PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[EPISODE 2 -KENAPA MASA MUDA SANGAT INDAH?]
TAHUN
2010
Oh Dae Oh
berjalan masuk ke dalam kampus, beberapa orang menatapnya dengan tatapan
bingung dan seperti membahas sesuatu. Dae Oh tak peduli terus masuk ke
dalam kampus dengan bunga sakura yang
berguguran.
Di gedung
kampus, semua mahasiswa pun menatap Dae Oh, Sementara Dae Oh berdiri didepan
loker dengan label nama NOH AE-JEONG wajahnya terlihat penuh amarah.
Ia
melihat tulisan “IMPIAN BISA MENJADI NYATA, NOH AE-JEONG CINTA OH DAE-OH
Dae Oh
duduk sebuah ruangan dengan SURAT PERMOHONAN BERHENTI KULIAH yang ada
ditanganya. Ryu Jin masuk dengan wajah penuh amarah dan kaget. Dae Oh
menyapanya dengan santai melambaikan tangan. Ryu Jin menduga kalau Dae Oh
langsung menemuinya begitu tiba di sini.
“Kau memang
yang terbaik.” Ucap Dae Oh tersenyum bahagia. Ryu Jin pikir Dae Oh itu sudah
gila.
“Setelah empat
tahun menjadi orang gila,kau tiba-tiba meneleponkudan bilang ingin berhenti
kuliah?”kata Ryu Jin marah
“Maaf.
Tak ada jalan lain. Sebagai gantinya, aku punya sesuatu untukmu. Ini hadiah.”
Ucap Dae Oh memberikan tumpukan berkas.
“Kau tak
penasaran dengan alasan aku kembali?” kata
Dae Oh. Ryu Jin melihat naskah CINTA ITU TIDAK ADA.
“Coba kau
baca itu, dan beri tahu aku apa itu bisa membantuku mendapatkan dia kembali.”
kata Dae Oh. Ryu Jin tak percaya kalau Dae Oh akan melakukan ini.
“Aku akan
debut dengan novel itu. Selain itu, aku akan buat dia mencariku... Pasti.” Kata
Dae Oh yakin
TAHUN
2020
Di sebuah
rumah yang cukup besar, diatas meja ada majalah dengan cover SIAPA CHEON
EOK-MAN YANG MISTERIUS?. Dae Oh berbicara dengan Direktur di telp kalau Tugas penulis adalah menulis cerita yang
bagus, bukan hal-hal semacam ini.
“Pak
Cheon, jangan marah dahulu. Coba dengarkan aku. Ini saat yang tepat untuk mengungkap
identitasmu. Semua orang Korea sedang menggilaimu.” Pihak Agency
“Aku
paham. Jadi, Apa kau mengadakan konser bukutanpa membahasnya lebih dahulu
denganku? Kau bekerja dengan baik.” Keluh Dae Oh kesal
“Pak
Cheon, konsep misteriusmu memang bagus, tapi penggemar harus mendapatkan
sesuatu setelah menunggu karya barumu.” Kata Pria Agency
“Karya
baru, apanya. Berhentilah mengancamku!” keluh Dae Oh. Pria Agency merasa tak
ada yang bisa dilakukan lagi.
“Banyak
orang yang menanyakan itu di situs web kami.” Kata Si pria. Da Oh menjelaskan Karya tulis bukan
hal yang mudah untuk dihasilkan.
“Semua
ini karena kau adalah penulis yang hebat. Jadi, para studio film mau saling
mendahului untuk mendapatkan hak cipta karyamu.” Kata Si pria agency mencoba
terus menyakinkan.
Dae Oh
sibuk melihat email yang masuk dan kaget melihat nama “NOH AE-JEONG” Si pria
Agency terus bicara “Bahkan kita sampai dihubungi studio film aneh seperti
Thumb Film” Dae Oh mencoba membuka email dari Ae Jung
[INI NOH
AE-JEONG DARI THUMB FILM] Ia pun kaget kalau
Thumb Film yang mencoba menghubunginya.
“Ya.
Sebuah studio film yang hampir bangkrut Seorang produser di sana bernama Noh Ae
Jung bilang, dia punya hak cipta karya debutmu Omongannya tak masuk akal.
Jangan dipikirkan...” kata Tuan Agency dan Dae Oh langsung segera menyudahi
telpnya.
Si pria
agencyi bingung tiba-tiba telpnya ditutup dan diatas meja terlihat nama “KEPALA
EDITOR HONG GWANG-GYU” lalu mengumpat kesal pada sikap Dae Oh.
Dae Oh
akhirnya membaca surat dari Ae Jung dan dibawa tertulis PRODUSER NOH AE-JEONG,
lalau bertanya apakah ini Noh Ae-Jung yang lahir tahun 1984?. Ia pun mencari
keyword “THUMB FILM” hanya berisi wajah Tuan Wang dan juga hasil filmnya.
Ia pun
melihat THUMB FILM NOH AE-JUNG, SEDALAM APA KAU JATUH CINTA? Lalu mencoba
keyword “1984 NOH AE-JUNG” dan yang keluar Ae Jung sebagai artis. Dae Oh yang penasaran mencari keyword
“NOLOVE84”
Akhirnya
menemukan sebuah postingan foto “PELATIHAN KEANGGOTAAN THUMB FILM, LOKAKARYA
THUMB FILM” terlihat wajah Ae Jung bersama dengan teman kantornya. Dae Oh tersenyum licik karena akhirnya menemukan
sosok Ae Jung.
Akhirnya
Dae Oh pun bertemu degan Ae Jung menyapanya sebagai penulis Cheon Eok-man
mengaku sudah Lama tak jumpa, Ae Jun hanya bisa terdiam karena tak percaya akan
bertemu dengan Dae Oh. Keduanya duduk dikursi dan Ae Jung gugup dengan kaki
yang terus bergetar.
“Jadi,Apa
kau mau membuat film dari karyaku?” tanya Dae Oh. Ae Jung membenarkan dengan
wajah tertunduk.
“Seperti
yang aku tulis di surelku...” kata Ae Jung dan langsung disela oleh Dae Oh
ingin tahu alasanya.
“Kenapa
harus aku?” kata Dae Oh dengan nada sinis. Ae Jung mengaku tak tahu.
“Aku juga
sangat kaget karena orang itu...” kata Ae Jung gugup tapi Dae Oh ingin meminta
penjelasan. Ae Jung makin bingung.
“Alasan
kau harus bekerja denganku dalam 30 detik. Mulai.” Ucap Dae Oh melepaskan jam
tanganya. Ae Jun panik meminta agar menungu.
“Waktumu
27 detik..” kata Dae Oh. Ae Jun akhirnya mencoba mikirkan alasanya.
“
Maksudku... Kau penulis terkenal di dunia...” kata Ae Jung. Dae Oh pikir ia
bernilai sangat tinggi dan tak tergantikan.
“Jangan
alasan biasa seperti itu... Masih ada 15 detik.” Kata Dae Oh sudah tak ingin
diremehkan oleh Ae Jung
“Kemampuan
menulismu bisa mengambil hati semua orang...” ucap Ae Jung
“Serta, apa
banyak studio film yang ingin bekerja denganku? Jangan alasan jelas seperti
itu. Lima detik lagi.” Ucap Dae Oh
“Thumb
Film menyadari bakat senimu sebelum orang lain...” kata Ae Jung dan Dae Oh
langsung meminta agarBerhenti. Ae Jung bingung diminta berhenti.
“Waktu
habis... Aku paham maksudmu..Ae Jung Kudengar perusahaanmu bangkrut. Rumor
sudah tersebar.” Kata Dae Oh
“Kami
belum bangkrut seutuhnya...” ucap Ae Jung.
Dae Oh mendengar ucapan Ae Jung merasa kalau itu menarik.
“Memang
kenapa jika bangkrut? Semua bisa terjadi. Itu wajar. Tapi bukan itu yang
penting. Walaupun aku tahu itu, kenapa aku masih datang ke sini? Itu bagian
yang penting. Kira-kira kenapa aku datang?” ucap Dae Oh dengan nada mengejek
“Aku tak
tahu. Apa Karena visi perusahaan kami?”ucap Ae Jung menebak.
“Karena
aku ingin tahu... bagaimana rasanya bertemu aku lagi setelah 14 tahun? Jadi,
bagaimana?” kata Dae Oh. Ae Jung terdiam mendengarnya.
Flash Back
TAHUN
2005
Ae Jung
berteriak marah karena sepatunya terkena muntah dan Dae Oh terlihat muntah
setelah banyak minum. Akhirnya Ae Jung pergi ke sungai mencuci sepatunya yang
terkena muntah sambil mengedumel. Dae Oh
merasa bersalah ingin mendekat.
“Jangan
mendekat. Jika mendekat satu senti saja, aku akan melemparmu dengan sepatu
ini.” Kata Ae Jung marah
“Aku... hanya
mau membantumu mencuci sepatu itu.” Ucap Dae Oh berbalik arah dan bicara dari
jauh.
“Jangan
bicara lagi. Aku trauma dengan semua yang keluar dari mulutmu.” Ucap Ae Jung
marah
“Ini hal
yang bisa terjadi jika seseorang minum miras.” Kata Dae Oh. Ae Jung mengeluh
Dae Oh itu beisik. Dae Oh akhirnya mendekati Ae Jung.
“Maksudku,
maafkan aku. Aku juga tak mau melakukan cara kotor seperti ini.” Akui Dae Oh.
Ae Jung tak mengerti maksudnya.
“Tadi kau
mau mencium Jin, dan aku ingin menghentikannya. Kenapa? Apa aku salah?” ucap
Dae Oh merasa tak bersalah.
“Jurusan
Teater dan Film Oh Dae-o, hormati aku sebagai seniormu.” Kata Ae Jung marah
“Senior,
apanya? Kita sama-sama lahir tahun 1984.” Kata Dae Oh tak merasa Ae Jung
sebagai seniornya.
“Aku
senior angkatan 2003, dan kau anak baru angkatan 2005. Kau dua kali mengulang
tes ujian masuk!” kata Ae Jung
“Apa Kau
meremehkan aku karena itu?” balas Dae Oh kesal. Ae Jung merasa Bicara Dae Oh tak sopan.
“Apa kau
bercanda? Kau tidak bisa kurang ajar hanya karena aku bersikap baik.” Ucap Ae
Jung
“Kurang
ajar? Aku sudah cukup lelah mengulang tes. Apa yang kau maksud kurang ajar?”
balas Dae Oh.
Ae Jung
tak peduli meminta agar mengembalikan sepatunya. Dae Oh pikir dirinya itu
kurang ajar, lalu bertanya Apa kurang ajar jika menyukai Ae Jung. Ae Jung
melonggo bingung.
“Aku akan
tunjukkan kurang ajar yang sesungguhnya.” Kata Dae Oh mendekat seperti ingin
mencium Ae Jung. Ae Jung pun melangkah mundur.
Dae Oh
mengingat masa lalunya dengan Ae Jung mengaku sangat merindukannya dan ingin Ae
Jung bisa melihatnya karena Mungkin saja penasaran. Ae Jung tak percaya
mendengarnya. Dae Oh dengan gaya sinisnya pun mengaku kalau hubungan mereka itu
pernah istimewa.
“Aku
sangat mengerti. Kau pasti sangat kaget, bingung, dan menyesal melihatku.” Uca
Dae Oh bangga
“Hei!.. Apa
yang sebenarnya mau kau katakan?” kata Ae Jung tak bisa menahan emosinya.
“Aku tak
bisa bekerja denganmu. Level kita harus setara jika mau bekerja sama.” Ucap Dae
Oh
“Tapi...Tapi
katamu di surel kau tertarik.” Kata Ae Jug. Dae Oh menyangkalnya seperti tak
merasa mengataka hal itu.
“Ini
hadiah untukmu. Datang jika kau ada waktu. Berkat kau, aku mengadakan konser
buku. Habiskan kopimu. Aku yang bayar.” Ucap Dae Oh memberikan dua lembar tiket
dan berjalan pergi.
Ae Jung
hanya bisa menghela nafas panjang lalu pesan masuk ke dalam ponselnya. “Ini Kim
Gyo-yeop dari Nine Capital. Tolong laporkan progresmu.”
Ae Jung
akhirnya mengejar Dae Oh yang akan naik lift, mersasa Dae Oh bahkan belum
berbicara dengan benar dan mencoba bertanya tapi Dae Oh lebih dulu menyelanya.
Dae Oh mengejek Ae Jung yang selalu seperti ini. Ae Jung terlihat bingung
mendengarnya.
“Apa kau
serendah ini dari dahulu? Aku tak ingat kau bersikap seperti ini.” Ucap Dae Oh
mengejek. Ae Jung hanya bisa terdiam.
“Liftnya
sudah datang. Apa kau Bisa minggir?” kata Dae Oh dan akhirnya e Jung bergegasr.
Sebelum pintu lift tertutup, Dae Oh memberiakn semangat pada Thumb Film.
Di
kantor, Hye Jin kaget Ae Jung itu mengenal Penulis Cheon Eok-man. Ae Jung
membenarkan merasa kalau sangat sial. Hye Jin heran Ae Jung mengangap sial
karena menurutnya mereka beruntung dan Buku Penulis Cheon sangat menarik. Ae
Jung mengeluh mendengarnya.
“Aku
selesai membaca bukunya dalam sehari. Aku tak bisa berhenti membaca. Kau juga
sudah baca, 'kan?” kata Hye Jin
“Aku? Aku
tak suka buku itu.” Kata Ae Jung mengelak. Hye Jin tahu Ae Jung itu Bohong.
“Aku tahu
kau menyukainya.” Kata Hye Jin. Ae Jung berteriak kalau tak seperti itu.
“Tentu
saja kau suka. Coba lihat semua penanda ini. Aku tahu kau selalu menandai
bagian yang kau suka dengan label. Jika begitu, Penulis Cheon setuju, 'kan?”
ucap Hye Jin menunjuk buku yang sudah beri tanda. Ae Jung hanya bisa mengumpat
kesal melihat nasibnya bertemu dengan Dae Oh.
Di sebuah
kamar sudah banyak piala dan majalah, Ryu Jin sibuk bicara didepan cermin
memakai diolog bahasa inggris.
“Chloe,
ini aku, John... Tolong buka pintunya. Chloe, lihat aku. Aku berjanji
kepadamu... Aku juga mencintaimu, Sayang.” Ucap Jin tapi merasa nada bicaranya terlalu
menggelikan.
Ia pun
berlatih bicara sebagai John mengungkapkan perasaanya, tapi saat itu bel
kamarnya berbunyi. Dae Oh heran
berpenampilan begini di rumah. Jin pikir Dae OhJangan kaget karena Ini
sosoknya yang sebenarnya.
“Lebih
baik lakukan konferensi pers. Di luar banyak reporter. Mau aku panggilkan?”
ucap Dae Oh
“Dae-Oh,
aku mau berangkat ke luar negeri dengan tenang.” Kata Jin. Dae Oh merasa Itu
penyakit.
“Menjadi
sombong itu tidak sehat. Namun, kau memang orang yang memikirkan soal pakaian
dalammu saat akan ke IGD.” Ejek Dae Oh
“Dae-Oh,
hidup hanya sekali, bukankah kita harus hidup berjaya?” kata Jin menunjuk
berkas SANG PENGAWAL dan itu memang Seperti dirinya.
“Baiklah.
Kau saja hidup begitu. Karena hidup hanya sekali,aku akan hidup semauku.”Kata
Dae Oh
“Jika
terus begitu, kau akan menyesal.” Ucap Jin. Dae Oh yakin itu tak akan.
“Karena
aku hidup semauku, ada hal menarik terjadi hari ini. Akhirnya skenario
pembalasan dendamku yang panjang selesai hari ini. Waktu yang tepat.” Ucap Dae
Oh penuh semangat.
“Pembalasan
dendam panjang? Apa Kau menulis naskah itu tanpa aku tahu?” tanya Jin
“Kau
penasaran tentang isinya, 'kan? Mau aku ceritakan? Ini Benar-benar menarik. Kau
akan kaget jika tahu aku bertemu siapa hari ini. Kau juga mengenal dia. Penasaran,
'kan?” kata Dae Oh
“Siapa?”
tanya Jin penasaran. Dae Oh ingin memberitahu tapi memperingatkan agar Jin tak
boleh kaget.
“Kau Tidak
boleh, ya? Berjanjilah kau tak akan kaget. Bersiaplah.” Kata Dae Oh. Jin makin
penasaran siapa orangnya.
“Tak
kusangka akan bertemu dia lagi seperti ini.” Kata Dae Oh. Jin kesal meminta Dae
Oh agar bisa mengatakanya.
“Noh Ae
Jung.” Ucap Dae Oh. Jin hanya terdiam dengan wajah meloggo. Dae Oh tahu kalau
temanya itu pasti kaget.
“Setelah
14 tahun, kami bertemu lagi selagi bekerja di industri film.” Kata Dae Oh. Jin
seperti tak tahu Ae Jung ada di Industri film
“Aku
sudah bilang bahwa dia akan mencariku. Lihat sekarang. Itu menjadi kenyataan.
Bahkan dia ingin membuat film berdasarkan karyaku. Pada saat seluruh dunia telah
mengenaliku, Cheon Eok-man. Jin, bukankah ini sangat menyentuh?” ucap Dae Oh
bangga.
“Aku
tolak dia mentah-mentah. Sebenarnya, aku ingin berbuat lebih parah. Tapi aku
tak bisa melakukannya. Sambil mengingat cerita lama kami, aku memberinya tiket
konser bukuku yang seharga 150.000 won. Bukankah aku terlalu baik?” kata Dae Oh
bangga
“Lalu,
apa Ae-jeong menyerah begitu saja?” kata Jin. Dae Oh membenarkan dengan wajah
gugup
“Dia bisa
apa lagi? Tak ada jalan lain. Jika dia sangat butuh, dia akan datang ke konser
bukuku dan memohon kepadaku.” kata Dae Oh
“Noh Ae-jung
berubah banyak. Noh Ae-jung yang dahulu tak akan begitu.” Kata Jin. Dae Oh
hanya terdiam memalingkan wajahnya.
Flash Back
Dae Oh
keluar dari lift dengan wajah bahagia dan senyuman mengejek karean bisa
membalas dengan pada Ae Jun. Tapi tiba-tiba Ae Jung datang dengan rambut yang
basah karena keringat. Dae Oh tak percaya Ae Jung turun dengan TANGGA DARURAT
dari lantai 26.
“Untung
kau masih di sini. Ini karena kau pergi tanpa mendengar jawabanku. Tadi kau
bertanya soal perasaanku bertemu kau setelah 14 tahun.” Ucap Ae Jung. Dae Oh
menunggu jawabanya.
“Entahlah.
Kurasa hanya terasa sudah lama. Aku tak ingat jelas hubungan lalu kita karena
sudah terlalu lama.” Ucap Ae Jung. Dae Oh tak percaya mendengarnya.
“Ya. Sekarang
aku paham perasaan itu. Kau mungkin kesal dan kecewa dengan reaksiku. Maafkan
ingatanku yang buruk. Karena itu, aku kembalikan tiket ini. Bagaimana aku bisa
pergi ke konser buku orang yang tak aku ingat? Jika begitu, kita tak perlu bertemu
lagi, 'kan?”ucap Ae Jung mengembalikan tiket.
“Hei...
Apa Kau yakin tak akan menyesal? Setidaknya, terima ini. Ini hadiahku untukmu. Aku
akan sedih jika kau tak terima.Aku masih mengingatmu dengan jelas.” Ucap Dae Oh
memberikan lagi tiketnya.
Dae Oh
berlari dijembatan sungai Han terlihat marah karena Ae Jung mengaku tak ingat
dengan jelas, lalu berlari lebih kencang melampiaskan amarahnya.
Flash Back
TAHUN 2006
Dae Oh
berlari mengelilingi lapangan sama seperti yang dilakukan disungai Han. Seorang
wanita melihat bertanya siapa pria itudan
Kenapa dia berlari setiap hari. Anak yang lain tahu kalau ia Oh Dae-o
dari Jurusan Teater dan Film dan Semua mahasiswa tahu.
“Dia
terus begitu setelah putus dengan pacarnya. Dia diputuskan pacarnya, dan hampir
gila.” Ucap siwanita. Teman lainya merasa kasihan.
Dae Oh
masih terus berlari, Jin menunggu dan memanggilnya. Dae Oh masih terus berlari.
Akhirnya Jin ikut Dae Oh berlari mengeluh kalau temanya itu mau mati karena tak
makan dan terus berlari setiap hari.
“Saat ini
kau tak bisa berpikir lurus. Kau akan mati jika terus begini.” Ucap Jin
“Itu... Itu
akan lebih baik. Aku... lebih baik mati.” Ucap Dae Oh akhirnya jatuh lemas.
“ Jin, apakah
benar? Kata orang-orang Ae-jung memutuskanku karena aku tak punya uang koneksi,
atau masa depan. Orang bilang dia memutuskanku karena itu. Apakah itu benar?”jerit
Dae Oh frustasi
“Benar,
Bodoh. Jadi, lupakan dia dan berhenti bersikap seperti pecundang.” Kata Jin
marah mengencam baju Dae Oh.
“Jika aku
mati karena berlari seperti ini, tolong sampaikan kepadanya. Bilang kepada
Ae-Jung, aku mati karena terlalu terluka. Tolong sampaikan itu. Jin, aku
benar-benar tak tahan. Hatiku sangat sakit. Aku tak bisa hidup seperti ini.”
Kata Dae Oh menangis histeris
“Noh
Ae-Jung, tak mungkin kau sudah tak punya perasaan padaku. Kau tak seharusnya
begitu. Beraninya kau... Beraninya kau.”jerit Dae Oh yang duduk di pinggir
jembatan.
Ae Jung
menusuk tiket KONSER BUKU dengan garpu sambil mengumpat Pengkhianat berengsek
yang tahu membutuhkan ini. Nyonya Kang berkomentar Biasanya yang dibutuhkan memang orang semacam
itu jadi tak ada yang bisa dilakukan lagi.
“Jika
butuh, kau harus mendekatinya.” Kata Nyonya Kang. Ae Jung mengaku sudah mencoba
berdamai dengannya.
“Dia yang
mulai berlaku seenaknya. Aku tak tahu akan ke medan perang. Aku bahkan tak
membawa senjata apa pun.” Ucap Ae Jung
“Itu
sebabnya kau frustrasi. Kau kalah selagi bertahan.” Ucap Nyonya Kang. Ae Jung
membenarkan.
“Tapi
memang sepertinya tak ada jalan untuk menang. Ini jalan buntu.” Ucap Ae Jung
“Bukankah
kau harus terus mencoba? Seperti tanaman ini.” Kata Nyonya Kang membawa sebuah
tanaman yang dirawatnya.
“Apa itu?
Bukannya itu gelas kristal?” tanya Ae Jung. Nyonya Kang membenarkan lalu duduk
disamping Ae Jun.
“Dahulu,
ini lambang kebanggaan dan hanya berisi wiski termahal di bar ini. Tapi
sekarang, ia sudah tak bisa dipakai untuk minum wiski.”kata Nyonya Kang
“Buang
saja. Itu sampah.” Ucap Ae Jung. Nyonya Kang pikir tak ada alasan dibuang
karena Dia baru memulai hidup keduanya.
“Dia
sudah melakukan tugasnya sampai akhir dan sekarang berisi bunga. Tak ada yang
tahu jalan hidup. Kau bisa tahu akhirnya bunga bermekaran atau terkubur tanah jika
berjalan sampai akhir.” Kata Nyonya Kang lalu menyuruh Ae Jung membawanya
pulang.
Ae Jung
berjalan pulang membawa tanaman sambil bertanya-tanya “Mungkinkah akan ada
bunga yang tumbuh dari kehidupanku?” Ia menatap lampu jalan yang
berkedap-kedip. Tiba-Tiba seseorang menutup wajahnya dengan kantun dan
menariknya pergi.
Akhirnya
Ae Jung tersadar melihat beberapa orang sedang memasak ramyun, lalu melihat
sosok Tuan Koo yang duduk tak jauh denganya. Tuan Koo melihat Ae Jung sudah
sadar dan mendekatinya. Ae Jung bingung dimana dia sebenarnya.
“Aku
meminta laporan progres, tapi kau tak membalasnya.” Ucap Tuan Koo
memperlihatkan surat perjanjian.
“Pak
Cheon berubah pikiran. Aku juga tak tahu sebelumnya, tapi ternyata Penulis Cheon
adalah musuhku dahulu. “ kata Ae Jung.
“Jadi,
misimu gagal.” Kata Tuan Koo membuka kacamatanya. Ae Jung pikir Sejak awal misi
ini memang mustahil.
“Dia
memang berencana menghancurkan hidupku.” Ucap Ae Jung panik
“Baiklah,
begini saja. Lupakan investasi sepuluh miliar won. Lunasi saja satu miliar won
lebih utangmu.” Kata Tuan Koo.
“Apa tak
ada alternatif lain?” tanya Ae Jung.
Tuan Koo memikirkan tentang Alternatif...
“Tentunya
selalu ada alternatif di Korea... Pak Kim, dia memilih alternatif lain.” Ucap Tuan
Koo.
Ae Jung
bisa tersenyum mendengar dan Tuan Kim pun mulai mendekat meminta anak buanya
agar memegang Ae Jung. Ae Jung panik dan bingung karena Tuan Kim memegang
sebuah pisau ditanganya.
“Berikan
pergelangan tanganmu sebagai alternatif. Jika tidak, pergelangan kaki? Ginjal?
Kornea? Pilih yang kau mau.” Ucap Tuan Kim. Ae Jung panik meminta agar
menunggu.
“Cepat
selesaikan, lalu kita makan mi instan dan pulang. Ini pasti Akan sangat enak.” Kata
Tuan Koo yang sibuk mengupas bawang bombay.
“Aku
bahkan tak punya pergelangan tangan. Bagaimana bisa makan mi instan?” kata Ae
Jung.
“Ini tak
akan lama.” Ucap Tuan Kim. Ae Jung panik dan Tuan Koo makan bawang bombay seperti
makan buah apel.
Didapur
Nyonya Choi sedang memotong kepala ikan, seperti mendengar suara terikan
anaknya. Ae Jung terbangun dari tidurnya da memastikan kalau Pergelangan
tangannya yang tak hilang. Di halte bus, Guru Oh bingung karena Seharusnya saat
ini dia sudah tiba.
Saat itu
Ae Jung datang, Guru Oh memanggilnya tapi Ae Jung tak melihat karena sibuk
dengan ponselnya. Guru Oh ingin memberikan minum, tapi Ae Jung sibuk mengangkat
telp. Hye Jin bertanya apakah sedang di jalan karena Pak Koo minta laporan
progres.
“Lalu Aku
harus bagaimana?” tanya Hye Jin. Ae Jung tak percaya ternyata ini bukan mimpi.
“Bagaimana
jika mereka memotong pergelangan tanganmu?” ucap Hye Jin ketakutan.
“Baiklah,
aku paham. Aku tutup dahulu” ucap Ae Jung lalu menutup telp. Guru Oh mengikuti
Ae Jung dari belakang.
“Ini Tidak
bisa. Aku harus melindungi pergelangan tanganku.” Kata Ae Jung sibuk mengetik
dengan ponselnya.
Saat itu
guru Oh meihat Ae Jung memegang ponsel mencoba mengatur orang dari agar depan
agar tak bertabrakan dengan Ae Jung. Ae Jung mengetik pesan untuk Tuan Koo.
[AKU
MEMANG BILANG BISA MELAKUKANNYA. ] Tapi Ae Jung merasa Jangan seperti ini
kalimatnya.
[PAK KOO
PA-DO, KAU PEMBERI UTANG TERBESAR DI KOREA] Ae Jung pikir kalimatIni terlalu
menjilat dan menghapusnya.
[JANGAN
MENEKANKU, TUNGGU SAJA] Ae Jun mengumpat kesal dan berpikir kalau mengirimkan pesan saja kepada Cheon Eok-man
“Tidak.
Aku seharusnya mengakhiri hidupku saja.” Ucap Ae Jung yang berbicara sendiri.
“Sebenarnya
ada apa?” tanya Guru Oh. Ae Jung menjerit kaget, Tuan Oh pun juga sama. Guru Oh
pun memberitahu kalau ia adalah Oh Yeon-woo.
Ae Jung
duduk ditaman, Guru Oh memberikan minum. Ae Jung meminta maaf ada Guru Oh
karena sangat sibuk akhir-akhir ini. Guru Oh yakin Pasti ada hal penting karena Setiap melihat
Ae Jung selalu sedang serius. Ae Jung tak percaya kalau seperti itu.
“Hari ini
ada pertemuan kelas. Apa Kau akan datang?” tanya Guru Oh. Ae Jung bingung.
“Astaga.
Anak itu tak memberitahuku... Dasar anak itu.” Ucap Ae Jun marah.
“Tak
apa-apa. Jangan terbebani. Ini ada tiap bulan. Jika tak bisa...”kata Guru Oh
“Tidak.. Tentunya
aku harus datang. Ini demi Ha-nee. Ada masalah saat hari pertama dia
bersekolah, tapi tak ada yang kulakukan untuknya. Setidaknya aku harus berusaha
hari ini.” Ucap Ae Jung yakin
“Sepertinya
kau ibu yang baik. Menurutku, kau menjadi ibu yang lebih baik dari perkiraanmu.”
Ucap Guru Oh
“Kuharap
juga begitu. Tapi akhir-akhir ini, ada yang terus mengganggu hidupku.” Kata Ae
Jung.
“Benarkah?
Siapa dia? Aku akan memegang lehernya, melemparkannya ke aspal, dan memukul
wajahnya. Aku akan menghabisi dia. Itu yang kau mau?” ucap Guru Oh yang membuat
Ae Jung tertawa
“Kenapa
hanya begitu? Seharusnya lebih kejam lagi.” Ejek Ae Jung. Guru Oh mengaku kalau
Sulit sekali.
“Dahulu
kau bicara begitu jika ada yang mengangguku.” Kata Guru Oh. Ae Jun
mengingatnya.
“Tapi
bagaimana kau ingat itu semua?” kata Ae Jung. Guru Oh pikir Mana mungkin melupakannya
“Dan kau,
Ae Jung.” Kata Guru Oh menatap Ae Jung denga penuh perasanya. Ae Jung pun
terdiam menatap Guru Oh.
Flash Back
TAHUN
2005
Ae Jung
mengeluh Ibunya yang menyuruh
membersihkan kamar mandi pria. Tiba-tiba terdenga suara percikan air, Ae Jun
panik bertanya Apa ada orang di sana dengan MP3 yang jatuh. Saat itu Guru Oh
keluar dari kolam.
“Siapa
kau?” tanya Ae Jung yang terjatuh. Guru Oh memperlihatkan wajahnya didepan
kolam rendam.
“Siapa
kau, dan kenapa di sana?” tanya Ae Jung menutup wajahnya karena Guru Oh pasti
tak pakain baju.
“Aku
kehilangan kunci. Jadi, tak ada baju untuk keluar. Teman-temanku menjahiliku, dan
membawa kunciku.” Kata Guru Oh.
Guru Oh
akhirnya memakai baju Ae Jung yan kekecilan dan pendek. Ae Jung datang meminta
agar Guru Oh menunggu karena Ibunya bilang dia akan membawa kunci utamanya.Guru
Oh menganguk mengerti walaupun tak nyaman dengan baju yang kekecilan.
“Bajunya
tak nyaman, ya? Di rumahku hanya ada wanita, jadi, tak ada baju pria. Tapi Barusan
aku lihat anak klub basket di sekitar sini. Apa Kau salah satunya?” tanya Ae
Jung. Guru Oh membenarkan.
“Kalian
sudah SMA. Lelucon seperti ini kekanak-kanakan.” Keluh Ae Jung. Guru Oh merasa
tak masalah.
“Mereka
hanya jahil, tapi sebenarnya baik hati.” Kata Guru Oh merasa baik-baik saja.
“Mana ada
orang yang jahat sejak awal? Kau akan terus dijahili jika begini. Kau Tak bisa
terus begini, Ayo Bawa teman-temanmu ke sini. Aku akan memegang leher mereka,
melemparkannya ke aspal, dan memukul wajah mereka. Aku akan menghabisi mereka.”
Ucap Ae Jung penuh semangat
“Tidak
perlu, aku baik-baik saja... Kumohon, jangan. Tak perlu begitu. Aku baik-baik
saja.” Kata Guru Oh dengan senyuman bahagia.
“Apa Kau
sudah lebih baik? Kau akan merasa lebih baik jika ada yang memihakmu.
Omong-omong, tadi di bak mandi, bukankah kita seperti Peri dan Pemotong Kayu?”
ucap Ae Jung mendekat. Guru Oh terlihat gugup dan akhirnya tersenyum.
“Ya,
tersenyumlah seperti itu. Kau tampan saat tersenyum, Peri.” Kata Ae Jung. Guru
Oh tersenyum mendengarnya, seperti memiliki kenangan manis.
Ae Jung
duduk di ruangan pertemuan, beberapa ibu hanya menatap Ae Jung dari kejauhan.
Ae Jung menyapa seorang ibu yang baru
datang, tapi tak diperdulikan dan duduk jauh dari Ae Jung. Beberapa ibu mula
berbisi membahas itu Ae Jung ada lah ibu anak pindahan itu.
“Apa dia,
Ibu anak yang bertengkar dengan anak Pimpinan itu? Katanya anaknya tak punya
ayah.” Bisik si ibu lainya.
Ae Jung
hanya terdiam dan Guru Oh terlihat tak enak hati melihat Ae Jung yang terus
diremehkan oleh orang tua murid lainya.
Ae Jung
menerima telp dari ibunya, Nyonya Choi ingin tahu Pertemuan kelas apa dan
mengeluh Kenapa ke sana sendiri dengan nada tinggi. Ae Jung keluar ruangan
karena ibunya berteriak padahal Ini hanya pertemuan kelas.
“Astaga,
Ibu... Siapa yang akan merendahkanku? Semua baik-baik saja. Sepertinya semua
mau akrab denganku.” Ucap Ae Jung
“Astaga,
dasar bodoh. Apa Selama ini kau tak belajar apa pun? Kenapa kau masih sepolos
itu?” kata Nyonya Choi.
Ae Jung
terdiam karena melihat Tuan Koo datang dengan Tuan Kim. Nyonya Choi memanggil
anaknya karena tak ada sahutan jadi berpikir tak mendengarnya.
“Ibu... aku
akan telepon lagi.” Kata Ae Jung paik karena berpikir Tuan Koo akan bertemu
denganya.
“Apa para
ibu itu sudah...” ucap Nyonya Choi panik dan temanya menyuruh agar makan telur
karena sudah ada disauna tapi Nyonya Choi menolakya.
***
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar