternyata karena itu kau menolak putri kedua
Anggota Majelis Kim. Aku pikir ada alasan lain. Kira-kira dia anak siapa hingga
bisa begitu?” kata temanya.
“Aku iri
dengannya.” Ucap teman yang lain. Dua yang lainya pun setuju kalau iri. Nyonya
Joo hanya bisa diam saja.
“Siapa
pacar Yeon-woo?” kata temanya. Mereka pun penasaran karena tak tahu. Nyonya Joo
menahan kesal karena tak tahu tentang anaknya.
Yeon Woo
sibuk membereskan meja dan wajahnya terlihat bahagia melihat papan nama [IBUNYA
NOH HA-NEE] dan menaruh berkas diatas
meja. Beberapa orang tua murid datang, Yeon Woo pun menyambutnya dengan
senyuman bahagia.
“Selamat
datang, Bu Noh.” Sapa Guru Oh. Ae Jung datang sedikit terlambat sedikit gugup
melihat Guru Oh yang menyapanya.
“Apa itu Ibunya
Ha-nee?” komentar salah satu ibu melihat Ae Jung yang datang.
“Mulai
hari ini, ibu dari Ha-nee kelas 7-3 akan ikut berpartisipasidalam komite orang
tua murid.” Ucap guru Oh
“Halo.
Aku ibunya Noh Ha-nee.. Salam kenal.” Kata Ae Jung memberikan salam sambil
membungkuk.
“Aku
dengar banyak tentangmu.” Kata Salah seorang ibu, tapi ibu lainya mengeluh
kalau Ae Jung datang. Guru Oh pun menyuruh mereka duduk ditempat yang sudah
disediakan.
“Halo...
Aku adalah Oh Yeon-woo yang akan menggantikan Bu Kim untuk memimpin rapat.
Salam kenal. Hari ini kita akan diskusi tentang rencana kegiatan komite orang
tua murid. Silakan baca kertas itu.” Ucap Yeon Woo yang teruse mengarahkan
senyuman pada Ae Jung.
“Di
halaman pertama, ada daftar kegiatan yang diadakan komite orang tua murid tahun
lalu. Lalu Di baliknya...” kata Yeon Woo. Dan Ae Jung kaget melihat tulisan Yeon
Woo dibagian atas [KAU PASTI BISA, AE-JUNG]
“Kalian
bisa lihat foto-foto kegiatannya. Setelah melihatnya, aku berharap kalian bisa
memberikan opini kalian. Berikan opini kalian sebanyak mungkin.” Ucap Yeon Woo.
Ae Jung langsung menutus berkas dan mencoret-coret kertanya.
“Bagaimana
dengan bazar?” ucap salah satu ibu. Ibu yang lain pun setuju menurutnya itu Ide
bagus.
“Bagaimana
dengan acara tentang camilan anak-anak?” kata Ibu lainya. Ae Jung terus
mencoret kertas menutupi rasa gugupnya.
“Bagaimana
dengan aktivitas bertani?” kata Ibu yang ada disamping Ae Jung. Ae Jung
langsung setuju dengan itu dan memberikan semangat.
“Tapi Pak
Oh, sepertinya bertani akan melelahkan untuk anak-anak kami. Program pertukaran
dengan sekolah internasional terdengar lebih baik.” Kata ibu lain. Semua pun
langsung menyetujuinya. Ae Jung pun
hanya bisa tertunduk diam.
Ae Jung
buru-buru keluar dari ruangan menghindari Yeon Woo, tapi Yeon Woo memanggilnya.
Ae Jung akhirnya terpaksa berhenti berjalan. Yeon Woo pun bertanya Bagaimana
rapat hari ini, karean Ini kali pertama untuknya. Ae Jung menganguk.
“Apa Kau
punya waktu hari ini? Jika ada, mari pergi bersama Ha-nee.” Kata Tuan Oh
“Pak Oh, terima
kasih sudah baik kepadaku. Tapi aku merasa tak nyaman.” Ucap Ae Jung.
Saat itu
ibu-ibu datang melihat Ae Jung dan langsung menghampirinya agar mengajak minum
teh bersama. Guru Oh melihat Ae Jung dengan wajah sedih karena Ae Jung ditarik
ke keluar sekolah. Ae Jung kebingungan karena harus meninggalkan Guru Oh.
Ae Jung
sudah ada dilorong berbicara ditelp dengan Hye Jin kalau akan segera bertemu
Joo A-rin jadi Hye Jin buat dahulu daftar nama staf dan timnya. Dae Oh melihat
Ae Jung didepan lift menyapa Ae Jung yang
datang lebih awal dengan sopan.
“Ada apa
denganmu? Kau salah makan?” ucap Ae Jung heran melihat siap Dae Oh.
“Kita
sudah sepakat untuk saling menghormati. Jika kau bicara tak sopan kepadaku, aku
menjadi bingung.” Kata Dae Oh. Lalu keduanya bersama menekan tombol lift
“Aduh! Bagaimana
ini?” jerit Dae Oh panik. Ae Jung pun bertanya ada apa.
“Jariku
tak sengaja menyentuhmu... Hei... Beraninya kau! Dia orang yang penting.
Hati-hati!” teriak Dae Oh pada tanganya dan meminta maaf pada Ae Jung.
“Kau...
Jika kau ingin mempermainkanku, berhentilah.” Kata Ae Jung kesal karena sengaja
menyindirnya.
“Apa
maksudmu aku mempermainkanmu? Apa Kau merasa begitu? Maafkan aku. Apa aku harus
menjahit mulutku?”ejek Dae Oh.
Ae Jung
kesal akhirnya langsung mengajak Dae Oh untuk ikut denganya.
Kwang Soo
berhenti di parkiran memberitahu A Rin kalau
sudah sampai. A Rin sibuk melihat wajahnya di cermin mengeluh kalau Riasannya terlalu tebal dan
terlihat galak padahal sudah bilang tak mau riasan yang tebal. Kwang Soo
mengeluh dengan wajah kesal membuka pintu.
“Kwang
Soo, kau marah kepadaku?” kata A Rin menatap sinis. Kwang Soo dengan senyuman
mengaku itu tak mungkin begitu.
“Aku Bukan
kelahiran 1987, tapi 1991 Namanya bukan Ko Hyo-sim, tapi Joo A-rin Bukan orang
jahat, tapi malaikat Kau hanya perlu mengingat itu. Sepertinya kau terlihat
lebih muda hari ini.” ucap Kwang Soo mencoba memuji. Ae Jung tak percaya mendengarnya.
“Kau tak
tampak dua tahun lebih tua dariku, tapi dua tahun lebih muda.” Ucap Kwang Soo
“Dasar...
Kau sungguh seperti anak kecil. Kau berbicara tak sopan kepadaku. Apa Ini
menyenangkan bagimu?” keluh A Rin. Kwang
Soo mengaku tidak.
“Tapi...
Bagus... Karena hari ini aku adalah A-rin sejak lahir. Terlahir menjadi Joo
A-rin... Ayo pergi.” ucap A Rin bahagia turun dari mobil.
A Rin
berjalan masuk restoran melihat sosok pria seperti yang ingin sudah
ditunggunya. Ia pun menatap bahagia hanya melihat punggung Dae Oh dan berjalan
mendekat sambil mengingat cerita masa lalunya.
Flash Back
A Rin
masih memakai baju SMA, dengan nama KO HYO-SIM lalu berjalan dengan senyuman
bahagia. Saat itu tak melihat dari belakang, Ae Jung datang. Dae Oh pun
langsung memeluknya. A Rin kecewa karena berharap dengan Dae Oh ternyata sudah
punya pacar.
A Rin menatap
Dae Oh dan mulai mendekat, lalu terdiam ternyata Dae Oh duduk dengan A Rin sama
seperti kejadian di masa lalunya. Kwang Soo pun lebih dulu menyapa Dae Oh dan
Ae Jung. Dae Oh pun bertanya Di mana Nona Joo. Kwang Soo menatap ke arah depan.
“Halo,
Nona Joo.” sapa Dae Oh dan Ae Jung. Kwang Soo melihat A Rin hanya diam saja
menyuruh agar memberi salam.
“Silakan
duduk.”kata Ae Jung. Tapi A Rin yang kesal memilih untuk kabur. Kwang Soo
bingung dan langsung memberikan alasan A Rin memang pemalu. Dae Oh dan Ae Rin
bingung apakah A Rin sepemalu itu.
“Bagaimana
mungkin mereka masih bersama?” ucap A Rin saat di toilet dengan wajah kesal.
Yeon Woo
sibuk membereskan bola di lapangan, teringat yang dikatakan Ae Jung “Pak Oh, terima kasih sudah baik
kepadaku. Tapi aku merasa tak nyaman.”
Ia pun mengeluh kesal karena Seharusnya tidak begitu. Nyonya Joo melihat
dari kejauhan anaknya yang membereskan bola.
“Kenapa
dia murung begitu? Apa benar dia punya pacar?” ucap Nyonya Joo heran.
Yeon
Woo memasukan bola ke dalam ruangan,
Nyonya Joo pun memcoba membantu. Yeon Woo langsung mengambilnya karena merasa
tak perlu dibantu.
“Kenapa kau
merapikan ini semua sendiri? Apa guru olahraga di sini hanya kau?”ucap Nyonya
Joo kesal
“Aku yang
pakai waktu kelasku, jadi, aku yang rapikan, Direktur Joo.” kata Yeon Woo
sopan.
"Direktur
Joo"? Baiklah. Bagimu aku bukan ibu, tapi hanya Direktur Joo, 'kan? Ibu harus
menjadi direktur agar kau mau bicara dengan ibu? Yeon-woo, belakangan ini kau
berpacaran? Apa Kau punya pacar?” tanya Nyonya Joo penasaran.
“Bukan
begitu. Ibu bertemu teman-teman ibu, dan mereka bilang kau punya pacar. Tapi
ibu tak tahu itu sama sekali. Ibu sangat amat malu. Jadi Dia anak siapa? Apa Dia
wanita yang pantas denganmu? Jika kau berpacaran, kenapa tak mengenalkan...”
ucap Nyonya Joo terus bicara.
“Ibu, ini
sekolah.” Keluh Yeon Woo. Nyonya Joo pun menyadari mengaku lupa dan menjadi
terlalu heboh dan meminta maaf.
“Jangan
ikut campur urusanku lagi.” Ucap Yeon Woo. Nyonya Joo masih ingin terus bicara.
“Aku
sibuk. Silakan pergi.” kata Yeon Woo. Nyonya Joo pikir Yeon Woo Kau tahu, tapi
ibunya sangat sibuk.
“”Jangan
pikir ibu memikirkanmu saja setiap hari. Ibu juga punya pekerjaan.” Kata Nyonya
Joo lalu memberikan sebuah undangan pada anaknya.
“Kau
harus datang. Ibu akan menunggumu. Ibu sungguh menunggumu. Jika tidak, ibu akan
menangis... Ibu benar-benar menunggumu.. Ibu percaya kau akan datang. Paham?
Kau Datang, ya.” Ucap Nyonya Joo sebelum benar-benar pergi meninggalkan
anaknya.
Dae Oh
membaca profile ditanganya [ JOO A-RIN, TANGGAL LAHIR: 14 MARET 1991] A Rin
duduk dengan wajah datar membahas kalau sudah mendengar rumor bahwa film ini sudah
dinanti banyak orang. Dae Oh pura-pura merendahkan hatinya, seperti tak
percaya.
“Tentu saja...
Apa ini karya yang akan dibuat film?” ucap Kwang Soo mengeluarkan sebuah buku
“Ini
sudah sangat lama. Bagaimana kau mendapatkan ini?” ucap Dae Oh tak percaya
medengarnya.
Sementara
A Rin terdiam karena mengingat ucapan Kwang Soo “Film kali ini akan diangkat
dari novel yang berisicerita cinta pertama Penulis Cheon Eok-man.” Lalu menatap
ke arah A Rin.
“Sepertinya
kau suka membacanya.” Ucap Ae Jung. Kwang Soo merasa kalau itu Lebih dari suka dan Menurutnya buku
ini sangat bagus.
“Sebenarnya
aku penggemar berat Penulis Cheon Eok-man.” Akui Kwang Soo bahagia.
“Ternyata
aku bertemu penggemar beratku di tempat seperti ini.” Kata Dae Oh bangga
“Bagaimana
kalian bisa bertemu?” tanya A Rn penasaran. Dae Oh binggung maksudnya kalau
yang dimaksud ia berdua.
“Yah... Aku
ingin tahu bagaimana kalian bisa bekerja sama dalam film ini.” Ucap A Rin
“Sebenarnya
ceritanya panjang... Singkatnya...Kami hanya kolega biasad dan bertemu karena
pekerjaan. Seperti sutradara dan produser lainnya dari sebuah film yang bagus.”
Jelas Ae Jung. A Rin pun terlihat bahagia.
“Ternyata
itu hubungan kami.” Ucap Dae Oh pun bisa menerimanya. Ae Jung pun memberikan naskah untuk A Rin.
“Kami
membawa skenario untukmu, Nona Joo. Silakan dibaca dahulu.” Ucap Ae Jung. A Rin
hanya diam saja.
“Berikan
kepadaku.” kata Kwang Soo yang mengambilnya. Ae Jung meminta agar bisa
membacanya.
“Aku harap
kau bisa memainkan perannya.” Kata Ae Jung. Ae Rin ingin memastikan kalau tokoh
utama wanita di sini harus A-rin
“Seberapa
besar? Aku mau tahu. Seberapa besar keinginanmuuntuk bekerja sama denganku.”
Ucap A Rin dingn
“Film ini
akan memberimu kesempatan menunjukkan sesuatu yang jauh berbeda dibandingkan
peran...” kata Ae Jung yang langsung disela oleh A Rin
“Aku
ingin dengar dari Pak Cheon. Apa Kau sungguh ingin bekerja sama denganku?” kata
A Rin
“Aku akan
jujur padamu. Menurutku hanya kau yang cocok memainkan peran ini, Nona Joo.”
kata Dae Oh
“Apakah
ini nyata? Jika kau sangat yakin... Baik... Aku mau.” Ucap A Rin. Kwang Soo dan
Ae Jung kaget mendengarnya bertanya Apa bersungguh-sungguh
“Apa Benar
kau akan bekerja sama dengan kami? Kau sungguh akan bermain di film kami, 'kan?
Benar, 'kan? Terima kasih, A-rin.” Ucap Ae Jung tersenyum bahagia.
“Tapi aku
punya permintaan soal peranku. Aku mau itu ditulis kembali dari awal.” Ucap A
Rin. Dae Oh dan Ae Jung kaget mendengarnya
“Aku tak
suka dengan tokoh wanita di dalam novel itu.” Kata A Rin. Dae Oh dan Ae Jung
hanya bisa diam saja.
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar