PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 12 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 8

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Seorang pria menarik sebuah gerobak sambil mengeluh kalau sulit sekali menarik gerobak hari ini. Ternyata dibawah gerobak, Nok Du sedang bergelantung. Akhirnya gerobak masuk ke rumah Tuan Park, Si pria memberitahu kalau barang-barangnya sudah datang.
“Apa yang terjadi pada wanita berengsek dan bedebah itu?” tanya Tuan Park pada si pria.
“Mereka bergegas kembali dan akan tiba besok malam. Aku mendapati dia pergi sampai ke Woongchung, Jinhae, dan bersembunyi dengan Dol Bok.” Ucap si pria.
“Tidak tahu terima kasih... Pastikan mereka tidak lolos lagi.” Kata Tuan Park.
“Pasti. Aku memilih jalan dari kuil. Mereka tidak boleh membuat keributan. Aku memilih sekelompok pria. Mereka pandai menggunakan pedang sebagai pembawa tandu.” Ucap si pria.
“Kamu selalu siap... Jangan membuat kesalahan... Keluarga kita akhirnya bisa membuat batu peringatan untuk istri yang berbudi.” Kata Tuan Park tertawa bahagia.
Nok Du pun mendengar pembicaran keduanya, Tuan Park bertanya pada patungnya yang mungkin juga senang karena akan ada Batu peringatan untuk istri yang berbudi.


Nok Du akhirnya keluar dari rumah Tuan Park memikirkan caranya, dan mengeluh pasangan yang sebelumnya diselamatkan itu malah tertangkap lagi. Ia mencoba tak peduli dan berjalan pergi. Di istana, Raja mengaja mentri minum teh bersama.
“Aku mengalami ini saat sedang bepergian sambil menyamar. Aku sedang melewati sebuah jalan dan mengamati seorang anak. Anak itu menghancurkan telur serangga kecil dengan tangannya.” Cerita Raja.
“ Jadi, aku bertanya. "Itu hanya telur. Bukankah membunuh mereka begitu saja itu terlalu kejam?" Dan ini yang dikatakan anak itu.” Kata Raja. Mentri ingin tahu apa yang dikatakan.
"Apa mereka terlihat seperti telur biasa bagimu? Bagiku, mereka tampak seperti kutu beras jahat yang akan menetas dalam semalam dan memakan semua biji padi kita. Kamu tidak tahu apa pun." Kata Raja melirik kearah Heo Yoon.
“Anak itu bahkan tidak mengenali Anda.” Komentar Mentri. Raja juga tak tahu masalahnya.
"Sekecil atau seremeh apa pun makhluk-makhluk ini, jika ada sedikit bahaya, kau harus menginjaknya dan menyingkirkannya." Dia memberiku pelajaran penting. Apa Kalian tidak setuju?” kata Raja. Semua hanya bisa diam saja. 

Saat itu terdengar suara berteriak memanggil “Bok Sil” ternyata Pangeran tak sengaja masuk ke tempat raja. Kasim menangkap anjing pangeran dan memperingati kalau tidak boleh masuk ke sini. Pangeran terlihat ketakutan bersembunyi dibalik Kasim. Kasim pun akhirnya meminta maaf.
Raja hanya menatap dingin, Pangeran pun memilih untuk kabur karena ketakutan. Sang mentri pun melihat tatapan raja yang berbeda.



Nok Du pergi ke toko besi mengaku  tidak peduli itu permata atau bukan tapi Mencuri saja sudah cukup sulit. Dong Joo membeli beberapa barang dan bertanya apakah Yang Mulia tidak akan melakukan perjalanan lagi.
“Apa Kau pikir dia selalu bepergian seperti itu? Selain itu, ada insiden besar selama perjalanan terakhirnya. Aku tidak akan datang ke sini jika menjadi dirinya.” Ucap Si pemilik toko besi.
Nok Du tiba-tiba bingung melihat sesuatu yang menempel. Si pemilik bertanya apakah Dong Joo butuh sesuatu. Dong Joo mengaku tak ada lagi. Si pemilik memberitahu kalau cuacanya berubah-ubah sepanjang hari karena tiba-tiba turun hujan. Nok Du lalu bertanya pada Dong Joo apa yang dipegangnya itu.
Ini magnetit... Ini batu yang digunakan dalam membuat besi. Ada unsur unik yang membuatnya menempel pada besi.” Jelas Dong Joo
“Apa semua besi, dengan unsur itu akan menempel? Bagaimana kau tahu itu?” kata Nok Du bingung
“Aku memang payah soal menari. Sudah kubilang aku sangat terampil.” Kata Dong Jo bangga. Nok Du mengeluh mendengarnya tapi teringat sesuatu.
“Saat terkena air, besi itu akan berkarat.” Jelas Dong Joo. Nok Du lalu mengatakan  butuh bantuannya. 


Nok Du membuat gambar benda yang dibutuhkan,  dan bertanya apakh Dong Joo bisa melakukannya dan membuatnya. Dong Joo mencoba untuk melihatnya lalu berkomentar karena mengira Nok Du hanya manusia hina lalu menduga Nok Du pencuri juga.
“Bukan... Putriku, kamu tidak memercayai ibumu sendiri? Sebenarnya, aku ingin melihat kekasihku dari kejauhan. Kupikir setidaknya aku harus mengiriminya surat yang menyatakan aku baik-baik saja dan aku akan menunggunya. Kumohon.” Kata Nok Du
“Apa Kau menulisnya di pelat besi?  Jangan mencoba menipuku.” Tegas Dong Joo.
“Tidak... Kamu salah paham. Aku harus memberinya sesuatu. Ini satu-satunya cara karena aku akan jauh darinya.” Pinta Nok Du.
Dong Joo tak peduli memilih untuk berbaring seolah tak peduli. Nok Duk pun memberikan bayaran kalau akan mengurangi dari utangnya. Dong Joo langsung duduk dengan wajah sumringah ingin tahu berapa. 


Akhirnya Dong Joo membuat panah dengan ujungnya magnet, dan mulai mencobanya. Nok Du gugup saat diatas kepalanya ditaruh buah apel, Dong Joo mencoba lebih dulu panah yang dibuatnya, Nok Du pun akhirnya bangga karena panah berhasil mengenai bagian jeruk. 

Tuan Hwang mengeluh anaknya itu pergi ke mana karena sudah measa kelaparan. Saat itu Tuan Jung datang dengan membawa kayu bakar, Tuan Hwang membantunya, agar bisa berdiri tegang. Ia pun mengeluh pada Tuan Jung yang berkerja.
“Astaga. Jika kamu tetap di luar saat cuacanya dingin, batukmu akan memburuk.” Kata Tuan Hwang
“Aku harus bekerja. Aku tidak bisa hidup dari kemurahan hatimu.” Ucap Tuan Jung.
“Astaga, kamu bahkan tidak bisa makan karena kau mengkhawatirkan Nok Du.” Komentar Tuan Hwang
“Karena itu aku harus ke Hanyang meski kamu menghentikanku. Jika aku harus membantunya melepaskan kebencian di hatinya, itu juga tanggung jawabku.” Ucap Tuan Jung
“Kita bicarakan ini nanti saja. Kita harus makan dahulu. Ya? Ayo.. Aeng Du. Hwang Tae. Kita makan sekarang.” Ucap Tuan Hwang.
“Apa Aeng Du tidak ada di luar? Dia pergi ke dapur tadi.” Ucap Hwang Tae keluar dari rumah.
Tuan Hwang kaget mendengar anaknya melewatkan jam makannya kaena Itu tidak pernah terjadi. Ia akhirnya berlari ke tempat kapal lalu berteriak memanggil Aeng Du. Terilihat anak kecil yang bersembunyi dibalik barang dengan perahu yang sudah berjalan pergi.
“Hei, turun dari kapal itu sekarang juga.” Teriak Tuan Hwang melihat anaknya yang pergi.
“Ayah, aku akan pergi ke Hanyang, jadi, jangan menghentikan aku.” Kata Ae Dung. Tuan Hwang berteriak menyuuh agar berhenti, tapi perahu tetap melaju
Akhirnya Tuan Hwang masuk ke dalam sungai mengejar perahu karena tak ingin anaknye pergi sendiri.Tuan Jung dan Hwang Tae bingung karan ditinggal sendirian, saat itu seorang wanita melihat keduanya seperti seorang mata-mata. 



Seorang pria melapor pada Tuan Heo Yoon kalau  menemukan persembunyian mereka dan bertanya apa yang ingin dilakukan sekarang. Tuan Heo terdiam memikirkanya. 

Di desa janda.
Yeon Boon kaget mengetahui  Nyonya Kim tertangkap. Kim Sook memberitahu Sepertinya Tuan Park berkata bahwa menantunya meninggalkan rumah untuk berdoa dan  akan kembali malam ini. Bahkan Kabarnya, menantunya akan dibunuh.
“Apa itu berarti dia sudah tertangkap? Mereka akan memaksanya bunuh diri dan membangun batu kebajikan.” Ucap Yeon Boon.
“Kita tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.” Kata Jung Soon. Kim Soo setuju.  Kim Sook pun bergegas pergi untuk menyelamatkanya. 

Dong Joo dan Nok Du berjalan bersama tapi Dong Joo heran karena Nok Du yang mengikutinya padahal  sudah membuat semuanya jadi kenapa tidak mau menemui kekasihnya.  Nok Du pikir Sesuatu harus dilakukan dari tempat tinggi.
Tiba-tiba Dong Joo terdiam saat melihat ayunan didepannya. Nok Du menyuruh Dong Joo harus menaikinya. Dong Joo menolaknya dan akan pergi, tapi Nok Du mengaku kalau ingin naik.  Dong Joo mengejek Nok Du memang tidak punya sedikit pun rasa malu.
“Di sini sangat sejuk.” Ungkap Nok Du bahagia menaiki ayunan. Dong Joo tak peduli.
“Hei... Naiklah. Aku akan mendorongmu.” Ucap Nok Du merayu. Dong Joo dengan wajah ketus menolaknya.
“Kenapa kau bersikap seperti itu? Kau dengan mudah bilang, "Tidak. Aku tidak mau. Aku tidak butuh." Aku tahu bukan itu yang kau rasakan.” Komentar Nok Du
“Jangan konyol. Kau tahu apa?” keluh Dong Joo. Nok Du mengaku sudah tahu.  Dong Joo bertanya tahu apa itu.
“Aku tahu menahan diri seperti itu tidak akan bermanfaat bagimu. Aku juga tahu angin di atas sana sejuk.” Kata Nok Du. Dong Joo menatap kearah ayunan. 


Dong Joo hanya bisa terdiam lalu tiba-tiba merasakan kepalanya yang dielus oleh seseorang.
Flash Back
Seorang kakek mengelus kepala Dong Joo yang masih kecil, lalu berkata “Lakukan semua yang kau inginkan. Jangan mengkhawatirkan pendapat orang lain. Ikuti keinginan hatimu.” Lalu Ayah ibu Dong Joo tersenyum bahagia dengan sang anak.
Dong Joo kecil yang dulu bernama Eun Soo melihat seseorang yang menaiki ayunan. 

Dong Joo hanya terdiam mengenang kenangan buruknya, Nok Du pun langsung menyuruh Dong Joo agar segera naik saja karena menaikinya tidak akan membunuh dan Dunia tidak akan hancur. Dong Joo pun akhirnya duduk dengan Nok Du yang mendorongnya.
“Bagaimana? Menyegarkan, kan?” kata Nok Du, Dong Joo terdiam mengingat kenangan saat masih dengan keluarganya.
Tapi Dong Joo malah merasakan melihat keluarganya tersenyum, akhirnya Dong Joo berani berdiri menaiki ayunan. Nok Du pun ikut tersenyum melihat Dong Joo akhirnya berani naik ayunan bahkan sambil berdiri. Tiba-tiba hujan turun dengan deras.
Nok Du langsung membantu Dong Joo turun dari ayunan lalu berkomentar kalau pandai berayun. Dong Joo pikir tidak pernah bilang tidak bisa menaikinya, lalu teringat Nok Du harus menemui kekasihnya dan  Hujan turun.
“Benar. Aku harus menemuinya... Kau harus berlindung di penginapan. Aku akan segera kembali, ya?” ucap Nok Du bergegas pergi. Dong Joo hanya bisa terdiam seperti menahan kecewa. 



Tuan Park duduk sambil mengajak ngobrol patung gajahnya, lalu melihat hujan yang turun itu tak tidak boleh berkarat karena Belalainya adalah tangan. Nok Du ada diatap sengaja memecahkan genteng, Tuan Park panik melihat kamarnya yang tiba-tiba bocor.
“Hei.. Apa Ada orang di luar sana? Coba Lihat! ada lubang di langit-langitku! Naiklah ke atap sekarang juga!” teriak Tuan Park panik.
Nok Du akhirnya bisa pindah ke atap lain dan siap untuk mengambil patung gajah. Tuan Park hanya bisa melonggo saat mainanya terjatuh lalu terbang begitu saja, lalu  kembali berteriak menyuruh pengawalnya agar menangkap pencuri. Nok Du pun bisa mengelabuhi penjaga. 

Dong Joo berbaring di kamar terlihat gelisah, teringat dengan yang dikatakan Nok Du tentang rumah kosong “ Itu rumah kosong, dan tidak ada yang tinggal di sana. Kenapa kau bersikap seperti itu?”
“Kau dengan mudah bilang, "Tidak. Aku tidak mau. Aku tidak butuh." Aku tahu bukan itu yang kau rasakan. Aku tahu menahan diri seperti itu tidak akan bermanfaat bagimu.
Tuan No terlihat histeris mengetahui Gajahnya hilang. Pengawalnya menenangkan kalau mereka akan menemukannya. Nok Du tersenyum melihatnya, lalu teringat Nyonya Kim akan dibawa ke rumah itu kapan saja. Ia tiba-tiba melihat Dong Joo berjalan sendiri.
“Kenapa dia di sini?” tanya Nok Du bingung, Dong Joo mencoba memberanikan diri untuk berdiri didepan rumah lamanya.
Akhirnya Ia memberanikan diri membuka pintu dan melihat rumah yang kosong, Dong Joo masuk ke dalam rumah dan melihat ada buah kesemek jatuh dikakinya, Yool Moo ternyata sedang mengambil buah di pohon. Dong Joo kaget melihat Yool Moo ada dirumah lamanya.
“Apa kau berpakaian seperti itu karena kau tinggal di desa untuk para janda?” komentar Yool Moo
“Aku kebetulan meminjam jaket ibuku. Tapi sedang apa kau di sini?” tanya Dong Joo
“Itu... Aku tidak ingin orang lain tinggal di sini atau membiarkan rumah ini telantar untuk berjaga-jaga jika kau datang ke sini suatu hari. Kurasa usahaku terbayar.” Kata Yool Moo
“Saat orang tua kita membahas pernikahan kita, aku diam-diam datang untuk menemuimu. Aku ingin meminta mereka membatalkan pernikahan kalau kau jelek. Tapi setelah aku melihatmu, aku memohon kepada ayahku agar bisa menikahimu secepat mungkin.” Cerita Yool Moo
“Kalau kau mau, tempat ini bisa selalu menjadi milikmu.” Ucap Yool Moo Dong Joo pikir Semua ini tidak berguna.
“Nyonya... Aku selalu ingin memanggilmu seperti itu di sini. Meskipun itu tidak berguna.” Kata Yool Moo
“Tolong jangan memanggilku seperti itu. Kau tidak perlu memperburuk keadaan. Setelah aku di sini, itu membuatku ingin kembali ke diriku yang lama.” Akui Dong Joo. Yool Moo meminta maaf.
“Kau membuat tempat ini terlihat sangat indah. Dan aku berterima kasih untuk itu. Tapi aku tidak akan pernah kembali ke sini lagi. Jadi, tolong tepati janjimu dan terus memperlakukanku seperti seorang gisaeng. Aku akan pergi sekarang.” Ucap Dong Joo
“Ini Sudah larut malam. Boleh aku mengantarmu pulang?” kata Yool Moo. Dong Joo mengaku ingin pergi sendiri saja
“Kenapa mereka berduaan di rumah kosong selarut ini? Dong Joo sulit dipercaya. Dia sangat dingin kepadanya di rumah gisaeng. Tapi dia sangat berbeda setelah berada di Hanyang.” Keluh Nok Du kesal melihat keduanya.  
“Apa Dia harus membeli sesuatu di bengkel pandai besi? Dasar Pembohong.” Ucap Nok Du marah dan melihat beberapa orang membawa tandu. 



Nok Du memberikan lemparan batu pada anak buah Tuan Park, Penjaga pun bertanya siapa yang berani melakukan itu pada mereka. Nok Du pun berani menghadapi pembawa tandu. Si pria pikir Nok Du ingin mati.
“Apa Kau akan membunuhku dengan memegang itu? Cepatlah bergerak. Suasana hatiku sedang tidak baik.” Kata Nok Du.
Para pembawa tandu bingung akhirnya langsung menurunkan tandu lalu berkelahi dengan Nok Du.  Di dalam rumah, Dong Joo mencoba melihat sekeliling. Nok Du akhirnya bisa melawan empat pembawa tandu lalu menyelamatkan menantu Tuan Park yang akan dibunuh.
“Apa Kau baik-baik saja? Kamu pasti melewati banyak kesulitan.” Kata Nok Du khawatir.
“Aku baik-baik saja. Tapi Dol Bok... Dol Bok terluka parah saat menghentikan orang-orang ini. Entah apa yang terjadi kepadanya.” Kata menantu Tuan Park sambil menangis.
“Pasti dia baik-baik saja... Tenanglah untuk saat ini. Berhentilah menangis. Kau harus bergegas dan pergi.” kata Nok Du menenangkan.
Dong Joo keluar dari rumah kaget melihat banyak orang berjatuhan, lalu menatap Nok Du berpelukan Nok Du melihatnya, Dong Joo berpikir kalau itu kekasihnya dan memilih untuk pergi. Nok Du bingung karena takut Dong Joo salah sangka.
“Dia pasti sangat bahagia.” Ucap Dong Joo kesal, tiba-tiba melihat Kim Sook berjalan.
Dong Joo langsung berbalik arah menutupi wajahnya, Kim Sook melihat dari kejauhan kalau itu Nyonya Kim . Nok Du mengajak menantu Tuan Park untuk kabur, Dong Joo memberikan kode tapi Nok Du tak mengerti. Akhirnya Dong Joo memberikan tahu kalau Kim Sook datang.
Nok Du akhirnya menyuruh  menantu Tuan Park masuk rumah kosong, Yool Moo akan keluar rumah bingung tiba-tiba ada orang yang masuk. Nok Du pun mengajak Dong Joo agar segera pergi.
“Nyonya Sook melihatku. Kurasa dia mengira aku itu kau.”kata Dong Joo. Nok Du yakin kalau Kim Sook  akan curiga jika melarikan diri.”
Kim Sook semakin mendekat, Dong Joo akhirnya menarik Nok Du bersembunyi didepan tandu. Kim Sook memanggil “Nyonya Kim” Nok Du menyuruh Dong Jo pergi saja dan ia akan berusaha semampunya. Dong Joo hanya diam saja.
“Apa yang kau lakukan? Aku menyuruhmu lari.” Keluh Nok Du, Dong Joo malah menyuruh Nok Du masuk ke dalam tandu. Nok Du bingung melihatnya.
Kim Sook terus memanggil Nyony Kim, Keduanya panik didalam tandu yang sempit. Dong Joo membuka baju Nok Du sambil menutup mulutnya, Nok Du panik meminta Dong Joo agar tak membukanya. Dong Joo menyuruhnya agar diam saja.
Akhirnya Kim Sook sampai didepan tandu akan membuka tandu, tapi saat itu ada penjaga yang datang langsung mengepungnya. Nok Du masih panik karena melihat Dong Joo yang terus mencoba membuka bajunya. Kim Sook binggung karena baru datang tiba-tiba sudah dikepung.
Bersambung ke episode 9


 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar