PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Se Ri
sedang mengemudikan mobilnya dan melihat layang-layang dilangit. Seperti
mengingatkan dirinya saat terdampar karena paralayang. Saat itu beberapa orang
sedang bermain layang-layang. Ia pun menyadari lamunan saat bunyi klakson
terdengar.
“Se-ri...
Sulit kupercaya ini sungguh kau. Saat aku berdoa untukmu tiap pagi, mungkin aku
meminta sebuah keajaiban. Ini keajaiban! Kau ke mana saja?” ucap Nyonya Do
menyambut sumringah. Nyonya Ko yang didepanya hanya diam saja.
“Lihatlah
kulitmu terasa kasar. Kita harus merawatnya. Besok pergilah ke dokter kulit
langgananku. Gantikan saja aku. Sulit mendapat temu janji di sana.” Kata Nyonya
Do.
Se Ri
memanggil kakak iparnya dan langsung mengambil cincin dijarinya. Nyonya Do
panik sambil mengeluh kalau Cincinnya tersangkut. Se Ri pun tahu kalau Kakaknya
itu memasuki kamar pakaiannya. Nyonya Do mengaku tidak seperti itu.
“Aku
tidak mau, tapi Ibu Mertua bersikeras.” Ucap Nyonya Do.
“Kenapa
kalian bisa ke rumahku?”tanya Se Ri heran. Nyonya Do memberitahu Ibu Mertua
yang membuk bahkan tahu sandinya.
Saat itu
Nyonya Han pun datang dengan wajah dinginya. Se Ri pun menemui ibunya dengan
meminta maaf. Nyonya Han bingung Apa
maksud ucapanya. Se Ri pikir ibunya apakah berharap akan kembali. Nyonya Han hanya diam saja.
“Saat harga
saham perusahaanku turun, banyak orang membeli sahamnya dengan harga murah. Di antara
mereka, Sang-a yang paling banyak membeli. Dan Ibu berikutnya.” Kata Se Ri.
Nyonya Han mencoba membela diri.
“Aku mengembangkan
perusahaan sendiri... Itu bukan milik anak-anak Ibu. Tapi Itu milikku. Apa Ibu
mau merebut perusahaanku dariku juga?” kata Se Ri. Nyonya Han mencoba bicara.
“Benar..
Apa Karena Ibu mengira aku sudah mati? Baiklah... Ini Bisa dimaklumi.. tapi...
Ibu pasti senang. Ibu mengira aku mati, jadi Ibu pasti senang. Sebab itulah,
aku meminta maaf.” Kata Se Ri.
“Maaf
karena aku hidup, dan melukai perasaan Ibu.” Ucap Se Ri. Nyonya Han hanya diam
saja.
Keluarga
Yoon makan bersama, Se Joon heran ibunya yang tak ikut makan. Tuan Yoon
memebritahu Ibunyabilang dia sakit perut.
Se Ri pikir bisa dimaklum karena semua sangat terkejut dan merasa mual
sambil menyelesaikan makanya.
“Sejak
kapan Ayah tahu dia masih hidup?” tanya Se Joon. Tuan Yoon pikir Untuk apa
membahas itu
“Pasti
saat itu... Sekitar dua pekan lalu? Ayah melakukan perjalanan bisnis sekitar
empat hari, dan Ayah tak pulang.” Ucap Se Joon.
“Itu
tidak penting. Jangan bahas...” tegas Tuan Yoon. Se Joon pikir mungkin saat
itu.
“Saat aku
di rumah sakit.” Kata Se Ri. Nyonya Do kaget Se Ri masuk Rumah sakit dan
berpikir diopname selama ini setelah kecelakaan
“Karena
itukah tak bisa menghubungi kami?” ucap Se Joon. Se Ri mengaku tak ingat.
“Apa Kau
tak ingat? Apa? Amnesia? Aku belum pernah lihat yang sungguhan.” Kata Nyonya Do
tak percaya.
“Apa Kau
tak ingat apa pun sama sekali?” tanya Se Joon. Se Ri mengaku bukan begitu.
“Aku
ingat beberapa hal... "Ayah ingin kau menggantikan ayah." Ucap Se Ri.
Se Joon membenarkan.
“Ya, aku
ingat sampai di situ. Aku ingat dengan jelas. Seolah-olah baru kemarin.” Kata
Se Ri.
“Ayah...
Karena kejadian baru-baru ini, bagaimana kalau Ayah pikirkan lagi mengenai
penerus Ayah?” kata Nyonya Do. Nyonya Ko terlihat kesal memarahinya.
“Dengarkan.
Tak masalah ada full house atau flush, permainan diulang jika ada yang kalah.”
Kata Nyonya Do
“Ini Menyenangkan..
Kalian belum berubah. Aku lapar, tapi begitu pulang, aku tak lapar lagi. Aku
pamit pergi.” ucap Se Ri.
Se Ri
akhirnya duduk di ruang tv sambil minum wine, terlihat bahagia karena tak perlu cemas dan bersiaga kapan akan
terjadi pemadaman. Ia bahkan tak perlu khawatir Takkan ada yang memasuki
rumahnya untuk inspeksi rumah.
“Ini menyenangkan.
Beginilah rasanya tinggal di rumah. Tentu saja.” Ucap Se Ri bahagia.
“Aku
harus bisa meluruskan kakiku saat mandi. Karena air panas selalu ada, aku tak
perlu panaskan air di kuali... Astaga... Bukan main, Se-ri... Astaga. Jangan
bahas kuali lagi... Hei, kau di Seoul. Sadarlah.” Ucap Se Ri mandi dengan wajah
bahagia.
“Tunggu...
Pasti kulitku seperti menua sepuluh tahun. Aku harus kembali seperti dahulu.
Aku terbiasa muda dan kaya. Aku punya keduanya, tak hanya kaya. Aku harus muda
kembali.” kata Se Ri mulai memberikan cream pada wajahnya dan memberikan
Kelembapan.
“Aku akan
kembalikan semuanya ke tempatnya... Semuanya segera kembali.” kata Se Ri yakin.
Akhirnya
Se Ri berbaring ditempat tidurnya merasa tak percaya kalau kasur harus seluas
lapangan sepak bola, lembut dan empuk. Ia lalu tiba-tiba mengingat nama Jung
Hyuk yang biasa diajak bicara tapi ada yang yang menyahut. Se Ri pun tersadar
kalau sudah di Seoul.
Jung Hyuk
membuka jam tangan milik kakaknya dan terlihat ada memory yang disimpan. Ia pun
memlihat semua catatan SELASA, 7 JANUARI, PUKUL 02.13, LAPORAN INSIDEN, LAPORAN
PENYELIDIKAN, DAFTAR PENYUAPAN TAHUN 2011. TANGGAL, JABATAN, JUMLAH, METODE.
Tuan Ri
di rumah menerima fax dirumah dan membaca, LAPORAN INSIDEN dan PELAPOR: KAPTEN RI JUNG HYUK.
Seung
Jung melihat Tuan Chun yang menunggunya di lobby hotel. Tapi saat itu seorang
menghampirinya meminta agar menunjukkan identitasnya. Seung Jung mengaku
meninggalkan paspornya di kamar. Petugas pun meminta agar ke kamar dan ambil.
“Ada yang
melaporkanmu atas perilaku mencurigakan.” Kata petugas. CEO Chun ketakutan
menutupi wajahnya dengan koran.
“Aku
diplomat.” Kata Seung Jung. Petugas pikir akan verifikasi identitasnya dan
mengajak pergi.
Saat akan
naik lift, Dan memanggil Seung Jung dengan panggilan “Alberto” dan mengaku baru
mau menghubunginya. Seung Jung hanya bisa terdiam dan bingung. Dan memberitahu Tuan Mo kalau Seung Jung temannya dari luar negeri
dengan nama Alberto Goo.
“Alberto
seorang diplomat.” Ucap Dan. Seung Jung melihat ada bintang satu yang bahu pada
Tuan Mo
“Begitu.
Senang bisa bertemu. Alberto.. Apa yang terjadi?” tanya Tuan Mo, Semua petugas
langsung memberikan hormat.
“Kami
menerima laporan ada perilaku mencurigakan. Kami mau memeriksa identitasnya. Tapi
tidak perlu karena kami sudah tahu dia teman keponakanmu.” Ucap Petugas.
“Tentu
saja... Dia teman Dan dari luar negeri. Jika Dan bisa menjamin, identitasnya
pasti asli.” Kata Tuan Mo.
Akhirnya
Seung Jung bertemu dengan Dan dilantai atas membahas kalau tadi Dan tadi bilang
mau menghubunginya. Dan mengaku tidak bermaksud. Seung Jung pikir Jangan
lakukan itu.
“Karena
kau berutang banyak, dan aku banyak membantumu, jangan bilang begitu tanpa
niat.” Kata Seung Jung
“Aku
berutang apa kepadamu?” kata Dan heran. Seung Jung ragu Dan bisa menyangkalnya.
“Apa Kau
mau aku sepicik itu? Aku tak bisa mengemudi karena minum malam itu. Rumahmu sejauh
dua kilometer dari hotel. Jadi Aku harus menggendongmu karena kau teler. Tapi
kau terus bilang aku harus menginap.’ Cerita Seung Jung. Dan tak percaya
mendengarnya.
‘Kau
bilang "Menginaplah." Apa Kau tak ingat?” keluh Seung Jung.
“Walau
aku minum alkohol,orang tak bisa tahu apakah aku mabuk. Bahkan saat aku mabuk,
sifatku masih baik. Aku pasti salah karena minum terlalu banyak...” ucap Dan
mebela diri
“Mabuk
tak dianggap baik atau buruk. Tak ada titik tengahnya. Maksudku, kau teler
sepanjang jalan dan berteriak kepadaku untuk menginap...” kata Seung Jung
“Jadi,
kita anggap impas. Bukankah aku sudah membantumu hari ini?” ucap Dan
“Baiklah.
Kita anggap impas... Omong-omong, Apa kau masih mau melanjutkannya?
Pernikahanmu. Kudengar Pak Ri pergi ke zona demiliterisasi. Bukankah berarti
dia tak bisa pergi?” kata Seung Jung
“Aku tak
bilang itu kepadamu.” Ucap Dan heran. Seung Jung pikir Dan tak ingat.
“Kau
mabuk dan menceritakan segalanya.” Ucp Seung Jung. Dan mengaku tak tahu soal itu, saat teler malam itu.
“Sungguh?
Apa Kau yakin? Lalu aku dengar dari mana? Apakah aku bermimpi?” ucap Seung Jung
mengalihkan pandanganya.
“Apakah
Jung Hyuk bilang begitu?” kata Dan memegang wajah Seung Jung untuk menemukan
jawabanya.
Flash Back
Seung
Jung keluar dari rumah dengan nafas terengah-engah lalu mengeluh kalau harus
lebih sering berolahraga. Saat itu Jung Hyuk menelp memberitahu kalau akan
mengantar Se-ri ke Selatan besok. Seung Jung kaget mendengarnya.
“Katamu
keluarga Se-ri di Selatan mengetahui di mana Se-ri dan mereka menunggunya
pulang... Benarkah itu?” ucap Jung Hyuk
“Kau
percaya kepadaku?” tanya Seung Jung. Jung Hyuk pikir Hanya Seung Jung yang dipercaya
saat ini.
“Bagaimana
kalau mereka tak ingin dia pulang? Apa Takkan dipulangkan?” tanya Seung Jung
“Tidak,
bukan begitu... Aku ingin tahu.” Ucap Jung Hyuk. Seung Jung memberitahu kalau tidak semua orang di keluarganya tahu.
“Salah satu
kakak Se-ri tahu situasinya. Dia tak senang mendengar Se-ri masih hidup. Sejujurnya,
dia tak ingin Se-ri pulang. Begitu Se-ri pulang, maka dia akan kalah dari
Se-ri.” Jelas Seung Jung
“Bagaimana?
Walau dia kembali, segalanya akan kacau baginya. Biarkan dia di sini.” Kata
Seung Jung
“Tidak
masuk akal... Dia dari sana... Dia juga ingin kembali. Jadi Aku harus
memulangkannya.” Kata Jung Hyuk
“Astaga,
lalu? Sudah lakukan saja... Kenapa meneleponku?” kata Seung Jung kesal
“Aku
butuh bantuanmu.” Kata Jung Hyuk. Seung Jung bertanya Untuk apa...
“Tidak.
Aku tak perlu tahu alasannya. Aku pura-pura tak dengar ini. Akan kututup.” Ucap
Seung Jung.
“Kudengar
kau temannya.” Ucap Seung Jung. Jung Hyuk tahu mereka kenal sejak lama tapi tak
seakrab itu.
“Kukirim
ucapan Tahun Baru, Natal, ulang tahun, tapi dia tak pernah balas. Emoji pun
tidak dan Tak pernah dibalas. Bahkan lebih parahnya, dia mempermalukanku.
Pertunangan dibatalkan empat pekan sebelum pernikahan. Karena inilah, untuk apa
aku membantu? Apa yang kau inginkan dariku?” ucap Seung Jung marah.
Saat itu
Seung Jung sudah ada didalam mobil mengeluh kalau sudah gila. Di pos penjaga, seorang pria meminta agar menerus
awasi daerah sekitar.
“Menyebalkan
sekali. Kenapa aku kemari? Jika Se-ri pulang ke Seoul, Se-hyeong akan murka...
Ayolah... Haruskah aku kabur? Tidak. Haruskah? Astaga, jangan... Pria tak boleh
ingkar janji... Pria harus tepat janji, tapi tak masalah mengingkarinya...Ah..
Tak apa-apa... Astaga, ini menyebalkan.” Ucap Seung Jung
“Mobilnya
hanya masuk.” Ucap anak buahnya. Si pria ingin tahu Apa Tak ada yang pergi. Si
anak buah mengaku tak ada.
“Periksa
mobil yang pergi. Jika ada wanita tak dikenal di mobil, laporkan kepadaku... Paham?”
ucap Si pria. Anak buahnya menganguk.
Se Ri
sedang tertidur, Jung Hyu membangukan Se Ri dan perlahaan menuruni tangga
keluar rumah. Ia melihat ada orang dipos penjaga, setelah itu menelp Seung Jung
untuk pergi Sekarang. Seung Jung pun mengemudikan mobilnya.
“Tunjukkan
tanda pengenalmu.” Kata Petugas.Seung Jung dengan bahasa inggris berkata.
“Kudengar
Kedutaan Inggris di sini... Tolong buka gerbangnya, Pria Tampan.” Ucap Seung
Jung
“Bukan
Kedutaan. Bukan di sini.” Kata petugas bingung karena tak bisa bahasa
inggris. Seung Jung tetap yakin ini
jalan kedutaan.
“Sungai
Taedong. Sungai. Pergi ke sungai. Di Munsu-dong. Sungai. Pergi.” kata Seung
Jung. Saat itu Jung Hyuk siap keluar dari rumah.
“Apa yang
kau bicarakan? Aku tak paham... Ayo. Lihat aku... Ada apa denganmu?” ucap Seung
Jung berteriak mengalihkan pembicaraan.
“Putar
balik mobilnya. Mobil. Keluar.” Kata Petugas. Seung Jung mengerti langsung
memundurkan mobilnya. Si petugas terlihat bingung.
Seung
Jung akhirnya mengemudikan mobilnya. Se Ri duduk dibelakang dengan Jung Hyuk
lalu mengucapkan Terima kasih, Seung Joon mengeluh tak suka mendengarnya. Se Ri
meminta maaf karena kabur dengan mobil hari itu.
“Kupikir
kau pembalap mobil... Bahkan Kau menikung dengan lihai.” Ucap Seung Jung
“Saat aku
menemuimu di Korea, kukira kau peni... Preman... Aku kira kau pria yang sangat
pandai, tapi juga kekanak-kanakan, karena tak gunakan kepandaianmu untuk
kebaikan.” Ucap Se Ri
“Tapi begitu
aku mengenalimu lebih jauh, kau pria yang baik. Kau juga setia.” Ucap Se Ri.
Seung Jung tersenyum mendengarnya.
“Lalu cincinnya?
Pria baik dan setia sepertiku memberimu cincin. Di mana cincin pertunangannya?
Apa Kau menjualnya?!!” kata Seung Jung.
“Tidak,
tidak kujual... Aku tinggalkan sementara.” Kata Se Ri. Seung Jung ingin tahu Di
mana?
“Pegadaian
di pasar... Aku sangat butuh uang saat itu.” Akui Se Ri. Seung Jung kaget.
“Aku mau
beli hadiah untuk Jung Hyuk, tapi tak punya uang. Tapi aku kehilangan hadiahnya
setelah baru membelikannya. Padahal itu
jam tangan klasik yang bagus.” Ungkap Se Ri
“Tak
masalah... Syukurlah kau tak terluka.”kata Jung Hyuk tersenyum bahagia.
“Bisakah
kalian turun dari mobilku? Wah.. Hujan turun.” Kata Seung Jung seperti langit
mengetahui kalau sedang sedih.
Akhirnya
terlihat papan tertulis [PERBATASAN KAESONG, 15 KM MENUJU PERBATASAN] sebuah
mobil sudah menunggu. Seung Jung memberikan kode dengan lampunya, tentara Park
akhirnya turun dari mobil membawakan payung.
Se Ri pun
diantar dengan payung ke dalam mobil. Jung Hyuk mengetuk jendela dan
mengucapkan Terima kasih. Seung Jung hanya menatap sinis seperti tak peduli. Se
Ri pun menatap Seung Jung seperti merasa berhutang budi.
Seung
Jung menceritakan kalau mengantar mereka ke sana lalu berpisah jadi tak tahu apa
yang terjadi dengan mereka setelahnya. Dan pun mengartikan Jung Hyuk pergi ke perbatasan secara sukarela
hanya karena wanita itu.
“Kau
benar... Dia pertaruhkan segalanya untuk Se-ri. Tahukah kau alasanku membantu
mereka? Aku mau kau mengakhiri cinta pertamamu dengan cepat.” Kata Seung Jung.
Dan kaget mendengarnya.
“Jangan
terikat cinta pertamamu terlalu lama. Tak baik berlarut-larut. Baik dengan
orang, maupun cinta. Mencintailah dari jauh untuk sesaat. Itulah yang terbaik
bagi semuanya. Itu bersih dan indah.” Kata Seung Jung
“Membantu
mereka takkan memudarkan cintaku kepadanya” kata Dan
“Jung
Hyuk mempertaruhkan nyawanya hanya demi melindungi Se-ri Bukankah itu dianggap
berakhir? Kau harus akhiri jika sudah melihat akhirnya.” Kata Seung Jung
“Jangan
konyol. Jika berakhir hanya karena melihat akhirnya, itu bukan cinta.” Kata Dan
“Jangan
keras kepala... Kau menantikan seseorang. Tapi jika kau begitu menderita, itu
bukan cinta. Tapi obsesi. Cinta yang kau miliki telah berubah dan membusuk. Kau
harus membuangnya.”jelas Seung Jung. Dan hanya diam.
Di rumah,
Nyonya Mo membahas Mengenai pria yang ditemui adiknya di hotel, apakah alisnya
tebal, kulitnya pucat, tinggi, dan bertubuh kurus. Tuan Mo membenarkan dan
bertanya Apakah itu pria yang sama yang mengantar Dan pulang
“Aku
terlalu gelisah soal itu, dan aku melihat ini... Femme fatale. "Seseorang
yang tampak menawan sampai membawa bencana ke orang di sekitarnya." Dengan
wajah seperti ini, dia tak butuh kekayaan ini.” Kata Nyonya Mo memperlihatkan
foto-foto Se Ri saat kecil
“Dan
dengan kekayaan ini, dia tak butuh wajah seperti itu. Tapi, Dan memiliki
keduanya. Wajar saja ada pria lain yang mengejarnya.” Ucap Nyonya Mo.
“Kurasa
kau berlebihan.” Kata Tuan Mo . Nyonya Mo pikir adiknya itu tak tahu
“Sebenarnya,
menurutku, ini aneh. Setelah dia mendengar Jung Hyuk ditugaskan ke perbatasan, dia
tak tampak sedih sama sekali.” kata Tan Mo
“Jung
Hyuk yang akan merugi... Bagaimana caranya membujuk dia?” ucap Nyonya Mo
“Kau
tampak agak senang, Myeong Eun.” Ejek Tuan Mo. Nyonya Mo mengeluh kalau jangan
konyol.
“Pernikahan
mereka mungkin gagal. Aku sangat cemas. Kalau dipikir lagi, jika ditakdirkan
putus, Dan yang harus campakkan dia.” Kata Nyonya Mo
“Ayolah,
tak ada yang dicampakkan.” Komentar Tuan Mo lalu terdengar bunyi telp.
Tuan Mo
menerima telp dan terlihat kaget, akhirnya ia masuk ke ruang sidang dengan Jung
Hyuk yang duduk dibagian depan. Hakim
memberitahu Karena persidangan ini digelar dalam kondisi khusus, mereka tak
melibatkan juri yang biasanya menghadiri persidangan biasa.
“Dalam
sidang ini hanya ada jaksa penuntut dan pengacara... Jaksa... Tolong sebutkan
pernyataanmu.” Kata Hakim
“Jo Cheol
Gang, pihak terdakwa, telah membunuh 11 orang, di enam kecelakaan rekayasa,
termasuk tahun 2011, di persimpangan Jeonseung-dong.”kata Jaksa
“Ditambah
lagi, dia menyalahgunakan jabatan dan melakukan banyak kejahatan termasuk
mencuri dan menjual artefak serta pengedaran narkoba. Buktinya ada di laporan
yang kukirimkan.” Kata Jaksa. Hakim pun melihatnya.
“Dari mana
kau mendapatkan dokumen ini?” tnya Hakim. Jaksa menjawab Kapten Ri Jeong Hyeok
dari Batalion Polisi Militer melaporkannya.
“Kapten
Ri, Maju ke tempat saksi... Dari mana kau mendapatkan dokumen ini?” tanya Hakim
“Mendiang
Kapten Ri Mu Hyuk, salah satu korba dan juga kakakku memilikinya.” Kata Jung
Hyuk
“ Yang
Mulia. Dia berusaha memfitnahku dengan bilang aku membunuh dan merekayasa
sebagai kecelakaan. Aku bahkan tak kenal sopir truknya.” Kata Tuan Jo membela
diri.
“Benarkah
itu?” tanya Hakim. Tiga sopir menggangguk dengan wajah ketakutan. Tuan Jo menegaskan itu murni kecelakaan.
“Semua
truk yang terlibat kecelakaan memiliki bumper khusus atau senjata dengan baja
komposit yang menjadi materialnya. Material baja komposit berdaya tahan tinggi
digunakan tank dan kendaraan lapis baja.” Ucap Jung Hyuk memperlihatkan
potongan yang ditemukan.
“Awalnya digunakan
di Rusia. Tapi ekspor bahan ini sudah dilarang. Bahan ini ditemukan di Brigadir
Teknisi. Diselundupkan melalui ujung jembatan antara Khasan dan Sungai Tumen. Kami
juga menemukan perlengkapan untuk memasangnya ke bumper di Brigadir Teknisi.”jelas
Jung Hyuk
“Adakah
bukti bahwa terdakwa terlibat dalam ini?” tanya Hakim
“Jika membaca
berkasnya, pada pekan itu, ada transaksi dalam jumlah besar antara Perusahaan
Dagang Soojung dari Badan Keamanan ke sebuah rekening Rusia.” Ucap Jung Hyuk
“Pengguna
rekening itu anggota mafia. Dia ditangkap oleh pemerintah Rusia karena penyelundupan
massal baja khusus.”tegas Jung Hyuk.
“Ini
semua fitnah, Yang Mulia! Pria itu melindungi mata-mata Selatan. Saat aku
tanya, dia bohong bahwa wanita itu dari Divisi 11.” Teriak Tuan Jo
“Mohon
tenang.” Tegas Hakim.Tuan Jo memberitahu
Karena ia sudah mengetahuinya, jadi Jung Hyuk berusaha memalsukan bukti
untuk menyingkirkannya.
“Panggil
Kepala Badan Inspeksi sebagai saksi!” teriak Tuan Jo. Hakim menegaskan itu tak
berhubungan dengan kasus ini.
“Permintaan
ditolak.” Tegas Hakim. Tuan Jo berteriak kalau memohon pada Yang Mulia. Hakim
melihat catatan dan menatap Tuan Mo, Tuan Mo langsung memberikan kode.
Bersambung
ke Part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar