PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yi Sang
duduk ditaman, tatapan mengarah pada seorang wanita yang mengajak main anaknya
lalu berjalan pulang dengan suaminya. Seperti ia sangat sedih karena belum bisa
membuat Ha Ri memiliki anak. Ia mengingat wajah bahagia Ha Ri yang mengendon
bayi dan menenangkanya.
Ia
teringat lagi saat Ha Ri menangis di ruangan, seperti sangat sedih karena tak
bisa menjadi seorang ibu. Akhirnya Ia hanya bisa duduk dengan wajah sedih. Ha
Ri menenangkan diri dengan wajah bengkak, mencuci wajahnya. Yi Sang sudah
menunggu di depan gedung.
Ha Ri
pulang melihta Yi Sang memperlihatkan wajah senyumanya. Yi Sang hanya terdiam
seperti hatinya sedih karena Ha Ri menutupi perasaan sedihnya, akhirnya
mengajak masuk ke mobil.
Keduanya
sampai direstoran, Yi Sang mengeluh kalau menurutnya tak cukup karena
seharusnya makan makanan sehat. Ha Ri menegaskan kalau ini bukan operasi besar
dan menurutnya mereka bisa melihat makanan
yang mereka makandan pemandangannya.
“Selain
itu Ada kau juga. Aku dikelilingi oleh hal-hal yang indah, dan itu cukup untuk
memulihkanku.” Ucap Ha Ri dengan senyuman
“Aku
mulai menjalani terapi hormon lagi.” Kata Yi Sang dengan wajah serius
“Aku
menyerah untuk punya anak, jadi, berhentilah menjalani terapi. Menyakitkan
melihatmu menerima suntikan dua sampai tiga kali setiap pekan. Sebaiknya tidak
kau lakukan lagi.” Ucap Ha Ri
“Apa Kau
memutuskan untuk menyerah punya anak karena aku?” tanya Yi Sang heran
“Tidak,
aku lelah. Aku sudah muak terluka hanya karena ingin punya anak. Keserakahanku
untuk punya anak hanya akan menyusahkanmu. Mari berhenti mengalami kesulitan.”
Ucap Ha Ri
“Aku
setuju berbagi impianmu ini, tapi aku mengecewakanmu.” Ucap Yi Sang
“Lalu
apakah kau mau mencoba sampai kita berhasil? Kita akan kecewa, tapi mulai
berharap kembali saat menjalani pengobatan. Sampai kapan?Apa Sampai kita
terlalu tua untuk mencobanya? Jangan menyia-nyiakan waktu kita yang berharga dan
menikmati hidup dan pernikahan kita.” Ucap Ha Ri.
Yi Sang
hanya bisa terdiam tanpa banyak berkata-kata
"Episode 15. Cinta, Apa yang Bisa Kita
Lakukan Tentang Ini?"
“Aku tahu
aku bersikap kasar, tapi jangan mengganggu putriku. Aku tidak peduli jika kamu
dibutakan oleh cinta. Dia berteriak ke seluruh dunia bahwa dia ingin menjadi ibu.
Tahu dirilah dan nikahi orang yang pantas untukmu. Beraninya kamu!” ucap Nyonya
Lee marah
Tapi
ternyata ia sedang berlatih bicara pada Yi Sang. Tapi Ia pikir kalau Mengatakan
itu akan membawanya ke neraka.
“Lagi
pula tidak bisa punya anak bukanlah suatu dosa. Aku hanya bisa membayangkan
sakit yang dia rasakan. Anak-anak malang itu.” Ucap Nyonya Lee sedih.
Jeong Won
berbicara dengan Do Ah kalau ayahnya akan segera datang. Jae Young menatap
mantan sang istri seperti menyanyangi anaknya. Jeong Won akhirnya menyadari Jae
Young yang datang, akhirnya mereka pun duduk di bangku taman.
“Aku
tidak pernah menganggapmu menyulitkan. Menjadi ibu juga baru bagimu. Kukira
siapa pun akan kesulitan di posisimu. Tapi apakah cukup membuat frustrasi untuk
menelantarkan kami berdua?” kata Jae Young
“Yang
kuinginkan adalah bernapas.” Ungkap Jeong Won.
Flash Back
Jeong Won
kebingungan mengendong Do Ah yang menangis, wajahnya terlihat kelelahan. Ia
meminta maaf pada Do Ah meminta agar berhenti menangis, tapi Do Ah masih terus
menangis.
“Kenapa
kau belum tidur?” tanya Jae Young meihat Yeong Won yang duduk dalam kegelapan.
“Jae
Young, Do Ah menangis seharian.” Ucap Jeong Won dengan wajah frustasi.
“Seperti
itulah semua bayi.” Kata Jae Young santai. Jeong Won mengaku merasa seperti
robot yang sedang menyusui.
“Aku akan
tidur dengan Do Ah, jadi, tidurlah yang nyenyak.” Kata Jae Young santai
“Aku
ingin memakai jaket putihku dan menemui pasien. Aku bahkan bisa bekerja dengan
baik di ruang operasi. Aku punya keahlian untuk menyelamatkan nyawa seseorang.”
Kata Jeong Won
“Kau bisa
melakukannya usai cuti melahirkanmu. Waktu
akan berlalu dengan cepat, dan Do Ah akan segera tumbuh.” Kata Jae Young. Jeong
Won hanya bisa diam saja.
Spanduk
bertuliskan "100 Hari, Terima Kasih
Sudah Hadir untuk Kami" Jae Young sibuk menelp Jeong Won tapi ponselnya
tak aktif. Ibunya mengendong Do Ah dengan meja yang sudah dihias dengan makan
untuk perayaan 100 hari anak Jae Young.
“Seharusnya
dia sudah datang.” Ucap Kakek Do Ah. Jae Young tahu tapi Jeong Won tidak menjawab.
“Apa Kau
yakin dia pergi untuk menata rambutnya?” tanya Kakek Do Ah. Jae Young
menganguk.
“Jae
Young, jujurlah pada kami. Apa terjadi sesuatu di antara kalian?” tanya Nenek
Do Ah. Jae Young terlihat bingung.Ternyata Jae Young pergi ke taman.
“Yang kudengar hanyalah tangisan Do
Ah, tapi suara lain mendatangiku saat itu. Angin hangat dan matahari. Aku juga
bisa merasakannya. Saat itulah akhirnya aku bisa bernapas.”
Jae Young
duduk ditaman dengan melihat anak-anak yang bermain dengan ibunya, tapi ia
seperti tak peduli. Ia menarik nafas dalam-dalam seperti merasakan semuanya
bahagia untuknya.
“Jadi,
aku pulang dan mengerjakan makalah risetku. Aku merasa hidup kembali. Saat itu,
aku tidak tahu itu depresi pascapersalinan. Saat akhirnya menyadarinya, aku
menyangkalnya. Menemukan kebahagiaan menjadi ibu dan menjadi ibu yang berbakti
bukanlah diriku.” Ucap Jeong Won.
“Aku
merasa tercekik setiap kali melihatmu dan Do Ah, dan tidak pernah membayangkan
kau akan melepaskan posisi mengajarmu. Aku hanya merasa bersalah kepada Do Ah dan
karena itu aku bahkan takut melihatnya. Tapi kami makin akrab sekarang.” Kata
Jeong Won.
“Syukurlah.”
Kata Jae Young setelah mendengar pengakuan Jeong Won tentang semuanya.
“Bagaimana
jika kita mulai dari awal? Aku akan membantu membesarkan Do Ah.” Kata Jeong Won
seperti sangat berharap mereka bisa kembali.
“Tapi aku
menyukai kondisiku sekarang. Saat bersamamu, kupikir itu pilihan terbaikku. Tapi
menjadi ayah tunggal lumayan juga. Aku baik-baik saja.” Akui Jae Young
“Tapi aku
merindukanmu. Tidak bisakah kau melupakan Ha Ri? Apa harus aku yang melanjutkan
hidup?” tanya Jeong Won. Jae Young hanya diam saja.
The Baby
Yeon Ho
memberitahu akan pergi wawancara. Ha Ri bertanya apakah Dengan ibu yang seorang fotografer, karena ia
suka artikel tentangnya itu dan Aura fotonya juga bagus.
“Bisa
tanyakan apa kita bisa menampilkan foto dia dan anaknya?” tanya Ha Ri. Yeon Ho
menganguk. Ha Ri pun memberikan semangat.
Eu Ddeum
masuk ke lift dan melihat Hyo Joo didalam. Hyo Joo hanya diam saja dengan wajah
dingin. Eu Ddeum bertanya apakah ia membuatnya tidak nyaman, Hyo Joo pikir
lebih aneh jika bilang tidak. Eu Dddeum bertanya Apa yang bisa dibantu saat keluar dari lift
“Bisakah
kamu menghapus dirimu dari hidupku?” ucap Hyo Joo. Eu Ddeum pikir tidak punya
kemampuan untuk melakukan itu.
“Itu
mungkin berawal sebagai kesalahpahaman, tapi perasaanku padamu bukannya tidak
seberapa. Dan tidak seperti kau, aku tidak tahu bagaimana cara mengakhiri
cintaku yang bertepuk sebelah tangan dengan indah..” Ucap Hyo Joo. Eu Ddeum
hanya bisa terdiam.
“Biarkan
aku membencimu Panahmu yang kau tembakkan secara acak menembus jantungku.” Kata
Hyo Joo
“Kalau
begitu, bencilah aku. Marahlah padaku. Pukul aku jika kau mau.” Kata Eu Ddeum
“Karena
membuatku meneteskan air mata, hidupmu tidak akan menyenangkan. Sampai aku bisa
melanjutkan hidupku, kamu harus berpura-pura menderita. Jadi, aku tidak terlalu
membencimu dan lebih cepat melupakanmu.” Ucap Hyo Joo lalu berjalan pergi. Eu
Ddeum hanya bisa terdiam.
Hyo Joo
masuk ruangan lalu memanggil Ha Ri dan berdiri didepan mejanya dengan wajah
serius karena Ada yang ingin dikatakan kepadanya.
Yi Sang
duduk dimeja kerja mengingat yang dikatakan Ha Ri “Aku menyerah untuk punya
anak, jadi, berhentilah menjalani terapi. Tidak, aku lelah.” Wajahnya seperti
tak percaya kalau Ha Ri bisa menyerah dengan impianya.
“Pak Han,
ini aku. Ayo kita pergi.” teriak Yeon Ho dari lantai bawah. Yi Sang pun hanya
bisa menghela nafas karena harus pergi.
“Ibunya
seorang fotografer dan menulis jurnal bayi dari sudut pandang anak. Itu keren
dan foto-fotonya bagus. Dia menyumbangkan royaltinya ke yayasan orang tua
tunggal. Dia memotret ulang tahun bayi secara gratis untuk orang tua tunggal.”
Cerita Yeo Ho
“Begitu
rupanya. Dia orang yang baik.” Komentar Yi Sang sambi menaiki tangga.
Yeon Ho
menunggu nara sumbernya, Yi Sang melihat hasil foto terlihat wanita dengan
seorang anak dan hanya bisa terdiam.
Seorang wanita pu turun menemui Yeon Ho mengenalkan diri Jung In Ah. Yi
Sang terdiam mendengar nama In Ah.
Yeon Ho
akhirnya memanggi Yi Sang agar menyapa narasumber mereka. In Ah pun terkejut
mendengar nama Yi Sang, akhirnya keduanya menatap dengan wajah canggung seteah
sekian lama tak pernah bertemu.
Akhirnya
Yeon Ho sudah siap wawancara. In Ah terlihat masih gugup dan Yi Sang mencoba
untuk tetap tenang mengambil gambar. Yeon Ho mulai bertanya Bagaimana menurut
In Ah menulis dari sudut pandang bayi. In Ah mengaku membayangkan apa yang
dipikirkan bayina.
“Semuanya
masih baru bagi bayi itu. Kupikir semuanya pasti menarik.” Kata In Ah.
“Isinya
menyenangkan, dan foto-fotonya hangat, jadi, itu berkesan bagiku.” Ungkap Yeon
Ho
“Saat
membesarkan anakku, aku mulai melihat dunia dari sudut yang berbeda. Mungkin
karena itu foto-fotoku juga berubah. Ra On membesarkanku.” Kata In Ha. Yi Sang
terdiam mendengan nama anak In Ah.
“Sebagai
penutup, mari berfoto di depan fotomu bersama Ra On.” Kata Yeon Ho meminta Yi
Sang mulai mengambil gambar.
In Ah
gugup foto didepan figura anaknya, Yeon Ho meminta senyum dan lihat ke kamera.
In Ah merasa tak enak hati menatap Yi Sang, Yeon Ho meminta agar In Ah bisa
tersenyum. In Ah merasa tidak bisa
tersenyum dan akan memotretnya sendiri dan mengirimkannya padanya.
“Aku
yakin nuansanya akan mirip.” Kata In Ah. Yeon Ho menganguk mengerti meminta
agar kirimkan kepadanya.
“Terima
kasih sudah meluangkan waktu untuk kami. Ada rapat yang harus kuhadiri, jadi,
aku akan pergi dahulu. Aku akan menghubungimu.” Ucap Yeon Ho bergegas pergi. Yi
Sang hanya bisa terdiam.
In Ah dan
Yi Sang akhirnya duduk disudut ruangan. In Ah mengaku Bagian tersulit tentang
putus dari Yi Sang adalah kehilangan sahabatnya jadi sangat senang berbincang
dengan Yi Sang lagi seperti ini.In Ah bertanya apakah Yi Sang masih
membencinya.
“Saat
itu, aku yakin kau akan mengutamakan aku sebelum punya anak. Kurasa itu
sebabnya aku lebih membencimu.” Kata Yi Sang
“Aku juga
membencimu. Rasanya seperti hukuman mati saat itu padahal kita tidak berbuat
salah. Kita tidak tahu harus bagaimana. Kita hanya bisa melihat penderitaan
kita sendiri.” Kata In Ah.
“Kau
benar... Karena itulah aku sangat menyulitkanmu. Aku tahu hubungan kita sudah
berakhir, tapi aku berusaha mempertahankannya. Karena itu kau tidak punya
pilihan selain pergi.” Ucap Yi Sang
“Aku yang
tidak bisa menghadapinya. Ya, sebagian karena masalah bayi, tapi juga karena
kita tidak cukup kuat untuk melaluinya. Jika tetap bersama, kita berdua akan
menderita.” Kata In Ah
“Kukira
bertahan adalah caramu melindungi cintamu.” Ucap Yi Sang.
***
Di
studio, Ha Ri mencoba mengarahkan gaya sebuah keluarga untuk foto bersama. Tuan
Nam pun sibuk dengan mengambil gambar. Ha Ri menatap diam seperti menahan rasa
sedihnya karena tak bisa memiliki anak, seperti keluarga normal.
“Seharusnya
aku melepasmu demi kebaikanmu. Itu yang seharusnya kulakukan.” Ucap Yi Sang
seperti ingin melepaskan Ha Ri.
Yi Sang
meihat foto In Ah dengan anaknya lalu bertanya Apa bahagia. In Ah menganguk. Yi
Sang pikir itu Bagus karena Hanya itu yang penting lalu berjalan pergi. In Ah
hanya bisa terdiam melihat kepergian Yi Sang.
Jae Youg
di diruangan, melihat anaknya yang bermain sendirian lalu mengingat yang
dikatakan Jeong Won. “Kembalilah seperti
aku yang sudah kembali. Mari kita hidup bersama lagi.” Akhirnya Ia mengendong
Do Ah yang mulai menangis.
“Do Ah.. Bagaimana
rasanya bersama ibumu? Apa Kau mau tinggal bersama ibumu?” tanya Jae Young
terlihat bimbang.
Di
restoran toppoki. Yeon Ho bingung dengan makana peda ini Kenapa rasanya enak
saat sedang stres. So Yoon dan Hyo Joo hanya terdiam dan makan tanpa henti.
Yeon Ho heran mereka makan dengan agresif dan bertany Apa yang membuat mereka
stres.
“Ayahku
ingin aku berhenti karena kita selalu bekerja lembur.”ucap So Yoon
“Apa dia
konservatif? Kau punya jam malam dan semacamnya?” ucap Yeon Ho tak percaya
“Tidak.
Dia berjiwa bebas, dia menyuruhku pindah ke tempat dengan keseimbangan
kehidupan kerja yang baik. Lalu Apa yang membuatmu stres?” tanya So Yoon.
“Ibu
fotografer yang kutemui siang ini untuk artikel kita... Kurasa dia mantan pacar
Pak Han.”ucap Yeon Ho berbisik. Semua pun menjerit.
“Apa dia
cantik?” tanya Hyo Joo. Yeon Ho membenerkan kalau sangat cantik.
“Haruskah
aku memberi tahu Nona Jang? Sebaiknya tidak, bukan?” ucap Yeon Ho
“Untuk
apa jika dia sangat cantik? Dia tidak berselingkuh darinya. Tidak, jangan beri
tahu dia.” Ucap Hyo Joo.
“Benar, bukan?
Bagaimana denganmu? Ada apa?” tanya Yeon Ho. Hyo Jo mengaku memberi tahu Nona
Jang bahwa akan berhenti. Keduanya berteriak tak percaya mendengarnya.
Flash Back
Hyo Joo
mengaku ingin berhenti dari posisinya. Ha Ri ingin tahu alasanya ingin berhenti.
Hyo Joo pikir tidak punya alasan untuk bertahan di sini lagi, dan majalah
pengasuhan bayi juga tidak punya visi. Ia merasa Pekerjaan ini tidak
menyenangkan lagi.
“Apa Kau
punya tawaran pekerjaan lain?” tanya Ha Ri. Hyo Joo mengaku Belum.
“Astaga,
baiklah. Jika kau ingin berhenti, aku tidak punya alasan untuk mencegahmu. Lagi
pula, para petinggi menyuruhku mengurangi staf, tapi aku masih bertahan sampai
sekarang. Jika ada kesempatan bagus, sebaiknya kau terima.” Kata Ha Ri
“Jika
punya tempat idaman, aku akan membantumu mendapatkan pekerjaan. Tapi jika bukan
itu, bagaimana jika kau memberiku kesempatan?” ucap Ha Ri. Hyo Joo bingung Kesempatan
apa?
“Aku
ingin berusaha sebaik mungkin menyelamatkan majalah bersama kalian sampai kamu
memutuskan pergi. Dan aku harus melakukan sesuatu untuk kalian.” Ucap Ha Ri
“Yeon Ho
mungkin mengharapkan promosi saat aku menjadi pemimpin redaksi. Aku yakin dia
kecewa, tapi dia bekerja keras tanpa pernah menunjukkan itu. Dia harus kubantu
mendapat promosi seperti tindakan Bu Shim untukku.” Ungkap Ha Ri mengingat Yeon
Ho berusaha keras dengan Tuan Kim.
“Untuk So
Yoon, aku tidak bisa memberhentikannya karena tugasnya tidak penting. Aku harus
mengizinkannya menulis artikel agar bisa dia tambahkan ke portofolionya saat
mendapat pekerjaan.” Kata Ha Ri yang tahu So Yoon mempersiapkan semua peralatan
foto
“Dan
kau...Kau sungguh tidak mendengarkanku.” Ucap Ha Ri. Hyo Joo mengaku Belakangan
ini, mendengarkan Ha Ri.
“Aku
menyuruhmu membuat portofolio yang cukup bagus untuk membuatmu bangga. Sudahkah
kau melakukannya? Kau sangat kreatif, jadi, kau melontarkan ide bagus, dan kau
membawa foto yang luar biasa. Dan sekarang, kau juga cukup pandai menulis
artikel.” Kata Ha Ri
“ Jadi,
aku ingin membantumu sedikit lagi. Aku merasa kau bisa lebih baik, tapi
begitulah perasaanku. Tapi yang terpenting, tampaknya kam pergi dengan perasaan
tidak puas dan itu membuatku merasa bersalah. Jadi, aku ingin kau
mempertimbangkan kembali.” ucap Ha Ri.
Yeon Ho
pun ingin tahu apa yang akan dilakukan Hyo Joo. Hyo Joo pikir sepertinya majalah
kita akan segera menghilang jadi apakah mereka akan terus bekerja di sini. Yeon
Hopikir harus melakukannya karena Ha Ri akan membantu dipromosikan.
“Hei, aku
juga sangat menyukai "The Baby". Aku tidak hanya suka pekerjaanku,
tapi aku suka orang-orang di sini. Entah apa yang akan terjadi, tapi aku ingin
bertahan di sini. Tapi itu aku. Kalian harus pergi selagi bisa.” Kata Yeon Ho
“Aku akan
tetap di sini karena ingin tahu apa yang akan terjadi pada majalah kita.” Kata
So Yoon
“Aku sungguh
tidak menyukai Nona Jang. Dia selalu memarahiku dan bahkan tidak mengizinkanku
berhenti. Tapi tampaknya dia harus bertarung melawan perusahaan, jadi, kurasa aku
harus bertahan dan membantu.” Kata Hyo Joo
“Ya, benar.
Dia tidak bisa bertarung sendirian. Kita harus bertahan dan membantu. Ini. Mari
kita lakukan. Semoga kita semua berhasil.” Ucap Yeon Ho lalu berteriak
“Kesetiaan!”
Yi Sang
masuk cafe, menatap Ha Ri yang duduk sendirian lalu mengingat yang dikatakn Ha
Ri dengan senyuman “Jangan menyia-nyiakan waktu kita yang berharga dan
menikmati hidup dan pernikahan kita.” Akhirnya Ia hanya bisa terdiam melihat Ha
Ri, Ha Ri pun melambaikan tangan pada Yi Sang.
“Apa pesta
pernikahannya kecil saja? Maksudku bukan yang mahal... Maksudku pernikahan
kecil sungguhan. Lalu Bagaimana dengan bulan madu kita? Ada tempat yang ingin
kamu kunjungi?” ucap Ha Ri mencari informasi tentang pernikahan.
“Ha Ri,
kau masih bisa punya anak. Peluangmu lebih kecil daripada sebelumnya. Jadi,
kenapa kau menyerah? Kau menyerah karena mencintaiku. Tapi selanjutnya apa?”
ucap Yi Sang dengan wajah serius.
“Aku
tidak mau anak menyebabkan masalah di antara kita. Coba Lihat? Kita sudah
bertengkar.” Kata Ha Ri. Yi Sang hanya bisa menghela nafas
“Sudah
kubilang kita harus melewati percakapan yang tidak nyaman. Kubilang jangan
kalah dalam pertarungan. Tapi sepertinya kau kalah.” Kata Yi Sang marah.
Ha Ri
sedang melihat tulisan "Pernikahan kecil sedang menjadi tren"
akhirnya menutup ponselnya dan bertanya alasan sikap Yi Sang kejam sekali. Yi
Sang meminta agar Ha Ri bersikap realistis, dan bertanya apakah menurut Ha Ri
cinta akan membantu mereka bisa melalui segalanya.
“Tapi
bagaimana jika ada momen saat cinta tidak menyelesaikan segalanya?” kata Yi
Sang.
“Itu
tidak akan terjadi.” Ucap Ha Ri yakin. Yi Sang pikir Ha Ri masih bisa memiliki
keluarga yang normal.
“Apa kau
putus denganku?”tanya Ha Ri menahan rasa sedihnya. Yi Sang pikr memberi Ha Ri
waktu untuk memikirkannya.
“Kau bisa
menjalani hidup di mana kau tidak perlu menderita atau merelakan apa pun.” Ucap
Yi Sang
“Apa...Kau
tiba-tiba tidak menyukaiku? Jika kau melakukan ini untukku, kau salah.” Tegas
Ha Ri
“Sadarlah
dan berpikirlah dengan rasional. Pikirkan betapa egoisnya diriku jika
mempertahankanmu hanya agar aku bisa bersamamu. Aku sibuk dengan semua
pekerjaan di "The Baby", jadi, aku akan pergi untuk pemotretan besok.
Aku tidak tahu butuh berapa lama.” Ucap Yi Sang
“Tapi
kita harus memikirkannya selagi kita berpisah.” Ucap Yi Sang tak ingin
menatapnya. Ha Ri menahan air matanya.
Keduanya
akhirnya berjalan pulang. Ha ri memastikan kalau Yi Sang akan kembali. Yi Sang
hanya diam saja.
“Tampaknya
kau yang butuh waktu untuk memikirkan banyak hal. Jadi, tidak perlu
terburu-buru. Akan sulit untuk saling menjauh sedetik saja. Kita akan saling merindukan
sampai terasa sakit. Kuharap kau menyesalinya dan kembali.” ucap Ha Ri. Yi Sang
hanya bisa terdiam saja.
Di rumah,
Yi Sang melihat obat hormon yang selama dipakainya, akhirnya membuangnya karena
sudah tak perlu lagi. Ia melihat foto tangan yang diberikan cap oleh Ha ri,
lalu membuangnya. Ia pun melihat foto pemandangan dan foto Ha Ri di ilalang
lalu hanya bisa menangis.
Di kamar,
Ha Ri pun hanya bisa duduk diam karena Yi Sang yang ingin putus darinya.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar