PS : All images credit and content copyright : MBC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Mereka
bertiga pun minum bersama, Won Jae meminta maaf karena tidak memberitahu Seo
Yeon sebelumnya. Seo Yeon pikir Usianya 15 tahun saat itu jadi seandai saat itu
tahu, maka mungkin tidak bisa menahan rasa bersalahnya.
“Aku tahu
kalian melakukan itu karena mengkhawatirkanku dan ingin melindungiku. Terima
kasih.” Ucap Seo Yeon bisa mengerti.
“Seo
Yeon, kau sudah dewasa. Kakak khawatir kamu akan membenci dan menyalahkan kami
karena tidak memberitahumu.” Ucap Won Jae menangis haru
“Apa Kak
Won Jae menangis?” ucap Seo Yeon. Won Jae mengelak langsung menghapus air
matanya.
“Jangan
menangis.”kata Seo Yeon. Won Jae terus mengelak menutupi air mata harunya.
“Biarkan
saja. Dia sudah menopause.” Ucap Won Seok tak peduli, Won Jae pun mengeluh
kalau adiknya sudah dewasa.
“Tapi
haruskah kamu minum saat ada kakak?” kata Won Jae. Seo Yeon mengku sering minum
di sekitar Kak Won Seok dan sebagai pelanggan di barnya.
“Kau
harus menghentikannya, bukannya memberinya minum.” Kata Won Jae memarahi
adiknya.
“Dia
lebih kuat minum daripada Kakak.” Kata Won Seok. Won Jae yakin Tidak mungkin
menurutnya Seo Yeon itu harus belajar minum dari kakaknya.
Beberapa
saat kemudian, Won Jae sudah mabuk berjalan sambil terus bernyanyi. Keduanya
terlihat masih sadar mengeluh karena Won Jae itu terlalu berisik. Seo Yeon
mengeuh kakaknya tidak bisa minum sama sekali dan Tidak sesuai dengan tubuhnya.
“Maaf!
Seo Yeon sayang... Maafkan kakak.” Ucap Won Jae berteriak. Seo Yeon meminta kakaknya
agar diam saja.
“Aku
penasaran siapa yang berisik... Ternyata Kak Won Jae.” Kata Seo Joon datang
melihat tiga kakaknya.
“Adik
kakak tersayang... Adik kecil kakak... Maaf!” ucap Won Jae. Seo Joon mengeluh
kakaknya bau alkohol
Wok Seok
sudah muak dengan kakaknya akhirnya melepar Won Jae pada Seo Joon. Seo Joon
mengeluh kakanya berat dan harus minum banyak. Won Jae terus saja mengoceh. Seo
Joon meminta kakaknya agar tetap diam.
Saat
mereka akan masuk kaget melihat seseorang didepanya. Seo Joon melihat Kang Woo
dan menyebut pacar Seo Yeon. Dua kakaknya kaget, Kang Woo sudah menunggu lalu berjalan
mendekat. Seo Yeon meminta mereka masuk saja dulu.
“Izinkan
aku memperkenalkan diri sekali lagi... Aku Lee Kang Woo.” Ucap Kang Woo menyapa
dengan sopan. Seo Yeon menyuruh Seo Joon masuk membawa kakaknya.
“Hei,
pria ini.. membunyikan klakson pada kakak. Dia membunyikan klakson! Kakak akan
membunuhnya jika dia melakukan itu lagi.” Teriak Won Jae saat masuk. Seo Joon
mengeluh agar kakaknya diam.
“Kau menjadi
agak menyebalkan.” Ucap Won Seok sinis. Seo Yeon meminta kakaknya agar masuk
saja. Won Seok pun masuk.
“Apa yang
terjadi, Seo Yeon? Apa baterai ponselmu habis? Apa Ponselmu rusak? Lupakan
saja, aku yakin terjadi sesuatu. Tunggu, apa kamu sudah muak denganku?” ucap
Kang Woo panik menanyakan semuanya pada Seo Yeon dengan nada penuh amarah.
Seo Yeon
hanya menatapnya dan langsung memeluk Kang Woo. Kang Woo terlihat bingung. Seo
Yeon langsung meminta maaf. Kang Woo akhirnya menepuk punggung Seo Yeon mengaku
tak masalah karena tidak semarah itu.
Akhirnya
mereka duduk dicafe dan minum bersama, Kang Woo melhat Seo Yeon sudah tenang
lalu ingin tahu alasan tidak bisa dihubungi seharian. Seo Yeon mengaku karena pasti
ingin menemui Kang Woo jika mendengar suaranya.
“Bukankah
itu artinya kau terlalu menyukaiku? Kendalikan dirimu.”goda Kang Woo bahagia.
Seo Yeon hanya diam saja.
“Tidak,
lupakanlah. Kutarik kembali. Silakan menyukaiku hingga aku membuatmu gila. Sepenuhnya...
Mengerti?” ucap Kang Woo lalu bersandar dibahu Seo Yeon dengan manja.
“Kau
berat.” Keluh Seo Yeon. Kang Woo meminta Seo Yeon tetap diam walupun terasa
berat.
“Kau
wanita yang bisa memikul beban ini.” Ucap Kang Woo. Seo Yeon tiba-tiba
memanggil “Kang Woo sayang.”
“Apa
katamu barusan? Kau bilang "Kang Woo sayang"?” ucap Kang Woo dengan
wajah sumringah.
“Jika aku
menjadi sangat kejam kepadamu, kau harus membenciku.” Kata Seo Yeon. Kang Woo
terlihat bingung.
“Kamu
harus mengumpat padaku dan menyalahkanku, ya? Jangan menahan diri. Mengerti?” ucap
Seo Yeon. Kang Woo langsung memeluk Seo Yeon agar bisa bersandar dibahunya.
“Sekejam
apa pun kamu kepadaku, saat kau bilang "Kang Woo sayang", semua akan
baik-baik saja. Jadi, saat sedih atau marah, kau bisa melampiaskannya kepadaku..
Semuanya.” Ucap Kang Woo
“Aku
tidak akan mengganggumu seperti ini lagi. Telepon aku jika kamu punya waktu. Aku
akan menahan diri meski ingin mendengar suaramu atau bahkan jika merindukanmu. Aku
akan menunggu dengan sabar.” Ucap Kang Woo berjalan bergandengan tangan lalu
menyuruh Seo Yeon masuk.
“Aku akan
menunggu sampai kau pergi.” ucap Seo Yeon. Kang Woo setuju akhirnya pamit
pergi. Seo Yeon melihat Kang Woo lalu melambaikan tangan mengucapkan “Selamat
tinggal.” Seperti akan berpisah selamanya.
Seo Yeon
masuk rumah dengan wajah lesu, Won Seok seperti sudah menunggu lalu bertanya
apakah Seo Yeon mengencaninya lagi. Seo Yeon mengaku Tidak. Won Seok bertanya
apakah Seo Yeon tidak mengencaninya lagi. Seo Yeon hanya diam dan akan masuk
kamar.
“Apa itu
dia? Bocah yang hendak kamu temui dengan Ibu dan Ayah malam itu. Teman SMP yang
pernah kamu perlakukan dengan buruk. Itu dia, kan?” kata Won Seok. Seo Yeon
hanya diam saja.
“Apa Kau
baik-baik saja?” tanya Won Seok memastikanya. Seo Yeon mengaku Saat keadaan menjadi sulit,meminta agar
membantunya. Won Seok pun berjanji kapan pun itu.
Won Seok
heran melihat sikap adiknya Semudah itu. Won Jae keluar dari kamar mengambil
minum merasa yakin adiknya berpura-pura baik-baik saja, Won Seok melihat
kakaknya yang sudah sadar. Won Jae mengaku cepat mabuk dan juga cepat sadar.
Wok Seok yang kesal menyenggol botol minum
kakaknya, sampai minum jatuh dan tersedak. Won Jae mengeluh lalu berteriak agar
adiknya bisa mengawasi Seo Yeon karena keadaan tampak sangat berbahaya baginya sekarang.
Seo Yeon
melihat Jang Min sedang menatap jendela lalu bertanya apakah belum tidur. Jang
Min tiba-tiba memeluk Seo Yeon mengatakan kalau Jangan khawatir karenaakan
melindunginya. Seo Yeon bingung, tapi seperti Jang Min mengamati semuanya dari
jendela.
Di ruang
penyimpanan, Seo Yeon menatap sebuah foto lalu menaruhnya di dalam kotak
kenangan dengan Kang Woo. Pagi harinya, seseorang membukanya dan mengambil foto
Kang Woo dengan Seo Yeon saat sudah dewasa dan juga saat masih remaja.
“Mereka memiliki
fitur wajah yang sama... Dia pria yang sama.” Ucap Jang Mi lalu teringat
sesuatu.
Flash Back
Jang Min
baru saja akan turun dan mendengar suara Seo Yeon di meja makan dengan
kakaknya.
“Aku
meminta mereka pergi... Itu karena aku... Mereka meninggal karena aku... Karena
aku.” Ucap Seo Yeon dan langsun jatuh lemas. Dua kakaknya mendekati Seo Yeon
mencoba menenangkanya.
“Itu
karena aku... Mereka meninggal karena aku.” Kata Seo Yeon merasa bersalah.
***
Jang Mi
melihat foto Kang Woo lalu menegaskan kalau bukan karena Seo Yeon tapi karena
Kang Woo. Ia pun melihat foto Kang Woo dengan penuh amarah dan mengaku tahu
kalau Kang Woo itu cucu Shinhwa Food.
Kang Woo
bersandar dibangku bertanya pada kakaknya apa yang dilakukan lakukan saat ada
waktu luang. Kang Hee hanya diam saja karena sibuk memeriksa berkas. Kang Woo
meminta agar menjawabnya. Kang Hee pun
baru menyadari adiknya bertanya
“Apa yang
Kakak lakukan saat ada waktu luang?” tanya Kang Woo. Kang Hee malah melempar
berkas pada adiknya. Kang Woo bingung.
“Kakak
dengar kamu dipecat dan akan bekerja di kantor pusat. Itu laporan untuk kuartal
terakhir. Jadi Baca itu.”ucap Kang Hee
“Untuk
apa? Kakak tahu yang kulakukan.” Kata Kang Woo. Kang Hee bertanya apakah Kang
Woo melakukan itu sekarang
“Bagaimana
kau bisa punya waktu luang saat mengerjakan itu? Kau pasti bersantai. Karena
kau bilang tidak mau uang kakak, kakak kira kamu menganggapnya serius.”kata
Kang Hee
“Maksudku...
Maksudku bukan waktu kerja.” Ucap Kang Woo. Kang Hee bertanya Siapa wanita yang
waktu itu di kantor polisi
“Wanita
yang kusuka.” Jawab Kang Woo. Kang Hee ingin tahu Keluarga mana? Nama?
“Dia
adalah Putri tunggal keluarga Joo di antara banyak putra.” kata Kang Woo santai
“Kakak
mungkin bisa melakukannya, tapi kau tidak. Kakak bisa memilih siapa pun yang
kakak mau, tapi kau tidak.” Tegas Kang Hee. Kang Woo tak mengerti maksudnya.
“Bisakah
kamu memperkenalkannya kepada Ibu dan Nenek sekarang juga?” tanya Kang Hee.
Kang Woo pikir bisa.
“Kau
sangat egois. Lalu Kau punya apa? Apa Kau sudah membuktikan dirimu terkait
pekerjaanmu? Apa Kau mandiri secara finansial? Dia bisa terluka jika kau
gegabah. Jangan meremehkan Ibu.” Ucap Kang Hee.
“Jika
menyangkut anak-anaknya, dia lebih kuat daripada siapa pun. Terutama jika itu
menyangkut dirimu... Kata Kang Hee Kang Woo akan pergi. Kang Hee tiba-tiba
memangginya
“Tidak, Kakak benar. Kakak membuatku sadar...
Kakak tidak perlu menghiburku.” Ucap Kang Woo melihat kakaknya.
Kang Hee
memanggil adiknya agar mengambil berkas yang sudah dilemparnya tadi. Kang Woo bingung lalu akhirnya mengambilkan
untuk kakanya. Ia menegaskan kalau akan setuju siapa pilihan kakaknya makan
akan mendukung 100 persen.
“Jadi,
tolong lakukan hal yang sama untukku. Sepakat?” ucap Kang Woo. Kang Hee menatap
tangan adiknya akhirnya menyetujui dengan saling berjabat tangan.
Di kantor
Won Jae
menatap ponselnya seperti menunggu sesuatu. Anak buahnya datang bertanya apakah
Won Jae menunggu telepon seseorang. Won jae mengeluh kalau jangan berpikiran
konyol lalu anak buahnya pergi karena ada pelanggan yang datang.
“Seharusnya
kuturunkan dia di depan rumahnya. Apa dia tersandung saat pulang? Bagaimana
jika lututnya terluka?” ucap Won Jae khawatir.
Ponsel
Kang Hee berdering, Kang Hee mengangkat tanpa melihat layar ponselnya. Won Jae
langsun bertanya apakah Kang Hee baik-baik saja. Kang Hee binggung lalu melihat
layar ponselnya itu Joo Won Jae yang menelp, wajahnya pun langsung tersenyum.
“Apa Kau
pulang dengan selamat malam itu?” tanya Won Jae. Kang Hee menjawab itu sudah
pasti.
“Kukira
terjadi sesuatu karena kau tidak menelepon.” Ucap Won Jae. Kang Hee mengoda
kalau Won Jae menunggu. Won Jae mengaku tidak dengan wajah gugup.
“Apa Kau
mau makan malam? Jika kamu sudah punya rencana, kita bisa menundanya.” Ucap
Kang Hee
“Aku
tidak punya rencana. Aku tidak membuat janji karena menunggu teleponmu. Kapan
pun dan di mana pun. Dari pukul 18.00 hingga 00.00. Kita sudah sepakat.” Ucap
Won Jae penuh semangat.
“Kau
pekerja keras. Aku senang kita membuat kesepakatan.” Komentar Kang Hee.
“Tentu
saja. Aku tidak seperti orang lain. Aku cukup kompeten. Jadi, sampai jumpa
nanti malam.” Ucap Won Jae lalu menutup mengeluh sangat malu karena harus terus
seperti itu.
Pesan
dari Kang Hee masuk “Sampai nanti, Pak Joo.” Won Jae tersenyum bahagia.
Di
ruangan kerjanya, Kang Woo terdiam mengingat yang dikatakan kakaknya “Kau
sangat egois. Kau punya apa? Apa Kau sudah membuktikan dirimu terkait
pekerjaanmu?” Kang Woo pun menyakinkan diri dan langsung memilih kain untuk
membuat design baru.
Sementara
Seo Yeon gugup menuliskan pesan di ponselnya “Mari bertemu nanti malam. Ada
sesuatu yang mau...” tapi akhirnya berhenti
dan langsung membenturkan kepala diatas meja. Nyonya Oh kaget mendengar
suara benturan yang keras.
Seo Yeon
kaget melihat Nyonya Oh dan langsung bertanya siapa wanita itu. Saat itu Min
Hyuk berjalan dilorong dan melihat mobil bibinya ternyata datang ke
sekolah. Nyonya Oh melihat seluruh
ruangan Seo Yeon yang tak lebih besar dari rumahnya.
“Aku tahu
Anda bibinya Pak Lee. Tapi aku tidak memikirkannya dan berpikir Anda ibunya
Kang Woo.” Ucap Seo Yeon lalu teringat saat dihotel Nyonya Oh menyapa wanita
yang kencan buta.
“Kalau
dipikir-pikir, aku pernah melihat Anda... Ahh.. Aku bodoh sekali. Bodoh
sekali... Omong-omong, kenapa Anda kemari?” kata Seo Yeon merasa bersalah.
“Kudengar
kau mengencani putraku.” Kata Nyonya Oh. Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Jangan
terlalu terkejut. Apa Kau pikir aku tidak akan tahu? Aku akan mempersingkatnya.
Berpisahlah dengannya. Jangan meremehkan keluarga kami. Aku mengerti akan sulit
mengakhiri hubungan dengannya. Itu sebabnya aku akan mempermudahnya untukmu.”
Ucap Nyonya Oh membuka tasnya.
“Baik,
aku akan melakukannya... Maaf membuat Anda khawatir.” Kata Seo Yeon. Nyonya Oh
bingung hanya bisa menahan sesuatu dari tasnya.
“Apa? Itu
terlalu mudah... Aku sudah menyiapkan sepuluh amplop. Dia bahkan tidak
melihatnya.” Ucap Nyonya Oh berjalan
keluar dengan wajah binggung mengeluarkan amplop yang dimilikinya.
Seo Yeon
duduk di atap gedung sekolah, seperti sedang merenung. Min Hyuk datang duduk
disampingnya berkomentar kalau Tempat ini lebih nyaman dari dugaannya lalu
bertanya apakah Seo Yeon baik-baik saja karena melihat bibinya datang.
“Jangan
khawatir... Kang Woo tidak akan melepaskanmu. Kecuali kau melepaskan dia lebih
dahulu.” Ucap Min Hyuk
“Dia Tidak
akan melakukanya kecuali aku menyerah lebih dahulu, bukan?” kata Seo Yeon
menatap Min Hyuk
“Benar.
Dia tidak akan menyerah.” Kata Min Hyuk menyakinkan. Eo Yeon pun
mempercayainya.
“Tolong
jangan beri tahu Mi Kyung soal ini... Ini akan membuatnya sedih.” Kata Seo Yeon
“Baiklah.
Jangan khawatir.” Ucap Min Hyuk. Seo Yeon pun mengucapkan Terima kasih dan selalu
bersyukur.
Di rumah,
suasana terlihat tegang. Tuan Lee panik kalau nanti Kang Woo tahu sambil
mengeluh kalau Nyonya Han seharusnya menghentikan Nyonya Oh. Nyonya Han pikir tidak
punya pilihan mengingat keluarganya dan juga mendengar perkataan Pak Kim.
“Dia
kehilangan orang tuanya sejak kecil dan punya saudara tiri. Astaga.” Ucap
Nyonya Han merasa kalau Seo Yeon tak cocok dengan cucunya.
“Begitu
tahu, dia akan marah. Ibu tahu Kang Woo bisa lebih keras kepala daripada Kang
Hee jika tidak menyukai sesuatu.” Kata Tuan Lee panik
“Karena
itu aku hanya perlu menutup mulutmu.” Kata Nyonya Han. Tuan Lee memilih untuk
pergi saja dengan alasan harus menghadiri rapat.
“Duduklah.”
Perintah Nyonya Han. Tuan Lee sepert anak anjing yang penurut langsung duduk.
“Berikan
ponselmu... Sampai masalahnya selesai, maka ibu akan menyimpan ponselmu.” Tegas
Nyonya Han
“Ibu, aku
pebisnis yang bekerja... Ada banyak panggilan kerjan.”kata Tuan Lee. Nyonya Han
tak peduli menyuruh memberikan ponselnya sekarang.
“Tapi
tetap saja, aku pasti menerima telepon terkait pekerjaan.” Keluh Tuan Lee.
Saat itu Nyonya
Oh datang sambil mengeluh. Tuan Lee ingin tahu apa yang terjadi. Nyonya Oh tak
percaya berpikir Seo Yeon itu pemberani.
atau bodoh. Nyonya Han bingung apa maksud ucapanya dan bertanya apakah
Seo Yeon tidak mau putus dengannya.
“Tidak...
Dia menurut dan bilang mau memutuskannya.” Kata Nyonya Oh. Keduanya kaget
mendengarnya.
“Berapa
amplop yang kau berikan padanya?” tanya Nyonya Han. Nyonya Oh menjawab tak ada
dengan memperlihatkan amplop yang masih utuh. Keduanya kaget. Saat itu Nyonya
Oh memikirkan sesuatu.
Min Hyuk
datang ke rumah Kang Woo, Kang Woo dengan menyindir karena Min Hyuk seorang dirut
jadi pulang kerja lebih awal. Ia mengejek akalu Min Hyuk bukan direktur utama
yang lebih baik darinya bahkan tampak tampan.
“Aku
datang untuk berjaga-jaga. Jadi, kau benar-benar tidak tahu.” Ucap Min Hyuk.
Kang Woo tak mengerti maksud ucapannya
“Kau
tidak tahu bahkan jika orang di sebelahmu menderita atau hampir mati.” Kata Min
Hyuk. Kang Woo kaget.
“Apa kau
tahu hal yang paling harus diperhatikan seorang dokter di ruang operasi? Harga
diri. Bahkan dokter yang mengoperasi ratusan kali akan membuat kesalahan saat
dia merasa bangga akan kompetensinya.” Ucap Min Hyuk
“Tidak
akan seburuk itu jika dokter mengakui kesalahannya dan pergi. Tapi begitu dia
mulai keras kepala, itu menjadi masalah.”tegas Min Hyuk. Kang Woo tak mengerti
maksud ucapan Min Hyuk.
“Jangan
lengah. Jika kau membuat kesalahan,maka aku tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan itu.” Kata Min Hyuk memperingati. Kang Woo hanya bisa diam saja dan
menatap serius.
Mi Kyung
masuk ruangan Seo Yeon tak percaya kalau sudah pulang kerja bahkan juga
menghilang sepanjang hari lalu mengumpat kesal keluar ruangan. Seo Joon
berjalan pulang menelp Jung Ho bertanya kenapa tidak berlatih hari ini.
“Aku
bilang kepada guru tari bahwa kamu sakit. Telepon aku begitu kamu menerima
pesan ini.” Ucap Seo Joon menutup telpnya.
Saat akan
masuk rumah, Seo Joon melihat sosok wanita dengan pakaian mini masuk rumah. Joo
Hee kaget melihat Seo Joon datang dan melihat pakaian dan juga make up yang
menor. Seo Joon tak percaya kalau melihat Joo Hee.
Joo Hee
bergegas pergi masuk ke dalam rumah. Won Seok tak didepan pintu tak melihat Joo
Hee yang masuk bergegas masuk ke lantai atas.
Seo Joon akhirnya masuk, Won Seok binggung bertanya apakah tidak ada les
lagi hari ini. Seo Joon mengaku tidak.
“Ho Dol
mengirimiku pesan. Tapi Apa Kakak Won Seok melihat Joo Hee tadi? Kenapa dia
terlihat seperti itu?” ucap Seo Joon bingung. Won Seok melonggo bingung.
“Maksudku,
Joo Hee tidak terlihat seperti dirinya.” Kata Seo Joon bingung. Won Seok
bertanya memang seharusnya bagaimana
“Apa
Kakak harus bertanya? Sepatu kets, celana, dan rambut pendek. Tapi dia memakai
riasan dan rok.” Ucap Seo Joon heran.
“Lupakan
saja... Guru lesmu bilang apa? Kenapa dia tidak bisa datang?” tanya Won Seok
penasaran.
“Dia
hanya bilang tidak bisa.” Kata Seo Joon. Won Seok pikir kalau Ho Dol berpikir
sakit.
Di
showroom mobil. Kang Hee melihat banyak mobil berpikir Bayi-bayi ini pasti sangat sesak di sini
menurutnya saat melihat mobil lain, melaju di jalanan jadi mereka pasti iri.
Won Jae pikir Kang Hee juga merasa sesak di ruangannya.
“Aku
lapar.” Ucap Kang Hee. Won Jae bingung tapi akhirnya mengajak masuk ke dalam
ruangan belakang dan mengajaknya duduk.
“Ini
masih baru. Jangan khawatir dan pakailah.” Kata Won Jae memberikan sandal dan
juga selimut. Kang Hee mengucapkan Terima kasih.
“Kau
makan siang apa?” tanya Won Jae. Kang Hee mengaku baru minum segelas susu. Won
Jae mengaku punya firasat.
“Ini
tampak sangat enak. “ kata Kang Hee melihat menu yang sederhana.
“Aku
pernah ke banyak restoran karena berjualan. Restoran ini menyajikan masakan rumahan
paling autentik.” Kata Won Jae.
“Apa Kau
membelikan makanan untukku?” tanya Kang He. Won jae pikir pria lain mungkin sudah mengajak Kang Hee ke
restoran mewah.
“Aku
hanya ingin kau makan dengan nyaman bahkan jika hanya makanan biasa.” Ucap Won
Jae memberikan sumpit
“Tidak
juga.” Ucap Kang Hee. Won Jae pikir Kang Hee tidak merasa nyaman.
“Aku
pernah ke restoran mahal dan mewah. Tapi aku belum pernah ke sana dengan pria.”
Akui Kang Hee.
Won Jae
bertanya alasanya karena pasti mengencani banyak pria Kang Hee menyebut 38. Won Jae kaget kalau Kang Hee
mengencani 38 pria. Kang Hee mengaku Selama 38 tahun, belum pernah berkencan
secara resmi dan mengikuti beberapa kencan buta.
“Tapi aku
harus belajar, mempelajari perusahaan, dan bekerja. Ini benar-benar terasa
seperti masakan rumahan.” Ucap Kang Hee. Won Jae sempat terdiam dan bisa
tersenyum mendengar pengakuan Kang Hee.
Tuan Park
masuk bar memanggil Won Seok yang sedang melamun dan berkomentar kalau harus
melihat sesuatu. Won Seok hean Tuan park masuk ke barnya lag karena mengira
labelnya menghentikannya datang ke sini.
“Yang
benar saja! Apa Kau tahu berapa banyak uang yang kuberikan untuk perusahaan? Dengar,
Won Seok. Apa Kau menonton ini?” ucap Tuan Park merasa kalau ini benar-benar
gila.
Won Seok
kaget melihat video Ho Dol yang diajak berkencan tapi ternyata hanya “Prank”
dan videonya disebar dengan judul "Seorang Homoseksual Ketahuan Secara
Langsung" Semua temanya mengejek Ho Dol yang menyukai sesama jenis.
“Entahlah.
Orang bodoh ini ketahuan, dan dia kasihan sekali.” ucap Tuan Park. Won Seok
terus menatap Ho Dol seperti menahan tangis.
“Ini
sangat berharga. Tersenyumlah untukku... Ho Dol... Apa Kau sungguh berpikir aku
akan menjadi sepertimu?” ucap Teman Ho Dol terus mengejek.
Mi Kyung
mencoba menelp Seo Yeon tapi tak diangkat dan membuatnya yakin Pasti ada
sesuatu dengan temanya. Saat itu didepan rumah Seo Yeon terlihat seorang pria
menatap gedung didepanya, sambil menelp memberitahu datang jauh-jauh ke lokasi
transmisi terakhir.
“Aku akan
memeriksanya dan meneleponmu kembali.” ucap Si pria dan akan pergi lalu melihat
Mi Kyung
“Permisi...
Apa Kau pernah melihat wanita seperti ini di sekitar sini?” tanya si pria
memperlihatkan foto Jang Mi
“Tidak.
Belum pernah... Tapi siapa kau?”kata Mi Kyung memperlihatkan wajah santai
menatap Jang Mi. Si pria mengaku polisi lalu berjalan pergi.
“Tidak
mungkin. Kenapa polisi mencari Baek Jang Mi? Apa yang terjadi di rumah ini?”
kata Mi Kyung lalu bergegas pergi.
Seo Yeon
ternyata pergi ke rumah Kang Woo lalu mengaku wanita gila. Dan akan menjadi
satu-satunya yang gila. Kang Woo melihat Seo Yeon datang langsung memeluknya
kalau dirinya hebat karena tidak mengganggunya bahkan hanya memikirkannya
sebentar dan bekerja keras.
“Aku hebat,
kan?” kata Kang Woo dengan bangga. Seo Yeon membenarkan kalau dirinya hebat.
“Ada apa?
Apa terjadi sesuatu?” tanya Kang Woo melihat Seo Yeon tiba-tiba masuk dan
melihat seluruh ruanganya.
“Berapa
harga rumah ini? Apa Kamu pemiliknya?” tanya Seo Yeon. Kang Woo binggung lalu mengaku
Ini terdaftar atas namanya.
“Dan Apa semua
ini milikmu?” tanya Seo Yeon. Kang Woo pikir seperti itu. Seo Yeon akhirnya
pergi ke ruangan pakaian.
“Kak Won
Jae juga punya setelan dari merek ini.” Kata Seo Yeon melihat jas yang
digantung di ruang pakaian.
“Dia
punya selera yang bagus.” Kata Kang Woo bangga. Seo Yeon pikir kakaknya mungkin
masih membayarnya karena beli dengan cicilan 36 bulan.
“Kau
langsung membayarnya, kan?”ucap Seo Yeon. Kang Woo membenarkan. Seo Yeon berkomentarkalau
Kang Woo sangat kaya
Kang Woo
mengikuti Seo Yeon keluar dari ruangan bertanya ada apa. Seo Yeon mengaku tiba-tiba
menyadarinya. Kang Woo ingin tahu
Menyadari apa. Seo Yeon mengaku kalau Tempat Kang Woo dan tempatnya.
Kang Woo tak mengerti maksudnya.
“Aku
sudah lupa kau cucu Shinhwa Food. Kenapa aku lupa? Bukankah aku tampak sangat
bodoh? Tidak masuk akal jika kau dan aku bersama. Apa Kau tahu kenapa aku dan
saudaraku tidak mirip?” ucap Seo Yeon
“Mereka
bukan saudara kandungku.Seperti yang kamu tahu, kedua orang tuaku juga sudah
meninggal. Aku yatim piatu.” Kata Seo Yeon.
Kang Woo bingung Apa yang dilakukan
Seo Yeon.
“Haruskah
kujelaskan lebih lanjut? Kau membuatku merasa menyedihkan. Mari kita akhiri ini
selagi belum terlalu dalam.” Ucap Seo Yeon.
Kang Woo
tak percaya kalau perasaanya Belum terlalu dalam. Seo Yeon pikir kalau ini
sudah jelas jadi akan lebih menderita jika mereka berpacaran lebih lama. Kang
Woo bertanya apakah menghitung saat berkencan dengannya. Seo Yeon pikir Kang
Wootidak tahu dan tidak pernah menjadi orang yang lebih lemah.
“Jadi,
Kang Woo, mari kita putus.” Ucap Seo Yeon. Kang Woo langsung berteriak bertanya
ada apa dengan Seo Yeon lalu memeluknya.
“Maaf.
Aku salah... Jangan bilang begitu, Seo Yeon.” Ucap Kang Woo. Tiba-tiba saat itu
Seo Yeon lansung melepaskan pelukan Kang Woo karena melihat yang datang ibu
Kang Woo.
Nyonya Oh
menutup matanya karena ada tamu bersamanya. Seo Yeon panik melihat ibu Kang Woo
datang. Nyonya Oh tiba-tiba bertanya siapa wanita itu. Seo Yeon melonggo karena
sebelumnya mereka pernah bertemu. Nyonya Oh bertanya apakah wanita ini pacar
Kang Woo.
“Ya, dia
pacarku.” Kata Kang Woo. Seo Yeon panik ingin melepaskan tanganya. Kang Woo
heran dengan sikap Seo Yeon karena menurutnya Seo Yeon itu pacarnya.
Bersambung
ke episodeo 23
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar