PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Para
ibu-ibu sedang mencuci baju, Nyonya Na dan Nyonya Yang melihat seseorang yang
datang. Ibu Dan datang dengan anaknya seperti kalangan Chaebol korea selatan.
Nyonya Na bisa tahu kalau Dan it Si Jalang yang waktu.
“Sam Suk
baru saja pergi, dia malah datang, seolah-olah menantikannya.” Kata Nyonya Ma
“Aku akan
membuat si Jalang itu menangis.” Ucap Nyonya Na. Nyonya Ma pikir Dilihat dari
wajah ibunya saja, tampaknya sulit.
“Buat dia
menghormati kita, Itu saja cukup.” Kata Nyonya Ma sinis.
Ibu Dan
memanggil pada ibu-bu karena kepala desanya ada di sini. Nyonya Na yang
memanggilnya terlihat kesal karena baru datang, dan langsung bicara santai
akhirnya berjalan mendekati Ibu Dan bertanya siapa yang berani datang.
“Aku ibu
tunangan Kapten Ri Jung Hyuk dari unit perbatasan. Aku ingin mencari apartemen
di sini.” Kata Ibu Dan.
“Itu
pasti sulit.” Komentar Nyonya Na sinis. Ibu Dan bingun kenapa sulit. Nyonya Na
memberitahu Sulit karena tak ada yang kosong.
“Aku tahu
gedung apartemen di pintu masuk desa sedang kosong. Aku sudah dengar.
Omong-omong, kau tampak lebih muda dariku. Seperti itukah caramu menghormati
yang lebih tua.” Kata Ibu Dan sinis.
“Kita
pergi saja. Kita cari tempat lain.” Ucap Dan mengajak ibunya pergi. Dan.
“Lepaskan
ibu.” Ucap Ibu Dan. Dan mengeluh kalau tak menahan Ibu. Para ibu-ibu yang
melihatnya pun menahan tawa.
“Aku tahu
kau tak berpendidikan, tapi ini memalukan. Kau seharusnya baik kepada orang
asing Sikap apa ini?” kata Ibu Dan sinis.
“Aku tak
paham ucapanmu.”komentar Nyonya Na sinis. Saat itu Nyonya Ma keluar dari balik
jemuran.
“Keributan
apa ini?” ucap Nyonya Ma mendenkat. Ibu Dan bertanya siapa wanita ini.
“Akulah
istri Kolonel Senior, yang merupakan bos dari Kapten Ri Jung Hyuk.” Ucap Nyonya
Ma. Ibu Dan langsung tertunduk hormat.
“Aku tak
menduga bisa bertemu orang semulia dirimu di jalan... Ayo Dan, kemarilah dan
sapa dia. Bagaimana kalau kita lupakan ini dan mengobrol dengan santai,
bagaimana dengan segelas jus?” kata ibu Dan.
“Kami tak
butuh jus. Katakan kenapa kalian butuh apartemen.” Kata Nyonya Ma sinis.
“Putriku akan
segera menikahi Kapten Ri. Aku mau cari apartemen untuk mereka.” Jelas si ibu.
Nyonya Ma
mengerti dan ingin berbicara sesuatu. Ibu Dan langsung menyele mengaku sungguh
pikun sebagia pemilik mal di Pyongyang. Ia lalu membagikan produk wajah untuk
tiga wanita yang ada didepanya.
“Mungkin
karena itulah aku punya barang-barang ini di tasku...Ini Berat sekali. Saat aku
datang lagi, aku akan membawakan barang yang kalian butuhkan. Dan Kuberikan
satu lagi untukmu.” Ucap Ibu Dan pada Nyonya Ma dengan memberikan cream lainya.
Ibu Dan
pun diantar ke bagian apartement dibagian belakang. Nyonya Na memberitah kalau
disinis bibinyatinggal jadi mengenal tempat ini dan Ibu Dan bisa melihat-lihat
dahulu. Ibu Dan menganguk mengerti lalu berjalan lebih dulu dengan anaknya.
“Lagi
pula, pernikahan itu pasti disetujui kedua keluarga.”kata Nyonya Yang melihat
cream wajah yang dimlikinya.
“Biasanya,
tak ada salahnya mendengarkan orang tuamu. Aku belajar dari pengalaman.Ya,
'kan?” ucap Nyonya Ma. Keduanya menganguk setuju.
Ibu Dan
dan anakanya melihat tiga bibi yang bicara meminta agar bisa mengantarnya.
Nyonya Yang pun akhirnya mengantar keduanya dengan memberitahu semua kamar di
gedung apartemen ini punya pemandangan gunung.
“Lokasinya
juga bagus. Ada Perairan di belakang, pegunungan di depan.” Ucap Nyonya Na,
Nyonya Ma menegur kalau itu kebalik. Nyonya Na membenarkan.
“Semua
fasilitas penting di desa hanya berjarak lima menit.” Ucap Nyonya Yang
mengangkat lima jarinya. Saat itu Ibu Dan memberikan lagi cream wajahnya.
“Terima
kasih. Silakan kemari.” Ucap Nyonya Yang. Nyonya Na seperti tak percaya kalau
temanya bisa dapat dua.
Mereka
pun masuk lift bersama dengan salah satu petugas yang menjaganya, bertanya Mau
ke lantai berapa. Nyonya Na meminta ke
lantai lima dengan bangga memberitahu kalau Lantai lima itu sempurna. Saat lift
berjalan tiba-tiba mati malu, Dan terlihat panik.
“Apakah
sering berhenti begini?” tanya Ibu Dan. Nyonya Na memberitahu Itu sebabnya ia bilang
lantai yang sempurna.
“Kenalanku
yang tinggal di lantai 17 bilang saat ada pemadaman, dia tak bisa menaiki semua
tangga, jadi, dia kembali ke kamp dan tidur di sana.” Cerita Nyonya Na.
“Tak
heran, lantai 17 tinggi sekali.” keluh Nyonya Ma. Nyonya Na pikir seperti itu.
“Lantai
lima masih bisa dicapai.” Ucap Nyonya Yang. Petugas pun mengajak mereka membuka
pintunya bersama dan Jangan khawatir.
Akhirnya
Nyonya Yang dan Nyonya Na membantu membuka pintu lift. Setelah itu mereka
melihat ada lantai setengah dengan mengajak mereka segera naik. Dan dan ibunya
bingung karena harus keluar seperti memanjat. Nyony Na berkomentar kalau Pintunya
terbuka dengan halus.
Akhirnya
semua berada dalam ruangan, Nyonya Na berkomentar kalau kertas dinding bergaya Eropa ini jadi mewah
sekali. Nyonya Ma memberitahu Pemiliknya lulusan seni rupa di Universitas Seni
Pyongyang. Ibu Dan pikir Pantaslah apartemen ini begitu indah.
“Astaga.
Bukankah ini kulkas Sung yang terkenal? Ukurannya sempurna. Aku suka.” Ucap Ibu
Dan dengan senyuman sumringah membuka pintu kulkas dan hanya bisa melonggo.
“Itu
Sempurna untuk menyimpan buku. Di bagian bawah, bisa menaruh pakaian. Listrik
di sini tak stabil, jadi, kulkas hanya untuk dekorasi. Sangat cocok untuk
menyimpan barang.” Kata Nyonya Na. Ibu Dan pun hanya bisa menganguk mengerti.
Saat itu
mereka pergi ke kamar mandi, Nyonya Yang dan Nyonya Ma menyapa sseorang yang
sudah Lama tak bertemu sejak masih bayi dan sekarang sudah besar. Dan kaget
melihat ada kambing lalu bertanya apakah nereka membesarkan kambing di sini.
“Cara
yang ramah lingkungan untuk manfaatkan ruang. Kau pasti tak pernah membayangkannya
di Pyongyang.” Ucap Nyonya Yang
“Bibiku
membesarkannya, agar dia bisa mengadakan pesta saat putranya masuk kuliah. Tapi
kurasa putranya tak cukup pandai.” Kata Nyonya Na bangga. Dan dan ibunya hanya
bisa melonggo melihat ada binatang di dalam kamar mandi.
“Orang
tua tak bisa paksa anaknya belajar. Anak itu harus dipukuli. Tapi Kambing ini
sudah layak dimakan.” Kata Nyonya Yang bangga.
Dan
seperti butuh udara segar membuka balkon dan kaget melihat ada kadang ayam dan
bertanya apakah mereka pelihara ayam juga. Nyonya Yang memberitahu kalau mereka
pelihara ayam di teras dan bertanya Di Pyongyang, pelihara ayam di mana dan
bahagia melihat ada telur.
“Ibu...
Apa Mau lanjutkan turnya sendiri?” ucap Dan seperti tak begitu suka. Ibunya
ingin tahu alasanya.
“Aku mau
bertemu Jung Hyuk.” Kata Dan. Ibunya pun mempersilahkan anaknya untuk perg.
Di dalam
mobil, Seung Jung mencoba menelp Jung Hyuk lagi tapi tak juga diangkat. Ia pun berpikir kalau benar-benar terjadi
sesuatu saat itu sebuah taksi datang lalu Dan turun didepan rumah Jung Hyu.
Seung Jung bingung kenapa Dan datang ke desa.
Dan ingin
mengetuk pintu tapi terlihat ragu, akhirnya mengeluarkan kaca untuk mengingkat
rambutnya lebih dulu tapi dikagetkan dengan Seung Jung yang menepuk bahunya.
Dan langsung bertanya Sedang apa Seung Jung disana.
“Itu
pertanyaanku... Sedang apa, Nona Seo Dan? Ah... Benar juga. Kau ke desa ini
saat kuberi tumpangan. Jadi Kenapa kemari lagi?” kata Seung Jung
“Tunanganku
tinggal di sini.” Kata Dan. Seung Jung kaget kalau Tunangan ada dirumah itu.
“Ada
apa?” ucap Dan sinis. Seung Jung mengaku Tidak ada apa-apa, tapi hanya juga
tahu rumah ini.
“Apa
Maksudmu, kau kenal Ri Jung Hyuk?” kata Dan. Seung Jung membenarkan namanya Mr
Ri.
“Aku juga
menunggu dia.Dia tak ada di rumah. Jika mau, kau bisa tunggu dia di mobilku. Di
luar dingin.” Ucap Seung Jung. Dan menatap sinis.
“Kau
lebih cantik berambut terurai. Aku tadi melihatmu. Rambutmu lebih cantik
terurai.” Kata Seung Jung memuji
“Aku tak
begitu paham maksudmu.” Kata Dan mengambil kacanya lalu berjalan pergi.
“Kau
pasti paham.” Ejek Seung Jung, Dan melirik meminta membuka pintu mobil. Seung
Jung pun membuka pintu dengan mobilnya.
Di ruang
rawat, Jung Hyuk mengisap termometer, suasana terlihat canggung dengan Se Ri
yang sedang menjahit. Perawat melihat Jung Hyuk itu tak demam Tapi kenapa
wajahnya merah. Jung Hyuk mengelak kalau tak seperti itu.
“Ini Merah.
Apakah kau melihat sesuatu yang tak seharusnya? Akulah yang melihat sesuatu
yang tak seharusnya. Semalam, aku melihat dua orang bercumbu di kegelapan.”
Ucap Perawat. Keduanya terdiam dan terlihat gugup.
“Ini
Pasti sudah mau kiamat. Kejadiannya di tengah malam. Itu Vulgar sekali, 'kan?”
kata Perawat. Se Ri berkomentar kalau semua orang tidur saat itu.
“Saat
semuanya tidur, mereka seharusnya tidur juga. Kenapa harus keluar saat hujan
dan melakukannya?” ejek si perawat.
“Aku
yakin tak seburuk itu.”komentar Se Ri. Si perawat pikir Se Ri itu melihatnya,
dan menurutnya buruk jadi Se R itu tak tahu apapun.
“Kenapa
tekanan darahmu naik? Bahkan Denyut jantungmu juga.”kata perawat panik. Jung
Hyuk mengaku tak apa-apa.
“Tidak.
Kau seharusnya istirahat total. Akan kuberi tahu dokter.” Kata Perawat lalu
bergegas pergi.
Keduanya
akhirnya hanya bisa diam dan terlihat gugup. Jung Hyuk tiba-tiba ingin tahu apa
yang akan dikatakan Se Ri. Se Ri mengaku tak bilang apa-apa. Jung Hyuk sepert
malu kalau Se Ri tak mengatakan apapun lalu ingin tahu apa yang dikerjakan Se
Ri.
“Ada
lubang di seragammu. Karena tembakan. Aku sudah mencuci noda darahnya jadi Aku
akan menjahitnya dengan rapi. Aku tampak tak cakap, tapi aku menguasai industri
mode Asia.” Ucap Se Ri.
“Sekarang,
kita punya tiga pilihan... Pertama... Lupakan kejadian semalam, dan bersikap
seperti biasa. Kedua. Lupakan kejadian semalam dan jangan bahas lagi.” Ucap Se
Ri. Jung Hyuk pikir sama saja.
“Agak
sedikit berbeda.” Jelas Se Ri. Jung Hyuk pun ingin tahu apa yang ketiga.
“Sejujurnya,
kita bukan remaja lagi. Jangan saling menekan dengan hal remeh.” Ucap Se Ri
dengan wajah serius.
“Apa Itu
juga agak berbeda?” kata Jung Hyuk. Se Ri menegaskan itu benar.
“Aku
pilih yang ketiga.” Kata Jung Hyuk. Se Ri tak percaya kalau Jung Hyuk pilih
yang ketiga?
“Tampaknya
kejadian semalam bukan hal penting.” Komentar Se Ri sinis. Jung Hyuk pikir Se
Ri yang menyuruhnya untuk memilih.
“Benar.
Aku bilang begitu... Pilihanmu tepat. Tapi artinya kau merasa tertekan, ya? Aku
paham. Kau kemarin tertembak, lalu dioperasi, dan masih dipengaruhi obat bius,
lalu saat itu sedang hujan, dan aku menangis. Kau mungkin mengikuti impulsmu. Aku
paham.” Kata Se Ri dengan nada menyindir.
“Tapi...”
ucap Jung Hyuk mencoba menjelaskan. Se Ri menyela kalau tidak menekan Jung Hyuk
karena benci itu.
“Kontak
fisik kecil bukan masalah besar bagiku. Mari kita bersikap santai. Kukembalikan
alat jahitnya.” Kata Se Ri lalu menaruh baju di dekat jendela lalu keluar ruang
rawat.
Jung Hyuk
melihat bentuk Love yang dibuat Se Ri untuk menutupi lubang dibajunya lalu
wajahnya sedikit tersenyum.
Eun Dong
datang melihat Se Ri dan berlari langsung memanggilnya. Se Ri tersenyum melihat
semua datang dan bertanya Kenapa mereka datang kemari. Tentara Pyo mengejek
kalau Karena mereka mendengar kabar
buruk dan harus cari alasan jadi, terpaksa membawa semen.
“Apa
Kapten Ri baik-baik saja? Aku terkejut mendengar kabarnya.” Ucap Eun Dong sedih
“Dia tak
apa-apa. Jangan khawatir.” Kata Se Ri. Tentara Pyo menyindir Kabar yang lebih buruknya, Se Ri yang tak
bisa pergi lagi.
“Bagi
kami, ini paling menyedihkan. Dia sekarang bilang begitu, padahal cemas saat
mendengar kabarnya kemarin.” Ejek Ju Meok. Se Ri tak percaya mendengarnya.
“Cemas
apanya.” Keluh Tentara Pyo mengelak. Ju Meok memberitahu kalau mereka membawa
makanan.
“Bagus.
Rumah sakit ini memberikan nasi tanpa lauk. Harus pasien yang membuatnya. Aku
tadi membeli beberapa barang dan membuat set makanan.” Ucap Se Ri.
“Apa itu
"set makanan"?” kata Tentara Pyo bingung. Ju Meok memberitahu kalau itu maksudnya Bekal.
Tentara Pyo mengangguk mengerti.
“Apa Kau
sendiri yang buat? Apa Kau membuat pasien makan itu?” kata Tentara Pyo. Se Ri
membenarkan dengan wajah bangga.
“Astaga,
pasti sama mematikannya dengan sebuah bom.” Ejek Tentara Pyo lalu berjalan
pergi. Se Ri lalu melirik sinis.
“Dia
seharusnya memikirkan kondisi pasien.” Kata Tentara Pyo. Semua hanya bisa
membuat agar Se Ri bisa tenang.
Di dalam
ruang rawat, Jung Hyuk terlihat tertidur pulas.
Se Ri heran melihatnya karean Tadi masih bangun. Eun Dong melihat Kapten
Ri tampak pucat, lalu bertanya apakah Se Ri yakin dia akan pulih dengan wajah
khawatir. Se Ri menganguk.
“Aneh
melihat orang sekuat dia terkapar di kasur. Dia tampak berbeda, 'kan?” kata
Tentara Pyo.
“Dia tak
berbeda sama sekali.” ucap Se Ri membela. Tentara Pyo yakin kalau itu berbeda.
“Kenapa
bisa tertembak? Dia seharusnya tak pura-pura gesit.” Ejek Tentara Pyo. Jung
Hyuk terlihat mengepalkan tanganya
“Jangan
bilang begitu. Dia pasti bingung karena diopname.” Ucap Eun Dong membela.
“Dia
pasti malu.” Ejek Tentara Pyo. Se Ri berterika marah. Tentara Pyo pikir Jung
Hyuk itu tertembak saat misi.
“Apa Kau
tak dengar sebelumnya? Dia berusaha melindungiku. Dia tertembak saat
melindungiku.” Tegas Se Ri.
“Dia tak
bisa menghindari pelurunya Aku tak bilang
dia melindungimu. Kita tak bisa lewatkan bahwa Kapten Ri gagal menghindari
pelurunya karena terlalu cepat. Kita tahu seperti apa. Ini tak seperti film. Kau
tak bisa menghindari peluru.” Ucap Tentara Pyo.
Se Ri
melihat wajah Jung Hyuk akhirnya mengucapkan Terima kasih sudah datang dan
meminta mereka untuk pergi. Tentara Pyo
pikir mereka sudah datang jauh-jauh dan bertanya apakah ada minuman.
Se Ri
mengeluh agar Jangan melantu dan pergi
saja. Tentara Pyo mengeluh Se Ri yan
mendorong mereka keluar dari ruang rawat. Ju Meok berjanji akan mampir
lagi. Se Ri pun berpesan agar mereka bisa menjaga diri.
Setelah
semua pergi Se Ri pun menyuruh Jung Hyuk agar memBuka matanya. Jung Hyuk
perlahan membuka matanya. Se Ri mengeluh Jung Hyuk yangpura-pura tidur dan
mengejek kalau bukan aktor. Jung Hyuk pun memastikan kalau semua sudah pergi.
Se Ri menganguk.
“Aku terlalu
malu menghadapi mereka.” Kata Jung Hyuk. Se Ri ingin Jung Hyuk mengatakan yang
sejujurnya.
“Apa Kau
gagal menghindar? Begitukah?” kata Se Ri. Jung Hyuk mengaku tak berusaha
menghindar. Se Ri ingin tahu alasannya.
“Jika aku
menghindar, kau yang tertembak.” Kata Jung Hyuk. Se Ri mengaku jadi terharu seperti
di film saja.
“Tapi
jangan begitu lagi. Jangan sampai kita mengalaminya lagi. Tapi jika sampai
terulang lagi, jangan berusaha sok keren dan menghindarlah.” Kata Se Ri
“Kau
juga... Jika sampai terulang lagi, jangan tetap tinggal karena aku. Kau bisa
Pergi saja.”ucap Jung Hyuk
“Kau
selalu bisa membantahku.” Keluh Se Ri. Jung Hyuk menegaskan kalau ucapanya serius.
“Berpikir
kau bisa saja kembali ke Seoul membuat hatiku sakit.” Akui Jung Hyuk
“Aku
punya rencana cadangan. Goo Seung Jung berjanji mengirimkan salamku ke
keluargaku. Pasti sekarang mereka tahu kalau aku masih hidup.” Ucap Se Ri
yakin.
Seung
Jung berdiri di depan rumah Jung Hyuk dan mulai merasakan sangat dingin.
Akhirnya masuk ke dalam mobil dan melihat Dan sedang sibuk bermain games. Ia
pun bertanya Apa nama gamenya. Dan mnejawab Boy General dengan mata terus
menatap layar ponselnya.
“Apa itu
Menyenangkan? Aku mau coba.” Kata Seung Jung mendekat. Dan langsung menjauh
seperti anak kecil yang pelit
“Seo Dan,
berapa usiamu? Kau begitu dangkal. Apa nama gamenya? Biar kuunduh.” Ucap Seung
Jung sudah mengeluarkan ponselnya.
“Tak bisa
kau unduh.” Kata Dan. Seung Jung yakin pasti bisa karena Pasti ada di App
Store.
“Ponsel
di sini tak punya itu. Jika kau ke Pyongyang, pergilah ke Pasar App dan minta
mereka mengunduhnya.” Kata Dan. Seung Jung bingung memastikan yang dikatakan
“Pasar App.”
“Ada di
Pasar Bongsa, Pyongyang.” Kata Dan. Seung Jung tak percya kalau Harus beli app
di pasar sungguhan.
“Kau Mau
bertanya berapa kali lagi? Aku harus konsentrasi.” Kata Dan kesal.
“Bukankah
kau menunggu tunanganmu? Kurasa kau tak khawatir walau tak bisa menghubunginya.
Ini bukan saatnya konsentrasi pada games” sindir. Seung Jung.
“Aku tak
konsentrasi pada game” kata Dan langsung menurunkan ponselnya. Seung Jung
bertany apakah Dan tak lapar.
“Aku
lapar. Bagaimana kalau kita beli mi?” ucap Seung Jung. Dan mengeluh seperti
menolaknya.
Seung
Jung melongo menatap Dan yang makan mie dengan mengangakat mangkuk mencicipi kuahnya
dan mulai memakan mienya. Ia lalu
bertanya ingin tahu bagaimana mereka bisa bertunangan. Dan menjawab Keputusan
itu sudah lama ditetapkan.
“Oh
Begitu. Dijodohkan” kata Seung Jung. Dan membenarkan. Seung Jung ingin tahu
apakah sudah menetapkan tanggal
“Bulan
depan.” Jawab Dan singkat. Seung Jung
mengingat kalau tunangannya ke hotel bersama wanita lain.
“Bukan
begitu. Mereka tidak sekamar. Mereka sendiri-sendiri dan Mereka menjalankan misi
rahasia.” Kata Dan membela.
“Apa Dia
sudah nyatakan cinta?” tanya Seung Jung. Dan terlihat bingung tapi menurutnya
mereka akan segera menikah.
“Hei... Sudah
kubilang di atap waktu itu, aku harus mengajarimu beberapa hal. Jadi Dengar
baik-baik... Ini mungkin terdengar dingin, tapi sulit bagimu dan tunanganmu merasakan
daya tarik romantis.” Kata Seung Jung
“Kenapa?”
tanya Dan seolah tak peduli. Seung Jung menjelaskan Tujuan akhirnya menikah.
Dan pun merasa tak ada masalah dengan itu.
“Kau
mendadak bicara santai. Jadi, begini, alasan seseorang merasa gelisah karena
dia tak tahu akhirnya. Haruskah kami pacaran? Atau putus? Apa Aku ditolak?
Apakah kami bahagia?” kata Seung Jung
“Kita tak
tahu bagaimana akhirnya. Kau harus penasaran, dan gelisah. Jantungmu harus
berdebar untuk merasakan daya tarik.” Kata Seung Jung
“Jadi, Apa
itu tak mungkin karena kami sudah menetapkan tanggal?” tanya Dan
“Kau
harus menangkap hatinya sebelum menetapkan tanggalnya.” Jelas Se Ri. Dan
terlihat kesal akhirnya memesan sebotol soju.
“Untuk
menetapkan tanggal, pasangan harus makan, minum teh, menonton, mengakui cintanya,
bertengkar, terjaga semalaman, putus, berlari ke arah satu sama lain, dan
hal-hal gila lainnya. Tapi kalian menetapkan tanggal. “ ucap Seung Jung yang
juga menuangkan soju.
“Tak ada
lagi yang menarik. Tidak ada yang mendebarkan. Itulah kelemahan perjodohan.”
Jelas Seung Jung. Dan heran karena Seung Jung yang tahu banyak
“Aku
hampir dijodohkan... Tapi gagal. Begitu itu terjadi, jantungku mulai berdebar.
Aku tak bisa melupakannya.” Jelas Seung Jung. Dan pun hanya bisa diam saja.
Di dalam
kamar rawat, Se Ri memberitahu akan matikan lampu dan akan siap tidur di kasur
yang ada dibawah. Jung Hyuk heran Se ri yang akan tidur di sana lagi. Se Ri
pikin mau bagiman lagi. Jung Hyuk yakin Pasti lantainya dingin karena cuaca.
“Tidurlah
di sini.” Kata Jung Hyuk menunjuk tempat tidur yang diatas. Se Ri pun
memikirknya.
“Di bawah
sini dingin... Wajahku hampir lumpuh kemarin.” Kata Jung Hyuk. Se Ri pun
akhirnya naik keatas tempat tidur tapi Jung Hyuk malah turun.
“Kau
sedang apa?” tanya Se Ri. Jung Hyuk pikir Se Ri bisa tidur diatas dan ia akan
tidur dibawah.
“Kau yang
akan kedinginan.” Kata Se Ri khawatir. Jung Hyuk pikir tak masalah karena bisa
tidur saat latihan musim dingin jadi terbiasa dengan suhu dingin.
“Situasinya
berbeda. Kini kau pasien.” Ucap Se Ri marah. Jung Hyuk mengartikan kalau mereka
harus tidur seranjang.
“Jangan
merasa tak nyaman... Ini kasurku. Sesuai perkataanku, tak perlu berperang jika
kita tetap di perbatasan.” Ucap Se Ri.
“Itu yang
ingin kubilang.” Kata Jung Hyuk akhirnya menahan rasa sakitny berbaring dengan
posisi miring.
Se Ri
sudah berbaring wajahnya terlihat gugup lalu bertanya apakah Jung Hyuk sudah
tidur. Jung Hyuk hanya diam saja dengan mata terbuka. Se Ri pikir Jung Hyuk
sudah tidur. Se Ri pun mengeluh Jung Hyuk yang Bisa-bisanya tidur di situasi
begini. Jung Hyuk tetap diam saja.
Akhirnya
Se Ri pun tertidur pulas. Jung Hyuk terbangun dengan posisi miring. Se Ri
bergerak dengan memonopoli kasur. Jung Hyuk menatap Se Ri seperti sudah merasakan cinta yang
mendalam dan merapihkan rambutnya. Se Ri tak bangun dan terlihat tertidur
pulas.
Di
ruangan, beberapa orang terus mencari tahu tentang pasien Ri Jung Hyuk. Saat
itu perawat seperti memberitahu keberadan Jung Hyuk. Tapi mereka tetap ingin
memastikan kalau dia punya luka tembak.
Akhirnya
Tuan Jo menerima laporan kalau Jung Hyuk RSUD Sariwon. Anak buahnya memberitah
u Hanya nama Letnan yang tercatat, jadi butuh waktu. Tuan Jo pun meminta agar
mengbubungi rumah sakit itu. Dan Minta mereka mengawasinya.
Setelah
itu Tuan Jo dengan truk besar dan anak buahnya pergi meninggalkan badan
keamanan.
Se Ri
keluar dari rumah sakit memegang nomor telp Seung Jung yang disimpanya. Seung
Jung baru saja selesai mandi melihat nomor yang tak dikenal lalu mengangkatnya.
Se Ri memanggil Seung Jung, Seung Jung kaget kalau yang menelp Se Ri.
“Aku
sudah berkali-kali menghubungi Pak Ri. Apa Kau baik-baik saja?” kata Jung Hyuk
bisa bernafas lega.
“Aku meminta
bantuanmu kali terakhir. Aku memintamu sampaikan salamku ke ayahku.
Bagaimana? Apa Sudah kau lakukan?” tanya
Se Ri.
“Karena
itu aku menghubungi Pak Ri... Mari kita bicara langsung. Kau ada di mana? Aku
akan ke sana.” Ucap Seung Jung sudah memaai pakaianya. Se Se Ri pun setuju.
Bersambung
ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar