PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 10 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 13

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

KANTOR POLISI
Tuan No mengeluh kalau buku milik Dong Baek  bisa dianggap bukti dan tak percaya kalau diangggap menepuk pundak Dong Baek tahun 2016. Ia pikir hanya membahasnya sungguh konyol. Nyonya Hong menatap dingin pada keduanya.
“Kau melakukannya.” Tegas Dong Baek dengan tatapan sinis. Tuan Byun pun menatap sinis pada Tuan No yang terus menyangkal.
“Sekalipun aku sungguh menepuknya di belakang pundaknya,  bagaimana dengan Undang-Undang Pembatasan? Ini terjadi tahun 2016. Tidak mungkin, tidak ada batas tiga tahun untuk ini.” Kata Tuan No
“Masalahnya, insiden pundak itu bukan satu-satunya kasus yang ada di buku besar ini.” Ucap Tuan Byun. Dong Baek seperti tak bisa menahan amarahnya. 


Saat itu Yong Sik keluar setelah mencuci wajahnya dengan berpura-pura kalau Matanya sangat kering. Tuan Byun tak pecaya kalau Yong Sik  yang menangis sungguhan. Yong Sik menyangkalnya, sementara Nyonya Kwak melihat anaknya itu sangat konyol.
“Baiklah, kuberi tahu pendapatku. Semua insiden didekripsikan dengan sangat detail di buku ini. Lalu perbuatanmu sungguh menjijikkan. Menurutku ini bisa dianggap bukti yang tak terbantahkan. Itu kesimpulan legalku.” Ucap Yong Sik memegang buku besar Dong Baek.
“Apa kau sekolah hukum?” keluh Tuan No lalu meminta tolong pada istrinya agar bisa mengatakan sesuatu.
“Orang dungu ini mengira bisa berkata sesukanya dan menyebutnya hukum.”keluh Tuan No. Istrinya pun langsung berdiri.
“Jadi Apa Kau sungguh berencana menuntut suamiku?” tanya Nyonya Hong. Dong Baek menganguk karena itu rencananya.
“Tapi dia Pemilik gedungmu. Dia punya banyak uang dan koneksi.” Kata Nyonya Hong seperti membela suaminya
“Aku tetap mau melakukannya.” Kata Dong Baek tak peduli. Nyonya Hong pikir Dong Baek tahu kalau ia adalah pengacara.
“Ini takkan menjadi pertarungan mudah.” Ucap Nyonya Hong, Dong Baek tertunduk dan Yong Sik sedikit gugup.
“Istriku masuk Jurusan Hukum di Universitas Nasional Seoul. Teman-teman sekelasnya kini pengacara di firma hukum terbaik.” Kata Tuan No membela istrinya.
“Aku sekompeten itu.” Kata Nyonya Hong bangga lalu mengeluarkan kartu namanay.
“Jadi... hubungi aku untuk saran hukum. Kau tak perlu membayarku.” Ucap Nyonya Hong lalu berjalan pergi.
Dong Baek melonggo, Tuan No pun kaget ternyata istrinya malah membela Dong Baek bukan dirinya.  Semua yang ada didalam ruangan pun kaget mendengarnya. 


Nyonya Kwak berjalan dengan cepat, dibelakang Dong Baek dan Yong Sik seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Nyonya Kwak akhirnya mengeluh mereka yang  terus mengikutinya. Yong Sik pun kesal pada ibunya yang tak bisa katakan sesuatu
“Katakan apa? Mari berpisah dan pergi sendiri-sendiri.” Ucap Nyonya Kwak.
“Astaga, sungguh. Ini tak sepertimu. Kau bahkan tak memukulku. Ayo Pukul saja punggungku! Kau menakutiku.” Kata Yong Sik memperlihatkan badanya.
“Aku sakit kepala. Sebaiknya aku masuk.” Kata Nyonya Kwak masuk ke restoran. Dong Baek akan ikut masuk ke dalam, Yong Sik menahanya.
“Dongbaek... Kenapa kau mengikutinya masuk? Jangan ke dalam.” Ucap Yong Sik khawatir. Dong Baek meminta Yong Sik pergi saja karena akan tetap bicara pada Nyonya Kwak
“Dongbaek... Ibuku bisa memukulmu.” Kata Yong Sik memperingati.
“Hentikan omong kosongmu. Pergilah.” Kata Dong Baek lalu masuk ke dalam restoran. 


Di dalam restoran
Dong Baek dengan wajah tertunduk mengaku ini buruk dan pasti sudah gila. Nyonya Kwak hanya menatapnya, Dong Baek merasa tak punya pikiran dan juga kejam sekali, bahkan pengkhianat lalu mengumpat dirinya itu jalang licin.
“Kau tak bernyali menjadi jalang.” Kata Nyonya Kwak akhirnya duduk didepan Dong Baek.
“Aku berusaha keras bertingkah angkuh dan tangguh. Tapi masalahnya, Nyonya Kwak... Aku rasa... aku rindu memiliki seseorang. Kurasa aku rindu memiliki seseorang yang peduli dan mencemaskanku. Aku tahu bahwa satu orang yang mencemaskanku bisa mengubah seluruh duniaku. Apa yang harus kulakukan? Apa yang akan kau lakukan?” ucap Dong Baek kebingungan.
Di depan restoran, Yong Sik hanya bisa mondar mandir dengan wajah gelisah tapi tak berani masuk ke dalam. Nyonya Kwak tahu kalau Orang tua tak pernah menang melawan anaknya, jadi tak ada yang bisa dilakukan.
“Aku akan memukulinya jika dia 15 tahun. Tingkahnya seperti 15 tahun saat usianya lebih dari 30 tahun. Bagaimana aku bisa menghentikannya? Aku hanya bisa mengandalkan waktu. Jika ini hanya hujan, akan berhenti.” Kata Nyonya Kwak
“Benar.” Kata Dong Baek setuju dengan ucapan Nyonya Kwak. Nyonya Kwak merasa Dong Baek berpikir dirinya tak punya hati mengatakan hal seperti ini. Dong Baek mengaku Tidak.
“Kau sangat tenang, dan itu membuatku merasa makin buruk.” Kata Dong Baek
“Api yang membakar dengan cepat juga padam dengan cepat. Pria juga lebih cepat berubah daripada wanita. Jadi, jangan cepat percaya saat mereka katakan mereka akan memberimu segalanya. Kau harus beri waktu dan sungguh mengamatinya. Jika kau tetap ingin bersamanya walau setelah lama mengamatinya... Kita bisa bicarakan lagi saat itu terjadi. “ ucap Nyonya Kwak.
“Jika... aku yakin ingin bersamanya bahkan setelah mengamatinya, apa kau bersedia merestuiku?” tanya Dong Baek
“Dongbaek... Aku yakin kau mengerti karena kau membesarkan Pil-gu. Hatiku hancur meski dia menceburkan kakinya ke lumpur karena dia putra kesayanganku. Mengetahui beratnya merawat anak orang lain, bagaimana bisa menyuruhnya memilih itu?” ucap Nyonya Kwak. Dong Baek membenarkan. 



Yong Sik masih menunggu di depan restoran, Dong Baek akhirnya keluar restoran. Yong Sik bergegas menghampirinya. Dong Baek mengeluh padahal sudah menyuruh Yong Sik pergi saja. Yong Sik menahan Dong Baek langsung mengajaknya makan pangsit bersama.
“Katanya, orang tak bisa lakukan apa pun jika belum makan. Jantung dan ususmu hanya berjarak sejengkal, jadi, kau perlu mengisi perutmu saat marah. Itu juga akan memuaskanmu secara emosional, dan...” jelas Yong Sik yang langsung di sela oleh Dong Baek.
“Baiklah, ayo pergi. Ayo makan pangsit.” Kata Dong Baek. Yong Sik melonggo kaget tak percaya kalau Dong Baek akan pergi denganya. Dong Baek berjalan lebih dulu dan Yong Sik tersenyum mengikutinya. 

Yong Sik menyiapkan sumpit dan sendok untuk Dong Baek sebelum makan, Dong Baek seperti tak enak hati lalu mengaku kalau sedikit peduli pada Yong Sik,  Bahkan tadi menggila karena cemas Yong Sik mungkin dipenjara. Yong Sik dengan santai kalau sudah lama tergila-gila padanya.
“Bahkan di kantor polisi, aku hanya bisa melihatmu. Aku tak bisa melihat Nyonya Kwak. Seperti pengkhianat. Aku tak semestinya begini. Apa aku tersihir?” keluh Dong Baek.
“Dongbaek, aku sudah lama tersihir olehmu.” Tegas Yong Sik merasa kalau cintanya lebih besar.
“Tapi saat melihat Nyonya Kwak, aku merasa buruk dan bersalah. Lalu kini aku duduk bersamamu makan pangsit, aku merasa...” kata Dong Baek yang disela oleh Yong Sik.
“Kau bahagia, bukan? Kau sungguh merasa baik di dalam hati, kan? Kalau begitu, mungkin kita sebaiknya...” ucap Yong Sik dengan mengebu-gebu.
“Aku tak ingin berpacaran.” Tegas Dong Baek. Yong Sik melonggo tak percaya mendengarnya.
“Kini karena sudah kukatakan, biar kuberi tahu kau yang terjadi agar tidak bereaksi berlebihan. Aku sungguh peduli padamu, tapi aku tak tergila-gila padamu hingga ingin mengabaikan pendapat Nyonya Kwak, Pil-gu, dan yang lain.” Jelas Dong Baek.
“Aku juga tak ingin semuanya berantakan.” Kata Dong Baek. Yong Sik ingin tahu Kenapa "berantakan"
“Cinta itu seperti api.” Tegas Yong Sik. Dong Baek mengeluh kalau tak ingin seperti itu.
“Begini... Aku pernah terlibat cinta seperti itu. Dan aku kalah. Aku tak muda lagi dan aku tak sendirian, aku harus hasilkan uang. Aku tak bisa singkirkan semuanya dan kasmaran. Aku sungguh tak bisa.” Ungkap Dong Baek
“Cari orang lain jika kau ingin jenis hubungan yang membara.” Kata Dong Baek. Yong Sik langsung menolaknya.
“Kau menyingkirkanku lagi... Hentikanlah. Kenapa kita tidak makan pangsit ini saja?” ucap Yong Sik langsung makan tanpa henti seperti ingin mengobati hatinya yang sedih.
“Yong-sik... Hanya diperlukan uap untuk memasak pangsit. Kau tak perlu merebusnya.” Ucap Dong Baek. Yong Sik membenarkan.
“Lupakan api... Kenapa kita tidak pelan-pelan dan hangat saja bersama?” ucap Dong Baek. Yong Sik melonggo mendengarnya.
“Kau bisa mencintai seperti api, tapi semua usai saat putus. Aku harus berpisah dengan ibuku, juga dengan pria itu. Jika aku harus melaluinya lagi, maka aku tak bisa melakukannya. Kalau begitu, aku sungguh akan kalah.” Kata Dong Baek.
“Jadi, maksudmu...Maksudku, kau ingin kita melakukan sesuatu bersama, bukan?” kata Yong Sik seperti tak pecaya. Dong Baek membenarkan. 
“Mari...Mari jalani saja. Aku ingin selalu menjalani hubungan yang hangat untuk waktu lama.” Ucap Dong Baek. Yong Sik ingin menangis haru mendengarnya.
“Kutarik kata-kataku jika kau menangis.” Kata Dong Baek. Yong Sik langsung menahanya. Dong Baek pun memberikan tissue. 

Dong Baek berjalan pulang dengan Yong Sik, Yong Sik membawa bungkusan PANGSIT KAESONG lalu mengingatkan kalau  prioritas Dong baek adalah menjadi ibu Pil-gu dan pemilik Camellia. Setelah itu Dong Baek meminta Yong Sik harus prioritaskan menjadi anak baik untuk Nyonya Kwak.
“Dan polisi baik untuk warga Ongsan. Setelah semua itu, kita bisa bergaul dan melihat bagaimana ini berjalan. Selain itu, tolong periksa anjing Yeong-sim.” Ucap Dong Baek
“Kalau begitu, yakinlah dan janji padaku karena kau sudah memutuskan mencobanya denganku.” Kata Yong Sik memmberikan kelingkingnya. Dong Baek binggung apa maksudnya itu.
 “Entah kita berpacaran atau tidak... Benar, kita harus lakukan yang harus dilakukan.” Kata Yong Sik
“Lakukan apa? Astaga.  Apa aku tampak murahan bagimu?” keluh Dong Baek berjalan pergi. Yong Sik pun Dong Baek itu seperti remaja lalu berjalan pergi. Dong Baek melonggo kaget.
“Kurasa kau sangat tertarik di bidang itu belakangan ini.” Ucap Yong Sik. Dong Baek  pun ingin tahu Janji macam apa.
“Ketahuilah aku akan selalu ada dalam radius 400 m darimu mulai sekarang. Saat kau merasa sedih atau kesal, jangan sedih sendirian. Kau hanya perlu segera lari ke arahku. Kau hanya perlu menjanjikan hal itu” ucap Yong Si
“Mari resmikan ini.. Mari janji kelingking.” Kata Yong Sik mengulurkan jeri kelingkingna. Dong Baek pun mengalungkan jarinya mengaku janji dan langsung melepaskanya. Dong Baek tersenyum melihatnya. 



[EPISODE 13-14 -- PERI ONGSAN]
Pagi hari
Yong Sik dengan santai makan ramyun, Dua teman dan Tuan Byun menatap Yong Sik seperti tak percaya. Tuan Byun mengeluh Yong Sik itu tak cabut gigi bolong itu saja. Yong Sik mengeluh terlahir dengan gigi super sehat, jadi, tak masalah.
“Jika kau ingin pertahankan pekerjaanmu, kau perlu membuatnya sebanding.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik seperti tak peduli terus
“Apa Enak? Kau menikmati mi itu? Kau datang bekerja untuk makan mi, kan?” Sindir Tuan Byun.
“Aku diminta diam.” kata Yong Sik. Tuan Byun bertanya oleh siapa.  Yong Sik menjawab Dongbaek.
“Katanya dia akan mengurusnya.” Ucap Yong Sik santai. Tuan  Byun kaget dan bertanya apa yang akan dilakukan Dong Baek.
“Apa Dia akan menuntut juga agar impas?” tanya Tuan Byun. Yong Sik mengaku tak tahu karena Dong Baek hanya mengatakan akan mengurusnya.
“Entah kenapa aku percaya padanya. Kemarin, aku sadar dia sedikit berubah.” Ucap Yong Sik tersenyum bahagia.
“Apa Ongsan bisa mengubah orang? Aku merasa semua wanita di sini belajar sesuatu sendiri.” Ungkap Tuan Byun tak percaya menatap keluar kantor.


Dong Baek menatap lembaran didepan barnya [DISEWAKAN, TERSEDIA SEGERA] lalu bergumam melihat ada empat tanda seru, seperti tanda yang menulis sangat marah. Saat itu telp di barnya berbunyi, Dong Baek pun langsung bergegas mengangkatnya.
“Aku memindai dan menyimpan semuanya. Aku akan kirim berkasnya lewat surel.” Ucap Nyonya Hong menuliskan semua laporan di komputernya.
“Tapi kenapa kau berbuat ini?” tanya Dong Baek heran.  Nyonya Hong pikir Dong baek tak bisa andalkan lembaran kertas.
“Jika seseorang membawanya, maka kau tak punya apa-apa.” Ucap Nyonya Hong menjelaskan.
“Jadi, kau sungguh membantuku menuntut suamimu? SeJujurnya, aku hanya menulis di sini seperti buku harian. Aku hanya butuh untuk cerita.” Akui Dong Baek
“Hasil Rekam semua selayaknya entah itu cerita atau bukan. Pastikan semua tahu kau punya itu.” Kata Nyonya Hong memasukan USB di kantung celana Dong Baek. Dong Baek terlihat bingung
“Bukankah kau selalu diikuti rumor? Aku yakin mereka selalu merugikanmu. Saatnya kau untung karena rumor.” Ucap Nyonya Hong
“Aku tak begitu mengerti.” Kata Dong Baek. Nyonya Hong menjelaskan  Anggap saja Dong Baek membawa pedang.
“Jika ada yang mengganggumu, gigit saja orang itu daripada menggeliat.” Tegas Nyonya Hong. 


Beberapa bibi membahas ada buku berisi dosa orang di Camellia dan kekuasaan berubah sekarang. Di sebuah ruangan, Sek membaca catatanya "Daftar tamu Restoran C. 14 Agustus 2019. Pesta perpisahan Tuan Park dari kantor kementerian. Minuman campuran alkohol berat dan bir..."
“Tunggu. Apa Ada tentang keadaanku hari itu?” tanya Tuan Park tak percaya.
“Kau mabuk berat, Pak.” Kata Sek. Tuan Park tak percaya alau "Mabuk berat" lalu mengumpat marah pada mereka yang tak melakukan.
“Kami mencampur minuman.” Kata Sek. Tuan Park kaget dan mengeluh kalau menyewa mereka untuk mencampur minumannya.
“Kami melakukannya karena kau suruh, Pak.” Ucap Sek. Tuan Park tak bisa berkata-kata ingin tahu apakah bicara omong kosong.

“Apa tindakanku bodoh?” tanya Tuan Park. Sek menjawab tidak ad Tapi Tuan Park meninggalkan tanda tangan di dinding.
“Aku sudah membuat ratusan tanda tangan, jadi, aku tak bisa membuat kesalahan. Masalahnya, kau menulis sesuatu di dinding.” Jelas Sek-nya. Tuan Park ingin tau apa yang dituliskanya.
 “Tergantung penafsiran, itu bisa dianggap agak... Agak... Menurutku, itu bisa dianggap kata-kata kotor.” Kata Sek-nya. Tuan Park ingin tahu apa yang ditulisnya.
Tuan Park yang mabuk menuliskan  [DONGBAEK PUNYA KAKI SEJUTA DOLAR] dan memberikan tanda tangan di bawahnya lalu menatap ke arah Dong Baek. 


Tuan No kebingungan dan berpikir melaporkan ini ke partai lebih dahulu sambil berjalan. Bibi Park melihat Tuan No bertanya-tanya apakah  berdamai lalu menyuruh agar pergi memohon kepada Dong Baek dan yakin takkan dipenjara karena memperjuangkan demokrasi.
“Siapa yang akan memilihmu jika kau dipenjara karena menyentuh tangan wanita bar? Karier politiknya akan tamat.” Ejek Bibi Park tertawa mengejek.
“Ini semua hanya manuver politik. Ini bisa dianggap penistaan nama baik figur publik dan manuver politik. Bahkan Clinton menang pemilihan ulang. Ini tak akan bisa bahayakan masa depanku.” Tegas Tuan No berjalan mundur untuk membela diri.
“Apa kau Bill Clinton? Hei, orang-orang di Ongsan tak sebaik warga Amerika.” Kata Bibi Kim
“Aku akan ikuti jalanku. Kuda tak maju jika terus berbalik tiap kali anjing menyalak.” Tegas Tuan No. Bibi Park mengeluh dengan yang dikatakan Tuan No.
“Dia bahkan tak bisa bicara.” Ejek Bibi Park. Tuan No mengaku  sungguh tak apa-apa.
“Aku akan tetap tenang dan menjaga kudaku maju...” kata Tuan No yang langsung disela oleh bibi agar pergi saja.
“Bawa kudamu pergi. Kami harus bekerja. Berhenti buang waktumu di sini dan tunggangi kudamu, Tolol. Kenapa kau berdiri menginjak lobak hijau keringku?” keluh Bibi Park.
“Kalian yang mulai bicara.”kata Tuan No, Bibi Park menaku  hanya mengobrol sendiri dan Tuan No yang salah jalan
“Hei, ritsletingmu turun.” Ejek Bibi Jung, Tuan No mengumpat kesal lalu berjalan pergi. 


Tuan No masuk ke bar mencari di dalama laci dan tak menemukanya. Hyang Mi bertanya apakah Tuan No  mencari buku besar, lalu memberitahu kalau Dong Baek membawanya. Tuan No mengeluh kalau itu seperti tas tangan karena membawanya ke mana-mana.
“Apa Kau berniat mencurinya? Kau tahu itu mencuri, kan?” ucap Hyang Mi  Tuan No mengeluh kalau Hytak berhak mengatakan itu kepadanya.
“Berikan uang tiket pesawatku Jumat ini.” Kata Hyang Mi santai. Tuan No kesal berpikir butuh pengusiran setan?.
“Aku paham kau sedang kesulitan, tapi bukan hanya kau.” Sindir Hyang Mi. Tuan No makin kesal berpikir Hyang Mi ingin bertengkar dengannya. Saat itu ibu Dong Baek datang langsung memukul kepala Tuan No.
“Hei, kenapa kau memukul kepalaku?” keluh Tuan No, Ibu Dong Baek menyuruh Menyingkir dan mengaku punya demensia.


Dong Baek duduk disofa sambil minum teh ingin tahu kenapa melakukan semua ini untuknya. Nyonya Hong mengaku  Tak ada alasan dan tak tahan mengamati Dong Baek yang membuat orang tertarik. Dong Baek masih penasaran alasan Nyonya Hong yang membantunya.
“Omong-omong, krim mata apa... Ahh... Tidak, lupakan saja.” Ucap Nyonya Hong tak ingin membahasnya. Dong Baek pun tak bisa menguliknya lagi. 

Didepan kantor hukum, Tuan No duduk dalam mobil tak percaya  Nyonya Hong tu sungguh akan membela Dongbaek. Ia lalu berpikir bisa menyalahkan semua tindakanya karena  meminum obat ini saja. Saat itu Dong Baek keluar dari kantor.
“Hei! Tunggu.. Kenapa kau muncul dari sana? Kenapa kau temui istriku? Apa Kalian bersekongkol melawanku?” ucap Tuan No marah.
“Aku bertemu untuk konsultasi.” Kata Dong Baek memegang buku besar ditanganya.
“Apa itu harta karunmu? Biar kulihat.” Kata Tuan No mencoba mengambilnya, tapi Dong Baek bisa menahanya.
“Kenapa kau memeluknya?” keluh Tuan No, Dong baek menegaskan kalau ini adalah miliknya jadi urus saja urusannya.
“Hei!.. Mari makan es serut.” Teriak Tuan No mengajak Dong Baek makan. 


Akhirnya Dong Baek makan dengan lahap es sambil terus memeluk buku ditanganya. Tuan No pikir Dong Baek kurang paham situasi saat ini jadi akan menuntut Yong-sik juga. Ia yakin bisa buktikan perbuatannya karena implannya lepas.
“Aku juga punya bukti.” Ucap Dong Baek santai. Tuan No melihat Dong Baek memang wanita bernyali.
“Bagaimana... Apa Kau kira bisa begini pada induk semangmu?” kata Tuan No. Dong Baek mengaku bisa. Tuan No tak percaya dengan ucapan Dong Baek.
"Jika kau kasar padaku, aku juga akan begitu." Itu moto hidupku mulai sekarang. Katanya, "Kotoran dihindari karena menakutkan, bukan kotor." Ucap Dong Baek
“Dasar Sial. Aku terbalik.” Gumam Tuan No. Dong Baek pikir kalau Tuan No takut maka minta maaf saja.
“Lupakan. Aku akan biarkan ini karena aku figur publik, jadi, mari sama-sama cabut tuntutan.” Kata Tuan No
“Minta maaf.” Balas Dong Baek seperti tak peduli. Tuan No pikir Dong Baek benar-benar tak mengerti situasinya
“Yong-sik memukulku lebih dahulu. Gigi nomor 36-ku lepas karena itu.”tegas Tuan No
“Kau harus minta maaf.” Ucap Dong Baek. Tuan No menolak dan tak mau melakukanya.
“Aku punya salinan digitalnya di dalam diska lepas dan salinannya dikirimkan lewat surel.” Ucap Dong Baek saat Tuan No akan mengambil buku besarnya.
“Apa kalian semua kuliah? Kenapa semuanya pintar?” keluh Tuan No akhirnya melepaskan tanganya.
“Sampai jumpa di pengadilan.” Tegas Dong Baek lalu berjalan pergi. Tuan No terlihat gugup dengan tanganya mengepal tanganya.
“I’M Sorry! I’m Sorry...” ucap Tuan No. Dong Baek menatap dingin agar Tuan No Berhenti meremehkannya.
“ Aku bicara bahasa Inggris... Baiklah... Aku sungguh minta maaf. Aku sungguh menyesal Apa Kau puas?” kata Tuan No
“Jangan macam-macam denganku lagi.” Tegas Dong Baek. Tuan No tak percaya dengan sikap Dong Baek berpikir kalau sedang mabuk.
“Pelatuk sudah ditarik dan Dongbaek yang lama sudah mati. Mulai sekarang, jika kau sebutkan kacang, aku akan menembak.” Tegas Dong Baek.
“Hei, kau dapat obat dari pembedah saraf di persimpangan?” tanya Tuan No tak percaya mendengarnya.
“Aku akan menembakmu tanpa ragu.” Tegas Dong Baek lalu berjalan pergi. 




Dong Bae berjalan pulang mengaku sungguh tak terbiasa dengan in dan Sungguh tak mudah menjadi tangguh dalam semalam. Para bibi menatap Dong Baek yang berjalan menyembunyikan buku dipungungnya. Dong Baek pun menyapa Bibi dengan sopan.
“Itu pasti buku besarnya.. Aku tak percaya perempuan itu. Aku tak percaya dia. Aku tak percaya dia menulis itu di belakang semua orang.” Komentar Bibi Kim.
“Mereka pantas menerimanya. Itu membuat para pria tak bersyukur itu takut pada buku besar. Dongbaek bisa sangat lihai. Itu pujian.” Komentar Bibi Park. 


Lembaran profil keluar dari pesan printer,  masuk ke dalam WARGA DALAM WILAYAH YURISDIKSI. Tuan Byun tak percaya  kalau Polisi yang menyebut ini kerja sama. Yong Sik pun mengartikan kalau minta mereka menyelidiki setiap orang dalam wilayah yurisdiksi yang menggunakan ukuran sepatu 260 mm
“Apa kau Belum lihat Unanswered Questions? Jejak kaki yang ditemukan di TKP ukuran 260 mm.” Jelas Detektif.
“Dengan begitu, kami harus mulai dari anak-anak usia 15 tahun, dan kami harus periksa semua yang masih hidup di atas usia itu. Kami tak punya cukup orang untuk...” kata Tuan Byun.
“Semoga berhasil.” Ucap Detektif. Yong Sik tak percaya mendengarna. Detektif mengulang semoga berhasil.
“Astaga, ukuran sepatumu juga 260 mm... Wahh... Tersangka nomor satu.”teriak Yong Sik melepaskan sepatu detektif  dengan nada mengejek. 


Yong Sik membawa tumpukan profil mengeluh kalau detektif pikir ini tahun '80-an padahal butuh investigasi ilmiah. Tuan Byun menyindir kalau mereka lakukan, maka Yong Sik tak akan ikut. Tapi Tim sains yang akan lakukan. Yong Sik menegaskan tak setuju investigasi seperti ini.
“Apa ada yang minta persetujuanmu?” keluh Tuan Byun. Yong Sik pikir  Investigasi payah semacam ini tak terbayangkan di Miami.
“Maka pergilah ke sana. Berhenti membuat kami pusing dan pindah ke kantor Miami.” Kata Tuan Byun.
“Apa aku harus datangi tiap rumah untuk mengukur kaki orang?” keluh Yong Sik
“Kau harus serahkan lamaran ke polsek Miami. Jika kau ingin, maka aku bisa sediakan referensi.” Ucap Tuan Byun.  
“Kau bisa ukur kaki orang-orang. Dan Aku selidiki sendiri.” Tegas Yong Sik memberikan tumpukan kertas pada Tuan Byun.
“Enam tahun dia lolos kejaran orang pintar, Kau bisa apa?” keluh Tuan Byun.
“Aku punya kualitas yang mereka tak punya.” Tegas Yong Sik yakin. Tuan Byun ingin tahu apa yang diinginkanya.
“Kau pikir kau ini siapa?” ucap Tuan Byun mengejek. Dong Baek dengan yakin kalau ia adalah penduduk asli Ongsan.
Bersambung ke episode 14

 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar