PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 25 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 23

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Nak Ho mengancam Hyang Mi kalau sudah lupa siapa dirinya, Hyang Mi berteriak agar bisa melepaskan tapi Nak Ho tetap mendorongnya sampai terjatuh. Dong Baek tiba-tiba datang langsung memukul Nak Do dengan mangkuk besi.
“Kubilang pergi! Aku cepat marah! Dia juga bisa marah! Semua orang bisa!” teriak Dong Baek marah.
Semua hanya bisa melonggo melihat Dong Baek ternyata bisa marah. Yong Sik menatap ke arah lain, ada seseroang yang membawa makanan kucing yaitu Hyung Sik.

“Kau membuatku gila... Hei. Bukankah sudah kuberi tahu untuk pergi selagi aku masih baik? Anggap ini hari terakhirmu.” Ucap Nak Ho mengcengkram baju Dong Baek. Nyonya Jung akan melawan tapi Yong Sik sudah lebih dulu datang.
“Kau... Apa Kau baru saja mencengkeram kerah Dongbaek?”ucap Yong Sik Sik marah mencengkram tangan Nak Do dengan sangat kertas.
“Kau mencekiknya lebih dahulu.” Ucap Nyonya Jung datang membela anakny. Nak Ho tak percaya kalau dianggap mencekiknya?
“Kau mencekikku!” ucap Dong Baek dengan berakting menangis. Nak Ho hanya bisa melonggo seperti dikepung.
“Kalau begitu yang terjadi setelahnya adalah pembelaan diri. Paham?” tegas Yong Sik
“Ada apa dengan orang-orang lingkungan ini?” keluh Nak Ho. Hyang Mi melihat kalau Tak akan ada saksi.

Akhirnya Nak Ho dibawa ke kantor polisi,mengerengek dipukul di kepala dengan senjata tumpul. Tuan Byun meminta agar Nak Ho tenang karena menurutnya Lukanya dan fakta kalah jumlah dan membuatnya seperti serangan satu pihak, tapi...
“Pak, kau bisa lihat sendiri.” Rengek Nak Ho memperlihatkan luka dibagian kepalanya. Tuan Byun bingung karena seperti ada dua kubu.
“Jalang itu memukulku  dengan senjata tumpul.” Ucap Nak Ho. Dong Baek hanya bisa diam saja.
“Kau mencekiknya! Kau mencekiknya. Itu percobaan pembunuhan!” teriak Nyonya Jun membela anaknya. Yong Sik meminta agar duduk tenang da tetap duduk.

Anak Buah Tuan Byun melihat profile Nak Ho lalu memanggilnya, Tuan Byun menahan emosi terlihat selama ini salah menduga sesuatu. Nak Ho akhirnya berdiri mengaku cukup tahu soal hukum dan cukup sering bertemu dengan hukum.
“Kepala... Mari berdamai saja. Aku tak akan keberatan. Akan kubiarkan dia kali ini.” Kata Nak Ho .
“Kau.... Keluar. Ayo... Pergi... Bawa ini ke tempat lain.” Kata Tuan Byun mencoba mendoronganya.
“Bahkan polisi di lingkungan ini sudah gila.” Ejek Nak Ho. Tuan Byun menegaskan kalaupercaya semua orang pantas dapat kesempatan kedua.
“Namun, entah terjadi atau tidak, mereka yang dituntut percobaan perkosaan atau pembunuhan, itu bukan manusia bagiku. Jadi, pergilah.” Tegas Tuan Byun. Nak Ho langsung mengumpat marah.
“Apa Aku bukan manusia? Bagus... Kini aku bisa menjadi binatang... Kau dengar dia, 'kan? Anggap kau dalam pengawasanku.” Ucap Nak Ho menatap Dong Baek.
“Hei! Apa Kau mengancam Dongbaek sekarang?” teriak Yong Sik membela.
“Benar. Jadi, jaga dia... Mungkin suatu hari bukan lagi percobaan. Benar, 'kan?” ejek Nak Ho. Hyang Mi akhirnya maju meminta agar melampiskan padanya saja. 


Hyang Mi akhirnya berbicara dengan Nak Ho diluar meminta agar  Jangan ganggu mereka. Nak Ho mengejek Ekspresi apa itu karena belum pernah melihatnya. Hyang Mi berjanji akan mengembalikan di akhir bulan, artinya Nak Ho tak ada urusan untuk kembali ke sini.
“Kau hanya memikirkan dirimu saat ini, tapi kau punya kelemahan sekarang. Senang akhirnya melihatmu menetap. Apa Ini rumahmu sekarang?” ucap Nak Ho
“Andai saja. Dia dan aku bukan teman.” Tegas Hyang Mi. Nak Ho pikir  Rumah bukan hal istimewa dan Hanya tempat mereka merasa nyaman.
“Kami tak saling kenal, jadi, biarkan mereka.” Pinta Hyang Mi. Nak Ho pikir sekarang tak perlu ke mana-mana untuk mencarinya. 


Mereka akhirnya berjalan pulang, Dong Baek menarik Hyang Mi untuk jalan bersama. Yong Sik pun mengandeng tangan Hyang Mi. Dong Baek mengajak Hyang Mi agar makan daging. Yong Sik menegaskan Dong Baek pastikan selalu ada di sisinya.
“Si berengsek itu dan pria yang memberi makan kucing.. Ada beberapa yang kukhawatirkan.” Ungkap Yong Sik 
“Namun, ini seperti kau menahanku.” Komentar Dong Baek melihat Yong Sik yang mendekapnya dengan kencang.
“Hei.. Cepat! Mereka akan segera tutup.” Teriak Nyonya Jung mengajak semua bergegas, sementara Hyang Mi hanya diam saja. 

Akhirnya semua duduk di restoran, Nyonya Jung mengeluarkan pengilingan diatas meja. Dong Baek mengeluh ibunya itu preman karena membawa penggiling  lalu mengejek pasti gila. Yong Sik menyadarkan Dong Baek agar jangan bicara sembarangan.
“Benar, maafkan aku.” Kata Dong Baek. Pil Goo datang. Nyonya Jung langsung memanggilnya Dong Baek untuk duduk disampingnya.
“Apa ini? Kenapa kita makan daging?” tanya Pil Goo heran. Nyonya Jung menyuruh agar diam saja dan makan karena ibunya itu rakus.
“Hyang-mi... Makanlah.” Kata Dong Baek memberikan daging pada Hyang Mi. Hyang Mi terdiam lalu menatap semua yang ada didepana.
“Rumah bukan hal istimewa. Hanya tempat kau merasa nyaman. Tempat yang aneh untuk disebut rumah.” Gumam Hyang Mi.
“IBu, Apa kau tak minum malam ini?” tanya Dong Baek. Nyonya Jung mengeluh anaknya yang ingin mabuk
“Ibu yang mengabaikan putrinya. Pria kampung yang mengagumi anak orang” gumam Hyang Mi menatap Nyonya Jung dan Yong Sik.
“Permisi. Boleh minta soda untuk anak ini?” pinta Yong Sik untuk Pil Goo. Dong Baek mengeluh melihat Hyang Mi tak makan.
“Apa Kau sedang diet lagi? Kenapa tidak makan?” tanya Dong Baek. Hyang Mi menatap Yong Sik  “Anak yang menjadi oasis keluarganya.”
“Hyang-mi, jangan termenung dan makan.” Kata Dong Baek. Hyang Mi menatap Dong Baek “Lalu wanita yang dicintai semua orang. .. Dongbaek...” Yong Sik melayani Dong Baek agar makan.
[24 Jam SEBELUM KEJADIAN]


Di Bar
Dong Baek menyisir rambut Hyang Mi melihat Rambunya sudah panjang sekali danmulai mengingatnya. Hyang Mi heran Dong Baek Kenapa tak bertanya, "Siapa preman itu? Apa yang sedang kau hadapi?" karena Normal untuk bertanya. Dong Baek pikir Tak perlu.
“Aku selalu penasaran. Kenapa kau menerimaku? Kau tahu aku bohong soal usia, nama, dan pengalaman.” Kata Hyang Mi
“Kau tak punya tujuan.” Akui Dong Baek yang masih mengingat saat Hyang Mi datang dengan koper lalu berkata kalau membutuhkan pramusaji paruh waktu.
“Kau orang pertama dalam hidupku yang sadar aku tak punya tujuan.” Ucap Hyang Mi 


Akhirnya Hyang Mi berbaring bertanya “Apa dunia cerah di matamu? Apa bagus dan lembut? Hidup kita berdua sial, tapi kenapa hanya kau yang baik?” Dong Baek menyuruh Hyang Mi agar Cukup omong kosongnya dan  akan memberinya kenaikan gaji jadi, tabung sisanya sebisanya.
“Apa kenaikannya bisa membantuku membeli rumah dan keluarga? Kita diabaikan, tak berpendidikan, miskin, dan tak punya kenalan. Hidup kita sudah hancur, 'kan? Kita diberikan nasib terburuk, jadi, kenapa berusaha keras untuk hidup? Itu menyedihkan.” Ungkap Hyang Mi
“Kau bicara seakan sudah berakhir. Tak ada yang tahu hasilnya hingga dijalani.” Jelas Dong Baek yang masih punya harapan hidup.
“Maksudku kita kacau sejak awal. Kurasa kau berpikir soal membantu orang miskin saat mendengarnya di TV. Namun sebenarnya, saat dompet hilang di sekolah, anak-anak keluarga tak utuh dicurigai dahulu. Kau sangat tahu itu.” Cerita Hyang Mi
“Jangan ke mana-mana dan tetaplah denganku. Dan Ini, makanlah.” Ucap Dong Baek selesai mengupas ubi dan memberikan pada Hyang Mi
“Karena ini aku membencimu. Kenapa kau selalu mengupaskan untukku?” keluh Hyang Mi kesal
“Jangan pergi... Pokoknya jangan, oke?” tegas Dong Baek. Hyang Mi mengaku tak pernah malu soal apa pun.
“Tapi kau mulai membuatku merasa begitu. Hidup kita berdua sial, tapi hanya aku yang kacau. Aku merasa lebih buruk.” Ungkap Hyang Mi sedih lalu berbaring memungungi Dong Baek.
“Kita semua menyembunyikan titik terlemah kita” gumam Dong Baek. Hyang Mi menegaskan kalau akan, perlu dan harus pergi.
“Namun, sebagian orang terlalu jelas.” Gumam Dong Baek. 



Yong Sik bertemu dengan Heung Sik sambil bergumam “Sementara, sebagian orang mustahil dibaca.” Sambil melihat sedang memasakan makan kucing lalu bertanya apakah masih suka kucing dan masih negingat kalau memelihara satu waktu masih kecil
“Aku kenal dia selama 30 tahun.” Gumam Yong Sik. Heung Sk mengaku kalau suka kucing.
“Astaga. Tanganmu pasti terasa sesak. Tak mudah terus memakai sarung tangan.” Komentar Yong Sik
“Aku sudah terbiasa, tapi orang tak nyaman melihatnya.” Ucap Heung Sik santai. Yong Sik bisa mengerti.
“Itu kesalahan.” Gumam Yong Sik lalu mengambil sample makanan kucing, lalu melihat Heung Sik masuk rumah pamit pada ayahnya pergi sambil mengunci tokonya.
“Apa Kau menguncinya walau dia di dalam?” tanya Yong Sik heran. Heung Sik mengaku cemas kalau tidak melakukanya karena Dunia ini mengerikan.
“Kesalahan lain.” Gumam Yong Sik lalu membenarkan ucapan Heung Sik.
“Jadi, ada apa dengan preman semalam? Tatapannya aneh.” Komentar Heung Sik. Yong Sik bingung Heung Sik bisa melihat Tatapannya
“Apa Kau memperhatikan tatapan orang?” tanya Yong Sik. Heung Sik pikir Orang memberi nuansa tertent.
“Sementara, mata pria ini, aku tak bisa membacanya.” Gumam Yong Sik.
“Jadi, apa Hyang-mi baik-baik saja?” tanya Heung Sik. Yong Sik mengaku Hyang Mi makan, minum, dan pingsan karena mabuk.
“Kau tahu betapa kuat mentalnya.” Kata Yong Sik bangga. Heung Sik  pikir Itu tak benar sama sekali.
“Dia hanya pura-pura tak apa-apa dengan semuanya.” Komentar Heung Sik.
“Tunggu.. Apa kau... menyukai Hyang-mi?” kata Yong Sik. Heung Sik mengeluh kalau Itu absurd.
“Astaga. Kau bicara seakan mudah menyukai seseorang.” Komentar Heung Sik. Yong Sik pikir Siapa yang tahu. Heung Sik pikir Mustahil.
“Apa orang sungguh sesulit itu dibaca?” gumam Yong Sik binggung. 


Diatas meja Tuan Byun, sudah banyak makanan kucing dalam plastik sebagai sample. Yong Sik membaca berita dari ponselnya  "Polisi mengirimkan sampel ikan yang dimakan kucing jalanan kepada Badan Forensik Nasional."
“Apa Kau memintaku mengirim ini kepada BFN?” keluh Tuan Byun. Yong Sik kembali membaca berita
"BFN diminta memeriksa apa ada jejak pestisida agrikultura." Polisi bekerja dengan baik.” Ucap Yong Sik
“Kau! Benarkah begitu? Anggap saja jejak pestisida ditemukan. Bagaimana kau tahu siapa yang menaruhnya di sana?” ucap Tuan Byun.
“Bisa jadi pria yang menaruh makanan atau orang lain. Ini dari pria yang memberi makan kucing, jadi, kirim sampel terpisah.” Kata Yong Sik mengambil sample milik Heung Sik. Tuan Byun mengeluh ini Omong kosong.
“Omong-omong, kuharap kau masih mencari Jeong-suk yang lahir tahun 1960-an.” Kata Yong Sik
“Sial kau. Bagaimana bisa mencari seseorang jika tak tahu usia tepatnya? Ada sekitar 6.000 Jeong-suk di Korea.” Keluh Tuan Byun
“Ini Tak bisa dipercaya. Kurasa tergantung calon menantu untuk mencarinya.” Kata Yong Sik mengejek. 


Yong Sik membawa buket bunga,  sambl bergumam harus menanyakan tanggal lahirnya. Sementara Nyonya Jung heran melihat  ekspresi Yong Sik seperti itu lalu bertanya Berapa harganya sekarang. Yong Sik terlihat bingung.
“Apa Kau punya banyak uang?” tanya Nyonya Jung. Dong Baek mengeluh ibunya menanyakan hal itu.
“He... Tunggu. Pangsit tak seharusnya sebesar ini... Kau tak akan dapat uang. Astaga. Jika satu dungu, yang satu seharusnya lebih pintar. Ini hanya lebih buruk.” Keluh Nyonya Jung melihat Dong Baek dan juga Yong Sik.
“Apa Kau yakin memilih dia?” tanya Nyonya Jung, saat itu Hyang Mi datang kalau ada kiriman untuk Pil Goo. 

Semua melihat isinya ada mainan, Dong Baek mengeluh Kapan dia akan belajar jika punya semua mainan ini. Hyang Mi tak percaya kalau Jong Ryul  bahkan mengiriminya kartu kredit. Dong Baek hanya bisa mengumpat Bedebah menyebalkan.
“Penghasilannya 1,2 miliar won, jadi, berapa limitnya? Pil-gu kini punya orang tua kaya.” Komenta Hyang Mi. Yong Sik seolah-olah tak peduli memilih terus makan tanpa henti.
“Apa kau Mau segelas bir?” ucap Nyonya Jung tahu kalau Yong Sik merasa frustasi. 

Didepan bar, Dong Baek menepuk bagian punggung Yong Sik merasa tak enak karena makan semua pangsit itu. Yong Sik mengaku Pangsitnya enak walaupun merasa perutnya sakit karena terlalu cepat makan. Ia pun berbicara pada  Dongbaek...
“Kau tahu, aku juga punya uang.” Ucap Yong Sik. Dong Baek bingung Yong Sik mulai membahas uang.
“Aku bisa belikan Pil-gu tas baru jika dia butuh. Aku bekerja di sektor publik, ingat? Walau aku harus berbagi, aku akan mewarisi Kepiting Rendam Baekdu nanti. Aku cukup berhasil dibandingkan orang-orang Ongsan. Sejujurnya...” kata Yong Sik dan tiba-tiba Dong Baek mengenggam tanganya.
“Jika boleh kukatakan, aku agak terganggu. Kenapa aku harus bersaing dengan orang bernilai 1,2 miliar won setahun? Tak banyak yang mendapat sebanyak itu di Korea.” ucap Yong Sik kesal
“Apa Semua uang itu hanya karena dia bermain bisbol?Aku tak punya sepersepuluhnya.” Kata Yong Sik. Dong Baek lalu mencium tangan Yong Sik.
“Kenapa kau mencium tanganku saat aku kesal? Cium bibirku saja.” Ucap Yong Sik ingin mendekat tapi Dong Baek lebih dulu bicara.

“Aku bahkan tak punya satu persen dari 1,2 miliar won. Aku tak punya tabungan dan harus pindah. Walau aku butuh uang, kartu emasnya hanya membuatku memikirkan satu hal.” Akui Dong Baek
"Kenapa Yong-sik menghabiskan supnya? Apa dia kesal?" Aku tak pantas kesal karena ini. Kurasa hanya aku wanita yang menerima bunga setiap hari. Kau membawakanku bunga setiap hari, dan aku membiarkanmu makan sup pangsit gratis. Bagaimana itu tidak mewah?” ungkap Dong Baek.
Yong Sik terlihat tak percaya mendengarnya dan langsung mencium Dong Baek. Dong Baek kaget menutup bibirnya. Yong Sik mengeluh kalau Dong Baek sangat menyebalkan. Ia piki Dong Baek hanya tahu secantik apa dirinyadengan wajah seperti roti bulat. Dong Baek tak percaya dianggap wajahnya Roti bulat. 



Keduanya duduk bersama, seperti orang yang kasmaran. Dong Baek mengaku tak percaya bunga ini harganya 20.000 won. Yong Sik dengan bangga  kalau ia adalah pria yang membeli bunga dengan uang yang cukup untuk 1,2 kg daging.
“Kau tak perlu terus mengatakannya.” Kata Dong Baek malu. Yong Sik pikir Dong Baek harus tahu.
“Beri saja dia uang. Kami sudah kehabisan vas. Berhenti belikan bunga.” Keluh Hyang Mi melihat keduanya berpacaran didepanya.
“Kau bicara apa? Coba lihat Di sini... Di sana..... Wadah apa pun bisa menjadi vas. Sama seperti Dongbaek seksi walau memakai sepatu bot karet polos.” Goda Yong Sik. Dong Baek terlihat malu mendengarnya.
Hyang Mi kesa menyuruh keduanya keluar saja. Yong Sik membuka sebuah kaleng yang akan dijadikan vas, tapi ternyata isinya korek api berwarna hijau.  Dong Baek mengeluh kalau tahu itu pasti Hyang-mi. Yong Sik pikir Hyang Mi itu tupai.
“Kau seperti timbun biji pohon ek. Kenapa kau selalu mencuri pemantik?” keluh Dong Baek
“Entahlah. Mungkin karena aku kesepian. Mencuri barang mengisi lubang di hatiku.” Ungkap Hyang Mi
“Apa...Heung-sik sering datang kemari?” tanya Yong Sik memastikan. Dong Baek mengaku Dia kemari hampir setiap hari.



Yong Sik mengingat saat tulisan di dinding “SUDAH KUBILANG JANGAN USIL, AKU MENGAWASIMU TIAP HARI SEJAK HARI ITU” Dong Baek pergi ke luar karena lebih baik mengunakan botol soju saja sebagai vas. Hyang Mi lalu teringat ada yang dibakar dengan pemantik di sini
“Hyang-mi.. Apa kau membakar ini dengan pemantik?” tanya Yong Sik saat duduk dimeja. Hyang Mi memberitahu Ini area bebas rokok.
“Kurasa aku melihat sesuatu yang mirip.” Kata Hyang Mi melihat meja dari orang yang memberikan tempat tinggal dan bertanya-tanya “Kenapa ada tanda seperti ini?”
“Di mana? Apa orang membakar sebagian meja makannya sendiri?  Meja makan siapa? Apa Kau sungguh melihatnya?” tanya Yong Si penasaran.
“Kenapa kau penasaran? Aku hanya melihatnya di tempat teman.” Ucap Hyang Mi
“Teman yang mana? Jadi, Apa kau jelas melihat sesuatu?” tanya Hyang Mi makin penasaran.
“Lebih baik kau hormati privasiku.” Tegas Hyang Mi, saat itu Nyonya Jung memanggil


“Hyang-mi... Ada surat untukmu.” Ucap Nyonya Jung dari depan pintu. Hyang Mi keluar dari bar melihat isi surat.
“Ini yang kau dapat karena kelewatan.” Komentar Nyonya Jung. Hyang Mi melihat isinya [KLAIM GANTI RUGI KEPEMILIKAN KONTEN]
“Orang macam ini membuatku tetap menjadi diriku. Aku hampir matang untuk sesaat.”gumam  Hyang Mi
[11 jam 45 menit sebelum kejadian] Hyang Mi “SEKITAR PUKUL 10.00, NAIK BUS KE SEOUL”

Jong Ryul berlatih distudio dengan banyak anak disekelilingnya,  Seseorang memanggil “Oppa” Jong Ryul seperti tak mendengar masih terus berlatih dan diberi makeup. Seorang wanita terus memanggilnya “Oppa” da terliha Hyang Mi yang berani datang.
“Bagaimana kau bisa kemari?”tanya Manager menghadangnya. Hyang Mi dengan santai menjawab naik bus.
“Ini area terbatas.” Kata manager. Hyang Mi mengaku kenal seseorang di sini. Manager bertanya Siapa...
Jong Ryul mengetahui Hyang Mi datang mencoba tak mengenalnya dan menyuruh Manager untuk mengusirnya. Hyang Mi kembali memanggil “Oppa” Jong Ryul tetap tak mengubrisnya. Hyang Mi akhirnya memanggil “Ayahnya Pil Goo” Jong Ryul menahan amarah dan berhenti melangkah. 

Akhirnya keduanya bertemu di ruang ganti, Jong Ryul melihat Hyang Mi mengeluh Mungkin harus membunuhnya. Hyang Mi pikir Jong Ryul itu punya uang jadi kenapa menempuh jalan sulit. Jong Ryul mearasa Hyang Mi pikir tak pernah menghadapi orang sepertinya.
“Jika kutunjukkan kemurahan hati, maa aku akan menjadi ATM pribadi. Kenapa aku harus mau?” keluh Jong Ryul
“Apa Kau tahu aku berteman dengan Jessica di internet? Minta dia memeriksa pesannya.” Kata Hyang Mi
“Bermimpilah. Apa Kau pikir aku biarkan orang sepertimu mengisap uangku?” ejek Jong Ryul
“Itu lucu untuk seseorang yang mengirimkan kepemilikan konten. Kenapa kau melakukan ini?” keluh Hyang Mi. Jong Ryul mengaku kasihan dengan hidup Hyang Mi
“Hei, Jong Ryul  Karena kau sungguh tak tahu, maka akan kuberi tahu. Saat yang punya banyak berhadapan dengan yang tak punya apa-apa yang kedua biasanya menang. Kau tahu, yang kedua tak rugi apa pun. Tak ada hari esok.“ jelas Hyang Mi. Jong Ryul tak teriam mendengarnya.
“Kurasa kau cemas setengah mati. Ini hukumanmu. Kau sungguh tak seharusnya meninggalkan Dongbaek. Kenapa babi kotor menghakimi hidupku?” ejek Hyang Mi marah.
“Apa Kau ingin mati?” ancam Jong Ryul marah. Hyang Mi pikir  Seperti itulah bagi orang dungu.
“Mereka harus menderita sendiri untuk menyadari kenyataan.”



Di rumah
Tuan No seperti sangat frustasi hanya minum soju, dan mulai makan dengan wajah frustasi. Ibu Tuan No menyuruh anaknya agar Jangan akui apa pun karena Nyonya Hong itu pengacara perceraian, karena Dia akan ambil semua miliknya.
“Apa maksudmu? Kenapa kau membesarkanku seperti pengecut?” teriak Tuan No marah.
“Beraninya kau menaikkan suaramu pada ibu!” balas Ibu Tuan No kesal sambil membersihkan meja yang kotor.
“Ibu, bukankah kau bilang kebohongan Ayah membuat pundakmu kaku? Kini kau menyuruhku bohong.” Ucap Tuan No.
“Apa Kau lebih suka dia mengambil semua dan mengusirmu? Bahkan rumah ini atas nama dia.” Kata Ibu Tuan No
“Biar saja dia miliki... Dia bisa ambil semuanya. Dia bernilai semua itu.” Ungkap Tuan No seperti menyanyangi istrinya.
“Kau bodoh. Apa Kini kau romantis? Kenapa tak sejak awal? Ini Tak bisa dipercaya. Kau sama bodohnya dengan ayahmu.” Ucap Ibu Tuan No mengangkat telp sambil berteriak marah .
“Haruskah kau jawab Ayah seperti itu?” keluh Tuan No pada sang ibu.
“Apa putra selalu menjadi seperti ayahnya?” 


Akhirnya Hyang Mi pergi ke halte bus, seperti merasakan sesuatu dan melihat kearah belakang hanya dada beberap pria tua sedang berbincang seperti akan mendaki gunung. Hyang Mi pun tak curiga, tapi akhirnya melihat pesan masuk ke dalam ponselnya.
“Hari ini, pukul 15.00, Danau Ongsan.” Tulis Tuan No, Hyang Mi bertanya kenapa
“Aku akan mendorongmu.” Balas Tuan No murka. Hyang Mi mengeluh karena banyak orang ingin membunuhnya. Saat naik ke dalam bus Hyang Mi merasakan kembali ada yang mengikutinya. 

Akhirnya Hyang Mi sampai di DANAU ONGSAN, Tuan No datang dengan perahu bebek dan menyuruh Hyang Mi masuksebelum seseorang melihatnya. Hyang Mi bingung langsun menolaknya karena kedinginan tapi akhirnya keduanya naik perahu tapi hanya Tuan Hwang yang sibuk mengayuhnya.
“Kita mau ke mana? Kubilang aku kedinginan.” Keluh Hyang Mi membiarkan Tuan Hwang mengayuh sendiri.
“Ipar petugas gubernur melihat kita di kedai kopi. Aku politikus lingkungan ini, jadi, banyak mata di mana-mana!” ucap Tuan No panik
“Kau bicara seolah-olah akan jadi presiden.” Ejek Hyang Mi. Tuan Notak peduli
“Kucing sudah keluar dari karungnya. Kau tak akan dapat sepeser pun. Aku melaporkanmu untuk pemerasan demi membersihkan namaku, jadi, ayo!” ucap Tuan No mulai kelelahan.
“Jika nuranimu sebersih itu, kenapa kau terburu-buru?” keluh Hyang Mi. Tuan No pikir Hyang Mi sudah melihat istrinya.
“Jika ingin hidup, kau harus dengarkan. Kau harus bersaksi. Bukan kesaksian palsu, tapi sungguhan.” Tegas Tuan No
“Sial. Kau buat aku naik ini untuk katakan itu? Kirim pesan saja!” keluh Hyang Mi kesal
“Katakan aku membayar kamar motelmu, tapi tak menginap.” Ucap Tuan No. Hyang Mi pikir betapa konyol itu kedengarannya
“Katakan aku bahkan tak tahu nomor kamarmu. Berlututlah di hadapan Ja-yeong sayangku dan bersaksi!” ucap Tuan No
“Kau tak sebut istrimu di perjalanan ke Yangpyeong, tapi kini dia Ja-yeong sayang? Apa pria belajar mengalah?” ejek Hyang Mi
“Kau tak ingin terlibat dalam hidupku juga, 'kan?” kata Tuan No. Hyang Mi makin kesal karena Tuan No seperti ribut sekali

Tuan No berjalan dengan kaki gemetar karena terlalu banyak mengayuh. Hyang Mi pikir Bukan ia yang pertama meray tapi Tuan No dan ingin tahu alasanya memberinya krim mata itu. Tuan No mengaku itu bukan untuk Hyang Mi tapi untuk Dongbaek.  Hyang Mi kaget mendengarnya.
“Sial, aku tak bisa buang atau berikan padanya, jadi, untukmu.” Akui Tuan No
“Baik, terserah... Aku sudah tahu itu masalahnya... Namun, kau pergi ski air denganku. Kau yang menyarankan menjadi teman.” Ucap Hyang Mi
“Jujur saja, aku tak ingin berselingkuh denganmu. Aku hanya...” akui Tunan No Hyang Mi pun ingin tahu Tuan No ingin apa denganya.
“Aku hanya ingin pamer. Semua orang kaya ini mengira aku lelucon tapi kau tampaknya sama sepertiku, jadi, aku bisa pamer padamu.” Akui Tuan No
“Beraninya kau bandingkan aku denganmu? Apa Kau pikir aku sebodoh kau?” ucap Hyang Mi marah
“ Kau pikir kau keren dan tahu banyak, 'kan? Tapi tidak.” Ejek Tuan No
“ Kau tak tahu apa pun tentangku.” Tegas Hyang Mi. Tuan No mengaku  Setelah bersama Hyan Mi sesaat, sadar Hyang Mi hanya anjing liar yang tak pernah dicintai.
“Anjing yang menyodorkan perutnya saat aku hanya memberi perhatian, dan mereka berkata, "Lihat aku!" Lalu saat kuminta berhenti, mereka mengacaukan seluruh rumah untuk mendapat perhatianku. Kau sama menyedihkannya. Hidupku menjadi kacau setelah terlibat denganmu.” Kata Tuan No
“Jika kau sungguh ingin krim mata dari seseorang, jangan seperti itu. Kau hanya mempermalukan dirimu. Mari berhenti dipermalukan, ya?” tegas Tuan No
“Lalu kenapa kau berniat memberi krim mata itu kepada Dongbaek? Biar kutanya sekali... Kenapa kalian semua mencintainya? Apa bedanya aku dan dia? Kami hampir sama.” Kata Hyang Mi marah
“Tidak... Kubilang dia bisa tinggal sebagai balasan memecatmu. Tapi dia menolak tawaranku. Dia Setia tak membayar tagihannya, tapi wanita itu sangat teguh. Kau harus coba hidup seperti manusia. Namun, aku tak pantas bicara begitu.” ungkap Tuan No. Hyang Mi tak pecaya mendengarnya.
 “Jika aku hidup seperti manusia, siapa yang akan jadi hewannya?” tanya Hyang Mi lalu menatap ponselnya da telp dari luar negeri.


Akhirnya Hyang Mi mengangkat telpnya bertanya Katakan saja jumlahnya. Ia lalu menjerit kesal kalau tak punya 30 juta won jadi memberimu semua uang yang dihasilkan.
Bersambung ke episode 24

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar