PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ae Jung
keluar dari restoran mengeluh kalau A Rin itu bukan hanya aktris. tapi juga ingin menjadi sutradara. Dae Oh pun juga
heran dengan Ae Jung yang begitu kesal padahal Ae Jung juga mengkritik
novelnya. Ae Jung mencoba menyangkal dan mengaku tak kesal.
“Aku
sungguh tak apa-apa.” Ucap Ae Jung. Dae Oh mengejek kalau Ae Jung wajar marah
karena baru saja dikritik.
“Tunggu...
Tunggu sebentar.. Apa menurutmu Joo A-rin baru saja mengkritikku?” ucap Ae Jung
“Karya
ini adalah cerita tentang kau dan aku. Jadi, sudah jelasJoo A-rin memang
mengkritikmu.” Ucap Dae Oh
“Dia
tidak mengkritikku. Joo A-rin adalah pihak ketiga. Dia memberikan pendapat
sebagai pihak ketiga. Artinya, menurutnya karyamu kurang memuaskan.” Kata Ae Jung
“Begitulah.
Sepertinya kau tak tahu, tapi aku menulis cerita iniberdasarkan pengalamanku.
Cerita kau dan aku. Jadi, jika ada masalah pada tokohnya, bukankah artinya ada
masalah dengan orang aslinya?” ejek Dae oh
“Maksudmu,
aku masalahnya?” kata Ae Jung marah. Da Oh pikir Ae Jun bisa melihat saja sifat
Ae Jung
“Kau tak
pernah menerima kritik.” Ucap Dae Oh. Ae Jung pun menganguk mengerti.
“Aku
adalah wanita buruk itu. Puas? Tapi sungguh aneh. Kenapa dia suka wanita buruk
seperti itu? Tokoh utama pria novel ini sangat aneh.” Ejek Ae Jung lalu
berjalan pergi.
“Karena
punya daya tarik. Karena itu aku menyukaimu.” Ucap Dae Oh lalu berjalan
melewati Ae Jung. Ae Jung terdiam mendengar ucapan Dae Oh.
Nyonya
Kang sibuk mengerluarkan barang di dalam kardus dengan helaan nafas. Ae Jung
datang sambil mengeluh panas sekali lalu bertanya-tanya apakah ia yang panas
atau cuacanya dan langsung mengambil es batu. Nyonya Kang heran melihat Ae Jung
yang makan es lagi.
“Kepalaku
sangat panas karena cuacanya begini.” Ucap Ae Jung terus mengunyah es batu.
“Kepalamu
akan lebih panas jika melihat ini.” Kata Nyonya Kang memberikan lembaran BON. "Makanan
anjing, bantalan latihan..."
“Apa ini?
Aku tak memelihara anjing.” Ucap Ae Jung heran. Nyonya Kang menegaskan Mulai
hari ini
“Apa
maksudmu? Bagaimana bisa aku memelihara anjing?” ucap Ae Jung heran.
Saat itu
Ha Nee dan Dong Chan datang dengan membawa anjing ke dalam bar. Ae Jung bingung bertanya Anjing apa ini. Nyonya
Kang menegaskan kalau mulai hari ini Ae Jung itu memelihara anjing. Ha Nee
mengeluh Nyonya Kang yang memberitahu ibunya.
“Dari
mana anjing ini? Kenapa tiba-tiba kau bawa anjing?” ucap Ae Jung heran
“Kenapa
Ibu bertanya? Tentu saja aku memungutnya.” Ucap Ha Nee. Ae Jung kaget
mendengarnya dan ingin memukulnya.
“Bibi!
Pukul aku saja.” Ucap Dong Chan menghalangi Ae Jung yang akan memukul Ha Nee.
Ae Jung mengeluh agar Dong Chan Minggir!
“Sudahlah,
biarkan saja aku. Aku akan pelihara dia. Aku akan bertanggung jawab.” Kata Ha
Nee.
“Kau
bilang "Bertanggung jawab"? Apa kau tahu bertanggung jawab adalah hal
yang sulit? Tidak. Akan ibu bawa ke kantor polisi atau penampungan. Berikan.”
Ucap Ae Jung
“Tak
mau.Kenapa Ibu begitu?Apa Ibu paham rasanya menjadinya? Aku Kasihan. Ia tak
punya ibu dan ayah. Bagaimana bisa kita membuangnya?” ucap Ha Nee
“Kau... Ha-nee,
kau... Kau...Hei.. Kau mau ke mana?” ucap Ae Jung marah dan melihat Dong Chan
yang ketakutan akan pergi.
“Aku akan
Pulang.” Ucap Dong Chan ketakutan. Ha Nee heran Kenapa Ibunya berteriak kepada
Dong Chan
“Ibu tanya
mau ke mana dia sendirian larut malam begini.” Kata Ae Jung Nyonya Kang
langsung berkomentar Ternyata akhirnya membahagiakan.
Ae Jung
akhirnya mengantar pulang Dong Chan
sambil bertanya Bagaimana Ha-nee di sekolah, Apa dia punya banyak teman
Atau ada yang mengganggu dia. Dong Chan mengaku tak ada karena Ha Nee paling
kuat di kelas mereka. Ae Jung tak percaya mendengarnya. Dong Chan memberitahu
kalau sudah sampai rumah.
“Dong-chan,
kau boleh bermain dengan Ha-nee. Tapi jangan sampai terlalu malam. Ibumu akan
mengkhawatirkanmu. Apa Kau mengerti?” ucap
Ae Jung. Dong Chan hanya bisa tertunduk.
“Ada apa
denganmu?” tanya Ae Jung. Dong Chan mengaku tak akan sepert itu.
“Karena
aku tak punya ibu.” Ucap Dong Chan sedih. Ae Jung makin ibu melihat Dong Chan.
“Jika begitu,
aku yang akan khawatir. Aku tak bisa tenang jika kau belum sampai di rumah
dengan selamat. Kau mengerti?” ucap Ae Jung. Dong Chan pun tersenyum bahagia
menganguk mengerti.
“Kau tampan
jika tersenyum. Ayo Cepat masuk.” Kata Ae Jung, tapi saat itu sebuah mobil
datang dengan cepat.
Ae Jung
memeluk Dong Chan melindunginya, tapi ternyata Tuan Koo yang turun dari mobil.
Ae Jung pun langsung menyapanya. Tuan
Koo degan tatapan sinis heran Ae Jung datang ke rumahnya. Ae Jung meceritakan
kalau Dong-chan bermain dengan putrnya sampai larut malam, jadi...
“Dia
mengantarku pulang.” Ucap Dong Chan menyela. Ae Jung pun hanya bisa diam saja.
Ae Jung
duduk diruang tengah melihat banyak buku dalam rak lalu berkomenat Bukunya
banyak sekali dan memuji kalau Tuan Koo sangat hebat dengan panggilan Bos, lalu
mengubah dengan panggilan ayahnya Dong-chan.
“Kau
membaca buku sebanyak ini. Memang tak mudah membesarkan anak sendirian. Tentang
itu... Aku baru saja tahu itu dari Dong-chan. Dong-chan pasti sangat senang karena
punya ayah baik sepertimu.” Ucap Ae Jung
“Aku
bukan ayah yang baik. Aku hanya ayah yang menakutkan, jahat, dan memalukan.”
Kata Tuan Koo
“Tidak.
Dong-chan pasti tahu bahwa ayahnya adalah orang baik. Akan ada pertemuan komite
orang tua murid di sekolah.Apa Kau ingin pergi bersamaku?” ucap Ae Jung. Tuan
Koo kaget mendengarnya.
“Itu... adalah
perkumpulan orang tua murid dari semua kelas. Selama ini aku selalu sibuk
bekerja hingga tak bisa ikut. Saat mengobrol denganmu tentang merawat anak, aku
merasa kita telah menjadi teman.” Ucap Ae Jung. Tuan Koo hanya bisa terdiam.
Ia
mengingat kejadian di masa lalunya, seorang wanita berbaring ditempat tidur.
“Apa kau
Mau berteman denganku? Kita sama-sama tak punya siapa pun.”ucap si wanita
dengan bahasa mandirin.
Tuan Koo
terdiam ditanganya ada sebuah bungkus obat
dengan nama TAN ZIYI seperti ia pernah dikecewakan oleh seorang wanita.
Tuan Koo
merasa yang nyaman dengan ucapan Ae Jung akhirnya meminta agar segera pulang.
Ae Jung pun bergegas berdiri merasa harus pulang karena sudah larut.
“Kami
berdua orang tua tunggal? Apa salahnya berteman? Kenapa wajahnya malah
tiba-tiba serius?” keluh Ae Jung berjalan pulang.
“Benar!
Joo A-rin! Aku mau bicarakan itu, tapi lupa. Ini semua karena dia marah. Karena
dia marah aku lupa segalanya. Sifatnya sangat aneh. Ada apa ini?” ucap Ae Jung
heran dan didepan pintu melihat Yeon Woo sedang sibuk memperbaiki bangku.
“Halo,
Yeon-woo.” Ucap Ae Jung gugup dan Yeon Woo pun menyapa dengan lambaikan tangan.
“Apa Kau
sibuk? Lanjutkan saja pekerjaanmu. Sampai jumpa.” Ucap Ae Jung lalu bergegas
pergi.
“Kau mau
ke mana? Rumahmu di sini.” Ucap Yeon Woo mengejarnay. Ae Jung pun baru
menyadarinya.
Akhirnya
Ae Jung membantuu Yeon Woo memegang bagian kursi yang lepas agar bisa memegang
yang kuat. Ae Jung pun mengeluh ibunya yang menyuruh Yeon Woo memperbaiki ini.
Yeon Woo mengaku yang mau kerjakannya jadi tak apa-apa.
“Kau
terlalu baik. Karena itu... aku merasa bersalah. Dan sekarang Aku merasa
bersalah lagi.” Ungkap Ae Jung
“Ae Jung,
jangan merasa tak nyaman karenaku. Jangan terbebani dengan perkataanku kemarin.
Aku sudah katakan, baca saja perlahan. Aku tak buru-buru.” Kata Yeon Woo
“Tapi
Yeon-woo, aku...” ucap Ae Jung yang langsung disela oleh Yeon Woo.
“Satu
syarat... Aku tidak peduli butuh berapa lama. Aku ingin berada di sisimu pada
akhirnya. Aku hanya perlu itu.” Kata Yeon Woo. Ae Jung hanya bisa terdiam.
“Apa Kau
sudah memegangnya?” tanya Yeon Woo. Ae Jung mengaku sudah memegangnya. Yeon Woo
pun menyelesaikan bangku yang rusak.
Di kamar
Ae Jung terlihat gugup memegang buku [MEMIKIRKANMU, SEGALANYA BAGIKU] dan surat
yang belum dibacanya juga. Ia ingin membacanya tapi teringat dengan masa lalu denganya
Yeon Woo
Flash Back
Yeon Woo
sibuk menatap Ae Jung yang sdang menulis CATATAN HARIAN KEHAMILAN untuk KELAS
PENGASUHAN UNTUK MAHASISWA dengan senyuman bahagia. Ae Jung mengeluh kalau
mereka belum menikah dan punya anak.
“Bagaimana
bisa aku menulis catatan harian kehamilan?.. Ah.. Benar. Tugasnya susah.” Ucap
Ae Jung dan melihat Yeon Woo hanya tersenyum
“Kau...Aku
kesulitan, kenapa kau tersenyum?” keluh Ae Jung marah. Yeon Woo menyangkal
kalau tak tersenyum.
“Omong-omong,
kau mau menjadi ibu seperti apa?” tanya Yeon Woo. Ae Jung memikirkan Ibu
seperti apa.
“Aku
ingin menjadi ibu seperti ini. Perasaan seorang ibu sepertinya akan begini.”
Ucap Ae Jung memperlihatkan sebuah puisi
“Puisi
ini bagus. Puisi ini seperti hatiku. Hatiku
yang selalu memikirkan dia.” Ucap Yeon Woo
“Apa? Yeon-woo,
kau menyukai seseorang! Astaga. Siapa dia? Beri tahu aku. Cepat beri tahu aku.
Aku penasaran.” ucap Ae Jung penasaran
“Lain
kali saja.” Kata Yeon Woo. Ae Jung merengek meminta agar segera memberitahu
karena penasaran.
“Ae
Jung... Apa dia akan menerima cintaku jika aku menyatakan perasaan dengan puisi
ini? "Sebutir pasir membuatku memikirkanmu. Selembar daun membuatku
memikirkanmu. Segalanya di dunia ini membuatku memikirkanmu.” Ucap Yeon Woo
membaca puisi dibuku
Ae Jung
pun hanya terdiam dengan buku puisi “Memikirkanmu, segalanya bagiku."dan
baru tahu kalau ternyata wanita itu dirinya.
Di rumah,
Dae Oh mencoba mengetik naskah dan teringat dengan ucapa Ae Jung “Tapi sungguh
aneh. Kenapa dia suka wanita buruk seperti itu? Tokoh utama pria novel ini
sangat aneh.” Lalu terdiam.
Ia lalu
melihat notifcation dalam ponselnya [HARI INI, 17 TAHUN LALU] dan membukanya
dengan wajah bingung. Ia menuliskan status
“Bagus. Begitu mengunggah bahwa aku
tutor yang mencari murid, aku diminta menuliskan esai lamaran untuk Jurusan
Teater dan Film Universitas Hankuk. Apa aku genius?”
“Kenapa
aku tak berubah sama sekali?” ucap Dae Oh bangga lalu melihat status lainya.
“Setelah
presentasi, aku bersantai di kampus. Aku lihat mahasiswa Jurusan Teater dan Film
sedang syuting. Di antaranya, aku melihat seorang wanita.” Lalu pikiran
melayang ke 17 tahun yang lalu.
Flash Back
Ae Jung
berteriak meminta berjalan lebih cepat karena sedang syuting. Dae Oh sedang
berjalan pun ditarik oleh Ae Jung agar lebih cepat berjalan. Seorang petugas
keamanan mengeluh dengan Ae Jung yang menyuruh mereka mengosongkan tempat
“Tolonglah.
Satu adegan saja... Sepuluh menit?” ucap Ae Jung memohon. Akhirnya petugas memperbolehkanya.
“Ayo,
kita mulai. Tapi Di mana peran mayatnya? Apa Hanya ini kemampuanmu?” ucap
sutradara memarahi Ae Jung
“Astaga...
Kenapa dia bayar mahal untuk kuliah, tapi malah melakukan hal itu?” keluh Dae
Oh melihat dari kejuahan.
“Cari
orang yang mau memerankan mayat.” Ucap Sutradara dan Ae Jung pun hanya
membungkuk meminta maaf.
“Tapi tiba-tiba wanita itu berdiri
di hadapanku.”
Dae Oh
terus menatap Ae Jung dan Ae Jung pun melihat Dae Oh yang terus menatapnya lalu
berjalan mendekat. Dae Oh terlihat ketakutan, tapi Ae Jung langsung bertanya
apakah sibuk Dae Oh mengaku tidak dan Ae
Jung melihat selembaran yang dibawa Dae Oh
“Apa Mau
masuk ke jurusanku? Kau anak SMA? Atau mengulang tes? Jika begitu, tolong aku
sekali saja. Aku pastikan kau akan masuk jurusanku... Ahh. Tidak. Aku akan
berikan seluruh cinta senior kepada juniorku. Bagaimana?”ucap Ae Jung. Dae Oh
hanya diam saja
“Baiklah.
Aku hanya butuh sepuluh menit.”ucap Ae Jung lalu menariknya pergi. Dae Oh heran
mau dibawa kemana.
Dae Oh
sudah berbaring dijalan dengan luka diwajahnya. Sutradara memanggil Mayat Nomor
Satu dan Dua. Ae Jung berteriak kalau sudah siap.Dae Oh mengeluh harus
melakukan ini. Ae Jun meminta agar Dae Oh diam saja karena sedang syuting.
“Tutup
matamu dan diam.” ucap Ae Jung berpura-pura sebagai mayat. Sutradara pun mulai
syuting.
“Ada dua
jasad berusia 20-an.” Ucap seorang polisi dan memeriks tubuh Ae Jung, saat itu
tangan Ae Jung langsung berputar dan memegang pinggang Dae Oh. Dae Oh pun kaget
karena poisi mereka seperti sedang tidur bersama.
Akhirnya
polisi pun pergi tapi sutradara belum berterika cut. Ae Jung menatap Dae Oh
yang membuka matanya langsung mengucapkan Terima kasih. Dae Oh saat itu
langsung terkesima dan jatuh cinta pada Ae Jung. Ae Jung tersenyum manis dan
meminta agar menutup matanya.
Dirumah,
Ha Nee sibuk membereskan botol sambil mengomel karena Ibunya pikir ia tak bisa
memelihara anjing, Tapi ia yan akan kaya dan menjadikan anjingnya jadi anjing terkaya
di lingkungan ini.
“Apa yang
kau lakukan di situ?” tanya Nyonya Choi heran melihat cucunya digudang. Ha Nee
bingung
“Tak ada
apa-apa. Aku mau buang ini.” Kata Ha Nee. Nyonya Choi heran dengan cucunya yang
tiba-tiba rajin.
“Lupakan.
Pergilah dari sini... Mau ke mana kau malam-malam begini?” ucap Nyonya Choi
menyuruh Ha Nee keluar dari gudang.
“Nenek,
apa ayahku membuangku?” tanya Ha Nee. Nyonya Choi terdiam dan kaget mendengar
ucapan cucunya, lalu bertanya apa maksudnya.
“Seseorang
berkata begitu. Katanya pasti ada alasan ayahku meninggalkanku. Itu sebabnya
dia tak muncul selama ini.” Ucap Ha Nee.
“Siapa
yang bilang? Siapa yang berkata seperti itu?” tanya Nyonya Choi. Ha Nee tak mau
membahas dan meminta agar Jangan dipikirkan.”
“Kenapa
akhir-akhir ini dia bicara tentang ayahnya?”ucap Nyonya Choi heran saat
membuang sampah.
Ia lalu
melihat buku [UNTUK ANAKKU NANTI - AYAH: OH YEON-WOO IBU: NOH AE-JUNG] Wajahnya
langsung panik.
Ryu Jin
bertemu dengan wartawan memberikan pernyataan Alasannya hanya satu yaitu
Kesetiaan. Ia merasa Karena rasa setianya kepada teman-teman di Universitas
Hankuk, maka melepas debut Hollywoodnya.
“James,
jika kau mau bekerja sama denganku, maka kau harus lulus dari Universitas
Hankuk, bukan Harvard.” Ucap Ryu Jin bangga.
Saat itu
semua wartawan sibuk mengambil gambar dengan spanduk besar bertuliskan RYU JIN
MELEPAS DEBUT HOLLYWOOD. Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil Ayah dari
belakang wartawan. Ryu Jin panik dan terlihat Ha Nee datang memanggilnya “Ayah”
“Memang
benar kau ayahku. Namaku memang Ryu Ha-nee.” Ucap Ha Nee. Ryu Ji panik dan
semua wartawan bertanya-tanya apa ini benar putrinya?
“Sang
pacar nasional. Dia ayahku.” Teriak Ha Nee menunjuk ke arah Ryu Jin. Ryu Jin
panik dan kaget.
“Ryu Jin,
apa ini benar? Apa kau sudah menikah? Apa Kau melepas Hollywood karena ini?
Siapa ibu anak ini?” tanya wartawan
“Aku
tidak tahu. Bukan aku.” Ucap Ryu Jin berusaha kabur tapi DaeOh datang
“Apa
Selama ini kau menipuku? Bagaimana kau bisa begitu padaku? Bagaimana bisa?”
teriak Dae Oh marah sambil menjerit histeris
“Bukan
begitu. Itu adalah kesalahan. Sungguh.” Ucap Dae Oh mencoba agar menenangkan
Dae OH yang marah
“Kau
bilang "Kesalahan"? Jin!” teriak Ae Jung marah memeluk Ha Nee. Semua
wartawan mulai bertanya siapa wanita itu.
“Apakah
putri cantik kita hanya kesalahan kita dari malam itu?” kata Ae Jung.
“Dia
bilang "Malam itu"? Kesalahan malam itu? Teganya kau. Kau ayahku,
'kan?” ucap Dae Oh marah.
“Kau
bilang "Kesalahan"? Apa Putri cantikku adalah kesalahan?” teriak Ae
Jung marah.
Ryu Jin
mencoba untuk kabur dari semua dan wartawan terus mengejarnya sampai terdesak
ke pintu kaca tak bisa bergerak.
Ryu Jin
terbangun dari tidurnya dan panik karena ternyata semua hanya mimpi. Ia pun
melihat ponselnya ada pesan dari Ae Jung “Jin, kami berhasil merekrut Joo
A-rin. Kami juga diundang ke acara Malam Cheonmyeong.” Ia langsung terbangun
mendengar nama "Joo A-rin"
“Kwae-nam,
tolong ambilkan air... Kwae-nam...” panggil Ryu Jin lalu tersadar kalau managernya
tak ada di sini.
Akhirnya
ia keluar kamar dan melihat ada makanan
yang sudah dimeja dan mendengar bunyi pintu ditutup seperti Managernya yang
baru saja pergi.
Ia pun
melihat sebuah note diatas meja “Walaupun membenciku, kau tetap harus makan. Hati-hati dengan
duri ikannya, dan makan sayurannya.</i>Dari Kakak Myeong.”
Ryu Jin
berlari keluar dari rumah, Manager Myung sudah berjalan denga cepat. Ryu Jin
terus mengejernya sampai melompat dan juga sandalnya terlepas. Manager Myung
akhrinya berhenti berjalan. Ryu Jin langsung memarahinya karena sudah
memperingatkannya.
“Sudah kubilang,
jangan membelakangiku.” Ucap Ryu Jin. Manager Myung tak tega melihat Ryu Jin
hanya mengunakan satu sandal saja.
“Kenapa
kau mengejarku? Aku bukan siapa-siapa.” Kata Manager Myung
“Aku
bermimpi buruk, dan kau tak ada. Aku juga dapat pesan mereka berhasil merekrut
Joo A-rin. Kupikir... Kupikir aku telah gila.” Akui Ryu Jin
“Itu
sebabnya aku datang. Sekali saudara, tetaplah saudara.” kata Manager Myung lalu
membuka tanganya lebar-lebar. Ryu Jin pun berlari memeluk Manager Myung.
Ae Jung berjalan
masuk ke sebuah pesta dan kaget melihat pria
tampan berjalan didepannya. Ia tahu kalau itu adalah boyband SF9, dan merasa Ha-nee pasti akan sangat
menyukainya.
“Andai
saja Ha-nee di sini... Ahh.. Benar.” Ucap Ae Jung mengelurkan ponselnya.
Sementara
A Rin sedang sibuk melihat wine di tempat wine. Kwang Soo mengaku sudah lihat
daftar tamu hari ini dan itu sangat bagus Tapi Ryu Jin juga akan datang. A Rin
kaget mendengarnya dan mengeluh Kenapa
dia datang
“Apa Aku
belum memberitahumu? Tokoh utama pria di film Pak Cheon adalah Ryu Jin.” Ucap
Kwang Soo
“Kau tak
pernah bilang tentang itu.” Keluh A Rin. Kwang Soo mengelih A Rin Seperti ini lagi karena tak pernah mendengarkannya.
“Aku tak
mau. Aku tak mau bermain film bersama dia. Itu mustahil.” Ucap A Rin
“Lalu
bagaimana? Apa kau mau melepaskan karya Pak Cheon?” tanya Kwang Soo. A Rin
mengeluh Kenapa harus Ryu Jin.
“Aku tahu
hubunganmu dan dia tak baik. Tapi jika kau mundur dari film karena Ryu Jin...”
ucap Kwang Soo yang langsung disela oleh A Rin
“Aku tak
suka ini semua, Kwang Soo Sejak awal aku juga tak suka Noh Ae-jeong. Jika harus
membuang salah satu dari mereka... Entahlah. Mungkin kita bisa ganti
produsernya.” Ucap A Rin dengan senyuman liciknya.
A Rin pun
keluar dan beberapa orang menyapa dan memujinya makin cantik, lalu melihat
sosok Dae Oh yang sedang makan lalu menghampirinya. A Rin pikir Sepertinya Nona
Noh belum datang. Dae Oh megaku kalau Ae
Jung Sudah datang dan ada di sekitar sini.
“Tak
apa-apa... Ada yang mau kubicarakan denganmu.” Ucap A Rin. Dae Oh pun bertanya
ada apa.
“Aku mau
bicarakan ini dari kemarin. Film ini diangkat dari novel Cheon Eok-man yang
diakui di dunia.” Ucap A Rin. Dae Oh membenarkan dengan wajah bangga.
“Semua
film yang kuperankan menjadi film sukses. Dan ada salah satu aktor terhebat yang
pantas bersanding denganku, Ryu Jin.” Kata A Rin. Dae Oh menganguk membenarkan.
“Tapi...
soal Nona Noh... Apakah ada alasan kita butuh dia untuk film ini? Maksudku, ini
karya film pertamamu. Menurutku lebih baik memakai tim produksi agensi kami daripada
produser tak berpengalaman.” Ucap A Rin wajah Dae Oh langsung berubah dingin
“Aku tak
tertarik membuat film ini tanpa Nona Noh.” Kata Dae Oh. A Rin kaget mendengarnya.
“Mungkin
dia tidak terkenal, tapi dia sangat kompeten. Dia orang yang tahu benar nilai
karyaku,dan menyukai karyaku lebih dari siapa pun. Pendapat Nona Noh sangat
penting bagiku.” Ucap Dae Oh marah
“Maksudku
bukan begitu...” kata A Rin tapi Dae Oh tak mau mendengar dan berpikir harus
mencari Nona Noh.
“Selamat
bersenang-senang. Kue kejunya enak.” Ucap Dae Oh berjalan pergi dan A Rin hanya
bisa menatap sedih.
Dari arah
belakang, Ae Jung datang memangil A Rin dengan wajah bahagia dan mengucapkan
Terima kasih sudah mengundangnya. A Rin mendengar suara Ae Jung makin tambah
kesal dan tak membalikan badanya
“A-rin...
Apa kau ada masalah?” tanya Ae Jung memegang tangan A Rin. Dan A Rin langsung
menghempaskanya dengan kasar.
Ae Jung
pun terlempar mundur tak sengaj melihat pelayan yang membawakan makanan. Semua
makanan pun jatuh ke bajunya, Ae Jung panik dan langsung meminta maaf untuk
membereskanya A Rin kaget mengulurkan tangan untuk membantu.
Tapi Dae
Oh datang langsung mendorong A Rin lalu memberikan jasnya pada Ae Jung karena bajunya yang kotor. A Rin hanya bisa melonggo melihatnya. Dae Oh
langsung menarik Ae Jung pergi. Ae Jung bingung padahal harus membersihkan
lebih dulu. A Rin makin kesal.
Ae Jung
mengeluh meminta Dae Oh melepakan dan
berikir kalau Jangan pergi seperti ini karena Joo A-rin pasti bingung
dan kaget karena dirinya jadi harus menenangkannya. Dae Oh kesal melihat sikap
Ae Jung yang terlalu baik.
“Astaga...
Bukan waktunya mencemaskan orang lain. Coba Lihat dirimu.” Kata Dae Oh kesal
“Aku bisa
cuci baju ini nanti. Tapi Joo A-rin sangat kaget.” Kata Ae Jung merasa kalau
tadi kesalahnya.
“Apa kau
bodoh? Kau menikmati kerugian ini? Apa Kau suka terus diremehkan?” ucap Dae Oh
marah
“Astaga.
Ada apa lagi? Apa masalahmu hari ini?” tanya Ae Jung heran denga sikap Dae Oh
“Aku
marah karena semua kesialan ini terus menimpamu. Aku marah.” Tegas Dae Oh
“Sudahlah...
Kau tak perlu cemas, Pak Cheon. Coba pikirkan, kita terus lupa kesepakatan
untuk tidak saling ikut campur. Jadi, walaupun aku terjatuh di sampah atau pun
kotoran, jangan pernah pedulikan aku.” Tegas Ae Jung
“Maaf,
tapi aku tak bisa begitu. Kau bilang, Peraturan? Peraturan sepele itu? Jadi
Taati saja sendiri. Mulai sekarang, aku akan mengikuti hatiku. Aku... Aku masih
mencintaimu.” Akui Dae Oh. Ae Jun terdia mendengar pengakuan Dae Oh.
[Epilog]
Ae Jung
melakukan video call dengan Ha Nee memperlihatkan Ada SF9, kesukaannya. Ha
Nee tersenyum bahagia mengaku melihatnya
lalu memuji ibunya itu sangat keren sekali.
SF9 pu menyapa Nyonya Joo dengan wajah bahagia sebagai pengusaha
dibidang entertaiment.
“Ibu tak
keren. Di sini, ibu hanya orang payah.” Ucap Dae Oh rendah diri. Nyonya Choi
yang medengarnya terlihat marah da tak setuju mendengarnya.
“Benar,
Ibu tak payah... Tak ada ibu teman-temanku yang berpesta dengan selebritas.”
Ucap Ha Nee
“Dia
benar, Ae-jeong. Kau kurang apa? Kau punya ibu dan anak.Kau punya segalanya,
kecuali uang.” Ucap Nyonya Choi
“Baiklah.
Tunggu saja. Sepuluh tahun lagi, semua orang di sini akan mencariku. Tunggu saja. Aku bisa!”ucap Ae Jung yakin. Ha
Nee dan ibunya pun memberikan semangat.
“Sampai
bertemu di rumah. Aku sayang kalian.” Kata Ae Jung dan dibelakang SF9,
diam-diam Dae Oh melihat dari kejauhan dan tersenyum menatap Ae Jung seperti
siap membantunya.
Bersambung ke episode 7
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar