PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 08 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 6

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Keduanya saling menatap, Nok Du mencoba memalingkan wajahnya menagku  serius saat mengatakan ini. Dong Joo terlihat gugup. Nok Du dengan nada mengejek kalau Dong Joo bisa mecari karier baru untuknya. Dong Joo kesal langsung mendorong Nok Du dan bisa berdiri tegak.
“Sekeras apa pun aku memikirkannya, aku tidak percaya kau ditakdirkan menjadi gisaeng Dalam hidup, kita tidak bisa melakukan semua yang kita mau.”komentar Nok Du
“Kapan aku bilang aku mau? Aku tidak melakukan ini karena menginginkannya. Aku tidak mau menjadi gisaeng.” Tegas Dong Joo. Nok Du mencoba mengertikan.
“Tidak bisa melakukan semua yang kita mau? Tidak.. Kita tidak bisa menghindari beberapa hal semau kita. Itulah hidup” ucap Dong Joo.
“Pikiranku sempit.. Maaf.” Kata Nok Du. Dong Jo pun tak ingin membahasnya lagi.
“Sepertinya kau budak beruntung yang tidak perlu bersusah payah berkat kekasihmu.” Ucap Dong Joo
“Aku tidak diizinkan melakukan apa pun termasuk yang ingin dan yang tidak ingin kulakukan. Tapi sekarang, aku tidak akan hidup seperti itu. Aku akan melakukan yang kuinginkan dan melakukan yang tidak kuinginkan sama seperti orang lain.” Jelas Nok Du
"Seperti orang lain"?” tanya Dong Joo bingung. Nok Du pikir  Pasti sulit bagi Dong Joo tinggal di sini dan melakukan hal yang tidak diinginkan.Dong Joo hanya diam saja menatap Nok Du
“Apa? Kau tiba-tiba menganggapku tampan? Aku cukup tampan, kan?” goda Nok Du. Dong Joo hanya diam saja sambil memalingkan wajahnya.
“Kenapa? Kukira kamu akan melempar sesuatu kepadaku.” ejek Nok Du Dong Joo mengeluh kalau Nok Du sama sekali tidak tampan.
“Pakaian kita sudah cukup kering. Ayo kita kembali.” kata Dong Joo lalu berjalan pergi. 

Yool Moo melihat Dong Joo bertanya apakah pergi dari desa janda. Dong Joo tak menjawabnya dan berjalan begitu saja. Nok Du berjalan dibelakang memberi kode pada Yool Mo agar jangan bertanya karena Dong Joo sedang marah.
“Jadi, Apa dia jatuh ke air saat berlatih menari? Itu berarti kau pasti telah melihat tarian Dong Joo.” ucap Yool Moo
“Ya, aku melihatnya... Itu...” kata Nok Du yang langsung disela Yool Moo kalau tarian Dong Joo pasti manis.
“Tentu. Aku tidak menduga kau akan menyebut itu manis.” Ucap Nok Du menahan tawa.
“Jika itu terjadi, seharusnya kau meminjamkan gaunmu. Dong Joo rentan terhadap flu, jadi, dia mudah terserang flu.” Kata Yool Moo
“Aku juga jatuh ke air. Aku juga tidak suka kedinginan.” Ucap Nok Du kesal. Yool Mo melihat Dong Joo meminta Nok Du agar memegang tasnya. 

Yool Moo seperti ingin melepaskan jubahnya, Dong Joo sudah tahu menyuruh Yool Moo Jangan melepasny karena tidak kedinginan. Yool Moo akhirnya mencari sesuatu didalam bajunya, Dong Joo pun meminta agar  Jangan mengeluarkannya karena tidak akan menerimanya.
“Kau cepat tanggap... Tapi Ini sangat lezat. Jadi Ambil dan sembunyikan. Pastikan kau makan ini sendiri.” Ucap Yool Moo memberi bungkusan besar. Dong Joo melihat isinya permen.
“Nyonya Kim... Dia memberiku ini untuk mengucapkan selamat ulang tahun.. Selamat ulang tahun.” Ucap Dong Joo memberikan permen pada Nok Du
“Aku bukan anak kecil..” keluh Nok Du tapi bahagia memakan permen. Yool Moo hanya bisa tersenyum lalu mengingat tentang hari ini adalah...
“Ada apa? Apa hari ini ulang tahun seseorang?” tanya  Nok Du penasaran. Yool Moo mengaku tak ada. 

Ratu duduk sendirian diluar. Raja datang bertanya Sedang apa di sini. Ratu pikir setelah mengikuti Yang Mulia keluar istana selama perang, dan sadar kalau sdang mengandung jadi tidak berselera makan.
“Aku hanya bisa makan okchundang ini yang dibawa Dayang Kim untukku. Entah apa kau ingat itu, Yang Mulia.” Kata Ratu
“Kamu selalu mengatakannya tiap tahun. Mana mungkin aku tidak ingat?”ucap Ratu
“Jika anak itu hidup, apakah menurutmu anak itu juga menyukai okchundang?” kata Ratu
“Anak itu sudah meninggal. Anak itu sudah tiada. Tolong hentikan.” Ucap Raja.
“Kita harus berpisah begitu aku melahirkan anak kita. Kenapa aku tidak boleh merindukan anakku yang hilang? Kenapa kamu selalu terlihat sangat terkejut?”keluh Ratu. Raja tak banyak  berkata-kata memilih untuk pergi.


Saat itu Tuan Heo sudah berdiri didepanya, Raja pun tak sengaja menjatuhkan permen dari atas meja. Nok Du juga tak sengaja menjatuhkan permen dan  memberikan pada Dong Joo dan Yool Moo. Keduanya hanya bisa menatap heran, Nok Du akhirnya memakan semua permen.
“Siapa namanya?” tanya seorang bangsawan. Anak buahnya menyebut namanya Dong Joo.
“Aku langsung tahu dia sudah berusia lebih dari 12 tahun.” Kata si bangsawan. 

Malam Hari, Tuan Jung keluar rumah. Tuan Hwang menahanya. Tuan Jung meminta agar melepaskanya. Tuan Hwang pikir Di luar gelap gulita jadi mau ke mana. Tuan Hwang pikir Karena semua orang sudah aman, jadi harus mencari Nokdu.
“Apa Kau pikir kau bisa membujuknya? Apa Kau melihat wajahnya saat dia pergi? Entah apa yang terjadi, tapi dia tidak akan pernah kembali sebelum dia tahu apa yang ingin dia ketahui.” Jelas Tuan Hwang
“Tapi itu terlalu berbahaya. Bahkan Jika dia tahu sesuatu, dia akan lebih dalam bahaya.” Kata Tuan Jung khawatir.
“Dia bisa bela diri. Jika kau pergi selarut ini, bukan hanya gagal mencapai Hanyang, tapi kau akan dimakan hidup-hidup oleh harimau. Itu akan memangsamu. Ayo kembali ke dalam. Jangan sampai dimakan hidup-hidup.” Kata Tuan Hwang. Tuan Jung pun mengikutinya. 


Nok Du mengeluh sambil berbaring karena Meski melepas ikatannya, karena Dong Joo tidak akan tahu. Bahkan Dong Joo tidak bisa mendengar apa pun saat tertidur. Dong Joo pun ingin tahu Apa yang dilakukan saat Dong Joo tidur.
“Lupakan saja... Aku sungguh tidak tertarik pada wanita. Tidak boleh, dan aku juga tidak punya waktu untuk itu.” Kata Nok Du
“Sebesar itukah kau mencintai kekasihmu?” tanya Dong Joo. Nok Du membenarkan.
“Aku mendambakannya. Aku merindukannya. Maksudku, kau tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal seperti itu.” Jelas Nok Du.
“Baiklah. Terima kasih atas pengakuan cinta yang tidak membuatku penasaran.” kata Dong Joo
“Hei... Matikan lilinnya. Kau harus berhemat.” Ucap Nok Du. Dong Joo pun mengikutinya. Nok Du pun tertidur. 



Pagi hari
Dong Joo panik melihat Nok Du tak ada dikamar tapi masih ada makanan lalu membaca pesan dari Nok Du “ Aku di tempat pembuatan bir untuk membuat malt.” Ia tersenyum membaca pesan Nok Du. Saat itu Yeon Geun datang.
“Siapa yang kau bicarakan?” tanya si pria. Dong Joo mengaku Bukan apa-apa.
“Apa Kau melihat orang yang mencurigakan?” tanya Tuan Yeon, Dong joo mengaku tidak sama sekali.
“Omong-omong, kenapa Anda kemari?” tanya Dong Joo. Tuan Yeon bertanya Apa Nyonya Kim ada.
“Tidak, dia sedang di desa janda.” Kata Dong Joo. Tuan Yeon pikir Nok Du  tidak boleh berkeliaran karena Itu berbahaya. Dong Joo tiba-tiba gugup. 

Nok Du membantu para wanita di pembuatan bir, lalu bertanya Di mana harus meletakkan kendi ini. Si wanita menununjk Ada tempat mereka menyimpannya di sana. Nok Du akhirnya masuk ke dalam kamar, dan menemukan sebuah pintu dan memeriksanya.
“Kenapa kau di sini?” tanya Kim Sook melihat Nok Du di ruanganya. Nok Du dengan sangat berpikir kalau ini ruangannya
“Ada pintu samping di sana yang menuju halaman belakang.” Kata Kim Sook menujuk ke ruangan luar.
“Pantas saja. Aku merasa aneh menyimpan tempayan di dalam ruangan.” Ucap Nok Du lalu berjalan keluar.
“Omong-omong, apa aku akan dibayar dengan mengerjakan ini?” tanya Nok Du sebelum berjalan keluar. Kim Sook menganguk. Nok Du pun tersenyum bahagia.
Di dalam ruangan, Dael Ree menatap gambar yang dibuat Nok Du dengan sketsa wajah yang dibuatnya, seperti merasakan ada yang aneh.  


Dong Joo duduk sendirian diluar, teringat yang dikatakan Tuan Yeon sebelumnya.
“Dia masuk ke desa janda dan diusir. Tapi dia gagal mendapat pelajaran dan kembali ke sana lagi. Kudengar dia cukup jahat. Jika menyangkut wanita, dia menggoda siapa pun dari gisaeng hingga janda.”

Dong Joo khawatir akhirnya pergi ke tempat pembuatan bir. Tiba-tiba seorang wanita keluar terjatuh, Nok Du langsung menahan sebelum jatuh dan bertanya keadaanya. Si wanita tak percaya kalau Nok Du  tahu ia akan tersandung. 

“Hentikanlah... Kamu membuat jantungku berdebar... Jika kau pria, aku akan...” kata si wanita malu-malu. Nok Du kebingungan. Si wanita langsung menyandarkan kepalanya.
“Berhentilah bersikap konyol! Ayoo Ikut aku.” Ucap Yeon Boon menarik Jung Sook pergi.
“Dia hanya kesepian, jadi, abaikan saja.” Kata Kim Sook. Yeon Boon terus mencoba agar menyadarkan temanya.
Nok Du kebingungan saat itu Dong Joo datang menepuk pundaknyad an keduanya saling menatap. 


Deul Re pergi ke rumah gisaeng dengan gambar ditanganya lalu bertanya pada wanita yang baru keluar bertanya Di mana kamar Dong Joo. Mereka menunjuk kamar dibagian depan.  Nok Du dan Dong Joo akhirnya masuk ke kamar.
“Hei, aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi bisakah kita bicara nanti malam?” ucap Nok Du
“Orang yang diusir dari desa itu kau, bukan?” kata Dong Joo, Nok Du bingung menjelaskan.
“Tapi Apa kau masih berkeliaran?”kata Dong Joo, Nok Du masih ingin menjelaskan tapi Dong Joo kembali bicara.
“Kau harus bersembunyi sampai kekasihmu datang.” Kata Dong Joo. Nok Du ingin mejelaskan tapi Dong Joo sudah memberikan tas milik Dong Joo.
“Keluar. Aku mendengar semuanya. Kudengar kau mencoba menggoda semua jenis wanita.” Kata Dong Joo sinis
“Benarkah itu pendapatmu tentangku?” kata Nok Du sinis. Saat itu Deul Ree diam-diam mendengarnya.
“Pendapatku tidak penting. Di desa, begitulah mereka melihatmu. Kau akan mati jika tertangkap.” Ucap Dong Joo.
Nok Du mengerti karena akan pergi. Deul Ree sudah memegang pisau dikakinya, lalu teringat dengan pria yang melukai kakinya. Nok Du saat itu bertanya “Siapa kau? Kenapa kau di sini?” Akhirnya ia berpikir tidak bisa melakukan ini sendirian.



Dong Joo mengantar Nok Du pergi dan bertanya akan pergi kemana. Nok Du pikir Dong Joo tak perlu peduli. Dong Joo berpesan agar Nok Du  Jangan lakukan hal bodoh dan bersembunyilah dan Saat kekasihnya datang, maka ia akan...
“Jika sesuatu terjadi kepadaku, bilang saja kau tidak tahu. Aku pun akan mengatakan hal yang sama.” Ucap Nok Du
“Tunggu Sebentar.” Kata Dong Joo lalu membalut luka ditangan Nok Du lalu setelah itu memperbolehkan untuk pergi. Nok Du hanya bisa menatap sedih. 

Deul Re berlari ke hutan tapi saat itu seseorang menghadang dengan pedang.  Kim Sook akhirnya berkumpul dengan dua anggotanya lalu bertanya Kenapa Deul Le belum datang. Yeon Boon mengaku tidak tahu dan Deul Ree bilang harus memeriksa sesuatu.
“Kita mulai tanpanya saja... Dialah laki-laki yang harus kita bunuh malam ini. Karena ini di pusat ibu kota, kita tidak boleh membuat keributan. Hanya salah satu dari kita yang harus pergi menyingkirkannya.” Ucap Kim Sook
“Aku harus membunuh bajingan itu. Beraninya dia membunuh ibu dari cucunya demi batu kebajikan itu? Biar aku saja.” Kata Yeon Boon
“Apa Kau akan pergi sekarang?” tanya Jung Sook,  Yeon Boon pikir Tidak perlu menunggu.
“Lalu Di mana batang tintanya?” tanya Yeon Boon, Jung Sook menunjuk ke lemari.
Nok Du yang bersembunyi di dalam lemari panik, Yeon Boon menarik pintu dan saat itu menjerit kaget. Nok Du langsung terjatuh. Yeon Boon langsung mengeluarkan pisaunya. 
Dong Joo duduk sendirian diluar ruangan,  tiba-tiba Wa Soo berlari memanggil Dong Joo dengan wajah panik. Dong Joo bertanya ada apa. Didepan rumah terlihat bangsawan menatap Dong Joo. Akhirnya Nyonya Chun menuangkan teh dengan tangan gemetar.
“Gadis yang cukup berani untuk memotong rambutnya. Kudengar dia sudah cukup dewasa untuk menjadi gisaeng. Aku belajar dari kesalahan masa laluku. Karenanya, aku ingin membuat pilihan yang tidak menentang adat istiadatmu. Apa ada masalah dengan itu?” kata bangsawan.
“Tuan... Dia mungkin sudah cukup dewasa, tapi dia masih...” kata Nyonya Chun. Si Tuan marah menyiram dengan air dan melepaskan gelas, percikan beling mengenai wajah Nyonya Chun.
“Beraninya kau... Kau tidak membuat pilihan. Aku yang memilih. Aku seorang bangsawan, dan kalian hanyalah sekumpulan gisaeng. Jika aku ingin dia menjadi milikku, tidak ada yang bisa cegah. Beraninya kamu.. berusaha membujukku dengan mengungkit adat istiadatmu?” Tegas si pria
“Kalau begitu, tolong beri aku waktu.” Kata Nyonya Chun. Si pria langsung menolaknya.
“Apa Kau akan memanggil seseorang untuk membodohiku lagi? Aku akan membawanya bersamaku sekarang. Apa Kau tidak melihat tandu yang kubawa?” kata si pria
“Bagaimana jika aku menolak memberikannya kepadamu? Apa yang akan kau lakukan?” tanya Nyonya Chun.
“Bagaimana menurutmu? Tempat ini harus ditutup, dan kalian semua akan menjadi budak. Aku akan membantumu dan mengirimmu ke tempat di Tamla agar bisa menikmati pemandangan. Tapi kudengar kebanyakan orang mati dalam perjalanan ke sana karena perjalanan perahu yang berbahaya.” Kata Si pria.
Saat itu Dong Joo membuka pintu, Nyonya Chun kaget melihatnya. 




Kim Sook dkk kaget melihat Nok Du dan terbanya sedang apa dengan pisau yang mengancamnya. Nok Du mengaku Masalahnya,melihat cincin di sini tadi siang jadi berpiir mungkin bisa menjualnya dan menghasilkan uang lalu meminta maaf.
“Seberapa banyak yang kau dengar?” tanya Yeon Boon. Nok Du mengaku mendengar rencana mereka membunuh seseorang. Semua kaget.
“Kau tidak salah dengar.” Kata Kim Sook. Nok Du pun bertanya apakah mereka akan membunuhnya.
“Bagaimana jika aku bilang aku yang akan melakukannya?” kata Nok Du. Semua terlihat binggung. 

Si bangsawan melihat Dong Joo tak percaya kalau berlari begitu cepat. Dan tidak menduga akan menerimanya. Dong Joo langsung memalingkan wajahnya saat si bangsawan yang ingin menyentuh wajahnya. Si pria langsung mengumpat Dong Joo wanita arogan!
“Kau harus pergi. Tetaplah di kamarmu.” Kata Nyonya Chun. Dong Joo menolaknya.
“Menghindarnya tidak akan mengubah apa pun.” Kata Dong Joon. Nyonya Cun meminta Dong Joo Lakukan saja perintahnya.
“Nyonya Chun... Aku tidak bisa mengatakan ini karena rasanya memalukan. Tapi Anda tahu betapa bersyukurnya aku, kan? Anda menyelamatkanku dari tempat itu saat aku masih kecil. Dan aku bersyukur untuk itu setiap hari.” Kata Dong Joo. 

Saat itu si bangsawan akhirnya datang dengan pedang bertanya pada Dong Joon apakah mau ikut dengannya atau pilih mati. Dong Joo dengan sangat yakin mengatakan tidak bisa ikut. Si bangsawan kaget Dong Joo menolaknya.
“Tidak, aku tidak bisa pergi seperti ini. Gisaeng macam apa yang pergi berpenampilan seperti ini?” ucap Dong Joo. Nyonya Chun tak percaya mendengarnya.
“Ini bukan tindakan yang tepat.  Aku akan kembali untuk menyambutmu setelah aku mempersiapkan diri.” Kata Dong Joo
“Apa kau mencoba melakukan sesuatu tanpa sepengetahuanku? Nasib rumah gisaeng ini ada di tanganmu.” Ucap Si bangsawan. Dong Joo mengaku tidak akan berani.
“Aku sudah menyadari bahwa kau cukup berbeda. Aku sangat menyukai keberanianmu. Kirim dia ke tempatku pukul 22.30.” kata Si bangsawan lalu melangkah pergi dengan tawa bahagia. Dong Joo langsung jatuh  lemas. 

Nok Du berlutut sementara, Kim Sook dkk mulai berunding kalau harus mendengar yang dikatakan Nok Du dahulu. Jung Sook pikir Nok Du sudah mendengar semuanya dan akan memberikan Nok Du kesempatan. Akhirnya mereka menemui Nok Du kembali.
“Kau pasti sudah gila. Apa Kau sungguh bersedia membunuhnya?” tanya Yeon Boon.
“Aku tidak menghasilkan cukup uang bekerja di tempat pembuatan bir. Tapi jika aku membunuh seseorang, maka aku akan bisa menghasilkan banyak uang.” Kata Nok Du.
“Bagaimana jika kamu melakukan ini untuk melarikan diri?” kata Kim Sook tak yakin.
“Aku tahu kalian tidak akan membiarkanku kabur.” Ucap Nok Du yakin  Kim Sook ingin tahu siapa sebenarnya Nok Du itu.
“Apa Kau pernah membunuh seseorang?” tanya Kim Sook curiga. Nok Du mengaku sudah melihat banyak orang mati.
“Hanya aku yang bisa merawat orang tuaku yang sakit. Selama aku bisa menghasilkan banyak uang, membunuh seseorang bukanlah masalah besar.” Ucap Nok Du.
“Baiklah... Cobalah... Lagi pula, kita membutuhkan anggota baru. Jadi, kita tidak akan rugi apa pun. Jika kita membunuhnya di sini, akan sulit menyingkirkan jasadnya.” Kata Kim Sook 


Wa Soo menangis sambil terus berjalan Yool Moo melihat Wa Soo bingung melihatnya. Wa Soo terus menangis sambil memberikan make up untuk Dong Joo. Dong Joo mengeluh meminta agar Wa Soo berhenti terlihat seperti itu.
“Bagaimana penampilanku?” tanya Wa Soo melihat Dong Joo terlihat santai.
“Kau menatapku seolah ini kali terakhir kita bertemu di dunia ini.” Kata Dong Joo. Wa Soo mengeluh Dong Joo mengatakan hal itu.
“Coba lihat ini... Aku tidak akan mati semudah itu. Jangan khawatir.” Ucap Dong Joo memperlihatkan pisau balik bajunya.
“Hwa Soo, aku akan pergi sekarang.” Kata Dong Joo, Wa Soo bertanya apakah Nyonya Kim tahu.
“Dia sudah pergi.” kata Dong Joo terdiam, Wa Soo bingung Nok Du yang  Pergi dan bertanya kemana Selarut ini.
“Kau benar... Aku membiarkannya pergi selarut ini.” Kata Dong Joo merasa bersalah. 


Nok Du berjalan sendirian dihutan, teringat dengan pesan Kim Sook.
“Jika kau berhasil membunuhnya dan kembali, kau tidak hanya akan dibayar, tapi kami juga akan mengizinkanmu bekerja dengan kami. Tapi jika kau gagal, kau akan langsung mati.” 

Dong Joo berjalan keluar rumah gisaeng, Wa Soo masih terus menangis. Nok Du melihatnya,Dong Joo pikir harus masuk ke tandu sekarang jadi mereka berdua harus kembali ke dalam.
“Si brengsek itu sulit dipercaya. Kenapa dia harus memanggilmu ke tempat yang terpencil?” keluh Wa Soo kesal
“Berhentilah menangis.”kata Dong Joo. Wa Soo mengingat Mae Hyang kembali dalam keadaan mati Bagaimana jika Dong Joo...
“Aku tidak akan mati... Aku tidak bisa mati sekarang.” Ucap Dong Joo yakin. 

Nok Du teringat dengan yang saat Dong Joo memotong rambutnya sambil berkata “ Jika rambut yang kamu inginkan, akan kuberikan kepadamu. Rambut selalu tumbuh kembali. Tidak mungkin lebih penting daripada gadis kecil itu.”
Lalu saat di sungai Dong Joo berkata “Kapan aku bilang aku menginginkan ini? Aku tidak melakukan ini karena aku menginginkannya. Aku tidak ingin menjadi gisaeng.”
Akhirnya Dong Joo masuk ke dalam tandu, Nok Du melihat kertas sketsa wajah yang harus dibunuhnya dan melihat Dong Joo yang pergi. Dong Joo terlihat tegang dan melihat pintu rumah si bangsawan. Akhirnya ia perlahan masuk ke dalam ruangan.
“Aku Dong Joo dari Rumah Yeonhwa.” Ucap Dong Joo membungkuk memberikan hormat.
Saat itu pria yang dibelakang tirai pun berjalan mendekati Dong Joo. Si pria berjalan mendekat dan mengangkat wajah Dong Joo. Dong Joo kaget melihat tenyata Nok Du dengan pakaian pria. Nok Do mengejek kalau  Tampaknya Dong Joo senang melihatnya.
“Tapi di saat yang sama, kau terkejut melihatku.” Ucap Nok Du. Dong Joo bingung Nok Du ada di tempat bangsawan.
“Ada yang ingin kukatakan kepadamu.” Kata Nok Du. Dong Joo bingung apakah sekarang dan disini juga. Nok Du membenarkan.
“Waktu dan tempatnya sangat cocok.” Ucap Nok Duk. Dong Joo ingin tahu apa itu.
“Jadi, mulai hari ini, aku... Aku adalah ibumu.” Kata Nok Du, Dong Joo melonggo bingung ingin Nok Du mengulangnya.
“Aku adalah ibumu.” Ucap Nok Du lalu menatap Dong Joo menatapnya dengan jelas.
Bersambung ke episode 7

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar