PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 22 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 11

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Yool Moo berdiri didepan kamar melihat dua pasang sepatu wanita, tapi wajahnya terlihat sangat marah. Di dalam kamar, Nok Du mencoba mencium Dong Joo kembali tapi pintu kamar terbuka. Yool Moo menatap dingin, keduanya melonggo kaget.
“Tuan, ini kesalahpahaman.” Ucap Dong Joo, Nok Du mencoba menutupi tubuhnya.
“Keluarlah... Keluar dari ruangan ini sekarang juga!” kata Yool Moo marah.
Saat itu terdengar suara tiga serangkai datang, mereka membahas kalau mencuci rambut itu menyenangkan. Dong Joo dan Nok Du langsung menarik Yool Moo ke dalam kamar. 

Nok Du bersiap-siap dengan bajunya, Tiga serangkai memanggil Nyonya Kim. Dong Joo mencoba menutup mulut Yool Moo agar tak bersuara.  Nok Du mengaku hanya bersiap tidur. Soon Nyeo meminta Nok Du agar keluar sebentar. Yool Moo mencoba melepaskan tangan Dong Joo.
“Kami ingin memberimu sesuatu” ucap Mal Nyeo. Soon Nyeo pikir merkea tinggal serumah jadi tidak perlu meminta keluar jadi berpikir  masuk saja.
“Nyonya Kim, kami masuk” ucap Soon Nyeo, Nok Du menolaknya karena  akan keluar sekarang.
Sebelum pintu terbuka, Nok Du sudah keluar sambil menguncir rambutnya. Bok Nyeo bertanya Apa Dong Joo ada di rumah. Nok Du membenarkan kalau Dong Joo  sudah keluar seharian tapi sudah kembali dan sedang tidur.
“Kami meninggalkan bunga iris untukmu. Kalian berdua harus berbaikan besok sambil saling membantu mencuci rambut.” Ucap Bok Nyeo. Nok Du menganguk mengerti.
“Pria tidak berarti apa-apa. Semua itu tidak berguna, Nyonya Kim.” kata Soon Nyeo.
 “Astaga, maafkan aku... Kalian pasti lelah. Sebaiknya kalian tidur.” Ucap Nok Duk
“Tidak. Kami baik-baik saja.” Ucap Soon Nyeo, Nok Du mendorong mereka agar cepat pergi dan tidur saja, karena Dong Joo sedang tidur.

Akhirnya Yool Moo merapihkan topi dan menatap sinis pada Nok Du, lalu menegaskan kalau Dong Joo membantunya merahasiakan bahwa dia pria. Dong Joo membenarkan karena  Nok Du akan segera pergi, jangan beri tahu siapa pun soal ini
“Kalau begitu, bagaimana dengan Yang baru saja kulihat... “ kata Yool Moo sinis.
“Itu kecelakaan... Dia tergelincir.” Kata Dong Joo, Yool Moo mengeluh kalau Dong Joo  berharap mempercayai itu.
“Aku memercayaimu, tapi bedebah itu...” kata Yool Moo marah. Nok Du akhirnya mengaku kalau tadi bukan kecelakaan.
“Hei... Diamlah... Aku bisa mengerti kamu mungkin berpikir dia ceroboh, bodoh, dan tidak tahu malu.”ucap Dong Joo. Nok Du marah mendengarnya.
“Namun, dia tidak jahat, jadi, tolong jangan khawatir.” Kata Dong Joo. Yool Mo marah karena Dong Joo seperti membela Nok Du.
“Jika orang tahu dia pria, maka aku juga akan dihukum karena membantunya. Aku menjaga diriku sendiri. Jadi, tolong berpura-puralah tidak melihat apa pun dan pergi. Akan berbahaya jika kau di sini lebih lama.” Kata Dong Joo.
“Aku membencimu. Kau tahu aku tidak pernah bisa menentang keinginanmu. Jadi Ikut aku.” Ucap Yool Moo mengancam Nok Du dengan pedangnya 
“Apa yang kau lakukan?” keluh Nok Du. Yool Mo mengeluh kalau Nok Du  akan bermalam bersama Dong Joo lagi
“Kami akan menyelesaikannya sendiri. Tolong hentikan. Aku akan tidur di kamar di rumah gisaeng... Kumohon.” Ucap Dong Joo lalu memberikan kain pada Yool Moo agar menutup kepalanya.
 Yool Moo menatap sinis, tapi akhirnya keluar dengan Dong Joo mengunakan kain. Nok Du hanya bisa duduk lemas didalam kamarnya. 


Dong Joo berbaring dikamar, berbica sendiri kalau mengetahui Nok Du tidak ada wanita yang disukai dan mengingat saat menciumnya. Ia mengeluh sendiri mencoba untuk tak peduli tapi tak bisa tidur. Hwa Soo yang tidur disampingnya meminta mematikan lilin karena ingin tidur.
Akhirnya Dong Joo yang tak bisa tidur berjalan mondar mandir dengan lampu ditanganya. Tiba-tiba Nok Du melonggo dari depan dinding, Nok Du kaget tapi bisa sedikit lega karena Nok Du yang datang. Keduanya pun duduk di tempat lain. 

Keduanya terlihat gugup, Nok Du ingin bicara, tapi Dong Joo lebih dulu mengancam Jika  menyebutkan ciuman itu, maka akan membunuhnya. Nok Du ingin menanyakan sesuatu, Dong Joo meminta  Berhentilah bertanya siapa di antara mereka yang sukai.
“Batuk...” kata Nok Du yang kembali disela. Dong Joo agar Berhenti membicarakan batuk.
“Kau terus mengucapkan omong kosong yang tidak kupahami.” Keluh Dong Joo. Nok Du meminta agar mendengarkan dahulu.
“Hei, kenapa kau tidak menanyaiku? Aku tidak punya kekasih. Aku berbohong. Wanita yang kutemui di Hanyang...” ucap Nok Du yang langsung disela oleh Dong Joo
“Lupakan saja... Aku tidak ingin tahu.” Ucap Dong Joo, Nok Du heran Dong Joo yang tidak ingin tahu
“Tidak seperti asumsimu, aku tidak tertarik padamu.” Tegas Dong Joo mencoba menyangkal.
“Jangan... Jangan berbohong.” Ejek Nok Du, Dong Joo menegaskan tidak berbohong.
“Apa kau marah karena aku menciummu tanpa meminta izinmu?” tanya Nok Du kesal
“ Tidak... Itu bukan masalah besar. Satu ciuman tidak akan merusak bibirku.” Balas Dong Joo.
“Kenapa kau bilang begitu? Aku jelas merasakannya... Kau merasakan hal yang sama...” ucap Nok Du
“Kau tidak pernah mengencani wanita,kan? Tidak sekali pun dalam hidupmu.” Komentar Dong Joo.
Nok Du terlihat bingung lalu mengelak kalau  Itu tidak benar. Ia menegaskan Bukan hanya beberapa wanita yang jatuh cinta padanya di kampungnya dan Dong Joo bukan siapa-siapa. Dong Joo  yakin bukan hanya beberapa wanita.
“Mungkin malah tidak ada. Itu sebabnya kamu salah paham dan mengejar orang yang salah. Apa Aku salah? ” Kata Dong Joo.
“Apa Aku mengejar orang yang salah?” tanya Nok Du. Dong Joo membenarkan.
“Jangan menempel lagi jika kau mengerti perasaanku. Aku datang untuk mengatakan ini.” Tegas Dong Joo
“Kau bilang "Menempel"?” ucap Nok Du tak percaya dan  membiarkn Dong Joo pergi. Dong Joo berjalan melihat dari belakang Nok Du seperti menangis. 



Pangeran digendong paksa oleh pengawal sambil menjerit memohon agar bisa  bertemu ibunya. Si pengawal tak peduli terus mengendong pangeran, pengern terus menjerit kalau harus menemuinya. Dua mentri melihat Pangeran, Heo Yoon pun menatap sinis.
“Jika aku keluar dari pintu itu, aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi. Tolong biarkan aku melihatnya... Ibu!” teriak pangeran.  Dayang yang melihat Pangeran menangis melihatnya.
Raja di kamar bertanya pada Apa pangeran terus menangis, seperti tak peduli. Ia pikir pangeran berani setelah meninggalkan gerbang, menurutnya Ratapan untuk adiknya yang malang sangat keras sampai nyaris mendengarnya melewati dinding istana.

“Entah apakah mereka bersikap seperti itu saat aku dipermalukan di masa lalu.” Kata Raja
“Aku seperti itu, Yang Mulia.” Ucap Heo Yoon. Raja pikir Heo Yoon satu-satunya.
“Bahkan ayahku menolak mengakuiku. Karena itulah dia meninggalkan harapan terakhir yang begitu kejam. Jika kau tidak segera menyingkirkannya, maka mungkin aku tidak akan menjadi Raja. Karena itulah aku percaya padamu. Aku hanya memercayaimu. Kau tahu itu, Yoon?” ucap Raja
“Aku sangat berterima kasih, Yang Mulia.” Ucap Heo Yoon membungkuk 

Heo Yoon membuka sebuah kotak dan terliha ada guluran kertas didalamnya.
Flash Back
6 Tahun yang lalu, Heon Yoon bertemu dengan seroang pria bertanya Apa ini harapan rahasia mendiang raja dan baru tahu Rumor itu benar. Ia bertanya Kenapa pria itu tidak bertindak lebih cepat.  Si pria memberitahu  Yang Mulia tiba-tiba menjadi Raja, dan Pangeran Yeongchang masih muda.
“Aku mencari waktu yang tepat. Namun, kau lebih cepat.” Ucap si pria. Heo Yoon menegaskan pria itu akan dihukum atas konspirasi ini.
“Aku berjanji suatu hari nanti, kau akan menyesal mengambil perintah kerajaan dariku.” Kat si pria. 

Tapi saat itu Heo Yoon sudah membunuh pria dan juga anaknya, lalu akan membakar suratnya. Tuan Jung datang menepuk pundaknya. Heo Yoon kaget melihat temanya. Keduanya pun duduk di ruangan, Tuan Jung  memberitahu kalau Anak itu adalah putra Yang Mulia.
“Dia tumbuh sebagai pria yang cerdas dan pintar. Karena Yang Mulia telah menjadi Raja, dia harus kembali, kan?” kata Tuan Jung.
“Aku tidak bisa melakukan itu.” Kata Heo Yoon. Tuan Jung bingung kenapa tak bisa.
“Karena dia berada di posisi tertinggi, tidak ada yang perlu dia takuti.” Ucap Tuan Jung
Saat itu Heo Yoon memperlihatakan surat yang disimpanya.Tuan Jung kaget melihat "Gulingkan Putra Mahkota, Dan biarkan Pangeran Yeongchang meneruskan takhta setelah aku" lalu bertanya apa itu maksudnya.
“Aku baru saja kembali dari membunuh pria yang menyembunyikan itu. Bagaimana menurutmu? Apa Kau sungguh berpikir tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi?” kata Heo Yoon.
“Bagaimana ini bisa terjadi?” kata Tuan Jung bingung. Heo Yoon pikir mereka tidak tahu kenapa mendiang raja membuat keputusan ini.
“Bagaimana jika ini tidak berakhir dengan keberhasilannya naik takhta? Aku, kamu, dan anak itu bisa mati. Jadi, lupakan impian semumu dan pulanglah. Jika kamu muncul di hadapanku lagi, maka aku tidak akan bisa menunjukkan belas kasihan.” Ucap Heo Yoon memperingati.
Heo Yoon melihat gulungan yang masih disimpanya lalu anak buahnya datang. 



Heo Yoon masuk dengan anak buahnya dan kaget karena Jung Yoon Jeo menghilang. Anak buahnay memberitahu Para wanita Pasukan Muweol yang mengawasinya telah mati. Heo Yoon memberitahu anak buahnya kalau harus menemukannya apa pun yang terjadi.
“Apa Kau membawa jasad para wanita Pasukan Muweol?” tanya Heo Yoon. Anak buahnya mengaku tidak.
“Jasad di ruangan ditemukan di desa para janda.” Ucap anak buahnya lalu Keduanya masuk ruangan dan melihat jasad Deul Re yang suda meninggal 

Anak buah Heo Yoon memberitahu kalau Deul Re  disiksa dan yakin pria yang menyelinap ke desa untuk para janda membunuhnya dan melarikan diri ke Hanyang. Ia pun berpikir kalau pria itu membocorkan sesuatu... Heo Yoon langsung menyuruh anak buahnya agar Cari dan temukan anak itu
“Lalu kau siapkan Pasukan Muweol,Kurasa kita harus menyingkirkan pejabat setempat dan membawa Pangeran Yeongchang. .” Perintah Heo Yoon.   Anak buahnya menganguk mengerti pergi dengan kuda. 

Tuan Hwang bertanya apakah menemukan bosnya. Nok Du mengaku sudah hampir berhasil. Tuan Hwang pikir Itu tidak penting jadi lebih baik Bunuh saja bosnya. Nok Du pikir ini lebih rumit dari kelihatannya karean membicarakan pulau itu, jadi, pasti dia pelakunya.
“Tapi aku yakin ada orang lain yang terlibat.” Ucap Nok Du. Tuan Hwang ingin tahu siapa.
“Bunuh orang itu juga.” Kata Tuan Hwang. Nok Du menjawab sang Raja.  Tuan Hwang kaget mengetahui Sang Raja
“Apa Maksudmu Yang Mulia?” tanya Tuan Hwang. Nok Du membenarkan lalu mengeluh kesal
“Aku mengerti betapa sulitnya berpakaian seperti itu di sini. Tapi mengatakan itu melukaiku.” Ucap Tuan Hwang
“Aku tahu itu tidak masuk akal. Tapi jika ayahku sungguh mengenal sang Raja... Jika dia seorang bangsawan... Jika dia bersembunyi di pulau karena kejahatan yang dia lakukan, mungkin sebaiknya aku tidak menyelidikinya.” Jelas Nok Du
“Kejahatan? Konspirasi?” ucap Tuan Hwang bingung. Nok Du berpikir Konspirasi Ayahnya. Tuan Hwang pikir tidak mungkin benar.
“Ibuku jelas mengatakan bahwa itu karena aku.” Kata Nok Du. Tuan Hwang sedikit panik mendengarnya.
“Tidak. Itu pasti kesalahpahaman... Ayahmu bukan orang seperti itu. Dia pria yang sangat adil. Tidak mungkin.” Kata Tuan Hwang
“Intinya, aku tidak boleh gegabah. Aku harus menyelidikinya lebih lanjut.” Kata Nok Du
“Benar. Kau harus yakin... Omong-omong, matamu bengkak. Seperti habis menangis setelah ditolak wanita.” Komentar Tuan Hwang. Nok Du mengelak menutup matanya.
Tuan Hwang ingin melihatnya lebih dekat, Nok Du mengalihkan dengan bertanya keberaadan Aeng Du karena tidak melihatnya sejak kemarin. Tuan Hwang menceritakan Aeng Du terus menangis dan mengatakan hal-hal yang tidak dipahaminya. 



Aeng Du duduk di pinggir kolam sambil menangis, mengulang kalimat kalau Nok Du itu adalah kakak perempuan bukan laki-laki. Ia seperti merasa menyesal kemarin salah bicara. Saat itu Yoon Moo datang, Aeng Dung ingn membahas yang Kemarin, tapi Yool Moo seperti tak peduli.
“Apa mereka menggulungnya? Benarkah? Apakah dia sudah mati?” tanya Aeng Du panik. Yool Moo hanya diam saja.
“Kau Gulung aku juga! Gulung aku!” kata Aeng Du mendorong kepalanya ke tubuh Yool Moo
“Baiklah, kalau begitu. Ayo pergi.” kata Yool Moo langsung mengedong seperti beras. Aeng Du pun menjerit memanggil ayahnya kalau sedang diujung tanduk. 

Sementara Nok Du mencari Aeng Du bingung karena tidak melihatnya di mana pun. Saat itu Dong Joo baru saja keluar dari rumah, Dong Joo mencoba untuk tak peduli tapi Nok Du menghadangnya bertanya mau ke mana. Dong Joo menjawab akan berkerja.
“Apa Kau akan mencuci pakaian?” tanya Nok Du. Dong Joo pikir tidak
“Aku akan ke Rumah gisaeng. Aku akan bekerja di dapur mereka mulai hari ini.” Ucap Dong Joo, Nok Du hanya diam saja. 

Aeng Du terus memanggil ayahnya,  tapi Yool Moo ternyata membawanya ke dapur lalu bertanya apakah tidak menggulungku di tikar jerami. Yool Moo pikir Jika Aeng Du mati, siapa yang akan makan makanannya. Aeng Du bingung  lalu ingin tahu keberadaan Nok Du sekarang.
“Karena ada dua wanita yang ingin melindunginya, sementara ini, aku ampuni nyawanya. Tapi sebagai balasannya, maukah kau membantuku?” ucap Yool Mo.
“Pertama, kita kenyangkan perut kita. Setelah itu, kita akan bicara.” Kata Yool Moo. Aeng Du hanya bisa melonggo melihat daging dengan tumpukan yang banyak lalu melihat pancaran sinar diwajah Yool Moo. 


Nok Du mengejar Dong Joo meminta agar Jangan pergi. dan ingin tahu Apa yang bisa dilakukan di dapur. Ia pikir kalau  Dong Joo tidak tahu kenapa mereka menyuruhnya ke dapur dan mengeluh kalau Dong Joo sangat naif Dong Joo pikirkarena sudah jelas ingin memisahkan mereka berdua.
“Kamu tahu, Itu sebabnya kamu tidak boleh pergi ke sana.” Ucap Nok Du
“Aku harus membayar utangku kepadamu.” Kata Dong Joo. Nok Du berjanji akan memberikanya diskon, jadi, jangan pergi.
“Astaga, sudah kubilang jangan terlalu menempel!” tegas Dong Joo. Nok Du menolak tetap akan terus menempel.
“Kau bilang kau tidak menyukaiku... Baik, aku mengerti... Tapi, aku akan membuatmu menyukaiku. Jadi, jangan datangi dia.” Tegas Nok Du
“Bagaimana caramu melakukan itu?” tanya Dong Joo. Nok Du mengikuti Dong Joo dan langsung mengendongnya.
Dong Joo berteriak panik, tapi setelah itu malah Nok Du keluar dengan luka diwajahnya. Dong Joo mengeluh meminta agar Nok Du berhenti mengikutinya karena membuatnya merasa sangat tidak nyaman jadi menyuruh pergi saja. Nok Du pun menurut. 



Dong Joo pergi ke dapur membantu Yool Moo. Yool Moo menegaskan akan menuruti permintaan dan berpura-pura tidak tahu apa pun demi kebaikannya  jadi Anggap saja melupakan kejadian kemarin. Ia menegaskan kalau Dong Joo tidak boleh tidur sekamar...
“Kau pikir aku orang macam apa? Kami juga tinggal dengan gadis kecil itu, jadi, jangan khawatir. Tidak akan terjadi apa-apa.” Tegas Dong Joo. Yool Moo mengerti.
“Tapi aku punya pertanyaan... Kau bilang kau menyukai seseorang. Aku dengan jelas mendengarmu mengatakan itu. Katakan padaku. Apa dia orang yang kau pikirkan saat mengatakan itu?” kata Yool Moo
“Tentu saja tidak. Aku juga punya standar.” Tegas Dong Joo. Yool Moo mengangguk mengerti.
“Tidak mungkin kau menyukai pria sepertinya. Kalau begitu, apa kau membicarakanku?” kata Yool Moo. Dong Joo mengaku Bukan.
“Aku mabuk dan mengatakan hal yang tidak kumaksudkan.” Tegas Dong Joo. Yool Moo pikir tidak perlu menyangkalinya seperti itu.



Saat itu diluar, Nok Du meihat Yool Moo dengan Dong Joo lalu mengumpat kesal dan berpikir Mungkin sebaiknya... Aeng Du tiba-tiba datang bertanya apa yang dilakukanya. Nok Du kaget melihat Aeng Du. Aeng Du bertanya apakah menjelek-jelekkan Yool Mu-ku tersayang.
“Apa? Kau bilang "Yool Mu-ku tersayang"?” kata Nok Du panik. Aeng Du mengaku itu terjadi begitu saja.
“Aku tidak bisa menahannya.” Ucap Aeng Du terkesima dengan Yool Moo. Nok Du bingung apa maksud ucapanya.
“Aku sudah memikirkannya, dan saat menikah, orang itu harus bersama seumur hidup. Dan aku menyimpulkan bahwa dia jauh lebih baik darimu. Maafkan aku.” Ucap Aeng Du terpesona. Nok Du tak percaya mendengarnya.
“Dia kekar dan berhati hangat. Dia selalu tersenyum kepadaku. Dong Joo bilang padaku bahwa aku harus mencari pria hebat, dan kurasa dia orangnya. Tidak diragukan lagi, dia orangnya.” Kata Aeng Du seperti sedang jatuh cinta. Nok Du hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala. 


Saat itu Tuan Hwang sedang minum dengan Tuan Yeon. Tuan Yeon bahkan menuangkan minuman, Tuan Hwang bahagia seperti merasa minumanya sangat pahit. Tuan Yeon membahas kalau Tuan Hwang sudah seperti ayah dari Nyonya Kim.
“Ya, tentu saja... Aku membesarkan anak itu.” Kata Tuan Hwang bangga. Tuan Yeon langsung memanggil ayah mertuanya.
“Maukah kau membantuku? Aku bersedia melakukan apa pun untuk memikat hatinya.” Kata Tuan Yeon.  Tuan Hwang meminta agar melepaskan tanganya dahulu.
“Aku ini profesional dalam memikat hati wanita. Tapi tentu saja, pengetahuanku hanya berlaku pada wanita. Omong-omong, akan kuberi tahu yang diperlukan untuk memikat hati wanita.” Ucap Tuan Hwang.
Tuan Yeon penasaran apa itu,  saat itu Nok Du pun datang ingin tahu apa itu. Tuan Yeon kaget lalu panik karena sangat memalukan.



Nok Du melihat dari kejauhan Dong Joo membawa piring kotor seperti sangat keberatan dan teringat yang dikatakan Tuan Hwang.
“Kau harus bersikap tidak acuh sekaligus baik. Ini rahasianya. Biar kuberi tahu apa artinya. Sebelum membantunya, katakan "Apa ini usaha terbaikmu? Sebaiknya kamu bunuh diri karena tidak bisa melakukan ini!" Lalu, bantu dia seolah-olah kau melakukannya karena tidak punya pilihan.”

Nok Du mendekati Dong Joo akhirnya mengambil berkas mangkuk. Dong Joo kaget melihat Nok Du tiba-tiba mengambil barang dari tanganya. Nok Du langsung berkata dengan sinis  Bunuh diri saja. Kau sangat buruk melakukan ini.” Dong Joo melonggo bingung.
“Astaga, apa yang kau lakukan? Berikan padaku.” Ucap Dong Joo melihat Nok Du yang mencuci piringnya.
“Aku membantumu karena harus..” Kata Nok Du mendorong Dong Joo agar menjauh. Dong Joo terlihat kaget dan akhirnya memukul kepala Nok Du. Nok Du menjerit kesakitan.
“Siapa yang mengajarimu ini?” tanya Dong Joo. Nok Du mengeluh dan dong Joo akan ingat ini sebelum tidur.
“Aku bersikap tidak acuh, tapi baik... Ini sangat adiktif.” Kata Nok Du lalu kembali mencuci. Dong Joo hanya bisa menatapnya.
“Kenapa kau menatapku seperti itu jika tidak menyukaiku?” goda Nok Du bisa merasakan tatapan Dong Joo.
“Apa maksudmu? Bagaimana aku melihatmu?” tanya Dong Joo mengelak. Nok Du langsung memegang wajah Dong Joo memberitahu kalau  Seperti itu cara melihatnya.
Dong Joo gugup memilih pergi, Nok Du ingin tahu kemana akan pergi. Dong Joo menjawab Bukan urusannya. Nok Du memperingatkan Dong Joo agar  Jangan terlambat dan makan malamlah di rumah. Nok Du hanya berjalan pergi. Nok Du mengeluh  Dong Joo tidak pernah mendengarkan ibunya.



Mentri pertama membahas Raja yang  ingin menggunakan asisten kapten Pulau Ganghwa dan ingin tahu apakah akan baik-baik saja. Raja  tahu kalu Ada banyak orang yang peduli pada Pangeran Yeongchang.
“Kami akan melakukan yang terbaik untuk tidak memberi mereka alasan. Jadi, jangan khawatir, Yang Mulia.  Selain itu, akan lebih baik jika mereka bersedia membuat keributan sendiri. ” Ucap mentri
“Ini akan menjadi kesempatan bagiku untuk mencari tahu yang akhirnya bisa mengkhianatiku.” Kata raja. 

Dong Joo menatap sebuah kotak didepanya, seperti tak bisa membukanya dan hanya menatapnya lalu membawanya pergi. Sementara pasukan wanita sedang rapat didalam ruangan. Jung Sook memberitahu  Lee In Woo, pejabat setempat yaitu yang merencanakan pengasingan.
“Ayahnya akan merayakan ulang tahunnya yang ke-60 besok. Kudengar mereka hanya mengundang anggota keluarga mereka.” Kata Kim Sook
“Kurasa dia khawatir pembunuh bayaran akan membunuhnya jika dia mengundang banyak orang.”komentar Yeon Bon.
“Dia tidak akan pernah tahu bahwa wanita yang bekerja di sana akan menjadi pembunuhnya” kata Jung Soook
“Kita bertujuh akan pergi ke Hanyang, termasuk aku dan Jung Sook. Setelah kita mengurus ini, aku akan memeriksa apa ada yang mendengar kabar soal Deul Le.” Kata Kim Sook
“Baik, aku akan pergi ke Pulau Ganghwa dengan yang lain.” Ucap Yeon Beon
“Sampaikan ini pada semua yang akan berangkat dengan kita.” Perintah Kim Sook. Keduanya menganguk mengerti.
“Astaga, semua orang di Pasukan Muweol akan pergi.” kata Yeon Beon melemaskan badanya. 


Nok Du berjalan masuk desa janda sambil memikirkan kalau Aeng Du berpikir Yool Moo lebih baik darinya lalu mengumpat kesal.  Ia pun   tidak percaya Aeng Du memilihnya karena makanannya. Saat itu tiga wanat keluar dari rumah.
“Sepertinya kalian akan bepergian jauh.” Ucap Nok Du. Jung Sook memberitahu mereka akan pergi ke Hanyang.
“Ada pesta ulang tahun ke-60 yang meriah.” Kata Yeon Boon. Jun Sook mengaku mereka  berencana membuat keributan di sana. Yeon Boon langsung memukul wajahnya.
“Aku bisa pergi dan membantu.” Kata Nok Du, Kim Sook menolaknya karena Ini penting dan berbahaya.
“Hanyang agak kacau sekarang. Kau tahu apa yang dilakukan Yang Mulia? Di Pulau Ganghwa...” ucap Jung Sook yang langsung dipukul Yeon Boon.
“Hentikan. Kau berbagi terlalu banyak.” Keluh Jung Sook. Nok Du penasaran Apa yang dilakukan Yang Mulia
“Itu bukan urusanmu. Jangan menimbulkan masalah.”kata Kim Sook lalu pamit pergi. Nok Du makin penasarn dengan Pulau Ganghwa dan Yang Mulia. 


Tuan Heo masuk ruangan, anak buahnya mengaku  diberi tahu bahwa Pasukan Muweol telah berangkat. Tuan Heo bertanya apakah yakin semuanya sudah siap. Anak buahnya membenarkan.
“Rumah pejabat setempat akan ramai untuk pesta, jadi, mereka tidak akan kesulitan berbaur.” Jelas Anak buahnya. Tuan Heo menganguk mengerti dan akhirnya keluar dari ruangan 

Tuan Heo sendiri dan di ruangan tiba-tiba seseorang datang menodongkan pedang ke lehernya. Ia bingung siapa yang berani mengancamnya, Tuan Hwang yakin Sepertinya Tuan Heo merencanakan sesuatu lagi.
“Lama tidak berjumpa.” Sapa Tuan Jung, Tuan Heo kaget melihat Tuan Jung yang datang.
Bersambung "Episode 12"

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar