PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 10 Juli 2020

Sinopsis Was it Love Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



[EPISODE 2 -KENAPA MASA MUDA SANGAT INDAH?]
TAHUN 2010
Oh Dae Oh berjalan masuk ke dalam kampus, beberapa orang menatapnya dengan tatapan bingung dan seperti membahas sesuatu. Dae Oh tak peduli terus masuk ke dalam  kampus dengan bunga sakura yang berguguran.
Di gedung kampus, semua mahasiswa pun menatap Dae Oh, Sementara Dae Oh berdiri didepan loker dengan label nama NOH AE-JEONG wajahnya terlihat penuh amarah.
Ia melihat tulisan “IMPIAN BISA MENJADI NYATA, NOH AE-JEONG CINTA OH DAE-OH

Dae Oh duduk sebuah ruangan dengan SURAT PERMOHONAN BERHENTI KULIAH yang ada ditanganya. Ryu Jin masuk dengan wajah penuh amarah dan kaget. Dae Oh menyapanya dengan santai melambaikan tangan. Ryu Jin menduga kalau Dae Oh langsung menemuinya begitu tiba di sini.
“Kau memang yang terbaik.” Ucap Dae Oh tersenyum bahagia. Ryu Jin pikir Dae Oh itu sudah gila.
“Setelah empat tahun menjadi orang gila,kau tiba-tiba meneleponkudan bilang ingin berhenti kuliah?”kata Ryu Jin marah
“Maaf. Tak ada jalan lain. Sebagai gantinya, aku punya sesuatu untukmu. Ini hadiah.” Ucap  Dae Oh memberikan tumpukan berkas.
“Kau tak penasaran dengan alasan aku kembali?” kata  Dae Oh. Ryu Jin melihat naskah CINTA ITU TIDAK ADA.
“Coba kau baca itu, dan beri tahu aku apa itu bisa membantuku mendapatkan dia kembali.” kata Dae Oh. Ryu Jin tak percaya kalau Dae Oh akan melakukan ini.
“Aku akan debut dengan novel itu. Selain itu, aku akan buat dia mencariku... Pasti.” Kata Dae Oh yakin 

TAHUN 2020
Di sebuah rumah yang cukup besar, diatas meja ada majalah dengan cover SIAPA CHEON EOK-MAN YANG MISTERIUS?. Dae Oh berbicara dengan Direktur di telp kalau  Tugas penulis adalah menulis cerita yang bagus, bukan hal-hal semacam ini.
“Pak Cheon, jangan marah dahulu. Coba dengarkan aku. Ini saat yang tepat untuk mengungkap identitasmu. Semua orang Korea sedang menggilaimu.”  Pihak Agency
“Aku paham. Jadi, Apa kau mengadakan konser bukutanpa membahasnya lebih dahulu denganku? Kau bekerja dengan baik.” Keluh Dae Oh kesal
“Pak Cheon, konsep misteriusmu memang bagus, tapi penggemar harus mendapatkan sesuatu setelah menunggu karya barumu.” Kata Pria Agency
“Karya baru, apanya. Berhentilah mengancamku!” keluh Dae Oh. Pria Agency merasa tak ada yang bisa dilakukan lagi.
“Banyak orang yang menanyakan itu di situs web kami.” Kata  Si pria. Da Oh menjelaskan Karya tulis bukan hal yang mudah untuk dihasilkan.
“Semua ini karena kau adalah penulis yang hebat. Jadi, para studio film mau saling mendahului untuk mendapatkan hak cipta karyamu.” Kata Si pria agency mencoba terus menyakinkan.
Dae Oh sibuk melihat email yang masuk dan kaget melihat nama “NOH AE-JEONG” Si pria Agency terus bicara “Bahkan kita sampai dihubungi studio film aneh seperti Thumb Film” Dae Oh mencoba membuka email dari Ae Jung
[INI NOH AE-JEONG DARI THUMB FILM] Ia pun kaget kalau  Thumb Film yang mencoba menghubunginya.
“Ya. Sebuah studio film yang hampir bangkrut Seorang produser di sana bernama Noh Ae Jung bilang, dia punya hak cipta karya debutmu Omongannya tak masuk akal. Jangan dipikirkan...” kata Tuan Agency dan Dae Oh langsung segera menyudahi telpnya.
Si pria agencyi bingung tiba-tiba telpnya ditutup dan diatas meja terlihat nama “KEPALA EDITOR HONG GWANG-GYU” lalu mengumpat kesal pada sikap Dae Oh. 


Dae Oh akhirnya membaca surat dari Ae Jung dan dibawa tertulis PRODUSER NOH AE-JEONG, lalau bertanya apakah ini Noh Ae-Jung yang lahir tahun 1984?. Ia pun mencari keyword “THUMB FILM” hanya berisi wajah Tuan Wang dan juga  hasil filmnya.
Ia pun melihat THUMB FILM NOH AE-JUNG, SEDALAM APA KAU JATUH CINTA? Lalu mencoba keyword “1984 NOH AE-JUNG” dan yang keluar Ae Jung sebagai artis.  Dae Oh yang penasaran mencari keyword “NOLOVE84”
Akhirnya menemukan sebuah postingan foto “PELATIHAN KEANGGOTAAN THUMB FILM, LOKAKARYA THUMB FILM” terlihat wajah Ae Jung bersama dengan teman kantornya. Dae  Oh tersenyum licik karena akhirnya menemukan sosok Ae Jung. 

Akhirnya Dae Oh pun bertemu degan Ae Jung menyapanya sebagai penulis Cheon Eok-man mengaku sudah Lama tak jumpa, Ae Jun hanya bisa terdiam karena tak percaya akan bertemu dengan Dae Oh. Keduanya duduk dikursi dan Ae Jung gugup dengan kaki yang terus bergetar.
“Jadi,Apa kau mau membuat film dari karyaku?” tanya Dae Oh. Ae Jung membenarkan dengan wajah tertunduk.
“Seperti yang aku tulis di surelku...” kata Ae Jung dan langsung disela oleh Dae Oh ingin tahu alasanya.
“Kenapa harus aku?” kata Dae Oh dengan nada sinis. Ae Jung mengaku tak tahu.
“Aku juga sangat kaget karena orang itu...” kata Ae Jung gugup tapi Dae Oh ingin meminta penjelasan. Ae Jung makin bingung.
“Alasan kau harus bekerja denganku dalam 30 detik. Mulai.” Ucap Dae Oh melepaskan jam tanganya. Ae Jun panik meminta agar menungu.
“Waktumu 27 detik..” kata Dae Oh. Ae Jun akhirnya mencoba mikirkan alasanya.
“ Maksudku... Kau penulis terkenal di dunia...” kata Ae Jung. Dae Oh pikir ia bernilai sangat tinggi dan tak tergantikan.
“Jangan alasan biasa seperti itu... Masih ada 15 detik.” Kata Dae Oh sudah tak ingin diremehkan oleh Ae Jung
“Kemampuan menulismu bisa mengambil hati semua orang...” ucap Ae Jung
“Serta, apa banyak studio film yang ingin bekerja denganku? Jangan alasan jelas seperti itu. Lima detik lagi.” Ucap Dae Oh
“Thumb Film menyadari bakat senimu sebelum orang lain...” kata Ae Jung dan Dae Oh langsung meminta agarBerhenti. Ae Jung bingung diminta berhenti.
“Waktu habis... Aku paham maksudmu..Ae Jung Kudengar perusahaanmu bangkrut. Rumor sudah tersebar.” Kata Dae Oh
“Kami belum bangkrut seutuhnya...” ucap Ae Jung.  Dae Oh mendengar ucapan Ae Jung merasa kalau itu menarik.
“Memang kenapa jika bangkrut? Semua bisa terjadi. Itu wajar. Tapi bukan itu yang penting. Walaupun aku tahu itu, kenapa aku masih datang ke sini? Itu bagian yang penting. Kira-kira kenapa aku datang?” ucap Dae Oh dengan nada mengejek
“Aku tak tahu. Apa Karena visi perusahaan kami?”ucap Ae Jung menebak.
“Karena aku ingin tahu... bagaimana rasanya bertemu aku lagi setelah 14 tahun? Jadi, bagaimana?” kata Dae Oh. Ae Jung terdiam mendengarnya. 



Flash Back
TAHUN 2005
Ae Jung berteriak marah karena sepatunya terkena muntah dan Dae Oh terlihat muntah setelah banyak minum. Akhirnya Ae Jung pergi ke sungai mencuci sepatunya yang terkena muntah sambil mengedumel.  Dae Oh merasa bersalah ingin mendekat.
“Jangan mendekat. Jika mendekat satu senti saja, aku akan melemparmu dengan sepatu ini.” Kata Ae Jung marah
“Aku... hanya mau membantumu mencuci sepatu itu.” Ucap Dae Oh berbalik arah dan bicara dari jauh.
“Jangan bicara lagi. Aku trauma dengan semua yang keluar dari mulutmu.” Ucap Ae Jung marah
“Ini hal yang bisa terjadi jika seseorang minum miras.” Kata Dae Oh. Ae Jung mengeluh Dae Oh itu beisik. Dae Oh akhirnya mendekati Ae Jung.
“Maksudku, maafkan aku. Aku juga tak mau melakukan cara kotor seperti ini.” Akui Dae Oh. Ae Jung tak mengerti maksudnya.
“Tadi kau mau mencium Jin, dan aku ingin menghentikannya. Kenapa? Apa aku salah?” ucap Dae Oh merasa tak bersalah.
“Jurusan Teater dan Film Oh Dae-o, hormati aku sebagai seniormu.” Kata Ae Jung marah
“Senior, apanya? Kita sama-sama lahir tahun 1984.” Kata Dae Oh tak merasa Ae Jung sebagai seniornya.
“Aku senior angkatan 2003, dan kau anak baru angkatan 2005. Kau dua kali mengulang tes ujian masuk!” kata Ae Jung
“Apa Kau meremehkan aku karena itu?” balas Dae Oh kesal. Ae Jung merasa Bicara Dae Oh  tak sopan.
“Apa kau bercanda? Kau tidak bisa kurang ajar hanya karena aku bersikap baik.” Ucap Ae Jung
“Kurang ajar? Aku sudah cukup lelah mengulang tes. Apa yang kau maksud kurang ajar?” balas Dae Oh.
Ae Jung tak peduli meminta agar mengembalikan sepatunya. Dae Oh pikir dirinya itu kurang ajar, lalu bertanya Apa kurang ajar jika menyukai Ae Jung. Ae Jung melonggo bingung.
“Aku akan tunjukkan kurang ajar yang sesungguhnya.” Kata Dae Oh mendekat seperti ingin mencium Ae Jung. Ae Jung pun melangkah mundur. 



Dae Oh mengingat masa lalunya dengan Ae Jung mengaku sangat merindukannya dan ingin Ae Jung bisa melihatnya karena Mungkin saja penasaran. Ae Jung tak percaya mendengarnya. Dae Oh dengan gaya sinisnya pun mengaku kalau hubungan mereka itu pernah istimewa.
“Aku sangat mengerti. Kau pasti sangat kaget, bingung, dan menyesal melihatku.” Uca Dae Oh bangga
“Hei!.. Apa yang sebenarnya mau kau katakan?” kata Ae Jung tak bisa menahan emosinya.
“Aku tak bisa bekerja denganmu. Level kita harus setara jika mau bekerja sama.” Ucap Dae Oh
“Tapi...Tapi katamu di surel kau tertarik.” Kata Ae Jug. Dae Oh menyangkalnya seperti tak merasa mengataka hal itu.
“Ini hadiah untukmu. Datang jika kau ada waktu. Berkat kau, aku mengadakan konser buku. Habiskan kopimu. Aku yang bayar.” Ucap Dae Oh memberikan dua lembar tiket dan berjalan pergi.
Ae Jung hanya bisa menghela nafas panjang lalu pesan masuk ke dalam ponselnya. “Ini Kim Gyo-yeop dari Nine Capital. Tolong laporkan progresmu.” 


Ae Jung akhirnya mengejar Dae Oh yang akan naik lift, mersasa Dae Oh bahkan belum berbicara dengan benar dan mencoba bertanya tapi Dae Oh lebih dulu menyelanya. Dae Oh mengejek Ae Jung yang selalu seperti ini. Ae Jung terlihat bingung mendengarnya.
“Apa kau serendah ini dari dahulu? Aku tak ingat kau bersikap seperti ini.” Ucap Dae Oh mengejek. Ae Jung hanya bisa terdiam.
“Liftnya sudah datang. Apa kau Bisa minggir?” kata Dae Oh dan akhirnya e Jung bergegasr. Sebelum pintu lift tertutup, Dae Oh memberiakn semangat pada Thumb Film. 

Di kantor, Hye Jin kaget Ae Jung itu mengenal Penulis Cheon Eok-man. Ae Jung membenarkan merasa kalau sangat sial. Hye Jin heran Ae Jung mengangap sial karena menurutnya mereka beruntung dan Buku Penulis Cheon sangat menarik. Ae Jung mengeluh mendengarnya.
“Aku selesai membaca bukunya dalam sehari. Aku tak bisa berhenti membaca. Kau juga sudah baca, 'kan?” kata Hye Jin
“Aku? Aku tak suka buku itu.” Kata Ae Jung mengelak. Hye Jin tahu Ae Jung itu Bohong.
“Aku tahu kau menyukainya.” Kata Hye Jin. Ae Jung berteriak kalau tak seperti itu.
“Tentu saja kau suka. Coba lihat semua penanda ini. Aku tahu kau selalu menandai bagian yang kau suka dengan label. Jika begitu, Penulis Cheon setuju, 'kan?” ucap Hye Jin menunjuk buku yang sudah beri tanda. Ae Jung hanya bisa mengumpat kesal melihat nasibnya bertemu dengan Dae Oh. 


Di sebuah kamar sudah banyak piala dan majalah, Ryu Jin sibuk bicara didepan cermin memakai diolog bahasa inggris.
“Chloe, ini aku, John... Tolong buka pintunya. Chloe, lihat aku. Aku berjanji kepadamu... Aku juga mencintaimu, Sayang.” Ucap Jin tapi merasa nada bicaranya terlalu menggelikan.
Ia pun berlatih bicara sebagai John mengungkapkan perasaanya, tapi saat itu bel kamarnya berbunyi. Dae Oh heran  berpenampilan begini di rumah. Jin pikir Dae OhJangan kaget karena Ini sosoknya yang sebenarnya.
“Lebih baik lakukan konferensi pers. Di luar banyak reporter. Mau aku panggilkan?” ucap Dae Oh

“Dae-Oh, aku mau berangkat ke luar negeri dengan tenang.” Kata Jin. Dae Oh merasa Itu penyakit.
“Menjadi sombong itu tidak sehat. Namun, kau memang orang yang memikirkan soal pakaian dalammu saat akan ke IGD.” Ejek Dae Oh
“Dae-Oh, hidup hanya sekali, bukankah kita harus hidup berjaya?” kata Jin menunjuk berkas SANG PENGAWAL dan itu memang Seperti dirinya.
“Baiklah. Kau saja hidup begitu. Karena hidup hanya sekali,aku akan hidup semauku.”Kata Dae Oh
“Jika terus begitu, kau akan menyesal.” Ucap Jin. Dae Oh yakin itu tak akan.
“Karena aku hidup semauku, ada hal menarik terjadi hari ini. Akhirnya skenario pembalasan dendamku yang panjang selesai hari ini. Waktu yang tepat.” Ucap Dae Oh penuh semangat.
“Pembalasan dendam panjang? Apa Kau menulis naskah itu tanpa aku tahu?” tanya Jin
“Kau penasaran tentang isinya, 'kan? Mau aku ceritakan? Ini Benar-benar menarik. Kau akan kaget jika tahu aku bertemu siapa hari ini. Kau juga mengenal dia. Penasaran, 'kan?” kata Dae Oh
“Siapa?” tanya Jin penasaran. Dae Oh ingin memberitahu tapi memperingatkan agar Jin tak boleh kaget.
“Kau Tidak boleh, ya? Berjanjilah kau tak akan kaget. Bersiaplah.” Kata Dae Oh. Jin makin penasaran siapa orangnya.
“Tak kusangka akan bertemu dia lagi seperti ini.” Kata Dae Oh. Jin kesal meminta Dae Oh agar bisa mengatakanya.
“Noh Ae Jung.” Ucap Dae Oh. Jin hanya terdiam dengan wajah meloggo. Dae Oh tahu kalau temanya itu pasti kaget.
“Setelah 14 tahun, kami bertemu lagi selagi bekerja di industri film.” Kata Dae Oh. Jin seperti tak tahu Ae Jung ada di Industri film
“Aku sudah bilang bahwa dia akan mencariku. Lihat sekarang. Itu menjadi kenyataan. Bahkan dia ingin membuat film berdasarkan karyaku. Pada saat seluruh dunia telah mengenaliku, Cheon Eok-man. Jin, bukankah ini sangat menyentuh?” ucap Dae Oh bangga. 

 “Jadi, Apa kau setuju dengan tawarannya?” tanya Jin gugup. Dae Oh pikir dirinya sudah gila kalau seperti itu karena sudah pasti tidak.

“Aku tolak dia mentah-mentah. Sebenarnya, aku ingin berbuat lebih parah. Tapi aku tak bisa melakukannya. Sambil mengingat cerita lama kami, aku memberinya tiket konser bukuku yang seharga 150.000 won. Bukankah aku terlalu baik?” kata Dae Oh bangga
“Lalu, apa Ae-jeong menyerah begitu saja?” kata Jin. Dae Oh membenarkan dengan wajah gugup
“Dia bisa apa lagi? Tak ada jalan lain. Jika dia sangat butuh, dia akan datang ke konser bukuku dan memohon kepadaku.” kata Dae Oh
“Noh Ae-jung berubah banyak. Noh Ae-jung yang dahulu tak akan begitu.” Kata Jin. Dae Oh hanya terdiam memalingkan wajahnya.


Flash Back
Dae Oh keluar dari lift dengan wajah bahagia dan senyuman mengejek karean bisa membalas dengan pada Ae Jun. Tapi tiba-tiba Ae Jung datang dengan rambut yang basah karena keringat. Dae Oh tak percaya Ae Jung turun dengan TANGGA DARURAT dari lantai 26.
“Untung kau masih di sini. Ini karena kau pergi tanpa mendengar jawabanku. Tadi kau bertanya soal perasaanku bertemu kau setelah 14 tahun.” Ucap Ae Jung. Dae Oh menunggu jawabanya.
“Entahlah. Kurasa hanya terasa sudah lama. Aku tak ingat jelas hubungan lalu kita karena sudah terlalu lama.” Ucap Ae Jung. Dae Oh tak percaya mendengarnya.
“Ya. Sekarang aku paham perasaan itu. Kau mungkin kesal dan kecewa dengan reaksiku. Maafkan ingatanku yang buruk. Karena itu, aku kembalikan tiket ini. Bagaimana aku bisa pergi ke konser buku orang yang tak aku ingat? Jika begitu, kita tak perlu bertemu lagi, 'kan?”ucap Ae Jung mengembalikan tiket.
“Hei... Apa Kau yakin tak akan menyesal? Setidaknya, terima ini. Ini hadiahku untukmu. Aku akan sedih jika kau tak terima.Aku masih mengingatmu dengan jelas.” Ucap Dae Oh memberikan lagi tiketnya. 


Dae Oh berlari dijembatan sungai Han terlihat marah karena Ae Jung mengaku tak ingat dengan jelas, lalu berlari lebih kencang melampiaskan amarahnya.
Flash Back
TAHUN 2006
Dae Oh berlari mengelilingi lapangan sama seperti yang dilakukan disungai Han. Seorang wanita melihat bertanya siapa pria itudan  Kenapa dia berlari setiap hari. Anak yang lain tahu kalau ia Oh Dae-o dari Jurusan Teater dan Film dan Semua mahasiswa tahu.
“Dia terus begitu setelah putus dengan pacarnya. Dia diputuskan pacarnya, dan hampir gila.” Ucap siwanita. Teman lainya merasa kasihan.
Dae Oh masih terus berlari, Jin menunggu dan memanggilnya. Dae Oh masih terus berlari. Akhirnya Jin ikut Dae Oh berlari mengeluh kalau temanya itu mau mati karena tak makan dan terus berlari setiap hari.
“Saat ini kau tak bisa berpikir lurus. Kau akan mati jika terus begini.” Ucap Jin
“Itu... Itu akan lebih baik. Aku... lebih baik mati.” Ucap Dae Oh akhirnya jatuh lemas.
“ Jin, apakah benar? Kata orang-orang Ae-jung memutuskanku karena aku tak punya uang koneksi, atau masa depan. Orang bilang dia memutuskanku karena itu. Apakah itu benar?”jerit Dae Oh frustasi
“Benar, Bodoh. Jadi, lupakan dia dan berhenti bersikap seperti pecundang.” Kata Jin marah mengencam baju Dae Oh.
“Jika aku mati karena berlari seperti ini, tolong sampaikan kepadanya. Bilang kepada Ae-Jung, aku mati karena terlalu terluka. Tolong sampaikan itu. Jin, aku benar-benar tak tahan. Hatiku sangat sakit. Aku tak bisa hidup seperti ini.” Kata Dae Oh menangis histeris
“Noh Ae-Jung, tak mungkin kau sudah tak punya perasaan padaku. Kau tak seharusnya begitu. Beraninya kau... Beraninya kau.”jerit Dae Oh yang duduk di pinggir jembatan. 



Ae Jung menusuk tiket KONSER BUKU dengan garpu sambil mengumpat Pengkhianat berengsek yang tahu membutuhkan ini. Nyonya Kang berkomentar  Biasanya yang dibutuhkan memang orang semacam itu jadi tak ada yang bisa dilakukan lagi.
“Jika butuh, kau harus mendekatinya.” Kata Nyonya Kang. Ae Jung mengaku sudah mencoba berdamai dengannya.
“Dia yang mulai berlaku seenaknya. Aku tak tahu akan ke medan perang. Aku bahkan tak membawa senjata apa pun.” Ucap Ae Jung
“Itu sebabnya kau frustrasi. Kau kalah selagi bertahan.” Ucap Nyonya Kang. Ae Jung membenarkan.
“Tapi memang sepertinya tak ada jalan untuk menang. Ini jalan buntu.” Ucap Ae Jung
“Bukankah kau harus terus mencoba? Seperti tanaman ini.” Kata Nyonya Kang membawa sebuah tanaman yang dirawatnya. 

“Apa itu? Bukannya itu gelas kristal?” tanya Ae Jung. Nyonya Kang membenarkan lalu duduk disamping Ae Jun.
“Dahulu, ini lambang kebanggaan dan hanya berisi wiski termahal di bar ini. Tapi sekarang, ia sudah tak bisa dipakai untuk minum wiski.”kata Nyonya Kang
“Buang saja. Itu sampah.” Ucap Ae Jung. Nyonya Kang pikir tak ada alasan dibuang karena Dia baru memulai hidup keduanya.
“Dia sudah melakukan tugasnya sampai akhir dan sekarang berisi bunga. Tak ada yang tahu jalan hidup. Kau bisa tahu akhirnya bunga bermekaran atau terkubur tanah jika berjalan sampai akhir.” Kata Nyonya Kang lalu menyuruh Ae Jung membawanya pulang. 

Ae Jung berjalan pulang membawa tanaman sambil bertanya-tanya “Mungkinkah akan ada bunga yang tumbuh dari kehidupanku?” Ia menatap lampu jalan yang berkedap-kedip. Tiba-Tiba seseorang menutup wajahnya dengan kantun dan menariknya pergi.
Akhirnya Ae Jung tersadar melihat beberapa orang sedang memasak ramyun, lalu melihat sosok Tuan Koo yang duduk tak jauh denganya. Tuan Koo melihat Ae Jung sudah sadar dan mendekatinya. Ae Jung bingung dimana dia sebenarnya.
“Aku meminta laporan progres, tapi kau tak membalasnya.” Ucap Tuan Koo memperlihatkan surat perjanjian.
“Pak Cheon berubah pikiran. Aku juga tak tahu sebelumnya, tapi ternyata Penulis Cheon adalah musuhku dahulu. “ kata Ae Jung.
“Jadi, misimu gagal.” Kata Tuan Koo membuka kacamatanya. Ae Jung pikir Sejak awal misi ini memang mustahil.
“Dia memang berencana menghancurkan hidupku.” Ucap Ae Jung panik
“Baiklah, begini saja. Lupakan investasi sepuluh miliar won. Lunasi saja satu miliar won lebih utangmu.” Kata Tuan Koo.
“Apa tak ada alternatif lain?” tanya Ae Jung.  Tuan Koo memikirkan tentang Alternatif...
“Tentunya selalu ada alternatif di Korea... Pak Kim, dia memilih alternatif lain.” Ucap Tuan Koo. 


Ae Jung bisa tersenyum mendengar dan Tuan Kim pun mulai mendekat meminta anak buanya agar memegang Ae Jung. Ae Jung panik dan bingung karena Tuan Kim memegang sebuah pisau ditanganya.
“Berikan pergelangan tanganmu sebagai alternatif. Jika tidak, pergelangan kaki? Ginjal? Kornea? Pilih yang kau mau.” Ucap Tuan Kim. Ae Jung panik meminta agar menunggu.
“Cepat selesaikan, lalu kita makan mi instan dan pulang. Ini pasti Akan sangat enak.” Kata Tuan Koo yang sibuk mengupas bawang bombay.
“Aku bahkan tak punya pergelangan tangan. Bagaimana bisa makan mi instan?” kata Ae Jung.
“Ini tak akan lama.” Ucap Tuan Kim. Ae Jung panik dan Tuan Koo makan bawang bombay seperti makan buah apel. 

Didapur Nyonya Choi sedang memotong kepala ikan, seperti mendengar suara terikan anaknya. Ae Jung terbangun dari tidurnya da memastikan kalau Pergelangan tangannya yang tak hilang. Di halte bus, Guru Oh bingung karena Seharusnya saat ini dia sudah tiba.
Saat itu Ae Jung datang, Guru Oh memanggilnya tapi Ae Jung tak melihat karena sibuk dengan ponselnya. Guru Oh ingin memberikan minum, tapi Ae Jung sibuk mengangkat telp. Hye Jin bertanya apakah sedang di jalan karena Pak Koo minta laporan progres.
“Lalu Aku harus bagaimana?” tanya Hye Jin. Ae Jung tak percaya ternyata ini bukan mimpi.
“Bagaimana jika mereka memotong pergelangan tanganmu?” ucap Hye Jin ketakutan.
“Baiklah, aku paham. Aku tutup dahulu” ucap Ae Jung lalu menutup telp. Guru Oh mengikuti Ae Jung dari belakang.
“Ini Tidak bisa. Aku harus melindungi pergelangan tanganku.” Kata Ae Jung sibuk mengetik dengan ponselnya.
Saat itu guru Oh meihat Ae Jung memegang ponsel mencoba mengatur orang dari agar depan agar tak bertabrakan dengan Ae Jung. Ae Jung mengetik pesan untuk Tuan Koo.
[AKU MEMANG BILANG BISA MELAKUKANNYA. ] Tapi Ae Jung merasa Jangan seperti ini kalimatnya.
[PAK KOO PA-DO, KAU PEMBERI UTANG TERBESAR DI KOREA] Ae Jung pikir kalimatIni terlalu menjilat dan menghapusnya.
[JANGAN MENEKANKU, TUNGGU SAJA] Ae Jun mengumpat kesal dan berpikir kalau  mengirimkan pesan saja kepada Cheon Eok-man
“Tidak. Aku seharusnya mengakhiri hidupku saja.” Ucap Ae Jung yang berbicara sendiri.
“Sebenarnya ada apa?” tanya Guru Oh. Ae Jung menjerit kaget, Tuan Oh pun juga sama. Guru Oh pun memberitahu kalau ia adalah Oh  Yeon-woo.


Ae Jung duduk ditaman, Guru Oh memberikan minum. Ae Jung meminta maaf ada Guru Oh karena sangat sibuk akhir-akhir ini. Guru Oh yakin  Pasti ada hal penting karena Setiap melihat Ae Jung selalu sedang serius. Ae Jung tak percaya kalau seperti itu.
“Hari ini ada pertemuan kelas. Apa Kau akan datang?” tanya Guru Oh. Ae Jung bingung.
“Astaga. Anak itu tak memberitahuku... Dasar anak itu.” Ucap Ae Jun marah.
“Tak apa-apa. Jangan terbebani. Ini ada tiap bulan. Jika tak bisa...”kata Guru Oh
“Tidak.. Tentunya aku harus datang. Ini demi Ha-nee. Ada masalah saat hari pertama dia bersekolah, tapi tak ada yang kulakukan untuknya. Setidaknya aku harus berusaha hari ini.” Ucap Ae Jung yakin
“Sepertinya kau ibu yang baik. Menurutku, kau menjadi ibu yang lebih baik dari perkiraanmu.” Ucap Guru Oh  
“Kuharap juga begitu. Tapi akhir-akhir ini, ada yang terus mengganggu hidupku.” Kata Ae Jung.
“Benarkah? Siapa dia? Aku akan memegang lehernya, melemparkannya ke aspal, dan memukul wajahnya. Aku akan menghabisi dia. Itu yang kau mau?” ucap Guru Oh yang membuat Ae Jung tertawa
“Kenapa hanya begitu? Seharusnya lebih kejam lagi.” Ejek Ae Jung. Guru Oh mengaku kalau Sulit sekali.
“Dahulu kau bicara begitu jika ada yang mengangguku.” Kata Guru Oh. Ae Jun mengingatnya.
“Tapi bagaimana kau ingat itu semua?” kata Ae Jung. Guru Oh pikir Mana mungkin  melupakannya
“Dan kau, Ae Jung.” Kata Guru Oh menatap Ae Jung denga penuh perasanya. Ae Jung pun terdiam menatap Guru Oh. 


Flash Back
TAHUN 2005
Ae Jung mengeluh  Ibunya yang menyuruh membersihkan kamar mandi pria. Tiba-tiba terdenga suara percikan air, Ae Jun panik bertanya Apa ada orang di sana dengan MP3 yang jatuh. Saat itu Guru Oh keluar dari kolam.
“Siapa kau?” tanya Ae Jung yang terjatuh. Guru Oh memperlihatkan wajahnya didepan kolam rendam.
“Siapa kau, dan kenapa di sana?” tanya Ae Jung menutup wajahnya karena Guru Oh pasti tak pakain baju.
“Aku kehilangan kunci. Jadi, tak ada baju untuk keluar. Teman-temanku menjahiliku, dan membawa kunciku.” Kata Guru Oh. 

Guru Oh akhirnya memakai baju Ae Jung yan kekecilan dan pendek. Ae Jung datang meminta agar Guru Oh menunggu karena Ibunya bilang dia akan membawa kunci utamanya.Guru Oh menganguk mengerti walaupun tak nyaman dengan baju yang kekecilan.
“Bajunya tak nyaman, ya? Di rumahku hanya ada wanita, jadi, tak ada baju pria. Tapi Barusan aku lihat anak klub basket di sekitar sini. Apa Kau salah satunya?” tanya Ae Jung. Guru Oh membenarkan.
“Kalian sudah SMA. Lelucon seperti ini kekanak-kanakan.” Keluh Ae Jung. Guru Oh merasa tak masalah.
“Mereka hanya jahil, tapi sebenarnya baik hati.” Kata Guru Oh merasa baik-baik saja.
“Mana ada orang yang jahat sejak awal? Kau akan terus dijahili jika begini. Kau Tak bisa terus begini, Ayo Bawa teman-temanmu ke sini. Aku akan memegang leher mereka, melemparkannya ke aspal, dan memukul wajah mereka. Aku akan menghabisi mereka.” Ucap Ae Jung penuh semangat
“Tidak perlu, aku baik-baik saja... Kumohon, jangan. Tak perlu begitu. Aku baik-baik saja.” Kata Guru Oh dengan senyuman bahagia.
“Apa Kau sudah lebih baik? Kau akan merasa lebih baik jika ada yang memihakmu. Omong-omong, tadi di bak mandi, bukankah kita seperti Peri dan Pemotong Kayu?” ucap Ae Jung mendekat. Guru Oh terlihat gugup dan akhirnya tersenyum.
“Ya, tersenyumlah seperti itu. Kau tampan saat tersenyum, Peri.” Kata Ae Jung. Guru Oh tersenyum mendengarnya, seperti memiliki kenangan manis. 


Ae Jung duduk di ruangan pertemuan, beberapa ibu hanya menatap Ae Jung dari kejauhan. Ae Jung menyapa seorang ibu  yang baru datang, tapi tak diperdulikan dan duduk jauh dari Ae Jung. Beberapa ibu mula berbisi membahas itu Ae Jung ada lah ibu anak pindahan itu.
“Apa dia, Ibu anak yang bertengkar dengan anak Pimpinan itu? Katanya anaknya tak punya ayah.” Bisik si ibu lainya.
Ae Jung hanya terdiam dan Guru Oh terlihat tak enak hati melihat Ae Jung yang terus diremehkan oleh orang tua murid lainya. 

Ae Jung menerima telp dari ibunya, Nyonya Choi ingin tahu Pertemuan kelas apa dan mengeluh Kenapa ke sana sendiri dengan nada tinggi. Ae Jung keluar ruangan karena ibunya berteriak padahal Ini hanya pertemuan kelas.
“Astaga, Ibu... Siapa yang akan merendahkanku? Semua baik-baik saja. Sepertinya semua mau akrab denganku.” Ucap Ae Jung
“Astaga, dasar bodoh. Apa Selama ini kau tak belajar apa pun? Kenapa kau masih sepolos itu?” kata  Nyonya Choi.
Ae Jung terdiam karena melihat Tuan Koo datang dengan Tuan Kim. Nyonya Choi memanggil anaknya karena tak ada sahutan jadi berpikir tak mendengarnya.
“Ibu... aku akan telepon lagi.” Kata Ae Jung paik karena berpikir Tuan Koo akan bertemu denganya.
“Apa para ibu itu sudah...” ucap Nyonya Choi panik dan temanya menyuruh agar makan telur karena sudah ada disauna tapi Nyonya Choi menolakya.
***
Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar