PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 03 Juli 2020

Sinopsis Oh My Baby Episode 15 Par1 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Yi Sang duduk ditaman, tatapan mengarah pada seorang wanita yang mengajak main anaknya lalu berjalan pulang dengan suaminya. Seperti ia sangat sedih karena belum bisa membuat Ha Ri memiliki anak. Ia mengingat wajah bahagia Ha Ri yang mengendon bayi dan menenangkanya.
Ia teringat lagi saat Ha Ri menangis di ruangan, seperti sangat sedih karena tak bisa menjadi seorang ibu. Akhirnya Ia hanya bisa duduk dengan wajah sedih. Ha Ri menenangkan diri dengan wajah bengkak, mencuci wajahnya. Yi Sang sudah menunggu di depan gedung.
Ha Ri pulang melihta Yi Sang memperlihatkan wajah senyumanya. Yi Sang hanya terdiam seperti hatinya sedih karena Ha Ri menutupi perasaan sedihnya, akhirnya mengajak masuk ke mobil. 


Keduanya sampai direstoran, Yi Sang mengeluh kalau menurutnya tak cukup karena seharusnya makan makanan sehat. Ha Ri menegaskan kalau ini bukan operasi besar dan menurutnya mereka bisa melihat makanan  yang mereka makandan pemandangannya.
“Selain itu Ada kau juga. Aku dikelilingi oleh hal-hal yang indah, dan itu cukup untuk memulihkanku.” Ucap Ha Ri dengan senyuman
“Aku mulai menjalani terapi hormon lagi.” Kata Yi Sang dengan wajah serius
“Aku menyerah untuk punya anak, jadi, berhentilah menjalani terapi. Menyakitkan melihatmu menerima suntikan dua sampai tiga kali setiap pekan. Sebaiknya tidak kau lakukan lagi.” Ucap Ha Ri
“Apa Kau memutuskan untuk menyerah punya anak karena aku?” tanya Yi Sang heran
“Tidak, aku lelah. Aku sudah muak terluka hanya karena ingin punya anak. Keserakahanku untuk punya anak hanya akan menyusahkanmu. Mari berhenti mengalami kesulitan.” Ucap Ha Ri
“Aku setuju berbagi impianmu ini, tapi aku mengecewakanmu.” Ucap Yi Sang
“Lalu apakah kau mau mencoba sampai kita berhasil? Kita akan kecewa, tapi mulai berharap kembali saat menjalani pengobatan. Sampai kapan?Apa Sampai kita terlalu tua untuk mencobanya? Jangan menyia-nyiakan waktu kita yang berharga dan menikmati hidup dan pernikahan kita.” Ucap Ha Ri.
Yi Sang hanya bisa terdiam tanpa banyak berkata-kata
"Episode 15. Cinta, Apa yang Bisa Kita Lakukan Tentang Ini?"


“Aku tahu aku bersikap kasar, tapi jangan mengganggu putriku. Aku tidak peduli jika kamu dibutakan oleh cinta. Dia berteriak ke seluruh dunia bahwa dia ingin menjadi ibu. Tahu dirilah dan nikahi orang yang pantas untukmu. Beraninya kamu!” ucap Nyonya Lee marah
Tapi ternyata ia sedang berlatih bicara pada Yi Sang. Tapi Ia pikir kalau Mengatakan itu akan membawanya ke neraka.
“Lagi pula tidak bisa punya anak bukanlah suatu dosa. Aku hanya bisa membayangkan sakit yang dia rasakan. Anak-anak malang itu.” Ucap Nyonya Lee sedih. 

Jeong Won berbicara dengan Do Ah kalau ayahnya akan segera datang. Jae Young menatap mantan sang istri seperti menyanyangi anaknya. Jeong Won akhirnya menyadari Jae Young yang datang, akhirnya mereka pun duduk di bangku taman.
“Aku tidak pernah menganggapmu menyulitkan. Menjadi ibu juga baru bagimu. Kukira siapa pun akan kesulitan di posisimu. Tapi apakah cukup membuat frustrasi untuk menelantarkan kami berdua?” kata Jae Young
“Yang kuinginkan adalah bernapas.” Ungkap Jeong Won. 

Flash Back
Jeong Won kebingungan mengendong Do Ah yang menangis, wajahnya terlihat kelelahan. Ia meminta maaf pada Do Ah meminta agar berhenti menangis, tapi Do Ah masih terus menangis.
“Kenapa kau belum tidur?” tanya Jae Young meihat Yeong Won yang duduk dalam kegelapan.
“Jae Young, Do Ah menangis seharian.” Ucap Jeong Won dengan wajah frustasi.
“Seperti itulah semua bayi.” Kata Jae Young santai. Jeong Won mengaku merasa seperti robot yang sedang menyusui.
“Aku akan tidur dengan Do Ah, jadi, tidurlah yang nyenyak.” Kata Jae Young santai
“Aku ingin memakai jaket putihku dan menemui pasien. Aku bahkan bisa bekerja dengan baik di ruang operasi. Aku punya keahlian untuk menyelamatkan nyawa seseorang.” Kata Jeong Won
“Kau bisa melakukannya usai cuti melahirkanmu.  Waktu akan berlalu dengan cepat, dan Do Ah akan segera tumbuh.” Kata Jae Young. Jeong Won hanya bisa diam saja. 

Spanduk bertuliskan  "100 Hari, Terima Kasih Sudah Hadir untuk Kami" Jae Young sibuk menelp Jeong Won tapi ponselnya tak aktif. Ibunya mengendong Do Ah dengan meja yang sudah dihias dengan makan untuk perayaan 100 hari anak Jae Young.
“Seharusnya dia sudah datang.” Ucap Kakek Do Ah. Jae Young tahu  tapi Jeong Won tidak menjawab.
“Apa Kau yakin dia pergi untuk menata rambutnya?” tanya Kakek Do Ah. Jae Young menganguk.
“Jae Young, jujurlah pada kami. Apa terjadi sesuatu di antara kalian?” tanya Nenek Do Ah. Jae Young terlihat bingung.Ternyata Jae Young pergi ke taman.
“Yang kudengar hanyalah tangisan Do Ah, tapi suara lain mendatangiku saat itu. Angin hangat dan matahari. Aku juga bisa merasakannya. Saat itulah akhirnya aku bisa bernapas.”
Jae Young duduk ditaman dengan melihat anak-anak yang bermain dengan ibunya, tapi ia seperti tak peduli. Ia menarik nafas dalam-dalam seperti merasakan semuanya bahagia untuknya.
“Jadi, aku pulang dan mengerjakan makalah risetku. Aku merasa hidup kembali. Saat itu, aku tidak tahu itu depresi pascapersalinan. Saat akhirnya menyadarinya, aku menyangkalnya. Menemukan kebahagiaan menjadi ibu dan menjadi ibu yang berbakti bukanlah diriku.” Ucap Jeong Won.
“Aku merasa tercekik setiap kali melihatmu dan Do Ah, dan tidak pernah membayangkan kau akan melepaskan posisi mengajarmu. Aku hanya merasa bersalah kepada Do Ah dan karena itu aku bahkan takut melihatnya. Tapi kami makin akrab sekarang.” Kata Jeong Won.

“Syukurlah.” Kata Jae Young setelah mendengar pengakuan Jeong Won tentang semuanya.
“Bagaimana jika kita mulai dari awal? Aku akan membantu membesarkan Do Ah.” Kata Jeong Won seperti sangat berharap mereka bisa kembali.
“Tapi aku menyukai kondisiku sekarang. Saat bersamamu, kupikir itu pilihan terbaikku. Tapi menjadi ayah tunggal lumayan juga. Aku baik-baik saja.” Akui Jae Young
“Tapi aku merindukanmu. Tidak bisakah kau melupakan Ha Ri? Apa harus aku yang melanjutkan hidup?” tanya Jeong Won. Jae Young hanya diam saja. 

The Baby
Yeon Ho memberitahu akan pergi wawancara. Ha Ri bertanya apakah  Dengan ibu yang seorang fotografer, karena ia suka artikel tentangnya itu dan Aura fotonya juga bagus.
“Bisa tanyakan apa kita bisa menampilkan foto dia dan anaknya?” tanya Ha Ri. Yeon Ho menganguk. Ha Ri pun memberikan semangat. 

Eu Ddeum masuk ke lift dan melihat Hyo Joo didalam. Hyo Joo hanya diam saja dengan wajah dingin. Eu Ddeum bertanya apakah ia membuatnya tidak nyaman, Hyo Joo pikir lebih aneh jika bilang tidak. Eu Dddeum bertanya  Apa yang bisa dibantu saat keluar dari lift

“Bisakah kamu menghapus dirimu dari hidupku?” ucap Hyo Joo. Eu Ddeum pikir tidak punya kemampuan untuk melakukan itu.
“Itu mungkin berawal sebagai kesalahpahaman, tapi perasaanku padamu bukannya tidak seberapa. Dan tidak seperti kau, aku tidak tahu bagaimana cara mengakhiri cintaku yang bertepuk sebelah tangan dengan indah..” Ucap Hyo Joo. Eu Ddeum hanya bisa terdiam.
“Biarkan aku membencimu Panahmu yang kau tembakkan secara acak menembus jantungku.” Kata Hyo Joo 
“Kalau begitu, bencilah aku. Marahlah padaku. Pukul aku jika kau mau.” Kata Eu Ddeum
“Karena membuatku meneteskan air mata, hidupmu tidak akan menyenangkan. Sampai aku bisa melanjutkan hidupku, kamu harus berpura-pura menderita. Jadi, aku tidak terlalu membencimu dan lebih cepat melupakanmu.” Ucap Hyo Joo lalu berjalan pergi. Eu Ddeum hanya bisa terdiam.
Hyo Joo masuk ruangan lalu memanggil Ha Ri dan berdiri didepan mejanya dengan wajah serius karena Ada yang ingin dikatakan kepadanya. 


Yi Sang duduk dimeja kerja mengingat yang dikatakan Ha Ri “Aku menyerah untuk punya anak, jadi, berhentilah menjalani terapi. Tidak, aku lelah.” Wajahnya seperti tak percaya kalau Ha Ri bisa menyerah dengan impianya.
“Pak Han, ini aku. Ayo kita pergi.” teriak Yeon Ho dari lantai bawah. Yi Sang pun hanya bisa menghela nafas karena harus pergi.

“Ibunya seorang fotografer dan menulis jurnal bayi dari sudut pandang anak. Itu keren dan foto-fotonya bagus. Dia menyumbangkan royaltinya ke yayasan orang tua tunggal. Dia memotret ulang tahun bayi secara gratis untuk orang tua tunggal.” Cerita Yeo Ho
“Begitu rupanya. Dia orang yang baik.” Komentar Yi Sang sambi menaiki tangga.
Yeon Ho menunggu nara sumbernya, Yi Sang melihat hasil foto terlihat wanita dengan seorang anak dan hanya bisa terdiam.  Seorang wanita pu turun menemui Yeon Ho mengenalkan diri Jung In Ah. Yi Sang terdiam mendengar nama In Ah.
Yeon Ho akhirnya memanggi Yi Sang agar menyapa narasumber mereka. In Ah pun terkejut mendengar nama Yi Sang, akhirnya keduanya menatap dengan wajah canggung seteah sekian lama tak pernah bertemu. 

Akhirnya Yeon Ho sudah siap wawancara. In Ah terlihat masih gugup dan Yi Sang mencoba untuk tetap tenang mengambil gambar. Yeon Ho mulai bertanya Bagaimana menurut In Ah menulis dari sudut pandang bayi. In Ah mengaku membayangkan apa yang dipikirkan bayina.
“Semuanya masih baru bagi bayi itu. Kupikir semuanya pasti menarik.” Kata In Ah.
“Isinya menyenangkan, dan foto-fotonya hangat, jadi, itu berkesan bagiku.” Ungkap Yeon Ho
“Saat membesarkan anakku, aku mulai melihat dunia dari sudut yang berbeda. Mungkin karena itu foto-fotoku juga berubah. Ra On membesarkanku.” Kata In Ha. Yi Sang terdiam mendengan nama anak In Ah.
“Sebagai penutup, mari berfoto di depan fotomu bersama Ra On.” Kata Yeon Ho meminta Yi Sang mulai mengambil gambar. 

In Ah gugup foto didepan figura anaknya, Yeon Ho meminta senyum dan lihat ke kamera. In Ah merasa tak enak hati menatap Yi Sang, Yeon Ho meminta agar In Ah bisa tersenyum. In Ah merasa  tidak bisa tersenyum dan akan memotretnya sendiri dan mengirimkannya padanya.
“Aku yakin nuansanya akan mirip.” Kata In Ah. Yeon Ho menganguk mengerti meminta agar kirimkan kepadanya.
“Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk kami. Ada rapat yang harus kuhadiri, jadi, aku akan pergi dahulu. Aku akan menghubungimu.” Ucap Yeon Ho bergegas pergi. Yi Sang hanya bisa terdiam. 

In Ah dan Yi Sang akhirnya duduk disudut ruangan. In Ah mengaku Bagian tersulit tentang putus dari Yi Sang adalah kehilangan sahabatnya jadi sangat senang berbincang dengan Yi Sang lagi seperti ini.In Ah bertanya apakah Yi Sang masih membencinya.
“Saat itu, aku yakin kau akan mengutamakan aku sebelum punya anak. Kurasa itu sebabnya aku lebih membencimu.” Kata Yi Sang
“Aku juga membencimu. Rasanya seperti hukuman mati saat itu padahal kita tidak berbuat salah. Kita tidak tahu harus bagaimana. Kita hanya bisa melihat penderitaan kita sendiri.” Kata In Ah.
“Kau benar... Karena itulah aku sangat menyulitkanmu. Aku tahu hubungan kita sudah berakhir, tapi aku berusaha mempertahankannya. Karena itu kau tidak punya pilihan selain pergi.” Ucap Yi Sang
“Aku yang tidak bisa menghadapinya. Ya, sebagian karena masalah bayi, tapi juga karena kita tidak cukup kuat untuk melaluinya. Jika tetap bersama, kita berdua akan menderita.” Kata In Ah
“Kukira bertahan adalah caramu melindungi cintamu.” Ucap Yi Sang.
*** 


Di studio, Ha Ri mencoba mengarahkan gaya sebuah keluarga untuk foto bersama. Tuan Nam pun sibuk dengan mengambil gambar. Ha Ri menatap diam seperti menahan rasa sedihnya karena tak bisa memiliki anak, seperti keluarga normal.
“Seharusnya aku melepasmu demi kebaikanmu. Itu yang seharusnya kulakukan.” Ucap Yi Sang seperti ingin melepaskan Ha Ri.
Yi Sang meihat foto In Ah dengan anaknya lalu bertanya Apa bahagia. In Ah menganguk. Yi Sang pikir itu Bagus karena Hanya itu yang penting lalu berjalan pergi. In Ah hanya bisa terdiam melihat kepergian Yi Sang. 

Jae Youg di diruangan, melihat anaknya yang bermain sendirian lalu mengingat yang dikatakan Jeong Won.  “Kembalilah seperti aku yang sudah kembali. Mari kita hidup bersama lagi.” Akhirnya Ia mengendong Do Ah yang mulai menangis.
“Do Ah.. Bagaimana rasanya bersama ibumu? Apa Kau mau tinggal bersama ibumu?” tanya Jae Young terlihat bimbang. 

Di restoran toppoki. Yeon Ho bingung dengan makana peda ini Kenapa rasanya enak saat sedang stres. So Yoon dan Hyo Joo hanya terdiam dan makan tanpa henti. Yeon Ho heran mereka makan dengan agresif dan bertany Apa yang membuat mereka stres.
“Ayahku ingin aku berhenti karena kita selalu bekerja lembur.”ucap So Yoon
“Apa dia konservatif? Kau punya jam malam dan semacamnya?” ucap Yeon Ho tak percaya
“Tidak. Dia berjiwa bebas, dia menyuruhku pindah ke tempat dengan keseimbangan kehidupan kerja yang baik. Lalu Apa yang membuatmu stres?” tanya So Yoon.
“Ibu fotografer yang kutemui siang ini untuk artikel kita... Kurasa dia mantan pacar Pak Han.”ucap Yeon Ho berbisik. Semua pun menjerit.
“Apa dia cantik?” tanya Hyo Joo. Yeon Ho membenerkan kalau sangat cantik.
“Haruskah aku memberi tahu Nona Jang? Sebaiknya tidak, bukan?” ucap Yeon Ho
“Untuk apa jika dia sangat cantik? Dia tidak berselingkuh darinya. Tidak, jangan beri tahu dia.” Ucap Hyo Joo.
“Benar, bukan? Bagaimana denganmu? Ada apa?” tanya Yeon Ho. Hyo Jo mengaku memberi tahu Nona Jang bahwa akan berhenti. Keduanya berteriak tak percaya mendengarnya. 


Flash Back
Hyo Joo mengaku ingin berhenti dari posisinya. Ha Ri ingin tahu alasanya ingin berhenti. Hyo Joo pikir tidak punya alasan untuk bertahan di sini lagi, dan majalah pengasuhan bayi juga tidak punya visi. Ia merasa Pekerjaan ini tidak menyenangkan lagi.
“Apa Kau punya tawaran pekerjaan lain?” tanya Ha Ri. Hyo Joo mengaku  Belum.
“Astaga, baiklah. Jika kau ingin berhenti, aku tidak punya alasan untuk mencegahmu. Lagi pula, para petinggi menyuruhku mengurangi staf, tapi aku masih bertahan sampai sekarang. Jika ada kesempatan bagus, sebaiknya kau terima.” Kata Ha Ri
“Jika punya tempat idaman, aku akan membantumu mendapatkan pekerjaan. Tapi jika bukan itu, bagaimana jika kau memberiku kesempatan?” ucap Ha Ri. Hyo Joo bingung Kesempatan apa?
“Aku ingin berusaha sebaik mungkin menyelamatkan majalah bersama kalian sampai kamu memutuskan pergi. Dan aku harus melakukan sesuatu untuk kalian.” Ucap Ha Ri
“Yeon Ho mungkin mengharapkan promosi saat aku menjadi pemimpin redaksi. Aku yakin dia kecewa, tapi dia bekerja keras tanpa pernah menunjukkan itu. Dia harus kubantu mendapat promosi seperti tindakan Bu Shim untukku.” Ungkap Ha Ri mengingat Yeon Ho berusaha keras dengan Tuan Kim.
“Untuk So Yoon, aku tidak bisa memberhentikannya karena tugasnya tidak penting. Aku harus mengizinkannya menulis artikel agar bisa dia tambahkan ke portofolionya saat mendapat pekerjaan.” Kata Ha Ri yang tahu So Yoon mempersiapkan semua peralatan foto
“Dan kau...Kau sungguh tidak mendengarkanku.” Ucap Ha Ri. Hyo Joo mengaku Belakangan ini, mendengarkan Ha Ri.
“Aku menyuruhmu membuat portofolio yang cukup bagus untuk membuatmu bangga. Sudahkah kau melakukannya? Kau sangat kreatif, jadi, kau melontarkan ide bagus, dan kau membawa foto yang luar biasa. Dan sekarang, kau juga cukup pandai menulis artikel.” Kata Ha Ri
“ Jadi, aku ingin membantumu sedikit lagi. Aku merasa kau bisa lebih baik, tapi begitulah perasaanku. Tapi yang terpenting, tampaknya kam pergi dengan perasaan tidak puas dan itu membuatku merasa bersalah. Jadi, aku ingin kau mempertimbangkan kembali.” ucap Ha Ri. 



Yeon Ho pun ingin tahu apa yang akan dilakukan Hyo Joo. Hyo Joo pikir sepertinya majalah kita akan segera menghilang jadi apakah mereka akan terus bekerja di sini. Yeon Hopikir harus melakukannya karena Ha Ri akan membantu dipromosikan.
“Hei, aku juga sangat menyukai "The Baby". Aku tidak hanya suka pekerjaanku, tapi aku suka orang-orang di sini. Entah apa yang akan terjadi, tapi aku ingin bertahan di sini. Tapi itu aku. Kalian harus pergi selagi bisa.” Kata Yeon Ho
“Aku akan tetap di sini karena ingin tahu apa yang akan terjadi pada majalah kita.” Kata So Yoon
“Aku sungguh tidak menyukai Nona Jang. Dia selalu memarahiku dan bahkan tidak mengizinkanku berhenti. Tapi tampaknya dia harus bertarung melawan perusahaan, jadi, kurasa aku harus bertahan dan membantu.” Kata Hyo Joo
“Ya, benar. Dia tidak bisa bertarung sendirian. Kita harus bertahan dan membantu. Ini. Mari kita lakukan. Semoga kita semua berhasil.” Ucap Yeon Ho lalu berteriak “Kesetiaan!” 

Yi Sang masuk cafe, menatap Ha Ri yang duduk sendirian lalu mengingat yang dikatakn Ha Ri dengan senyuman “Jangan menyia-nyiakan waktu kita yang berharga dan menikmati hidup dan pernikahan kita.” Akhirnya Ia hanya bisa terdiam melihat Ha Ri, Ha Ri pun melambaikan tangan pada Yi Sang.
“Apa pesta pernikahannya kecil saja? Maksudku bukan yang mahal... Maksudku pernikahan kecil sungguhan. Lalu Bagaimana dengan bulan madu kita? Ada tempat yang ingin kamu kunjungi?” ucap Ha Ri mencari informasi tentang pernikahan.
“Ha Ri, kau masih bisa punya anak. Peluangmu lebih kecil daripada sebelumnya. Jadi, kenapa kau menyerah? Kau menyerah karena mencintaiku. Tapi selanjutnya apa?” ucap Yi Sang dengan wajah serius.
“Aku tidak mau anak menyebabkan masalah di antara kita. Coba Lihat? Kita sudah bertengkar.” Kata Ha Ri. Yi Sang hanya bisa menghela nafas
“Sudah kubilang kita harus melewati percakapan yang tidak nyaman. Kubilang jangan kalah dalam pertarungan. Tapi sepertinya kau kalah.” Kata  Yi Sang marah.
Ha Ri sedang melihat tulisan "Pernikahan kecil sedang menjadi tren" akhirnya menutup ponselnya dan bertanya alasan sikap Yi Sang kejam sekali. Yi Sang meminta agar Ha Ri bersikap realistis, dan bertanya apakah menurut Ha Ri cinta akan membantu mereka bisa melalui segalanya.
“Tapi bagaimana jika ada momen saat cinta tidak menyelesaikan segalanya?” kata Yi Sang.
“Itu tidak akan terjadi.” Ucap Ha Ri yakin. Yi Sang pikir Ha Ri masih bisa memiliki keluarga yang normal.
“Apa kau putus denganku?”tanya Ha Ri menahan rasa sedihnya. Yi Sang pikr memberi Ha Ri waktu untuk memikirkannya.
“Kau bisa menjalani hidup di mana kau tidak perlu menderita atau merelakan apa pun.” Ucap Yi Sang
“Apa...Kau tiba-tiba tidak menyukaiku? Jika kau melakukan ini untukku, kau salah.” Tegas Ha Ri
“Sadarlah dan berpikirlah dengan rasional. Pikirkan betapa egoisnya diriku jika mempertahankanmu hanya agar aku bisa bersamamu. Aku sibuk dengan semua pekerjaan di "The Baby", jadi, aku akan pergi untuk pemotretan besok. Aku tidak tahu butuh berapa lama.” Ucap Yi Sang
“Tapi kita harus memikirkannya selagi kita berpisah.” Ucap Yi Sang tak ingin menatapnya. Ha Ri menahan air matanya.



Keduanya akhirnya berjalan pulang. Ha ri memastikan kalau Yi Sang akan kembali. Yi Sang hanya diam saja.
“Tampaknya kau yang butuh waktu untuk memikirkan banyak hal. Jadi, tidak perlu terburu-buru. Akan sulit untuk saling menjauh sedetik saja. Kita akan saling merindukan sampai terasa sakit. Kuharap kau menyesalinya dan kembali.” ucap Ha Ri. Yi Sang hanya bisa terdiam saja. 


Di rumah, Yi Sang melihat obat hormon yang selama dipakainya, akhirnya membuangnya karena sudah tak perlu lagi. Ia melihat foto tangan yang diberikan cap oleh Ha ri, lalu membuangnya. Ia pun melihat foto pemandangan dan foto Ha Ri di ilalang lalu hanya bisa menangis.
Di kamar, Ha Ri pun hanya bisa duduk diam karena Yi Sang yang ingin putus darinya.

Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar