PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 03 Januari 2020

Sinopsis Love With The Flaws Episode 22

PS : All images credit and content copyright : MBC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Mereka bertiga pun minum bersama, Won Jae meminta maaf karena tidak memberitahu Seo Yeon sebelumnya. Seo Yeon pikir Usianya 15 tahun saat itu jadi seandai saat itu tahu, maka mungkin tidak bisa menahan rasa bersalahnya.
“Aku tahu kalian melakukan itu karena mengkhawatirkanku dan ingin melindungiku. Terima kasih.” Ucap Seo Yeon bisa mengerti.
“Seo Yeon, kau sudah dewasa. Kakak khawatir kamu akan membenci dan menyalahkan kami karena tidak memberitahumu.” Ucap Won Jae menangis haru
“Apa Kak Won Jae menangis?” ucap Seo Yeon. Won Jae mengelak langsung menghapus air matanya.
“Jangan menangis.”kata Seo Yeon. Won Jae terus mengelak menutupi air mata harunya.
“Biarkan saja. Dia sudah menopause.” Ucap Won Seok tak peduli, Won Jae pun mengeluh kalau adiknya sudah dewasa.
“Tapi haruskah kamu minum saat ada kakak?” kata Won Jae. Seo Yeon mengku sering minum di sekitar Kak Won Seok dan sebagai pelanggan di barnya.
“Kau harus menghentikannya, bukannya memberinya minum.” Kata Won Jae memarahi adiknya.
“Dia lebih kuat minum daripada Kakak.” Kata Won Seok. Won Jae yakin Tidak mungkin menurutnya Seo Yeon itu harus belajar minum dari kakaknya. 


Beberapa saat kemudian, Won Jae sudah mabuk berjalan sambil terus bernyanyi. Keduanya terlihat masih sadar mengeluh karena Won Jae itu terlalu berisik. Seo Yeon mengeuh kakaknya tidak bisa minum sama sekali dan Tidak sesuai dengan tubuhnya.
“Maaf! Seo Yeon sayang... Maafkan kakak.” Ucap Won Jae berteriak. Seo Yeon meminta kakaknya agar diam saja.
“Aku penasaran siapa yang berisik... Ternyata Kak Won Jae.” Kata Seo Joon datang melihat tiga kakaknya.
“Adik kakak tersayang... Adik kecil kakak... Maaf!” ucap Won Jae. Seo Joon mengeluh kakaknya bau alkohol
Wok Seok sudah muak dengan kakaknya akhirnya melepar Won Jae pada Seo Joon. Seo Joon mengeluh kakanya berat dan harus minum banyak. Won Jae terus saja mengoceh. Seo Joon meminta kakaknya agar tetap diam.


Saat mereka akan masuk kaget melihat seseorang didepanya. Seo Joon melihat Kang Woo dan menyebut pacar Seo Yeon. Dua kakaknya kaget,  Kang Woo sudah menunggu lalu berjalan mendekat. Seo Yeon meminta mereka masuk saja dulu.
“Izinkan aku memperkenalkan diri sekali lagi... Aku Lee Kang Woo.” Ucap Kang Woo menyapa dengan sopan. Seo Yeon menyuruh Seo Joon masuk membawa kakaknya.
“Hei, pria ini.. membunyikan klakson pada kakak. Dia membunyikan klakson! Kakak akan membunuhnya jika dia melakukan itu lagi.” Teriak Won Jae saat masuk. Seo Joon mengeluh agar kakaknya diam.
“Kau menjadi agak menyebalkan.” Ucap Won Seok sinis. Seo Yeon meminta kakaknya agar masuk saja. Won Seok pun masuk.
“Apa yang terjadi, Seo Yeon? Apa baterai ponselmu habis? Apa Ponselmu rusak? Lupakan saja, aku yakin terjadi sesuatu. Tunggu, apa kamu sudah muak denganku?” ucap Kang Woo panik menanyakan semuanya pada Seo Yeon dengan nada penuh amarah.
Seo Yeon hanya menatapnya dan langsung memeluk Kang Woo. Kang Woo terlihat bingung. Seo Yeon langsung meminta maaf. Kang Woo akhirnya menepuk punggung Seo Yeon mengaku tak masalah karena tidak semarah itu.



Akhirnya mereka duduk dicafe dan minum bersama, Kang Woo melhat Seo Yeon sudah tenang lalu ingin tahu alasan tidak bisa dihubungi seharian. Seo Yeon mengaku karena pasti ingin menemui Kang Woo jika mendengar suaranya.
“Bukankah itu artinya kau terlalu menyukaiku? Kendalikan dirimu.”goda Kang Woo bahagia. Seo Yeon hanya diam saja.
“Tidak, lupakanlah. Kutarik kembali. Silakan menyukaiku hingga aku membuatmu gila. Sepenuhnya... Mengerti?” ucap Kang Woo lalu bersandar dibahu Seo Yeon dengan manja.
“Kau berat.” Keluh Seo Yeon. Kang Woo meminta Seo Yeon tetap diam walupun terasa berat.
“Kau wanita yang bisa memikul beban ini.” Ucap Kang Woo. Seo Yeon tiba-tiba memanggil “Kang Woo sayang.”
“Apa katamu barusan? Kau bilang "Kang Woo sayang"?” ucap Kang Woo dengan wajah sumringah.
“Jika aku menjadi sangat kejam kepadamu, kau harus membenciku.” Kata Seo Yeon. Kang Woo terlihat bingung.
“Kamu harus mengumpat padaku dan menyalahkanku, ya? Jangan menahan diri. Mengerti?” ucap Seo Yeon. Kang Woo langsung memeluk Seo Yeon agar bisa bersandar dibahunya.
“Sekejam apa pun kamu kepadaku, saat kau bilang "Kang Woo sayang", semua akan baik-baik saja. Jadi, saat sedih atau marah, kau bisa melampiaskannya kepadaku.. Semuanya.” Ucap Kang Woo 



“Aku tidak akan mengganggumu seperti ini lagi. Telepon aku jika kamu punya waktu. Aku akan menahan diri meski ingin mendengar suaramu atau bahkan jika merindukanmu. Aku akan menunggu dengan sabar.” Ucap Kang Woo berjalan bergandengan tangan lalu menyuruh Seo Yeon masuk.
“Aku akan menunggu sampai kau pergi.” ucap Seo Yeon. Kang Woo setuju akhirnya pamit pergi. Seo Yeon melihat Kang Woo lalu melambaikan tangan mengucapkan “Selamat tinggal.” Seperti akan berpisah selamanya. 

Seo Yeon masuk rumah dengan wajah lesu, Won Seok seperti sudah menunggu lalu bertanya apakah Seo Yeon mengencaninya lagi. Seo Yeon mengaku Tidak. Won Seok bertanya apakah Seo Yeon tidak mengencaninya lagi. Seo Yeon hanya diam dan akan masuk kamar.
“Apa itu dia? Bocah yang hendak kamu temui dengan Ibu dan Ayah malam itu. Teman SMP yang pernah kamu perlakukan dengan buruk. Itu dia, kan?” kata Won Seok. Seo Yeon hanya diam saja.
“Apa Kau baik-baik saja?” tanya Won Seok memastikanya. Seo Yeon mengaku  Saat keadaan menjadi sulit,meminta agar membantunya. Won Seok pun berjanji kapan pun itu. 

Won Seok heran melihat sikap adiknya Semudah itu. Won Jae keluar dari kamar mengambil minum merasa yakin adiknya berpura-pura baik-baik saja, Won Seok melihat kakaknya yang sudah sadar. Won Jae mengaku cepat mabuk dan juga cepat sadar.
 Wok Seok yang kesal menyenggol botol minum kakaknya, sampai minum jatuh dan tersedak. Won Jae mengeluh lalu berteriak agar adiknya bisa mengawasi Seo Yeon karena keadaan tampak sangat berbahaya baginya sekarang. 

Seo Yeon melihat Jang Min sedang menatap jendela lalu bertanya apakah belum tidur. Jang Min tiba-tiba memeluk Seo Yeon mengatakan kalau Jangan khawatir karenaakan melindunginya. Seo Yeon bingung, tapi seperti Jang Min mengamati semuanya dari jendela.
Di ruang penyimpanan, Seo Yeon menatap sebuah foto lalu menaruhnya di dalam kotak kenangan dengan Kang Woo. Pagi harinya, seseorang membukanya dan mengambil foto Kang Woo dengan Seo Yeon saat sudah dewasa dan juga saat masih remaja.
“Mereka memiliki fitur wajah yang sama... Dia pria yang sama.” Ucap Jang Mi lalu teringat sesuatu. 

Flash Back
Jang Min baru saja akan turun dan mendengar suara Seo Yeon di meja makan dengan kakaknya.
“Aku meminta mereka pergi... Itu karena aku... Mereka meninggal karena aku... Karena aku.” Ucap Seo Yeon dan langsun jatuh lemas. Dua kakaknya mendekati Seo Yeon mencoba menenangkanya.
“Itu karena aku... Mereka meninggal karena aku.” Kata Seo Yeon merasa bersalah.
***
Jang Mi melihat foto Kang Woo lalu menegaskan kalau bukan karena Seo Yeon tapi karena Kang Woo. Ia pun melihat foto Kang Woo dengan penuh amarah dan mengaku tahu kalau Kang Woo itu cucu Shinhwa Food. 

Kang Woo bersandar dibangku bertanya pada kakaknya apa yang dilakukan lakukan saat ada waktu luang. Kang Hee hanya diam saja karena sibuk memeriksa berkas. Kang Woo meminta agar menjawabnya.  Kang Hee pun baru menyadari adiknya bertanya
“Apa yang Kakak lakukan saat ada waktu luang?” tanya Kang Woo. Kang Hee malah melempar berkas pada adiknya. Kang Woo bingung. 
“Kakak dengar kamu dipecat dan akan bekerja di kantor pusat. Itu laporan untuk kuartal terakhir. Jadi Baca itu.”ucap Kang Hee
“Untuk apa? Kakak tahu yang kulakukan.” Kata Kang Woo. Kang Hee bertanya apakah Kang Woo melakukan itu sekarang
“Bagaimana kau bisa punya waktu luang saat mengerjakan itu? Kau pasti bersantai. Karena kau bilang tidak mau uang kakak, kakak kira kamu menganggapnya serius.”kata Kang Hee
“Maksudku... Maksudku bukan waktu kerja.” Ucap Kang Woo. Kang Hee bertanya Siapa wanita yang waktu itu di kantor polisi
“Wanita yang kusuka.” Jawab Kang Woo. Kang Hee ingin tahu Keluarga mana? Nama?
“Dia adalah Putri tunggal keluarga Joo di antara banyak putra.” kata Kang Woo santai
“Kakak mungkin bisa melakukannya, tapi kau tidak. Kakak bisa memilih siapa pun yang kakak mau, tapi kau tidak.” Tegas Kang Hee. Kang Woo tak mengerti maksudnya.
“Bisakah kamu memperkenalkannya kepada Ibu dan Nenek sekarang juga?” tanya Kang Hee. Kang Woo pikir bisa.
“Kau sangat egois. Lalu Kau punya apa? Apa Kau sudah membuktikan dirimu terkait pekerjaanmu? Apa Kau mandiri secara finansial? Dia bisa terluka jika kau gegabah. Jangan meremehkan Ibu.” Ucap Kang Hee.
“Jika menyangkut anak-anaknya, dia lebih kuat daripada siapa pun. Terutama jika itu menyangkut dirimu... Kata Kang Hee Kang Woo akan pergi. Kang Hee tiba-tiba memangginya 
 “Tidak, Kakak benar. Kakak membuatku sadar... Kakak tidak perlu menghiburku.” Ucap Kang Woo melihat kakaknya.
Kang Hee memanggil adiknya agar mengambil berkas yang sudah dilemparnya tadi.  Kang Woo bingung lalu akhirnya mengambilkan untuk kakanya. Ia menegaskan kalau akan setuju siapa pilihan kakaknya makan akan mendukung 100 persen.
“Jadi, tolong lakukan hal yang sama untukku. Sepakat?” ucap Kang Woo. Kang Hee menatap tangan adiknya akhirnya menyetujui dengan saling berjabat tangan. 



Di kantor
Won Jae menatap ponselnya seperti menunggu sesuatu. Anak buahnya datang bertanya apakah Won Jae menunggu telepon seseorang. Won jae mengeluh kalau jangan berpikiran konyol lalu anak buahnya pergi karena ada pelanggan yang datang.
“Seharusnya kuturunkan dia di depan rumahnya. Apa dia tersandung saat pulang? Bagaimana jika lututnya terluka?” ucap Won Jae khawatir. 

Ponsel Kang Hee berdering, Kang Hee mengangkat tanpa melihat layar ponselnya. Won Jae langsun bertanya apakah Kang Hee baik-baik saja. Kang Hee binggung lalu melihat layar ponselnya itu Joo Won Jae yang menelp, wajahnya pun langsung tersenyum.
“Apa Kau pulang dengan selamat malam itu?” tanya Won Jae. Kang Hee menjawab itu sudah pasti.
“Kukira terjadi sesuatu karena kau tidak menelepon.” Ucap Won Jae. Kang Hee mengoda kalau Won Jae menunggu. Won Jae mengaku tidak dengan wajah gugup.
“Apa Kau mau makan malam? Jika kamu sudah punya rencana, kita bisa menundanya.” Ucap Kang Hee
“Aku tidak punya rencana. Aku tidak membuat janji karena menunggu teleponmu. Kapan pun dan di mana pun. Dari pukul 18.00 hingga 00.00. Kita sudah sepakat.” Ucap Won Jae penuh semangat.
“Kau pekerja keras. Aku senang kita membuat kesepakatan.” Komentar Kang Hee.
“Tentu saja. Aku tidak seperti orang lain. Aku cukup kompeten. Jadi, sampai jumpa nanti malam.” Ucap Won Jae lalu menutup mengeluh sangat malu karena harus terus seperti itu.
Pesan dari Kang Hee masuk “Sampai nanti, Pak Joo.” Won Jae tersenyum bahagia. 


Di ruangan kerjanya, Kang Woo terdiam mengingat yang dikatakan kakaknya “Kau sangat egois. Kau punya apa? Apa Kau sudah membuktikan dirimu terkait pekerjaanmu?” Kang Woo pun menyakinkan diri dan langsung memilih kain untuk membuat design baru.
Sementara Seo Yeon gugup menuliskan pesan di ponselnya “Mari bertemu nanti malam. Ada sesuatu yang mau...” tapi akhirnya berhenti  dan langsung membenturkan kepala diatas meja. Nyonya Oh kaget mendengar suara benturan yang keras. 

Seo Yeon kaget melihat Nyonya Oh dan langsung bertanya siapa wanita itu. Saat itu Min Hyuk berjalan dilorong dan melihat mobil bibinya ternyata datang ke sekolah.  Nyonya Oh melihat seluruh ruangan Seo Yeon yang tak lebih besar dari rumahnya.
“Aku tahu Anda bibinya Pak Lee. Tapi aku tidak memikirkannya dan berpikir Anda ibunya Kang Woo.” Ucap Seo Yeon lalu teringat saat dihotel Nyonya Oh menyapa wanita yang kencan buta.
“Kalau dipikir-pikir, aku pernah melihat Anda... Ahh.. Aku bodoh sekali. Bodoh sekali... Omong-omong, kenapa Anda kemari?” kata Seo Yeon merasa bersalah.
“Kudengar kau mengencani putraku.” Kata Nyonya Oh. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Jangan terlalu terkejut. Apa Kau pikir aku tidak akan tahu? Aku akan mempersingkatnya. Berpisahlah dengannya. Jangan meremehkan keluarga kami. Aku mengerti akan sulit mengakhiri hubungan dengannya. Itu sebabnya aku akan mempermudahnya untukmu.” Ucap Nyonya Oh membuka tasnya.
“Baik, aku akan melakukannya... Maaf membuat Anda khawatir.” Kata Seo Yeon. Nyonya Oh bingung hanya bisa menahan sesuatu dari tasnya.
“Apa? Itu terlalu mudah... Aku sudah menyiapkan sepuluh amplop. Dia bahkan tidak melihatnya.”  Ucap Nyonya Oh berjalan keluar dengan wajah binggung mengeluarkan amplop yang dimilikinya. 



Seo Yeon duduk di atap gedung sekolah, seperti sedang merenung. Min Hyuk datang duduk disampingnya berkomentar kalau Tempat ini lebih nyaman dari dugaannya lalu bertanya apakah Seo Yeon baik-baik saja karena melihat bibinya datang.
“Jangan khawatir... Kang Woo tidak akan melepaskanmu. Kecuali kau melepaskan dia lebih dahulu.” Ucap Min Hyuk
“Dia Tidak akan melakukanya kecuali aku menyerah lebih dahulu, bukan?” kata Seo Yeon menatap Min Hyuk
“Benar. Dia tidak akan menyerah.” Kata Min Hyuk menyakinkan. Eo Yeon pun mempercayainya.
“Tolong jangan beri tahu Mi Kyung soal ini... Ini akan membuatnya sedih.” Kata Seo Yeon
“Baiklah. Jangan khawatir.” Ucap Min Hyuk. Seo Yeon pun mengucapkan Terima kasih dan selalu bersyukur.


Di rumah, suasana terlihat tegang. Tuan Lee panik kalau nanti Kang Woo tahu sambil mengeluh kalau Nyonya Han seharusnya menghentikan Nyonya Oh. Nyonya Han pikir tidak punya pilihan mengingat keluarganya dan juga mendengar perkataan Pak Kim.
“Dia kehilangan orang tuanya sejak kecil dan punya saudara tiri. Astaga.” Ucap Nyonya Han merasa kalau Seo Yeon tak cocok dengan cucunya.
“Begitu tahu, dia akan marah. Ibu tahu Kang Woo bisa lebih keras kepala daripada Kang Hee jika tidak menyukai sesuatu.” Kata Tuan Lee panik
“Karena itu aku hanya perlu menutup mulutmu.” Kata Nyonya Han. Tuan Lee memilih untuk pergi saja dengan alasan harus menghadiri rapat.
“Duduklah.” Perintah Nyonya Han. Tuan Lee sepert anak anjing yang penurut langsung duduk.
“Berikan ponselmu... Sampai masalahnya selesai, maka ibu akan menyimpan ponselmu.” Tegas Nyonya Han
“Ibu, aku pebisnis yang bekerja... Ada banyak panggilan kerjan.”kata Tuan Lee. Nyonya Han tak peduli menyuruh memberikan ponselnya sekarang.
“Tapi tetap saja, aku pasti menerima telepon terkait pekerjaan.” Keluh Tuan Lee. 


Saat itu Nyonya Oh datang sambil mengeluh. Tuan Lee ingin tahu apa yang terjadi. Nyonya Oh tak percaya berpikir Seo Yeon itu pemberani.  atau bodoh. Nyonya Han bingung apa maksud ucapanya dan bertanya apakah Seo Yeon tidak mau putus dengannya.
“Tidak... Dia menurut dan bilang mau memutuskannya.” Kata Nyonya Oh. Keduanya kaget mendengarnya.
“Berapa amplop yang kau berikan padanya?” tanya Nyonya Han. Nyonya Oh menjawab tak ada dengan memperlihatkan amplop yang masih utuh. Keduanya kaget. Saat itu Nyonya Oh memikirkan sesuatu. 

Min Hyuk datang ke rumah Kang Woo, Kang Woo dengan menyindir karena Min Hyuk seorang dirut jadi pulang kerja lebih awal. Ia mengejek akalu Min Hyuk bukan direktur utama yang lebih baik darinya bahkan tampak tampan.
“Aku datang untuk berjaga-jaga. Jadi, kau benar-benar tidak tahu.” Ucap Min Hyuk. Kang Woo tak mengerti maksud ucapannya
“Kau tidak tahu bahkan jika orang di sebelahmu menderita atau hampir mati.” Kata Min Hyuk. Kang Woo kaget.
“Apa kau tahu hal yang paling harus diperhatikan seorang dokter di ruang operasi? Harga diri. Bahkan dokter yang mengoperasi ratusan kali akan membuat kesalahan saat dia merasa bangga akan kompetensinya.” Ucap Min Hyuk
“Tidak akan seburuk itu jika dokter mengakui kesalahannya dan pergi. Tapi begitu dia mulai keras kepala, itu menjadi masalah.”tegas Min Hyuk. Kang Woo tak mengerti maksud ucapan Min Hyuk.
“Jangan lengah. Jika kau membuat kesalahan,maka aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.” Kata Min Hyuk memperingati. Kang Woo hanya bisa diam saja dan menatap serius. 

Mi Kyung masuk ruangan Seo Yeon tak percaya kalau sudah pulang kerja bahkan juga menghilang sepanjang hari lalu mengumpat kesal keluar ruangan. Seo Joon berjalan pulang menelp Jung Ho bertanya kenapa tidak berlatih hari ini.
“Aku bilang kepada guru tari bahwa kamu sakit. Telepon aku begitu kamu menerima pesan ini.” Ucap Seo Joon menutup telpnya. 

Saat akan masuk rumah, Seo Joon melihat sosok wanita dengan pakaian mini masuk rumah. Joo Hee kaget melihat Seo Joon datang dan melihat pakaian dan juga make up yang menor. Seo Joon tak percaya kalau melihat Joo Hee.  
Joo Hee bergegas pergi masuk ke dalam rumah. Won Seok tak didepan pintu tak melihat Joo Hee yang masuk bergegas masuk ke lantai atas.  Seo Joon akhirnya masuk, Won Seok binggung bertanya apakah tidak ada les lagi hari ini. Seo Joon mengaku tidak.
“Ho Dol mengirimiku pesan. Tapi Apa Kakak Won Seok melihat Joo Hee tadi? Kenapa dia terlihat seperti itu?” ucap Seo Joon bingung. Won Seok melonggo bingung.
“Maksudku, Joo Hee tidak terlihat seperti dirinya.” Kata Seo Joon bingung. Won Seok bertanya memang seharusnya bagaimana
“Apa Kakak harus bertanya? Sepatu kets, celana, dan rambut pendek. Tapi dia memakai riasan dan rok.” Ucap Seo Joon heran.
“Lupakan saja... Guru lesmu bilang apa? Kenapa dia tidak bisa datang?” tanya Won Seok penasaran.
“Dia hanya bilang tidak bisa.” Kata Seo Joon. Won Seok pikir kalau Ho Dol berpikir sakit. 



Di showroom mobil. Kang Hee melihat banyak mobil berpikir  Bayi-bayi ini pasti sangat sesak di sini menurutnya saat melihat mobil lain, melaju di jalanan jadi mereka pasti iri. Won Jae pikir Kang Hee juga merasa sesak di ruangannya.
“Aku lapar.” Ucap Kang Hee. Won Jae bingung tapi akhirnya mengajak masuk ke dalam ruangan belakang dan mengajaknya duduk. 

“Ini masih baru. Jangan khawatir dan pakailah.” Kata Won Jae memberikan sandal dan juga selimut. Kang Hee mengucapkan Terima kasih.
“Kau makan siang apa?” tanya Won Jae. Kang Hee mengaku baru minum segelas susu. Won Jae mengaku punya firasat.
“Ini tampak sangat enak. “ kata Kang Hee melihat menu yang sederhana.
“Aku pernah ke banyak restoran karena berjualan. Restoran ini menyajikan masakan rumahan paling autentik.” Kata Won Jae.
“Apa Kau membelikan makanan untukku?” tanya Kang He. Won jae pikir  pria lain mungkin sudah mengajak Kang Hee ke restoran mewah.
“Aku hanya ingin kau makan dengan nyaman bahkan jika hanya makanan biasa.” Ucap Won Jae memberikan sumpit
“Tidak juga.” Ucap Kang Hee. Won Jae pikir Kang Hee tidak merasa nyaman.
“Aku pernah ke restoran mahal dan mewah. Tapi aku belum pernah ke sana dengan pria.” Akui Kang Hee.
Won Jae bertanya alasanya karena pasti mengencani banyak pria  Kang Hee  menyebut 38. Won Jae kaget kalau Kang Hee mengencani 38 pria. Kang Hee mengaku Selama 38 tahun, belum pernah berkencan secara resmi dan mengikuti beberapa kencan buta.
“Tapi aku harus belajar, mempelajari perusahaan, dan bekerja. Ini benar-benar terasa seperti masakan rumahan.” Ucap Kang Hee. Won Jae sempat terdiam dan bisa tersenyum mendengar pengakuan Kang Hee. 


Tuan Park masuk bar memanggil Won Seok yang sedang melamun dan berkomentar kalau harus melihat sesuatu. Won Seok hean Tuan park masuk ke barnya lag karena mengira labelnya menghentikannya datang ke sini.
“Yang benar saja! Apa Kau tahu berapa banyak uang yang kuberikan untuk perusahaan? Dengar, Won Seok. Apa Kau menonton ini?” ucap Tuan Park merasa kalau ini benar-benar gila.
Won Seok kaget melihat video Ho Dol yang diajak berkencan tapi ternyata hanya “Prank” dan videonya disebar dengan judul "Seorang Homoseksual Ketahuan Secara Langsung" Semua temanya mengejek Ho Dol yang menyukai sesama jenis.
“Entahlah. Orang bodoh ini ketahuan, dan dia kasihan sekali.” ucap Tuan Park. Won Seok terus menatap Ho Dol seperti menahan tangis.
“Ini sangat berharga. Tersenyumlah untukku... Ho Dol... Apa Kau sungguh berpikir aku akan menjadi sepertimu?” ucap Teman Ho Dol terus mengejek. 


Mi Kyung mencoba menelp Seo Yeon tapi tak diangkat dan membuatnya yakin Pasti ada sesuatu dengan temanya. Saat itu didepan rumah Seo Yeon terlihat seorang pria menatap gedung didepanya, sambil menelp memberitahu datang jauh-jauh ke lokasi transmisi terakhir.
“Aku akan memeriksanya dan meneleponmu kembali.” ucap Si pria dan akan pergi lalu melihat Mi Kyung
“Permisi... Apa Kau pernah melihat wanita seperti ini di sekitar sini?” tanya si pria memperlihatkan foto Jang Mi
“Tidak. Belum pernah... Tapi siapa kau?”kata Mi Kyung memperlihatkan wajah santai menatap Jang Mi. Si pria mengaku polisi lalu berjalan pergi.
“Tidak mungkin. Kenapa polisi mencari Baek Jang Mi? Apa yang terjadi di rumah ini?” kata Mi Kyung lalu bergegas pergi. 

Seo Yeon ternyata pergi ke rumah Kang Woo lalu mengaku wanita gila. Dan akan menjadi satu-satunya yang gila. Kang Woo melihat Seo Yeon datang langsung memeluknya kalau dirinya hebat karena tidak mengganggunya bahkan hanya memikirkannya sebentar dan bekerja keras.
“Aku hebat, kan?” kata Kang Woo dengan bangga. Seo Yeon membenarkan kalau dirinya hebat.
“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Kang Woo melihat Seo Yeon tiba-tiba masuk dan melihat seluruh ruanganya.
“Berapa harga rumah ini? Apa Kamu pemiliknya?” tanya Seo Yeon. Kang Woo binggung lalu mengaku Ini terdaftar atas namanya.
“Dan Apa semua ini milikmu?” tanya Seo Yeon. Kang Woo pikir seperti itu. Seo Yeon akhirnya pergi ke ruangan pakaian.
“Kak Won Jae juga punya setelan dari merek ini.” Kata Seo Yeon melihat jas yang digantung di ruang pakaian.
“Dia punya selera yang bagus.” Kata Kang Woo bangga. Seo Yeon pikir kakaknya mungkin masih membayarnya karena beli dengan cicilan 36 bulan.
“Kau langsung membayarnya, kan?”ucap Seo Yeon. Kang Woo membenarkan. Seo Yeon berkomentarkalau Kang Woo sangat kaya 


Kang Woo mengikuti Seo Yeon keluar dari ruangan bertanya ada apa. Seo Yeon mengaku tiba-tiba menyadarinya. Kang Woo ingin tahu  Menyadari apa. Seo Yeon mengaku kalau Tempat Kang Woo dan tempatnya. Kang Woo tak mengerti maksudnya.
“Aku sudah lupa kau cucu Shinhwa Food. Kenapa aku lupa? Bukankah aku tampak sangat bodoh? Tidak masuk akal jika kau dan aku bersama. Apa Kau tahu kenapa aku dan saudaraku tidak mirip?” ucap Seo Yeon
“Mereka bukan saudara kandungku.Seperti yang kamu tahu, kedua orang tuaku juga sudah meninggal. Aku yatim piatu.” Kata Seo Yeon.  Kang Woo bingung Apa yang  dilakukan Seo Yeon.
“Haruskah kujelaskan lebih lanjut? Kau membuatku merasa menyedihkan. Mari kita akhiri ini selagi belum terlalu dalam.” Ucap Seo Yeon.
Kang Woo tak percaya kalau perasaanya Belum terlalu dalam. Seo Yeon pikir kalau ini sudah jelas jadi akan lebih menderita jika mereka berpacaran lebih lama. Kang Woo bertanya apakah menghitung saat berkencan dengannya. Seo Yeon pikir Kang Wootidak tahu dan tidak pernah menjadi orang yang lebih lemah.
“Jadi, Kang Woo, mari kita putus.” Ucap Seo Yeon. Kang Woo langsung berteriak bertanya ada apa dengan Seo Yeon lalu memeluknya.
“Maaf. Aku salah... Jangan bilang begitu, Seo Yeon.” Ucap Kang Woo. Tiba-tiba saat itu Seo Yeon lansung melepaskan pelukan Kang Woo karena melihat yang datang ibu Kang Woo. 


Nyonya Oh menutup matanya karena ada tamu bersamanya. Seo Yeon panik melihat ibu Kang Woo datang. Nyonya Oh tiba-tiba bertanya siapa wanita itu. Seo Yeon melonggo karena sebelumnya mereka pernah bertemu. Nyonya Oh bertanya apakah wanita ini pacar Kang Woo.
“Ya, dia pacarku.” Kata Kang Woo. Seo Yeon panik ingin melepaskan tanganya. Kang Woo heran dengan sikap Seo Yeon karena menurutnya Seo Yeon itu pacarnya.
Bersambung ke episodeo 23

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar