PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[TAHUN
2012]
No Ae
Jung mengantarkan koran dipagi hari, melihat bagian depan koran [GAPAI IMPIANMU
- UNIVERSITAS HANKUK] Ia hanya bisa terdiam dan langsung membagikan koran
didepan pintu dengan cepat.
“Aku, Noh
Ae Jung, punya tiga kualitas luar biasa yang akan kalian sukai. Pertama, lima
tahun menjadi loper koran membuktikan kemauan dan ketekunanku.
Ae Jung
berganti pekerjaan jadi kasir supermarket lalu berkerja di bioskop
“Kedua,
empat tahun bekerja sebagai kasir supermarket menunjukkan betapa aku sangat
tepat dan teliti. Ketiga, tak pernah menyerah, mengejar mimpi. Aku gigih, dan terus
berusaha sampai akhir.”
“Itu
sebabnya aku, Noh Ae Jung, berharap bisa bergabung dengan Ten Film, Shinyi
Media... Di bagian akuntansi Thumb Film aku akan menunjukkan tiga keunggulanku
dan memberikan...” ucap Ah Jung yang penuh semangat dan terhenti karena ada
bunyi telp.
“Kita
sedang wawancara. Jawab di luar.” Ucap si pria terlihat kesal. Si pria pun
keluar dari ruangan.
“Maafkan
kami. Selain pekerjaan paruh waktu, apa kau pernah pakai aplikasi akuntansi atau
program seperti Microsoft Excel,PowerPoint, atau Word?” tanya CEO Wang.
“Aku
pernah pakai PowerPoint di universitas.” Ucap Ae Jung. CEO Wang melihat resume
Ae Jung
“Disin tertulis
bahwa kau tak lulus kuliah. Berhenti kuliah tahun 2006. Tunggu... Jadi Kau berhenti
waktu semester berapa?” ucap CEO Wang
“Aku
selesai hingga tahun keempat semester satu.” Kata Ae Jung. CEO Wang kaget
mendengarnya.
“Jika melanjutkan
satu semester lagi, kau lulus. Kenapa kau berhenti kuliah? Apakah ada masalah
waktu itu?” ucap CEO Wang. Ae Jung terlihat gugup.
Seorang
anak kecil,kesal melihat seorang ayah yang mengandeng anaknya. Lalu Seorang
ibu Choi Hyang Ja bergegas masuk ke
tempat penitipan anak memanggil Ha-nee. Gurunya pun menyambut Nyonya Choi yang sudah
tiba.
“Maaf aku
terlambat. Aku tak bisa pulang cepat.” Ucap
Nyonya Choi. Gurunya mengaku tak apa-apa.
“Ha-nee.”
Panggil Nyonya Choi. Tapi Ha Nee hanya memangilkan wajah dengan wajah cemberut.
Nyonya Choi terlihat bingung.
“Sebenarnya...”
ucap gurunya memberikan gambar Ha Nee dengan tulisan “KELUARGAKU, IBU”
“Anak-anak
lain bertanya kenapa tak ada ayahnya. Maaf. Seharusnya aku lebih memperhatikan
hal ini.” Ucap gurunya.
Nyonya
Choi terdiam ada banyak gambar anak lainya “KELUARGAKU, JEONG-U, AYAH, IBU lalu
yang lainya “AYAH, KAKAK, AKU, IBU” hanya gambar Ha Nee yang berbeba.
Akhirnya
Nyonya Choi mengendong Ha Nee pulang memberitahu jika ibunya pulang, maka mereka menyalakan
lilin di kuedan membuat permohonan. Ha Nee hanya bisa diam dengan wajah
cemberut. Nyonya Choi pikir Ha Nee tak mau.
“Besok
hari Natal. Kau harus memohon kepada Sinterklas agar...” ucap Nyonya Choi
“Itu
bohong.” Kata Ha Nee. Nyonya Choi kaget mendengarnya. Ha Nee tahu kaau Tak ada Sinterklas dan juga
tak ada ayah.
“Ha-nee,
ayahmu ada di langit...” ucap Nyonya Choi. Ha Nee tahu kalau itu Bohong.
“Kenapa
itu sebuah kebohongan? Ha-nee... Kita anggap saja ayahmu sudah meninggal.” Ucap
Nyonya Choi
“Kenapa?”
tanya Ha Nee. Nyonya Choi memberitahu kalau Karena ibunya mau menganggap dia sudah
meninggal.
“Kenapa
begitu?” tanya Ha Nee. Nyonya Choi mencoba menjelaskan untuk cucunya.
“Dalam
menjalani hidup, terkadang ada orang yang ingin kau anggap sudah meninggal. Kau
akan mengerti waktu besar nanti.” ucap Nyonya Choi. Ha Nee tetap ingin tahu
alasanya.
“Itu...
Sebagai gantinya, ibumu dan aku akan menggantikan ayahmu, ya?” kata Nyonya Choi
Ha Nee
mengoyangkan kakinya, Nyonya Choi bingungdan menurunkan Ha Nee. Ha Nee terlihat
kesal berjalan lebih dulu. Nyonya Choi hanya bisa menatap sedih nasib cucunya.
Ae Jung
pulang ke rumah melihat banyak tempelan stiker [DISKON UNTUK PINJAMAN BARU]
sambil mengingat yang ditanyakan CEO Wang “Apakah ada masalah waktu itu?”
Flash Back
CEO Wang
menyadarkan Ae Jung yang melamun. Ae Jung masih di PENERIMAAN KARYAWAN THUMB
FILM hanya bisa terdiam. CEO Wang akhirnya mencoret nama Ae Jung lalu bertanya
Jika tak ada lagi yang ingin dibicarakan...
“Aku
menjadi ibu... Aku menjadi ibu pada umur 23 tahun. Aku harus membesarkan anak
sendiri. Aku memang tak bisa berkuliah lagi, tapi aku tak menyesal.” Akui Ae
Jung
“Merawat
anak memang tidak mudah, tapi aku senang bisa melihat dia tumbuh setiap hari.
Tahun ini umurnya enam tahun” ucap Ae Jung. CEO Wang mengerti seperti meminta
Ae Jung berhenti.
“Waktu
anakku masih kecil, aku hanya bisa bekerja paruh waktu. Tapi sekarang aku harus
menyekolahkannya, dan aku ingin membelikannya baju yang cantik Itu sebabnya aku mencari pekerjaan...” kata Ae
Jung akhirnya berhenti saat CEO Wang mengaku sudah mengerti.
Ae Jung
akhirnya masuk rumah melihat semua barang berantakan dimana-mana. Ia
membereskan semua barang dan mencuci piring, dan menjerit ketakutan karena
melihat kecoak yang akhirnya membuat gelas ditanganya pecah.
Ia pun
hanya bisa menangis dengan keadaanya karena tak ada yang berjalan lancar di
kehidupanyanya. Saat itu Nyonya Choi
datang dengan Ha Nee, lalu bingung meihat anaknya yang menangis. Ia kaget
melihat anaknya dan bertanya kenapa dengan Ae Jung.
“Ada apa
ini?” ucap Nyonya Choi melihat banyak pecahan kaca. Ae Jun meminta ibunya agar
jangan mendekat. Ha Nee ingin mendekati ibunya.
“Ha-nee,
ini berbahaya. Jangan ke sini... Ibu, pegangi Ha-nee. Gelasnya licin, jadi,
jatuh. Semua salahku.” Ucap Ae Jung membersihkan pecahan.
“Ini
bukan salahmu. Gelas murah ini yang salah.” Kata Nyonya Choi mendekati anaknya
dan saat itu ada telp berdering.
Flash Back
Ae Jung
akan keluar dari ruangan, CEO Wang memanggilnya dan bertanya Kenapa studio
film, Posisi sebagai asisten atau akuntan juga ada di perusahaan lain jadi
kenapa Ae Jung mau bekerja di studio film. Ae Jung mengaku mau tahu tentang
ini.
TAHUN 2006
Disebuah
bioskop, diputar film dan seorang pria duduk dibagian depan. Sementara Ae Jung
duduk dibagian kursi belakang. Akhirnya di akhir film terlihat nama SUTRADARA:
OH DAE-O, PRODUSER: NOH AE-JEONG.
Beberapa
orang langsung memberikan selamat pada pria yang duduk dibagian belakang.
Sementar pria itu mencari seseorang, Ae Jung yang sedang hamil langsung
menutupi wajahnya dan keluar dari gedung.
“Karena
aku punya impian. Sebelum aku menjadi ibu, cita-citaku adalah menjadi produser
film.” Ucap Ae Jung
“Tapi
sekarang, posisi apa pun tak apa-apa. Aku hanya ingin bekerja di studio film.”
Kata Ae Jung
“Apa
cita-cita itu sepenting itu untukmu?” tanya CEO Wang. Ae Jung pikir Sesibuk apa pun bekerja untuk hidup, itu tak
mengubah kenyataan tentang dirinya.
“Aku
sudah berjanji. Waktu aku baru hamil, aku tak akan menyerah soal cita-cita,
hidup, dan anakku. Tentunya itu tak akan mudah. Tapi, aku ingin menunjukkan itu
kepada anakku secara perlahan. Menunjukkan sosok ibu yang berhasil meraih
mimpi.” Kata Ae Jung.
Nyonya
Choi melihat hanya terdiam setelah menerima telp lalu bertanya Kenapa, aoa Itu dari perusahaan tempatnya
diwawancarai tadi? Apa Mereka mau mempekerjakannya?. Ae Jung hanya terdiam, Ha
Nee tak mengerti bertanya apa artinya "mempekerjakan"
“Kenapa
lama sekali? Cepat jawab... Bagaimana?” ucap Nyonya Choi penasaran.
“Ibu...
Aku diterima... Katanya aku diterima.” Ucap Ae Jung. Nyonya Choi tak percaya
ikut bahagia mendengarnya.
“Apa itu
"diterima"?”tanya Ha Nee bingung. Nyonya Choi tak menjawab malah
memeluk cucunya berkomentar kalau Cucunya cantik sekali.
“Sulit
kupercaya, Ibu... Ini terlalu baik untuk menjadi nyata. Benar-benar keajaiban.”
Ungkap Ae Jung.
Ketiganya
pun duduk didepan kue, dengan lili yang menyala. Nyonya Choi bertanya apakah
mereka sudah membuat permohonan. Ketiganya menganguk.
“Jika
begitu, sekarang kita berlomba untuk meniupnya lebih dahulu.” Ucap Nyonya Choi
mulai menghitung mundur.
[2020]
Pagi
hari, Ae Jung berlari keluar dari laundry dengan seragam sekolah wajahnya
terlihat bahagia karena sungguh seperti baru. Ia lalu berlari dijalan dan
melihat ada banyak pelajar memakai seragam yang sama, lalu dua orang pelajar
keluar dari toko buku.
Mereka
membahas gantungan boneka yang menggemaskan, Ae Jung melihatnya seperti sangat
tertarik dengan gantungan boneka.
Nyonya
Choi memasak telor sambil mengeluh Jangan makan sambil menonton ponsel. Ha Nee
yang sudah besar makan sambil menonton video idol di ponselnya. Nyonya Choi
menyuruh agar Lakukan satu per satu dan mengeluh bahkan tak menonton TV tapi
selalu dinyalakan.
“Sekarang
zamannya tugas ganda.” Komenta Ha Nee. Nyonya Choi pikir cucunya itu mau
dipukul depan dan belakang sekaligus
“Aku
pulang... Lihat ini. Seragam sudah dicuci kering. Jadi, mulai hari pertama di
sekolah baru dengan hati dan ambisi baru
sampai kau lulus SMP. Semangat!” ucap Ae Jung dengan senyuman sumringah.
“Seolah
aku bisa memulai yang baru dengan seragam bekas.” Keluh Ha Nee.
“Kau
pindah sekolah satu bulan setelah masuk SMP. Tak perlu seragam baru. Dan ingat
satu hal... Kau tak boleh pindah sekolah lagi selama SMP ini. Hari-harimu
pindah sekolah kini sudah berakhir. Paham?” kata Ae Jung. Ha Nee menganguk
mengerti.
“Dan Ini
hadiah... Boneka untuk meluapkan marahmu. Jangan buat masalah pada hari
pertama. Jika ada yang menyebalkan, bertahanlah dengan meremas boneka ini. Jika
masih tak bisa tahan, ancam dia dengan omonganmu.” Ucap Ae Jung memberikan
sebuah gantungan boneka
“Apa Kau
sebut itu nasihat?” ucap Nyonya Choi memukul anaknya. Ae Jung mengeluh karena
pukulan ibunya itu sakit.
“Kapan
perusahaanmu akan membayar gajimu bulan lalu?” tanya Nyonya Choi
“Sudah kubilang
itu akan segera dibayar. Aku juga sudah bilang, hari ini aku akan melakukan
presentasi di depan investor besar.” Ucap Ae Jung
“Apa
Karena itu Ibu bergadang? Siapa sutradaranya? Apa Bong Joon-ho? Park
Chan-wook?” ucap Ha Nee penasaran
“Anakku! Apa
Kau tahu mereka? Kau memang berbeda karena ibumu adalah produser film.” Kata Ae
Jung
“Jangan
mengalihkan pembicaraan. Katanya setelah film terakhirmu gagal total, seluruh
pegawai di perusahaan itu mengundurkan diri? Siapa investor yang mau
mempertaruhkan uangnya?” ucap Nyonya Choi mengejek
“Siapa
lagi? Akuntan studio selama delapan tahun yang dipromosikan menjadi produser.
Putri Ibu, Noh Ae Jung.” Ucap Ae Juna bangg
“Tapi bagaimana akuntan
bisa menjadi produser film?” ucap Ha Nee heran
“Sekalipun
seperti ini, ibu dahulu mahasiswa perfilman yang menjanjikan. Bos perusahaan
ibu akhirnya melihat bakatku. .” Kata Ae
Jung
“Katanya
seseorang bisa terbiasa setelah lama melakukan sesuatu Ibu telah bekerja
delapan tahun di sana, jadi, kuharap Ibu belajar sesuatu.” Ucap Ha Nee.
“Tentunya...Tunggu.
Apa katamu?” ucap Ae Jung. Nyonya Choi tak ingin membaha langsung
memperingatkan anaknya.
“Jika kau
juga tak digaji bulan ini, berhentilah dari sana.” Ucap Nyonya Choi.
“Ibu,
yang benar saja. Itu namanya tidak setia. Selain itu, firasatku bagus soal
proyek ini.” Kata Ae Jung
“Apakah
itu artinya kita tak perlu bayar sewa bulanan rumah ini?” tanya Ha Nee
“Sewa
bulanan? Ibu akan membeli rumah ini.” Ucap Ae Jung. Ha Nee memuji ibunya Keren
sekali dan mereka langsung memberikan Hi Five.
THUMB
FILM
Ae Jung
mengangkat telpnya, seorang pegawai yang ada didalam mengeluh Aneh sekali karena Tak ada kabar darinya. Ae
Jung pikir Sinyal ponselnya jelek dan mungkin tersesat karena Kantor mereka memang
sulit ditemukan. Tiba-tiba terdenagr seseorang datang.
“Astaga.
Selamat datang... Baiklah. Hye-jin, antar mereka ke ruang rapat.” Ucap Ae Jung.
Hye Jin akan mengantar ke ruangan rapat, ass dari pria tersebut anak
memberitahu tujuanya tapi bosnya menahanya.
“Silakan
ke sini.” Ucap Hye Jin. Ae Jung pun penuh semangat kalau investornya sudah
datang dan yakin kalau bisa mendapatkan uangnya.
Ha Nee
berjalan masuk ke sekolah dengan gantungan yang diberikan ibunya. Di tengah
lapangan banyak anak yang sedang bermain basket, Ha Nee berkomentar suasana di
sini lumayan.
Oh Yeon
Woo yang ikut bermain tiba-tiba dikerubungi beberapa anak perempuan dan
memberikanya minum, dengan memuji tadi itu luar biasa. Terdengar suara
peringatan Sekolah akan mulai 90 detik lagi. Semua anak pun berlari masuk ke
sekolah termasuk Ha Nee.
“Hei..
Berhenti di situ... Menurut peraturan SMP Hanbak Pasal 13 Ayat 1, murid tanpa
label nama akan dapat pengurangan poin karena melanggar peraturan
berseragam.Apa Kau tak tahu itu?” ucap seorang guru pada Ha Nee
“Tidak.”
Kata Ha Nee. Si guru pun akan beri kesempatan dengan memberikan waktu 30 detik
untuk memasang label namanya.
“Aku tak
punya.. Aku baru pindah sekolah hari ini.” Ucap Ha Nee. Si guru tak percaya
mendengarnya.
“Kau
pasti berbohong.Apa Kau pikir aku akan percaya?” ucap Si guru. Ha Nee
menantang Jika tak percaya, ikuti saja
ia sampai ke ruang guru.
“Aku
gurumu... Beraninya kau membantah gurumu? Apa Kau mau dapat pengurangan poin?”
ucap si guru marah
“Sepertinya
perkataan dia benar... Lepaskan dia, Ada
murid baru di kelasku hari ini. Ternyata dia pintar.” Kata Guru Oh datang
“Benarkah
dia murid baru di kelasmu, Pak Oh?” ucap Si guru. Guru Oh pikir seperti itu.
“Namamu...
Noh Ha-nee, 'kan?” kata Guru Oh. Ha Nee membenarkan. Dengan senyuman sumringah.
“Jika
begitu, aku akan mengantarnya ke dalam. Ayo... Kami masuk.” Ucap Guru Oh. Si
guru lainya hanya bisa menatap kesal
Ae Jung
memberina presentasi [Suami di Antara Bunga] memberitahu kalu itu judul film
baru dari Thumb Film, adalah kisah wanita yang telah melajang selama 14 tahun dan
secara ajaib menemukan cinta.
“Kim
Sang-ho, sutradara pemenang penghargaan akan menunjukkan gaya dan visinya. Itu
digabungkan dengan kisah cinta segar yang kuharap bisa menarik penonton...”
ucap Ae Jung gugup karena Koo Pa Do memainkan koreknya.
“Para...
penonton. Total biaya produksi yang diperlukan adalah 6,6 miliar won. Ditambah
biaya pemasaran dan iklan... Totalnya sekitar 10 miliar won.” Ucap Ae Jung
“Benar...
Bagaimana kau mendapatkan semua biaya itu?” tanya Tuan Ko
“Kau
harus berinvestasi kepada kami agar...” kata Ae Jung. Tuan Ko mengeluh kalau
itu Sayang sekali.
“Sepertinya
ada kesalahpahaman di sini.” Kata Tuan Koo. Ae Jun bingung apa maksudnya
Kesalahpahaman.
Ass Tuan
Koo membagikan kartu nama, Ae Jung melihat
"Nine Capital" dan ini perusahaan peminjaman uang. Ia pun
ingin tahu alasan datang ke sini. Ass Tuan Ko memberitahu Bos mereka dari Thumb
Film meminjam 700 juta won dari kami.
“Apa?
Tujuh ratus juta? Tujuh ratus juta won?” ucap Ae Jung dan Hye Jin kaget.
“Ya, dan
total uang yang harus dibayar, setelah ditambah bunga adalah 1,05 miliar won.”
Kata Ass Tuan Koo
“Totalnya
1,05 miliar won? Sialan... Hye-jin! Coba telepon bos.” Kata Ae Jung. Hye Jin
mencoba menelp tapi Ponselnya mati. Ae
Jung makin panik
“Seperti
yang kau lihat, Pak Wang tak bisa dihubungi. Jadi, kau, Nona Noh, yang harus
melunasinya.” Kata Ass Tuan Ko. Ae Jung bingun diminta agar bertanggung jawab.
“Apa?
Kenapa? Kenapa aku yang harus melunasinya?” ucap Ae Jung. Ass oo memberikan
berka ditanganya.
“Karena kau
sudah menulis surat jaminan untuknya.” Kata Ass Tuan Koo. Ae Jun tak percaya
meihat “SURAT JAMINAN KOLEKTIF” dan surat tanda tangan.
Flash Back
Dimeja
yang sama, Ae Jung menerima sebuah kartu nama. Tuan Wang memberitahu kalau Ae
Jung bukan Akuntan tapi adalah Produser Noh Ae-Jung. Ae Jung terlihat bahagia
menerima kartun namanya. Tuan Wang meminta pada Ae Jung
“Sukseskan
sebuah film yang kau buat dengan tanganmu sendiri.” Ucap Tuan Wang
“Jangan.
Jangan tanda tangan... Jangan...” ucap Ae Jung mencoba melihat masa lalunya.
“Tak ada
lagi sewa rumah bulanan. Beli rumahmu sendiri.” Kata Tuan Wang. Ae Jung pun
akhirnya memberikan tanda tangan tanpa ragu.Tuan Wang memujinya karena Ae Jung
baru memberikan tanda tangan “SURAT JAMINAN KOLEKTIF”
Ae Jung
mengejar Tuan Koo menahan untuk masuk mobil, Tuan Koo terlihat marah melihat Ae
Jung. Ae Jung merasa yakin Bos mereka tak akan begitu kepadanya dan hanya tahu
bahwa ini investasi sebesar 70 juta won. Hye Jin juga mengikuti Ae Jung seperti
tak percaya.
“Bagaimana
bisa 70 juta won menjadi lebih dari satu miliar won? Pak, tolong bantu aku.
Kumohon.” Ucap Ae Jung
“Nona
Noh.” Kata Tuan Koo marah menarik bajunya. Ae Jung mencoba agar bisa bicara
dengan Tuan Koo. Tuan Koo tak peduli masuk ke dalam mobil dan ass yang
menghadang Tuan Koo.
“Choi
Hyang-ja, lahir 5 Juli 1960. Tukang pijat di sauna. Dia ibumu, 'kan?” ucap Ass
Koo. Ae Jung kaget yang akan dilakukan
Ass Tuan Koo.
“Noh
Ha-nee, lahir 15 Februari 2007. Pindah ke SMP Hanbak karena masalah pribadi. Dia
benar putrimu, 'kan?” kata Ass Tuan Koo. Ae Jung tak mengerti maksud ucapan Ass
Tuan Koo.
“Waktumu
dua pekan untuk melunasi utang. Jika sampai saat itu kau tak bisa melunasinya, semua
orang yang berhubungan denganmu akan dalam bahaya. Kau harus ingat itu.” Ucap
Ass Koo lalu berjalan pergi.
Tuan Koo
duduk di dalam mobil dengan wajah sinis memperlihatkan cincin ditanganya. Ae
Jung jatuh lemas karena harus menanggung semua utang Tuan Wang. Hye Jin kasihan
melihat Ae Jung memastikan keadanya baik-baik saja.
Di dalam
ruang kelas, beberapa orang sedang bercengkrama. Ha Nee berkomentar Cara bermain di sekolah sana dan sini
ternyata sama. Saat itu sebuah kotak susu terlempar melewati wajahnya dan
mengenai bangku punggung yang ada didepanya.
“Tunggu.
Bagus, dapat... Kena... Hei... Apa Kau lihat itu?” ucap seorang anak. Ha Nee
melihat sekeliling kelas tak ada yang peduli karena wajahnya yang terkena
cipratan susu.
“Maaf,
Anak Baru. Kau kaget, ya? Lalu Kita coba apa selanjutnya?” ucap Si anak melihat
Ha Nee yang terlihat kesal karena terkena cipratan. Si anak laki-laki yang
duduk didepanya hanya diam menahan rasa tangisnya.
Ae Jung
masuk ke dalam rumah berteriak memanggil “Pak Wang Seong-gyu” Hye Jin pikir
kalau ini masuk tanpa izin. Ae Jung tak peduli mencari si berengsek itu
memeriksa kamar yang sudah kosong dan berantakan. Hye Jin melihat ke ruangan.
Ae Jung tak percaya kalau Tuan Wang
sungguh melarikan diri.
“Dia
sudah dituntut... Coba lihat.” Ucap Hye Jin melihat kertas yang ada diatas
meja. Ae Jung pun melihatnya.
Hye Jin meihat
sebuah buku diatas meja berjudul HIDUP ITU BERTINDAK ATAU MATI, dan menemukan
sebuah kertas yang sudah kucel lalu memastikan pada Ae Jung kalau itu surat
kontrak
Ae Jung
membaca SURAT HAK CIPTA - CINTA ITU TIDAK ADA, Hye Jin pikir kalau sepertinya
ini sudah sangat lama dan Ketentuannya juga tidak adil. Ae Jung tak
percaya Tuan Wang meninggalkan semua
sampah ini
“Benar.
Ini pasti tidak berarti sampai dijadikan alas panci.” Ucap Hye Jin.
Ae Jung
marah langsung mengumpat marah, meremas kertas yang ditanganya. Hye Jin yang melihatnya
tak percaya kalau Ae Jung bisa mengumpat dengan sangat kasar. Ae Jung terus
mengumpat tanpa henti sampai Hye Jin meminta seniornya agar tenang
Saat itu
telpnya Ae Jung berdering, Ae Jung mengangkat dengan nada penuh amarah. Tapi
saat mendengar membahas tentanga Ha Nee, nada bicaranya langsung berubah
menjadi ceria.
Guru Oh melihat
TRANSKRIP SEKOLAH, NAMA MURID: NOH HA-NEE, NAMA IBU: NOH AE-JUNG, tak ada nama
ayah yang tertulis dibiodatanya. Saat itu Ae Jung datang terburu-buru ke ruang
guru, Guru Oh senang melihatnya.
“Selamat
siang. Aku ibunya Noh Ha-nee. Di mana ruang konseling?” tanya Ae Jung. Guru
didepan pintu memberitahu Naik ke lantai
dua. Ruangan paling ujung.
Ae Jung
pun mengucapkan Terima kasih lalu bergegas pergi. Tuan Oh memanggilnya tapi Ae
Jung sudah melesat pergi, dan berlari mengikutinya.
Di
ruangan konseling, Ae Jung datang menghampiri anaknya dengan ajah panik.
Didepanya sudah ada orang tua dengan anak yang terluka dengan hidung yang
berdarah. Guru memberitahu kalau Ini ibunya Noh Ha-nee. Ae Jung pun
memperkenalkan diri sebagai ibunya Noh Ha-nee.
“Coba
Lihat... Anakmu membuat wajah anakku menjadi begini. Aku kesal sekali.” ucap
Ibu anak yang terluka
“Maafkan
aku... Sungguh maafkan aku. Aku yang salah.” Ucap Ae Jung membungkuk memohon
maaf.
“Bu, ini
salahku.” Kata Ha Nee. Ae Jung menarik anaknya agar segera meminta maaf.
“Kau tak
perlu minta maaf. Adakan rapat komite soal kekerasan di sekolah.” Kata Ayah si
anak pria.
“Pak... Hal
itu dapat melukai kedua anak yang terlibat.” Ucap Pak Oh membela.
“Pak
Oh... Apa kau pura-pura bodoh karena bukan muridmu yang terluka begini?” ucan
Tuan Jang marah. Tuan Oh mencoba menjelaskan tapi disela oleh Tuan Jang.
“Sudahlah.
Entah menjadi luka atau tidak, kita akan tahu setelah...” kata si ibu anak.
“Bu.
Maaf. Maafkan aku... Tolong maafkan...” ucap Ae Jung yang langsung berlutut. Tuan
Oh dan Ha Nee kaget melihatnya. Si Ibu
mengeluh memina agar melepaskan tanganya.
“Sudahlah..
Biar pria menyelesaikan ini. Di mana ayah anakmu?” tanya si ayah dan anak.
“Aku tak
punya ayah... Aku tak punya ayah... Jadi, jika ada yang mau kau bicarakan, katakan
kepadaku.” ucap Ha Nee tak bisa menahan tangisnya.
“Sudah
kuduga... Pantas saja dia sembrono dan tak sopan. Ternyata ada alasannya.” Ucap
si ibu menyindir. Ayah si anak meminta istrinya agar berhenti bicara.
“Bu
Noh... Aku mau beri saran sebagai sesama orang tua. Kau harus lebih disiplin
terhadapnya karena dia tak punya ayah. Jika kau terlalu memanjakannya, terlihat
sekali dia dibesarkan tanpa ayah.” Sindir si ayah.
“Pak... Bukankah
perkataanmu keterlaluan?” kata Tuan Oh membela Akhirnya Ae Jung berdiri
mengenggam tangan anaknya.
“Anakku...
punya ayah. Aku adalah ayah sekaligus ibunya. Jadi, anakku tak pernah dibesarkan
dengan kekurangan cinta. Kau boleh mengeklaim biaya rumah sakit anakmu
kepadaku. Aku akan ganti semua biaya luka anakmu.” Ucap Ae Jung.
“Tapi... bagaimana
kalian bisa mengganti luka anakku karena perkataan kalian? Maaf karena membuat
keributan, Pak. Kami akan pergi. Ayo.” Kata Ae Jung menarik anaknya pergi.
Tuan Jang
bingung dengan Ae Jung yang pergi. Tuan Oh akhirnya memutuskan akan antar
mereka jadi meminta agar tenang saja.
Ae Jung
menarik anaknya keluar dari sekolah. Ha Nee memberitahu ibunya kalautak
melakukan kesalahan bahkan tak memukulnya, dia lebih dahulu... Ae Jung terdiam
saat melihat pria yan dikenalnya ada diparkiran dan mengingat ucapanya. “ Noh Ha-nee. Pindah ke SMP Hanbak karena
masalah pribadi.”
“Apa Ibu
mendengarkanku?” tanya Ha Nee. Ae Jung tak mendengar menarik Ha Nee ke arah
yang lain karena harus segera pergi.
“Kenapa,
Ibu? Mau ke mana Lepaskan tanganku. Ibu, apa Ibu sungguh berpikir aku yang
salah?” ucap Ha Nee bingung. Si anak yang dibantu Ha Nee mengintip dari depan
pintu.
“Diam,
Ha-nee... Ha-nee. Mari kita bicara di rumah. Ayo kita pulang.” Ucap Ae Jung. Ha
Nee menarik tanganya dan berjalan lebih dulu.
“Ha-nee!
Apa yang kau lakukan?” ucap Ae Jung bingung. Ha Nee marah karena Ibu tadi tak
mau mendengarkannya. Ae Jung tak percaya
dengan sikap anaknya.
“Sebelum
Ibu mengaku bersalah, sebelum meminta maaf, bukankah Ibu harus mendengarkan ceritaku
lebih dahulu?” ucap Ha Nee marah
“Ibu
sudah memohon kepadamu. Jangan buat masalah pada hari pertamamu di sekolah.” Kata
Ae Jung
“Sudahlah.
Katakan jika memang Ibu tak mau dengar.” Ucap Ha Nee berjalan pergi sambil
menangis.
“Sampai
kapan ibu harus hidup dengan mengkhawatirkanmu?”teriak Ae Jung
“Semua
itu salah siapa? Ini semua karena Ibu. Jika Ibu tak melahirkanku, Ibu tak akan
berada dalam keadaan seperti tadi. Apa gunanya barang seperti ini? Mau berbuat
apa pun, tak akan mengubah fakta bahwa aku anak tanpa ayah.” Ucap Ha Nee marah
membuang boneka yang diberikan ibunya.
Boneka Ha
Nee diambil oleh seorang anak yang dibela oleh Ha Nee dan memberikan pada Ae
Jung. Ia memebritahu kalau Anak itu, Han Chan-yeong adalah anak yang pantas
mimisan karena selalu mengganggunya setiap hari.
“Tapi
Ha-nee memberinya pelajaran hari ini. Padahal Tak pernah ada yang begitu
sebelumnya, Hanya Ha-nee yang berani membantuku. Ha-nee tak bersalah sama
sekali.” ucap si anak.
Ae Jung
hanya diam saja seperti merasa bersalah. Saat itu Tua Oh melihat dari kejauhan
dan akhirnya kembali masuk ke dalam sekolah.
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar