PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya Mo
terlihat memakan sup touge dengan wajah berantakan, lalu melihat anaknya baru
pulang dan bertanya pergi ke mana pagi-pagi begini. Dan malah bertanya Ibuny
minum-minum di mana kemarin. Nyonya Mo mengaku Sejujurnya, merasakan ada yang
aneh antara anaknya adn Jung Hyuk jadi sengaja pergi.
“Ibu menghubungi
rumah sakit, katanya, dia sudah pulang. Ibu kira dia pulang.”ucap Nyonya Mo.
Dan panik takut ibunya melihat sesuatu.
“Hei,
dengarkan Ibu. Ibu ke rumahnya, tapi dia tak ada. Hanya ada bawahannya. Tampaknya
salah satunya banyak bicara. Jadi, Ibu membuatnya berkata jujur.” Cerita Nyonya
Mo. Dan ingin tahu kelanjutanya.
“Apa yang
dia katakan?” tanya Dan. Nyonya Mo mengaku
sudah tahu semuanya. Dan bertanya tahu apa.
“Ibu
tidak ingat... Itu absurd. Burung layang-layang dari Selatan? Dari tiga kali makan,
dua di antaranya hidangan dengan daging? Aroma rambutnya seperti bunga?” ucap
Nyonya Ma. Dan bingung.
“Ibu
sudah dengar segalanya... Dan itu sangatlah mengejutkan. Tapi Ibu sungguh tak
ingat kenapa ibu begitu terkejut. Ibu sudah memutuskannya. Tapi Ibu tak
ingat... apa keputusan Ibu.” Kata Nyona
Ma
“Apa ini
di pergelangan?” tanya Dan melihat ada yang ditulis oleh ibunya. Nyonya Ma
terlihat bingung.
“Ibu
menuliskan intinya di sini agar tidak lupa. "Burung layang-layang dari
Selatan. Bukankah burung layang-layang dari sana?” kata Nyonya Ma
“Ibu
menulis hal tak masuk akal.” Komentar Dan. Nyonya Ma membaca tulisan "Dari tiga kali makan, dua di antaranya
hidangan dengan daging?"
“Ada
burung yang makan daging?” kata Nyonya Ma. Dan mengaku tak tahu.
"Elas"
apa? "Aroma rambutnya seperti bunga"? Sial. Kode kemiliteran lebih
mudah daripada ucapannya.” Ucap Nyonya Ma frustasi akhirnya membaringkan
badanya disofa.
“Ibu...Apa
yang Ibu ingin ketahui?” tanya Se Ri. Nyonya Mo mengaku ingin tahu apakah ia
dan tunangannya punya masalah.
“Ibu
ingin tahu, apakah kau bahagia? Ibu ingin tahu apakah dia mencintaimu? Itu yang
membuat Ibu penasaran.” kata Nyonya Mo.
“Ibu.. Jangan
khawatir... Apa pun yang terjadi, aku akan menikahinya, dan hidup bahagia
selamanya.” Ucap Dan yakin.
Sementara
Se Ri memberikan obat pada Jung Hyuk mengajak untuk kembali ke rumah sakit.
Jung Hyuk pikir akan baik-baik saja setelah minum obat dan tidur. Se Ri
mengeluh dengan sikap Jung Hyuk dan akan pergi. Jung Hyuk menahanya.
“Kau mau
ke mana?” kata Jung Hyuk seperti takut kehilangan. Se Ri mengaku tak ke
mana-mana.
“Maksudku,
aku akan pergi... Tapi saat ini, kau sakit. Dan sekarang hari Natal. Fokuslah beristirahat
agar bisa pulih.” Kata Se Ri.
Tuan Jung
mendengar kembali suara keduanya, dan bunyi telp didepanye berdering membuatnya
kaget. Ia langsung mengangkat, Tuan Jolangsung bertanya Apa Jung Hyuk dan Se-ri
sudah pulang bersama. Tuan Jung berbohong kalau Belum ada orang di rumah.
“Kau
harus Lapor jika ada kabar terbaru.” Kata Tuan Jo. Tuan Jung mengerti.
“Mari
kita ke perumahan militer.” Kata Tuan Jung yang menyuruh anak buahnya menyusuri
hutan tapi tak menemukan Jung Hyuk.
Semua
sedang mencuci pakaian selain Nyonya Ma yang makan buah persik kering
berkomentar Karena liburan musim dingin dimulai jadi akan berisik anak-anak.
Nyonya Na Berpikir memasak tiga hidangan sehari membuatnya merinding. Semua
setuju.
Saat itu
anak-anak pulang menghampiri ibu mereka. Nyonya Na pikir Sebelum kembali ke
rumah, tunjukkan hasil ujian karena mereka ikuti ujian akhir, Anak Nyonya Hyun
mengaku dapat nilai bagus, sang ibu tak enak hati memilih untuk diam
“Aku hanya
salah beberapa.”kata anak Nyonya Yang. Ibunya tak sabar ingin melihat hasil
ujian anaknya.
“Astaga,
kau akan sukses dalam hidup! Kau bisa segalanya!” puji Nyonya Yang.
“Ho
Yeong, biar ibu lihat.” Kata Nyonya Na pada anaknya. Ha Yeon pikir ibunya akan sangat malu, apa tak masalah.
“Dasar
berandal... Kenapa peringkat terakhir lagi?” teriak Nyonya Na kesal
“Wol
Suk... Kau harus bantu anak-anakmu belajar. Bagi anak-anak lamban sepertinya, mereka
butuh perhatian lebih.” Ucap Nyonya Ma
“Kudengar
Nam Sik punya guru les.” Ucap Nyonya Na. Nyonya Ma membenarkan.
“Dia dari
Universitas Kim Il Sung.” Ucap Nyonya Ma bangga. Semua tak percaya
mendengarnya.
“Ya.
Namanya Kim Ju Yeong. Dia terkenal di Kaesong, aku pernah mempekerjakannya.” Kata
Nyonya Ma
“Menurutmu,
dia bisa mengajari Ho Yeong juga?” kata Nyonya Na memohon.
“Maaf,
tapi tidak. Dia hanya mengajar satu anak per tahun.” Kata Nyonya Ma. Nyonya Na
tak percaya alau Nam Sik salah satunya
Saat itu
Nam Sik datang memanggil ibunya. Nyonya Ma pun menyambut dengan wajah bahagia
dengan bangga memberitahu kalau anaknyau siap belajar kedokteran di Universitas
Kim Il Sung.
“Jika
bicara soal mengetahui banyak informasi dan mengubahnya menjadi kenyataan, kau
yang terbaik. Jadi Berapa nilaimu?” ucap Nyonya Ma
“Kurasa
nilaiku bagus.” Kata Nam Sik. Nyonya Ma tak percaya karena Guru lesnya bilang akan
butuh waktu tapi cepat sekali!
“Dia
sungguh berbakat.” Puji ibunya yalin. Nyonya Ma pun ingin melihat hasil ulangan
anaknya.
Nyonya Ma
melihat semua nilainya dibawah 50 dan hanya bisa melonggo. Nam Sik meminta
ibunya. jangan lihat nilainya satu per satu tapi Lihat jumlahnya dan Jumlahnya
tepat 100. Semua ibu menahan tawa dan akhirnya mengajak anak mereka pulang. Nam
Sik pun memilih untuk kabur.
“Kau mau
ke mana? Bu Kim akan mengajar kelas lanjutan hari ini... Dasar berandal! Mana
tongkatnya? Di mana? Jangan kabur! Berhenti! Kau harus dipukul agar sadar!”
ucap Nyonya Ma akhirnya mengejar anaknya dengan kayu ditanganya.
Ibu-ibu
sedang berjalan pulang dikagetkan dengan Se Ri keluar dari rumah Jung Hyuk.
Nyonya Ma pun sedang mengangkat kayu panik mencoba menyapa Sam Suk. Mereka pun
minum teh bersama terlihat sedikit tegang. Nyonya Ma memulai pembicara bertanya
apakah Se Ri kembali setelah mengetahui sesuatu. Se Ri terlihat bingung.
“Tunangannya
pindah kemari kemarin.” Kata Nyonya Ma. Se Ri mengerti.
“Dia membawa
TV besar yang digantung, mesin cuci modern, penanak nasi yang bisa bicara, dan
apa lagi?” ucap Nyonya Yang bertanya pada Nyonya Hyun. Nyonya Hyun menyuruh
untuk tak membahasnya.
“Benar!
Kasurnya besar sekali! Aku tak pernah melihat kasur sebesar itu.” Ucap Nyonya
Yang. Nyonya Hyun langsun memasukan buah ke dalam mulut tetangaanya.
“Rumah
pengantin baru memang begitu... Aku paham. Aku hanya kembali sementara... Aku
hanya mampir... Karena aku sudah di sini, aku mau berikan kalian hadiah sebagai
ucapan terima kasih.” Kata Se Ri.
“Tapi kau
tak punya uang, 'kan?” kata Nyonya Ma. Nyonya Yang membenarkan kalau Se Ri yang
termiskin di sini. Se Ri memperlihatkan cincin berlian yang dikenakanya.
Mereka semua
pergi ke pegadian, Se Ri memperlihatkan cincinya memberitahu kalau ini bukan
sekadar berlian, tapi berlian VVS tiga karat, level satu jadi akan segera tahu
begitu sinari berliannya dan Memantulkan cahaya yang jelas.
“Berlian
potongan bulat ini akan mirip tetesan air hujan. Aku tak perlu memberitahumu kalau
itu emas putih delapan belas karat, 'kan?” ucap Se Ri.
“Yang dia
katakan benar. Aku bisa menjaminnya.” Kata Nyonya Ma. Nyonya Yang pikir temanya
itu sangat modis. Jadi tak sembarangan menjamin orang.
“Astaga,
kilau cincinnya indah sekali, 'kan?” kata Nyonya Yang. Nyonya Hyun pun setuju.
“Baiklah.
Kita mulai tawar-menawarnya? Kita mulai dari 5.000.000 won.” Kata Se Ri. Semua
melonggo, temasuk si pedagang
“Akan
kunaikkan 100.000 won tiap kali kau bilang itu. 5.100.000 won.” Ucap Se Ri. Si
pedagang terkejut mendengarnya.
“5.200.000
won.” Kata Se Ri tak peduli. Si pedagang akhirnya memperlihatkan meja kasirnya
kalau hanya itu yang dimilikinya.
“Mungkin
sekitar 140.000 won. Aku tak punya uang sebanyak itu.” Kata Si pria. Se Ri
melongo kaget melihatnya.
“Akan
kuberi diskon.” Ucap Se Ri. Si pria pikir tak ada yang mau membeli cincinya.
“Seperti
yang pernah kubilang, aku hanya terima barang setebal jaket kulit atau rambut. Bawakan
aku pakaian atau makanan.” Kata si pria.
“Mari
kita bersikap lebih luwes. Ada kisah panjang di balik ini.”ucap Nyonya Na
membisikan pada si pria. Si pria mengerti.
“Bagaimana
kalau kita tukar semua yang kau punya dengan cincin ini?” kata Nyonya Na. Si
pria kaget kalau akan menukar semuanya. Se Ri menatap jam tangan yang
ditaksirnya.
Akhirnya
semua membawa barang-barang yang ditukar oleh Se Ri. Se Ri pun bahagia membawa
sebuah kotak lalu bertanya pada Nyonya
Ma bilang apa kepada si pria itu. Nyonya Ma mengaku tak bilang banyak jadi tak
perlu khawatir.
Flash Back
Nyonya Ma
membisikan kalau Se Ri dicampakkan jadi tak waras saat ini. Ia menyuruh agar si
pria mengmbil cincinnya karena takkan bisa mengambil cincin itu lagi.
Se Ri pun
seperti tak mempermasalahkanya sementar Nyonya Ma hanya bisa tersenyum.
Suara Se
Ri didengarkan lagi di kantor polisi “Ini Se-ri, ganti. Jika ada yang dengar...”
Tuan Park dan Sek Hon ingin memastikan kalau itu memang Se Ri atau bukan.
Polisi merasa yakin kalau bukan karena Kakak dan istri kakaknya sudah
memastikan.
“Bukankah
harus kau selidiki suaranya?” keluh Tuan Park. Polisi mengaku sudah
melakukanya.
“Tapi
mereka kesulitan karena suaranya tidak jelas. Dan dia sudah dianggap mati. Apa Kalian
tak lihat berita dua hari lalu?” keluh Sang polisi kesal.
Keduanya
akhirnya mencoba mendengar ucapan Se Ri lagi di restoran ayam. Sek Hong merasa jadi
merinding dan reaksi alergi, karena Tubuhnya mengingat suara Se Ri. Tuan Park
heran Jika tubuh Sek Hong bisa
mengingatnya tapi kenapa keluarganya tidak
“Kakak-kakaknya
tidak akrab dengannya. Kakaknya pernah menghubungi Se Ri lalu dia memblokir
nomornya.” Cerita Sek Hong. Tuan Park ingin tahu alasanya.
“Begini, tak
mungkin orang seperti kita paham keluarga konglomerat. Aku melihat semuanya. Mereka
mementingkan saham dibanding anak-anak mereka.” Ucap Sek Hong
“Tapi
tetap saja... Orang tuanya pasti berbeda. Mari kita kunjungi ibunya. Dia yang
melahirkannya. Dia pasti mengenali suara putrinya.” Kata Tuan Park yakin.
“Dia
bukan ibu kandungnya. Aku baru tahu akhir-akhir ini.” Kata Sek Hong
“Lalu
Pimpinan? Dia ayah kandungnya, 'kan?” kata Tuan Park yakin. Sek Hong pikir
temanya sudah gila karena tak mungkin bisa menemuinya.
Keduanya mulai
mengintai dipakiran, Tuan Park melihat ada mobil yang datang dan langsung
bergegas mengahampirinya berpikir Tuan Yoon yang datang. Tapi ternyata Se Hyung
yang datang. Keduanya pun langsung berbalik arah.
“Hei, aku
sudah lihat wajahmu.... Kemari. .. Kubilang, kemari.” Ucap Se Hyung. Tuan Park
pura-pura bodoh bertanya apakah sedang bicara denganya. Se Hyung menyuruh
keduanya mendekat.
“Kenapa
kalian di sini?” tanya Se Hyung. Tuan
Par mengaku kebetulan lewat. Se Hyun tak percaya kalau mereka kebetulan lewat
“Apa Kalian
melewati tempat parkir VIP ini?” sindir Se Hyung, saat itu Tuan Yoon datang bertanya
Ada apa
“Tak ada
apa-apa, Ayah. Mereka penyelia tempat parkir ini. Masuklah.” Kata Se Hyung
menghalangi pandangan ayahnya agar tak melihatnya. Tuan Yoon pun masuk ke
gedung.
“Pak, aku
mau bicara!” teriak Tuan Park. Se Hyung panik meminta ayahnya tak perlu
khawatir jadi masuk saja.
“Mereka
meminta uang. Aku bisa urus. Masuklah.” Ucap Se Hyung mengantar ayahnya masuk
lebih dulu
“Pak!
Pimpinan Yoon Se-ri masih hidup!” teriak Tuan Park. Se Hyung menyuruh anak
buahnya agar menyingkirkan dia.
Tuan
Parsk mengeluh sakit dengan tangan seperti diikiat. Sek Hon ketakutan melihat
Tuan Park mencoba menjauh. Se Hyung menyuruh anak buahnya menyingkirkan
keduanya.
“Pimpinan
Yoon Se-ri masih hidup! Reaksi alergiku buktinya! Dia benar! Aku mendengar
suaranya!” teriak Sek Hong memperlihatkan tanganya. Dua pengawal langsung
menjatuhkanya.
“Bersiaplah...
Kalian akan bertemu pengacaraku besok.” Ucap Se Hyung mengancam.
Keduanya
masih saja di tahan oleh anak buah Se Hyung dan Saat Se Hyung masuk, pintu lift
terbuka ayahnya menatap sinis karena bisa mendengar semuanya. Se Hyung panik.
Tuan Yoon langsung keluar melihat keduanya.
Jung Hyuk
terbangun melihat ada obat disisi tempat tidurnya lalu berjalan ke ruangan
tengah dan melihat ada pohon yang dihias. Se Ri membuat bentuk bintang dan
hiasan lainya lalu menuliskan di kartu bentuk love “SELAMAT HARI NATAL PAK RI”
Ia pun
tersenyum lalu melihat “NOMOR DIRAHASIAKAN” di ponselnya dan langsung
mengangkatnya. Ternyata Se Ri menelp. Jung Hyuk ingin tahu keberadaan Se Ri sekarang
dan kenapa menelpnya dan ingin tahu ponsel siapa yang digunakan.
“Aku
pergi sekarang.” Ucap Se Ri. Jung Hyuk bingung kemana akan pergi.
“Ayolah.<
Sudah kubilang, aku akan pergi bersama Gu Seung Jung” kata Se ri.
“Apa Kau
akan pergi sekarang?” tanya Jung Hyuk kaget. Se Ri membenarkan.
“Tampaknya
begitu... Aku pergi lebih awal dari dugaan.” Ucap Se Ri. Jung Hyuk ingin tahu
keberadaan Se Ri sekarang dan akan ke sana.
“Jangan, aku
sudah pergi naik mobil. Maaf, aku tak sempat berpamitan. Tapi kita sudah sering
berpamitan sebelumnya. Kita tak perlu mengucapkannya lagi.” Ucap Se Ri menahan
tangisnya.
“Kau
salah. Aku tahu itu, tapi kita masih harus ucapkan perpisahan terakhir. Kita
harus mengatakannya lagi. Katakan di mana kau sekarang.” Ucap Jung Hyuk keluar
dari rumah mencari Se Ri.
“Kau ini
begitu keras kepala... Aku sudah pergi. Memang sudah seharusnya. Jadi, jangan
tanyakan keberadaanku atau bilang kau mau bertemu denganku.”ucap Se Ri yang
sudah ada didalam mobil dengan dua orang seperti sedang menyanderanya.
“Se-ri,
kumohon!.. Semenit saja!.. Tak peduli walau kau jauh. Aku ke sana... Jadi, tunggu
aku. Aku akan datang!”ucap Jung Hyuk terus mencari Se Ri.
“Sampai
jumpa... Jaga dirimu... Semoga pernikahanmu lancar Semoga keluargamu bahagia.
Berbahagialah. Semoga panjang umur dan hidupmu bahagia. Lupakanlah kebersamaan
kita. Pastikanlah kau melakukan itu.” Ucap Se Ri.
“Jangan
tutup dahulu!.. Dengarkan aku. Kau lihat apa, katakanlah. Aku bisa menemukanmu.”
Kata Jung Hyuk.
“Jung Hyuk...
Aku mencintaimu.” Kata Se Ri. Jung Hyuk terdiam dan menangis lalu terdengar
bunyi suara tembakan. Se Ri pun dibawa pergi jauh dengan truk besar.
Epilog
SATU TAHUN LALU
Di ruang
rapat, Se Ri masih saja berkerja. Seoranb pegawai menuliskan dibukunya “RA-HA,
AYAH MINTA MAAF SELAMAT HARI NATAL” Se Ri melihat berkas bertanya pada Sek Hong
di mana rencana pemasaran untuk Tahun Baru Imlek karena sudah memintanya
mencetaknya lagi.
“Ada apa?”
ucap Se Ri melihat Sek Hong terdiam dengan wajah cemberut. Sek Hong pikir ini
terlalu kejam
“Ini malam
Natal, pukul 22.00. Kurasa ini berlebihan.” Kata Sek Hong, Se Ri bertanya
apakah Sek Hong itu umat Kristiani, Sek Hong mengelengkan kepala.
“Kalau
begitu, kenapa peduli ulang tahun orang? Pikirkanlah. Itu ulang tahun seseorang.
Kenapa kau mau repot-repot menghias sebuah pohon?”
Se Ri
yang dulu tak mengenal yang namanya Natal di Korea Selatan, ia mulai menghias
pohon di rumah Jung Hyuk dengan ornamen yang minimalis. Bahkan menuliska kartu
yang dibuat khusus dan juga hadiah jam tangan.
“Kenapa
kau repot-repot menulis kartu? Kenapa kau mau memberikan hadiah? Apa Itu ulang
tahun mereka? Bukankah itu konyol? Mereka semua bodoh.”
Se Ri
akan berjalan pulang memegang hadiah yang akan diberikan pada Jung Hyuk
“Hidup memang
penuh kejutan. Kau tak bisa yakin akan apa pun dalam hidup.” Ucap Se Ri tapi
tiba-tiba dua orang menghadangnya. Ia pun menyembunyikan hadiah dibelakang
badanya.
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar