PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 18 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 20

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Nyonya Hong ada di restoran memanggang dan memotong belut. Ibu Tuan No dengan bangga bertanya apakah  pernah melihat menantu pengacara yang membelikan belut bakar untuk ibu mertua dan teman-temannya. Temanya pikir  Gyu-tae tak punya otak, tapi dia beruntung dengan wanita.
“Bagaimana bisa lulusan teknik mendapat istri yang lolos ujian pengacara?” komentar teman Ibu Tuan No.
“Dia yang mengejar putraku.” Ucap Ibu Tuan No. Nyonya Hong yang mendengarnya hanya bisa menahan amarah.
“Aku tak tertarik soal pernikahan bahagia putramu. Jadi, haruskah kubayar tunjangan untuk menantuku?” kata Ibu yang pertama.
“Tunggu, aku ingin konsultasi dahulu. Kontrak sewa yang kuterima tertulis mereka akan memberiku uangnya.” Ucap Ibu Keduanya. Nyonya Hong langsung menaruh capitanya.
“Tolong hubungi kantorku dan buat janji. Aku punya tanggung jawab sebagai pengacara dan tak bisa memberimu saran tanpa mengetahui semua faktanya.” Tegas Nyonya Hong. Ibu Tuan No kaget mendengarnya.
“Aku dalam perjalanan pulang saat Ibu memintaku menjemputnya. Aku tak tahu akan membakar belut atau menawarkan bantuan hukum gratis. Kurasa acara kejutannya harus berakhir di sini.” Kata Nyonya Hong.
Ibu Tuan No tak percaya mendengarnya, Nyonya Hong mengambil jaket agar menemuinya di luar saat selesai dan berjalan keluar ruangan. 


Pil Goo baru saja berjalan pulang, Jong Ryul berteriak memanggiln dan langsung membuka ikan pinggang yang kendor. Pil Goo meminta membiarkan saja. Jong Ryul pikir Pil Goo itu bocah yang tak bisa memakai sabuk dengan benar.
“Kenapa kau terlalu banyak berpikir?” komentar Jong Ryul. Pil Goo pikir hampir menjadi remaja tahun depan.
“Tak lama lagi, aku akan kalahkan senior SMA.”ucap Pil Goo, Jong Ryul pikir Pil Goo bisa bertingkah keras dan tangguh saat itu.
“Saat ini, kau delapan tahun. Nikmati prasmanan, ambil ponsel yang diberikan, jangan sok bijak membuat pria menangis. Kau anak-anak, jadi, kau bisa menangis di restoran. Tapi menangis di usiaku sungguh memalukan.”jelas Jong Ryul
“Jadi, berhenti membuatku gila dan menjadi anak delapan tahun saja. Menangis keras dan benci aku sesukamu. Dan lupakan semuanya dari waktu ke waktu.” Ungkap Jong Ryul.
Pil Goo hanya diam saja. Yong-sik dari kejauhan melihat kedekatan Pil Goo dengan Jong Ryul, lalu memilih untuk  pergi meninggalkanya. Saat akan pulang, tak sengaja bertemu Dong Baek.  Dongbaek terlihat bahagia melihat Yong Sik mau ke mana.
“Aku membeli bahan untuk membuat pangsit. Aku memikirkan menambahkannya ke menu. Ayo cicipi.” Ucap Dong Baek penuh semangat.
“Tunggu, sebentar... Dongbaek, bagaimana jika kita cicipi besok?” kata Yong Sik. Dong Baek bertanya kenapa.
“Begini, kau tahu, waktunya tidak pas.” Kata Yong Sik gugup. Dong Baek tahu kalau Kang Jong Ryul di sana.
“Apa Kau akan menghindarinya setiap waktu?” tanya Dong Baek. Yong Sik pikir Bukan seperti itu.
“Pil-gu juga di sana.” Kata Yong Sik. Dong Baek memuji Yong Sik itu sungguh bijak.
“Perlakuanmu pada Jong Ryul lebih baik dari padaku.” Kata Dong Baek. Yong Sik mengaku Bukan begitu.
“Aku hanya melihat diriku pada Pil-gu. Saat masih kecil, aku cemburu dengan orang yang memiliki ayah, sekalipun mereka hanya mabuk atau meminjam uang. Aku benci kehadiran Kang Jong Ryul, tapi Pil-gu mungkin tak merasakan hal yang sama.” Jelas Yong Sik. Dong Baek hanya bisa diam saja.
“Coba Lihat.. Berat pacaran dengan wanita yang punya anak.” Ucap Dong Baek. Yong Sik hanya diam saja. 



Dong Baek melihat Jong Ryul sedang dirapihkan baju anaknya. Pil Goo tahu kalau Jong Ryul tadi menangis dan ingin tahu alasanya menangis. Jong Ryul pikir Pil Goo akan tahu saat melihat anaknya menangis dan akhirnya selesai merapihkan baju anaknya.
“Pil Goo... Jangan terlalu cepat dewasa. Kau tak perlu begitu.” Ucap Jong Ryul
Yong Sik berjalan pulang menenangkan diri kalau Ini hal yang benar karena pria itu ayahnya jadi tak bisa apa-apa soal itu.

Yong Sik berhenti menatap ibunya yang mengangkat karung, lalu menyuruhnya minggir.  Nyony Kwak kaget melihatnya datang dan mengangkat karung berasnya.  Yong Sik mengomel ibunya  selalu menemui dokter karena punggungnya.
“Kenapa membawa ini? Kau tak muda lagi.” Ucap Yong Sik memarahi ibunya.
“Aku tak pernah minta bantuanmu... Dasar kau dan emosimu.” Kata Nyonya Kwak lalu masuk ke restoran.

Dong Baek pergi menemui Jong Ryul agar berhenti temui Pil Goo. Jong Ryul dengan sinis memberitahu kalau anaknya itu malu dan apakah Dong Baek mengetahuinya. Ia memberitahu Dong baek kalau Pil Goo tak suka orang terlalu akrab.
“Kau sama sekali tak kenal putramu.” Ejek Jong Ryul. Dong Baek pikir  lebih kenal Pil Goo
“Jangan bicara omong kosong dan bawa uangmu.” Tegas Dong Baek. Jong Ryul mengatakan kalau Pil Goo tahu. Dong Baek bertanya tahu apa.
“Dia tahu.. Dia sudah tahu aku ayahnya.” Kata Jong Ryul. Dong Baek kaget mendengarnya. 

Yong Sik sibuk menganti lampu sambil mengeluh kalau  Seharusnya panggil jika lampunya mati. Nyonya Kwak menyindir Kenapa tak makan malam di tempat Dongbaek tapi malah datang kemari. Yong Sik mengaku  Bukannya tak ingin mampir.
“Kau memintaku menjauh.” Ucap Yong Sik. Nyonya Kwak mengejek Yong Sik  tak pernah mendengarkanku dan kini tiba-tiba kau patuh.
“Kau pikir kau tak pantas makan masakanku, 'kan? Tugas ibumu adalah bertanya apa kau sudah makan dan kau pergi saja berkata takkan makan masakanku, 'kan? Kau menyebalkan.” Ucap Nyonya Kwak sinis.
“Jadi, mana makananku?” tanya Yong Sik. Nyonya Kwan mengaku  tak menyisakannya. 

Yong Sik akhirnya duduk dengan menu makanan yang banyak, ibunya datang membawa telur kukus yang masih panas dengan tanganya. Yong Sik mengomel agar jangan bawa itu dengan tangan kosong karena tak terlahir bersarung tangan.
 “Ibu, bukankah kuminta membuang itu? Kenapa kau masih punya kaus dari Piala Dunia 2002? Itu yang dahulu kupakai.” Ucap Yong Sik mengomell.
“Ini kaus yang bagus. Ada selemari penuh pakaian yang dahulu kau pakai.” Kata Nyonya kwak sibuk memberikan lauk untuk anaknya.
“Pasti kau memakai sepatu yang kularang pakai.” Ucap Yong Sik dan melihat kekolong meja dan dugaanya memang  benar.
“Ibu, kenapa kau memakai sepatu yang kupakai saat sekolah?” keluh Yong Sik. Nyonya Kwak mengingat Yong Sik  meminta sepatu dari merek olahraga mahal, tapi malah meninggalkannya.
“Itu terlalu besar untukmu.” Keluh Yong Sik. Nyonya Kwak mengaku Kuku kakinya rusak jadi, sepatu besar terasa nyaman.
“Kenapa kukumu rusak? Kenapa tak kau pulihkan?” ucap Yong Sik kesal. Nyonya Kwak pun mengeluh anaknya berteriak saat makan dan menyuruh makan saja.
“Kimchi lobaknya matang, tapi kau tak datang memakannya. Apa yang harus kulakukan jika kau tak datang memakan yang kubuatkan untukmu?” kata Nyonya Kwak.
“Ibu... Kenapa kau memakai pakaian dan sepatu lamaku alih-alih membeli yang baru? Menghemat uang untuk anakmu sama seperti menancapkan menembus jantungnya. Apa Kau tahu yang akan terjadi jika terus memakai kaus itu?” ungkap Yong Sik
“Begini, setelah kau mati, hatiku akan sakit setiap kali melihat kaus ini selama musim Piala Dunia. Jadi, tolong berhenti hancurkan hatiku dan belanjakan uang untukmu sendiri, oke?” kata Yong Sik. Nyonya Kwak hanya bisa diam saja. 




Dong Baek menemani anaknya makan dan melihat kalau Pil Goo selalu jatuh tertelungkup lalu bertanya kenapa anaknya terus terluka. Pil Goo sambil makan memberitahu bertemu ayahnya hari ini, Sepuluh Juta Jong-ryeol dari Ligers.
“Katamu tak ada yang gratis. Dia memberiku abalone dan menawarkanku ponsel baru. Apa dia bisa lebih jelas lagi?” ucap Pil Goo.
“Pil-gu, kau tahu... Entah bagaimana membicarakan ini. Tunggu.” Ucap Dong Baek mencoba menyusun kalimat yang baik.
“Kau tak perlu katakan... Aku hanya memberi tahu aku tahu semuanya.” Kata Pil Goo. Dong Baek ingin tahu kenapa.
“Kau tahu, saat aku bohong soal nilaiku lebih dari 50 di ujian matematika, aku terus bermimpi kau menemukan kertas ujianku yang nilainya 47. Perutku mulai sakit dan aku tak bisa tidur. Aku pikir kau merasakan hal yang sama sekarang.” Cerita Pil Goo.
“Jadi, aku memberitahumu kau ketahuan.”jelas Pil Goo. Dong Baek ingin tahu apakah keadaan anak-anaknya baik-baik saja.
“Berhenti tanyakan itu. Kau sudah membuatku terus sakit kepala.” Ucap Pil Goo.
“Hidup masih tak adil walau aku berusaha keras. Kita selalu merasa bersalah soal anak kita.” Gumam Dong Baek. 


Nyonya Kwak akhirnya melepaskan kaos milik anaknya lalu memanggil Helena agar menjadikan untuk lap. Helena bingung karena Nyonya Kwak  suka kaus ini.
“Dia ingin aku membuangnya, jadi, kulakukan. Dia menancapkan paku ke jantungku selama 30 tahun, tapi dia tak tahan aku tancapkan satu paku padanya, jadi, apa lagi yang bisa kulakukan? Putraku sakit hati karenaku dan itu lebih sakit dari apa pun.” Ungkap Nyonya Kwak. Helena pun beranjak pergi. 

Ibu Tua No memisahkan ikan dengan tulang lalu memberikan pada anaknya. Tuan No mengeluh kalau bisa melakukanya. Nyonya Hong melihatnya hanya bisa bergumam “Cinta ibu selalu hebat, tapi tak selalu ditunjukkan dengan benar.”
“Astaga... Pada dasarnya aku melayani menantu pengacaraku.” Sindir IBu Tuan No. Tuan No meminta ibunya agar nikmati saja makanannya.
“Memberikan saran hukum bukan hal yang perlu dikesalkan.” Ucap Ibu Tuan No terus memberikan lauk pada anaknya.
“Ibu... Kau suka atau tidak, aku pengacara?” tanya Nyonya Hong, Ibu Tuan No terlihat bingung.
“Kau selalu memamerkanku kepada teman-temanmu, tapi kau benci aku lebih kompeten dari dia. Kau ingin aku menjadi menantu seperti apa?” ucap Nyonya Hong.
“Astaga. Kau membahasnya lagi. Aku sangat kesal denganmu setiap kali kau sok pintar. Tak ada pria yang suka dengan itu., makanya Tak heran kau tak punya anak.” Ejek Ibu Tuan No.
“Ibu, kau pulang saja.” Ucap Tuan No mulai panik. Ibunya malah makin menyindir Nyonya Hong.
“Kau mengintimidasi Gyu-tae seperti ini setiap waktu, 'kan? Tak heran dia lesu belakangan ini...” ucap Ibu Tuan No menyalahkan Nyonya Hong.
“Kelesuan berengsek ini tak ada hubungannya denganku.” Ucap Nyonya Hong, Ibu Tuan No tak percaya anaknya dipanggil Brengsek.
“Berani sekali kau panggil suamimu seperti itu?” kata Ibu Tuan No sangat marah.
“Suamiku cukup berani dan tak punya malu untuk selingkuh. Jika itu wanita patuh dan sukses, maka kau bisa tukar dia denganku.” Ucap Nyonya Hong.
Ibu Tuan No kaget mendengarnya, lalu berpikir kalau Nyonya Hong  bicara omong kosong lagi. Nyonya Hong memberitahu kalau wanita itu hostes bar. Ibu Tuan No shock mendengarnya Tuan No mengeluh kalau  Seharusnya tak memancing Nyonya Hong seperti itu.
“Kau sama saja seperti ayahmu!” ucap Ibu Tuan No langsung memukul kepala anaknya.
“Karena aku pengacara, maka aku sudah berpikir panjang. Prosedur hukum biasa tak cukup menyalurkan marahku.” Tegas Nyonya Hong 



Di sebuah salon
Dua orang istri pemain baseball membahas Ongsan dan menurutnya Pemain bisbol Kang Jong-Ryul pergi ke Ongsan tiga kali sepekan. Wanita pertama mengaku dirinya itu  sumber rumor Ongsan. Wanita kedua mengaku ia yang menyebarkannya. Wanita pertama tak pecaya mendengarnya.
“Aku mabuk dan memberi tahu reporter majalah olahraga mingguan.” Cerita wanita kedua.
“Hei, jika Kang Jong Ryul menuntutmu, kau akan ditahan karena menyebarkan rumor.” Kata wanita pertama
“Aku tak memulainya. Aku juga mendengar dari seseorang. Sumber sebenarnya adalah temanku di Ongsan. Dahulu dia teman baikku di Garibong. Dia sedang liburan di sana.” Cerita wanita keduanya.
“Dia mencuri uang dan kabur, 'kan?” ucap wanita pertama. Wanita kedua mengaku temanya hanya berlibur.
Saat itu seorang pria keluar dari ruangan belakng. Si wanita kedua kaget melihat Nak-ho lalu mengaku tak tahu kau juga kemari merawat rambutnya.  Nak Ho bertanya apakah Sahabat wanita itu  dari Garibong ada di Ongsan saat ini. 

Hyang Mi berbicara di telp sambil mengeuh kalau ia takkan membantunya  mendapat uang itu jadi akan menutupnya, terlihat di layar  tertulis TELEPON INTERNASIONAL. Ia pun perg ke dapur melihat dibawa abalone dan ada banyak uang dalam amplop.
“Kenapa dia meninggalkan uang di sini? Orang sepertinya adalah alasan pengkhianat ada. Tampaknya dia yang terbodoh.” Komentar Hyang Mi lalu menaruh kembali uangnya.
Hyang Mi akhirnya melihat ponselnya dan melihat SNS Jessica, dengan bangga menuliskan #AKU_NYONYA_KANG_JONG-RYEOL akhirnya Hyang Mi pun mengirmkan pesan. Jessica melihat notifikasi ponselnya [COPENHAGENGIRL INGIN MENGIRIMIMU PESAN]  lalu terkejut. 

Jessica masuk ke dalam mobil dan memerika GPS suaminya dan terlihat beberapa kali pergi ke "SD Ongsan". Ia pun bertanya-tanya SD Ongsan, Apa itu Ongsan.
Pagi hari di sekolah, Dae Song memanggil Pil Goo  memberitahu kalau Ibunya mengundang ke rumah kaena masak daging perut. Pil Goo ingin tahu alasan apakah Karena menyebutnya 2A1I. Dae Song pikir seperti itu. Pil Goo pun akan datang besok pukul 16.30 usai latihan.

Pil Goo berjalan pulang dan melihat mobil biru yang biasa di pakai oleh Jong Ryul lalu menyuruh Jun Gi agar pulang saja.  Sementara didalam mobil Jessica berpikir suaminya itu selingkuh dengan guru lalu dikagetkan dengan Pil Goo mengetuk jendela mobilnya.
“Dia mengagetkanku... Kau mau apa? Kenapa mencoba buka mobilku?” tanya Jessica menurunkan kaca mobilnya.
“Aku salah... Maafkan aku.” Ucap Pil Goo lalu beranjak pergi. Jessica tak peduli tapi akhirnya turun memanggilnya.
“Apa Kau kenal aku?” tanya Jessica. Pil Goo mengaku tidak. Jessica pun ingin tahua alasan Pil Goo mengetuk jendela mobilnya.
“Kukira mobilmu milik orang lain.” Ucap Pil Goo. Jessica pun masih memastikan kalau mereka belum pernah bertemu. 


Saat itu Dong Baek datang memanggil Pil Goo, Pil Goo pun berlari ke arah ibunya.  Dong Baek menata Jessica sambil berguma. “Itu dia. Pengantin muda Superman.” Jessica menatap Dong Baek dengan sinis. “Itu dia. Sinar matahari Kang Jong Ryul” 
Flash Back
MUSIM PANAS 2017
Di dalam mobil. Jessica ingin tahu Folder rahasia apa ini. Jong Ryul mengeluh Jessica melihat laman media sosialnya, tujuanya  minta diambilkan air agar bisa memeriksa ponselnya. Jessica terus melihatny a sambil mengeluh kalau Jong Ryul marah melihat laman media sosialnya.
“Semua itu dari masa lalu... Tidak kugunakan lagi. Aku lupa semua.” Kata Jong Ryul
“Jangan bohong padaku... Ini masuk otomatis. Apa Kau melihat-lihat fotonya? Apa isi folder bernama "Sinar Matahari"?” ucap Jessica meminta Jong Ryul memberikan ponselnya.
“Apa Dia sinar mataharimu?” ucap Jessica bisa merampasnya dan melihat foto Dong Baek dengan Jong Ryul.
“Setelah itu, aku bahkan menemukan namanya. Dongbaek. Itu Dongbaek sialan, gadis yang selalu dicari Jong Ryul, setiap dia mabuk. Lalu...” gumam Jessica menatap Dong Baek. Dong Baek pun memilih untuk pergi dengan Pil Goo dan ibunya.
“Aku harus lindungi dia. Ini bukan tempat yang bisa kau masuki kapan pun kau mau.” Gumam Dong Baek.
**
Dong Baek pulang dan melihat mobil sport didepan barnya, Pil Goo pikir ayahnya datang untuk pamer mobil barunya. Dong Baek pun memberitahu Pil Go agas bisa menghadapi situasi ini. Pil Goo bertanya apakah ia harus ikut juga. Don Baek menegaskan dirinya itu wanita kuat.
“Ingat yang kukatakan. Jika seseorang membuatmu marah...” kata Pil Goo
“Ya, aku tahu. Aku harus tinju hidungnya.” Ucap Dong Baek dengan penuh semangat. 

Dong Baek menghampiri Jong Ryul dan mengetuk jendelanya. Jong Ryul keluar mobil kaget bertanya Ada apa dengan Dong Baek karena tak pernah menyapa lebih dahulu. Dong Baek memberitahu Jong Ryul kalau istrinya Jessica datang. Jong Ryul melonggo kaget.
“Dia di depan sekolah Pil-gu... Aku tak tahu apa yang kulakukan sekarang.” Ucap Dong Baek. Jong Ryul terdiam.
“Hei... Bisa panggil sopir saat kembali ke Seoul?” kata Dong Baek. Jon Ryul bertanya memangnya kenapa
“Apa Kau ingin minum denganku?” tanya Jong Ryul. Dong Baek mengajak minum tapi jangan di barnya.
“Aku juga tak mau ke sana. Ada psikopat di sana.” Kata Jong Ryul kesal. 


Di dalam bar, Hyang Mi menatap kotak berisi uang dalam lemari. Pil Goo berteriak meminta neneknya kalau ingin mi instan kacang hitam. Hyang Mi langsung bergegas menutup kulkas. Nyonya Jung bertanya apa yang sedang dilihat Hyang Mi.
“Aku pikir ingin makan abalone.” Ucap Hyang Mi, Nyonya Jung memperingatkan agar Jangan makan itu. Hyang Mi kaget.
“Jika terus usil, kau mati.” Kata Nyonya Jung, Hyang Mi mengeluh kalau  takkan usil.
“Sudah kubilang, 'kan? Akan kulakukan apa saja untuk Dongbaek.” Tegas Nyonya Jung mengancam.
“Omong-omong, kenapa pura-pura punya demensia?” tanya Hyang Mi dan Nyonya Jung hanya melirik sinis. 

Yong Sik datang dengan membawa buket bunga wajahnya terlihat bahagia. Tapi Pil Goo memberitahu kalau ibunya pergi dengan Jong Ryul.  Yong Sik mengerti dan terihat santai. Nyonya Jung melihat Yong Sik mengumpatnya si bodoh datang dan bereaksi payah. 

Di sebuah kedai, Dong Baek memesan udon dan mereka minum soju. Dong Baek mengaku  Ini mungkin membuatnya tak nyaman. Jong Ryul mengaku sudah merasa hancur. Dong Baek menceritakan Setelah putus dengannya dan punya Pil Goo.
“Aku menjalani hidup seperti mayat berjalan. Aku mungkin tampak menyedihkan bagimu saat ini. Namun, aku berusaha keras hidup layak. Jadi, jangan membuatku tampak malang lagi. Aku ibu tunggal, tapi tak pernah jadi simpanan.” Jelas Dong Baek.
“Siapa yang memintamu menjadi simpanan? Tunggu saja hingga...” kata Jong Ryul
“Tidak, aku takkan menunggumu lagi.” Kata Dong Baek. Jong Ryul kaget mendengarnya. 

Hyang Mi bertanya pada Yong Sik, apakah  akan menunggu hingga dia kembali. Yong Sik pikir seperti itu sambil melihat ke arah pintu berharap Dong Baek segera datang.  Nyonya Jung tiba-tiba berkomentar “Kau sangat lembut.” Yong Sik bingung memastikan kalau Nyonya Jung berbicara denganya.
“Kau sangat lembut, baik, dan tak pemarah.” Ucap Nyonya Jung.  Yong Sik mengakuinya.
“Apa karena dia ayahnya? Apa Kau baik karena dia ayah Pil-gu?” kata Nyonya Jung. Yong Sik kaget kalau Nyonya Jung sudah tahu.
“Lalu kenapa tak biarkan mereka kembali bersama? Kenapa membuat semuanya rumit?” tanya Nyonya Jung yang sibuk membersihkan sayur.
“Kau tahu, aku... Aku percaya Dongbaek. Aku tahu dia akan membuat keputusan benar, jadi, aku hanya...” jelas Yong Sik.
“Jika hanya akan lihat dari jauh, menyerahlah. Kau terlalu murah hati dan baik tanpa alasan. Itu tidak seksi. Silakan tunggu hingga dia kembali. Dia takkan kembali. Tidak jika kau menunggu. Pria yang melindungi wanitanya tak bisa kalahkan yang merebutnya.” Komentar Nyonya Kwak. Yong Sik hanya bisa terdiam. 


Dong Baek masih minum menyuruh Jong Ryul  pergi dan jalani saja hidupnya karena Hanya itu yang perlu dilakukan dan bebas melakukannya. Jong Ryul mengaku Ada yang selalu ingin ditanyakan, tapi terlalu takut menanyakannya.
“Kenapa harus Ongsan? Kau menungguku, 'kan?” ucap Jong Ryul. Dong Baek hanya diam saja. 

Flash Back
Dong Baek dan  Jong Ryul berjalan bersama, Jong Ryul mengatakan kalau ingin tinggal Ongsan saat pensiun dan mengaja Dong Baek agar  besarkan anak mereka  di sana nanti. Dong Baek bertanya  Apa itu kampung halamannya.
“Bukan, tapi aku berharap begitu.” Ucap Jong Ryul. Dong Baek pun ingin tahu alasanya.
“Aku tinggal di sana sebentar saat masih kecil. Tempat itu sangat aneh.” Ucap Jong Ryul.
Dong Baek tinggal pertama kali mengintip dari depan bar dan melihat tetangganya dan teringat dengan ucapan Jong Ryul.
“Orang di sana seperti klan. Seluruh lingkungan sangat aneh. Saat waktu makan, pergi saja ke rumah siapa pun.  Lalu mereka menambahkan sendok di meja tanpa bertanya. Hal semacam itu alami di sana. Seluruh lingkungan seperti keluarga.”
Dong Baek membawa Pil Goo ke restoran dan Bibi Kim dkk sempat mengendongnya.
“Mereka tak sebaik itu, tapi mereka memberimu perasaan hangat.” 

Dong Baek mengaku kalau datang ke Ongsan,  karena kata-kata Jong Ryul dan membuatnya tinggal di sana. Ia pikir tak ada masalah dengan Jong Ryul karena Itu jauh sebelum  menikah bahkan belum dua tahun setelah  merka putus.
“Anggap saja aku menunggu. Apa salahnya?” kata Dong Baek. Jong Ryul pun ingin tahu apakah Dong Baek sungguh menunggunya.
“Aku cukup bodoh memiliki banyak harapan palsu. Aku mencari kabarmu di internet. Saat kudengar kau putus dari penyanyi, aku berkali-kali melihat gang.” Akui Dong Baek
“Saat Pil-gu terkena pneumonia dan aku kehilangan akal saat menunggunya di IGD, aku ingin menelepon dan minta bantuanmu. Aku ingin memberitahumu betapa takutnya aku. Namun, tidak kulakukan. Jadi, kau tak berhak mencampuri hidupku.” Cerita Dong Baek.
“Apa Kau pikir aku senang setelah kita putus? Aku sangat merindukanmu. Aku tak bisa berhenti memikirkanmu, tapi aku menahannya. Kukira itulah cara untuk hidup. Kenapa kau tak bisa memaklumiku? Usiaku 27 tahun saat itu. Aku takkan melepasmu seperti itu jika usiaku 37 tahun.” Jelas Jong Ryul
“Aku senang mendengarnya walau sedikit terlambat. Aku sungguh ingin mendengar kata-kata itu dahulu.” Kata Dong Baek.
“Karena itu, kita harus mulai lagi. Mari ulangi semua.” Pinta Jong Ryul
“Namun, kita 34 tahun sekarang... Aku bukan lagi Dongbaek 20 tahun yang dahulu kau rindukan.” Ucap Dong Baek. Jong Ryul tak percaya mendengarnya.
“Aku tahu ini menyedihkan. Namun, kita tak bisa kembali.” tegas Dong Baek. 



Yong Sik datang melihat mobil baru Jong Ryul dan penuh banyak barang seperti untuk Pil Goo, lalu melihat ke dalam restoran. Ia mengingat saat melihat Dong Baek dengan Jong Ryul memilih untuk perg, bahkan saat Pil Goo dengan Jong Ryul ia pun tetap pergi.
“Astaga, ini membuatku gila... Aku mulai marah.” Ucap Yong Sik mencoba menenangkan diri.
Seseorang menuangkan makanan ke dalam mangkuk yang kosong. Hyang Mi melihatnya lalu berkomentar orang itu tak seperti pencinta kucing lalu memberitahu kalau Yong-sik sungguh penasaran siapa yang memberi makan kucing. Ia lalu berhenti menatap si oran misterius. 

Dong Baek dan Jong Ryul akhirnya duduk didepan restoran. Jon Ryul bertanya apa yang harus dilakukan, apakah  harus bercerai dan memohon dan apakah Dong Baek mau terima  saat itu. Dong Baek denga tegas tak ingin menerimanya den menyuruh Jong Ryul segera memanggil sopir.
“Apa ini karena polisi itu? Apa Kau memercayainya? Bukankah dia mirip aku saat sepuluh tahun lebih muda? Saat kudengar kau sakit, aku bahkan kabur dari pertandingan. Aku mirip dia.” Ungkap Jong Ryul
“Aku berlebihan setiap senang dan bertindak karena emosi. Kenapa kau mudah percaya orang?” ejek Jong Ryul. 

Saat itu Yong Sik datang mengejek Jong Ryul baru saja mengakui dosanya. Dong Baek kaget melihat Yong Sik yang datang. Yong Sik menegaskan  Hanya karena Jong Ryul berengsek bukan berarti orang lain juga.
Di bar, Nyonya Jung melihat meja yang kosong berkomentar Yong Sik tak sebodoh yang dikira.

“Kau mungkin sampah sesungguhnya, tapi kau tetap ayah Pil-gu.” Kata Yong Sik. Jong Ryul tak terima dianggap "Sampah"
“Kurasa aku sudah tunjukkan cukup hormat untuk itu. Namun, makan mi dengannya di sini adalah tempat berakhirnya hormat itu. Kau sungguh harus berhenti terlalu dekat sekarang.” Tegas Yong Sik.
“Kau pikir kau siapa? Kenapa kau terus ikut campur tanpa tahu tempatmu?” sindir Jong Ryul marah.
“Aku? Aku pemain aktif... Aku yakin kau sudah tahu kau tak bisa kalahkan pemain aktif, tak peduli kau jago di masa lalu. Saat ini, aku pria yang ada di sisinya. Dan Dongbaek menyukaiku, bukan kau. Jangan pikir Dongbaek dan Pil-gu hal yang bisa kau ambil kembali.” tegas Yong Sik.
“Dasar aneh... Hei, kau pikir siapa kau bicarakan putraku seperti itu?” keluh Jong Ryul
“Dongbaek... Dengarkan aku baik-baik, ya? Mulai sekarang, jangan makan mi dengan Kang Jong-ryeol lagi. Jangan minum berdua dengannya. Lalu jangan pernah biarkan dia masuk ke barmu. Aku tak ingin kau menjadi ragu dan lemah..” Tegas Yong Sik. Dong Baek menganguk.
“Aku benci itu. Jangan lakukan Lalu aku pribadi berpikir aku punya hak mengatakan ini kepadamu karena yang kita lakukan bersama.” Ucap Yong Sik.
“Apa yang kalian lakukan?” teriak Jong Ryul geram, Dong Baek panik dan terlihat malu-malu.
“Aku pria yang bisa sangat cemburu. Cepat Kemari pegang tanganku.” Ucap Yong Sik mengulurkan tanganya. Jong Ryul melihatnya merasa Tak bisa dipercaya.
“Cepat kemari! Cepat pegang tanganku!” rengek Yong Sik. Akhirnya  Dong Baek akhirnya meraih tangan Yong Sik. Jong Ryul kaget melihatnya. Yong Sik pun mengajak Dong Baek pergi. 



Yong Sik dan Dong Baek berjalan pulang sambil bergandenganya,  Yong Sik menegaskan Sebaiknya Dong baek sadar mulai sekarang karena akan bertindak dengan caranya. Dong Baek bertanya apakah Yong Sik  akan berhenti bersikap sebagai pria baik
“Astaga, aku muak dengan itu... Mulai kini, aku akan hidup sesukaku.” Tegas Yong Sik. Dong Baek pikir akhirnya mulai sadar
“Karena masalah itu selesai, bagaimana jika kita ke pojok itu dan berciuman?” goda Yong Sik bahagia. Dong Baek langsun melepaskan tangan Yong Sik.
“Kau tampak bahagia.” Ejek Yong Sik. Dong Baek pikir keadaan kacau belakangan ini. Yong Sik bingung apa maksudnya.
“Pengusil jelas di hadapanku. Kontrak barku akan berakhir. Ayah anakku berengsek. Pil-gu bahkan tahu soal ayahnya.” Cerita Dong Baek.
“Astaga. Lalu kenapa kau tampak bahagia?” goda Yong Sik. Dong Baek mengaku Namun, anehnya  banyak tersenyum belakangan ini.
“Kurasa yang penting bukan situasinya, melainkan siapa yang ada di dekatmu. Aku sungguh bahagia belakangan ini... Aku menyukaimu, Yong-sik.” Ungkap Dong Baek sudah tak malu lagi.
“Dongbaek, kau sebaiknya menutup bar lebih awal.” Kata Yong Sik lalu menarik pergi dan mengoda kalau Dong baek  yang terus makin cantik.


Hyang Mi berada digang melihat keduanya seperti sedang kasmaran terlihat iri. Ia merasa Kurasa artinya hidup Dong Baek itu sudah  membaik.
“Aku penasaran apa aku akan dicintai seseorang seperti itu setelah pergi ke Kopenhagen dan hidup seperti nama indahku.” Ucap Hyang Mi menopang dagunya. 

Tuan Byun melihat nama di dompet dan melihatnya, sementara Yong Sik terlihat masih frustasi menyakinkan kalau tak mungkin dia mati.  Tuan Byun memberikan dompet korban dengan nama  Choi Go-un dan bertanya apakah mengenalnya.
“Itu nama aslinya.” Ucap Yong Sik melihat ID Card dengan tanggal lahir tahun 1986
Bersambung ke episode 21

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar