PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 12 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 7

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Dong Joo masuk ke dalam ruangan dan kaget melihat ternyata Nok Du bukan bangsawan, padahal sudah menyiapkan pisau ditanganya. Nok Du dengan pakaian pria mengodan Dong Joo  senang melihatnya, tapi di saat yang sama,  Dong Joo terkejut melihatnya
“Kenapa kau di sini?” tanya Dong Joo heran. Nok Du mengaku Ada yang ingin dikatakan. Dong Joo bingung apakah Sekarang, Apa Di sini.
“Ya.. Ini waktu dan tempat yang sempurna. Jadi, mulai hari ini, aku... Aku adalah ibumu.” Kata Nok Du. Dong Joo seperti tak mendengarnya.
“Aku adalah ibumu... Apa aku mengejutkanmu?” goda Nok Du. Dong Joo mengeluh Nok Du pasti kaget.
“Yah.... Wajar saja. Aku terlihat gagah dengan jubah mahal ini, bukan? Ini membuatmu gila, bukan?” goda Nok Du.
“Apa Kau sakit? Apa Kau mabuk? Apa maksudmu kamu ibuku? Gagah apanya? Bagaimana ini bisa terjadi?” kata Dong Joo heran.
“Apa Kau tidak tahu? Kau tidak perlu menjadi gisaeng lagi. Lagi pula, kau tidak ingin menjadi gisaeng.Jangan jadi gisaeng mulai sekarang.” Ucap Nok Du. Dong Joo bingung. 

Nyonya Chun menatap sedih ke arah pintu seperti tak tega, tapi menurutnya Itu juga takdir seorang gisaeng. Nok Du tiba-tiba datang bertanya dimana jalan pintas menuju penginapan. Nyonya Chun terlihat bingung.
“Dia dan aku bisa menjadi keluarga.” Kata Nok Du memberikan bayaran dengan kura-kura berlapis emas.
“Apa Kau ingin mengadopsi Dong Joo sebagai putrimu? Namun, bagaimana bisa aku membiarkanmu membawanya padahal aku tidak tahu apa pun tentangmu?” kata Nyonya Chun.
“Aku bisa memahami kekhawatiran Anda, jadi, aku punya usul. Bagaimana jika Dong Joo dan aku tinggal di desa untuk para janda? Tempat yang dekat dengan Anda.” Ucap Nok Du menyakinan.
“Kenapa kau bertindak sejauh ini untuk membantunya?” tanya Nyonya Chun heran.
“Entahlah.. Begini, kurasa aku mulai menyayanginya. Aku ingin membantunya melakukan setidaknya satu hal yang ingin dia lakukan dalam hidupnya.” Ucap Nok Du. 


Akhirnya  Nok Du duduk diruangan berlatih bicara pada Dong Joo dengan gaya imut  "Kau, jadilah putriku... Astaga. Kau sudah pulang, Nak... Hei, Dong Dong Joo. Mulai hari ini, aku adalah..."
“Ah... Apa ini? Aku terlihat seperti wanita.” Ucap Nok Du merasa agak aneh dengan dirinya lalu mencari sesuatu dalam lemari dan menemukan baju pria. 

Nok Du pun dengan wajah bangga mengunakan pakaian pria.  Dong Joo pun ingin tahu alasan Nok Du melakukan ini untuknya. Nok Du pikir  Karena Ia harus tinggal di desa untuk para janda, tapi  Dong Joo terus mengusirnya. Dong Joo tak percaya apakah hanya itu saja.
“Karena itukah kamu menghabiskan banyak uang untukku?” ucap Dong Joo tak percaya. Nok Du membenarkan.
“Tidak ada alasan lain selain itu. Aku perlu bertemu kekasihku apa pun yang terjadi.” Ucap Nok Du. Dong Joo seperti tak percaya.
“Apa kau benar-benar takut, aku akan memanfaatkan wanita?” keluh Nok Du
“Kalau begitu, lebih baik tinggal di rumah gisaeng dengan kekayaanmu.” Ucap Dong Joo
“Kalau begitu, apa kamu takut aku akan ketahuan dan terjadi sesuatu padaku?” tanya Nok Du mengoda. Dong Joo membenarkan. Nok Du kaget mendengarnya.
“Jika mereka tahu, apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Semua orang akan berpikir aku gila karena bekerja dengan perayu jahat.” Kata Dong joo
“Aku tidak akan ketahuan. Aku akan pergi secepat mungkin. Jangan khawatir.” Ucap Nok Du menyakinkan.
“Itu mustahil. Aku masih tidak mengerti banyak hal dan punya banyak pertanyaan. Tapi aku akan membantumu agar tidak ketahuan karena kau mengeluarkanku dari rumah gisaeng. Kita akan impas, kan?” ucap Dong Joo.
“Tidak. Ada satu hal lagi.” Kata Nok Du memegang tangan Dong Joo. Dong Joo bingung apa lagi.
Nok Du memberikan memegang tangan Dong Joo lalu memberikan cap pada  selembar kertas dan Dong Joo harus melunasinya. Dong Joo kaget melihat  "Surat utang" dan bunganya. 70 persen?” Nok Du memberitahu suku bunga ini akan membuat Dong Joo bisa masuk dipenjara.
“Tidak. Kau seharusnya mengatakan itu sebelum kau memberi cap jempolmu.” Ejek Nok Du. Dong Joo pikir ini konyol
“Itu tidak sah... Itu akan tidak sah. Berikan itu.” Ucap Dong Joo akan mengambil surat ditangan Nok DU.
“"Konyol"? Kenapa bilang begitu pada ibumu? Seharusnya kamu lebih hati-hati.” Kata Nok Du terus menaikan tanganya. 

 Keduanya berdekatan, Dong Joo mencoba mengambil dari tangan Nok Du sambil akhirnya terdengar seseorang memangil nama Dong Joo. Yool Moo datang memanggil Dong Joo. Dong Joo akhirnya bergegas keluar bertanya kenapa datang ke penginapan.
“Kau tampak cantik..” puji Yool Mo. Dong Joo ingin tahu Kenapa Yool Moo kemari. Di dalam ruangan, Nok Du bergegas berganti pakaian jadi wanita.
“Apakah kau takut? Aku datang untuk menjemputmu. Pria tua menjijikkan itu...” kata Yool Moo dan saat itu Nok Du keluar dari penginapan.Yool Moo kaget melihat Nyonya Kim yang datang. 




Nok Du berjalan bersama Dong Joo mengaku penasaran ke mana perginya pria menjijikkan itu Jadi, ternyata Yool Moo yang  mengurus pria tua itu. Ia pun mengira Yool Moo hanya pria biasa. Dong Joo pun tak tahu, dibelakang terlihat Yool Moo mengikuti mereka berdua.
“Apa dia pejabat tinggi Atau dia dari keluarga terpandang? Lupakan saja. Meskipun dia begitu...” ucap Nok Du. Dong Joo ingin tahu apa itu maksudnya.
“Dia tidak setampan aku.” Kata Nok Du bangga. Dong Joo menghela nafas mendengarnya. Saat itu Nok Du melihat Kim Sook yang sudah menunggu.
“Hei. Kau harus pergi tanpaku. Aku harus membereskan semuanya di sini.” Ucap Nok Du. Dong Joo bingung Seperti apa.
“Apa Kau pikir mudah menjadi ibumu? Pergilah. Cepat.” Kata Nok Du. Dong Joo mendengus kesal lalu pergi. Yool Moo pun mengikutinya. 


Nok Du mendekat Kim Sook, Kim Sook langsung mengeluarkan pedanganya. Nok Du tahu kalau Kim Sook pasti mengikutinya. Kim Sook ingin tahu alasan Nok Du berhenti bekerja. Nok Du mengaku tidak berhent tapi Hanya tertunda.
“Aku hanya berpikir menyelamatkannya lebih penting daripada membunuh seseorang.” Ucap Nok Du. Kim Sook binggung.
“Aku setuju menghukum bangsawan kotor. Aku tidak bisa mengabaikan wanita yang tidak berdaya yang terpaksa dibunuh. “ kata Nok Du
“Namun, bukan itu janji yang kau buat kepada kami. Kau tidak akan mengeluh jika aku membunuhmu karena kesalahanmu.” Ucap Kim Sook
“Aku tidak menyesal karena menyelamatkan gadis tidak bersalah.” Kata Nok Duk seperti santai dan siap menangung hukuman.
“Apa Kau pikir aku tidak akan membunuhmu?” tanya Kim Sook. Nok Du mengaku kalau berpikir seperti itu.
“Berdasarkan apa?” tanya Kim Sook. Nok Du tahu kalau Kim Sook penasaran dengannya.
“Aku juga tahu akan sia-sia jika membunuhku. Apa aku benar?” kata Nok Du
“Aku akan merenungkan apakah itu sia-sia atau tidak. Namun, jika kau bertingkah, aku akan memenggal kepalamu. Membunuh orang sepertimu itu hal mudah.” Kata Kim Sook. Nok Du mengangguk mengerti dan akan mengingat itu.



Nyonya Chun mengoda Dong Joo Apa begitu benci menjadi gisaeng. Dong Joo hanya bisa meminta maaf. Hwa Soo berkomentar Dong Joo beruntung karena punya ibu yang hebat. Dong Joo terlihat bingung lalu terpaksa memuji Nok Du memang ibu yang hebat.
“Nama Besanku? Apa aku harus menulis tentang mereka?” tanya Nok Du bingung melihat surat yang dibawanya.
“Ini hanya formalitas untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu. Tolong tulis nama mereka di samping namamu.” Kata Tuan Yun. Nok Du akhirnya menuliskannya.
“Kau menantu Tuan Park Jong Chil! Ah... Pantas saja. Kau tampak cukup anggun... Nyonya... Ingat bahwa Geun-mu... Maksudku, aku ada di sana.” Kata Tuan Yun Geun bangga.
“Putriku, Apa kita pergi sekarang?” kata Nok Du mencoba tak mengubrinya.
Dong Joo pun pamit pada Nyonya Chun  kalau akan pergi sekarang dan meminta agar Jagalah kesehatannya. Nyonya Chun menganguk setuju dan memuji Dong Joo yang sudah Kerja bagus sejauh ini. Hwa Soo pun meminta agar Dong Joo Seringlah berkunjung, Dong Joo menganguk. 

“Baik, perlakukan aku seperti seorang ayah. Aku akan menghargaimu seperti putriku sendiri. Jika terjadi sesuatu kepada ibumu, hubungi aku, ya? Sapa aku setiap pagi dan malam.” Goda Nok Du berjalan keluar dari rumah gisaeng. Dong Joo mengeluh mendengarnya.
“Aku menyuruhmu menjauh dariku selain saat-saat itu.” Kata Nok Du mengejek  
“Lihat siapa yang bicara... Semoga saja kita tidak akan saling ikut campur.” Balas Dong Joo.
“Omong-omong, di mana rumahku?” kata Nok Du sudah tak sabar melihat rumah barunya.  

Nok dan Dong Joo melongo melihat rumah yang akan ditempati. Dong Joo tak percaya mereka akan tinggal di kamar kecil itu. Nok Du pun tak percaya tinggal bersama mereka tiga wanita. Mal Nyeon membenarkan kalau mereka bisa tinggal di kamar kosong.
“Karena kita akan bertetangga, kalian tidak perlu khawatir. Astaga, bukankah itu bagus?” kata Mal Nyeon bangga.
“Tapi Nyonya Chun bilang aku akan punya tempat sendiri.” Ucap Nok Du panik
“Nyonya Chun meminta kami mengosongkan satu kamar untukmu. Karena kau masih asing dengan tempat ini, dia ingin kami membantumu.” Kata Bok Nyeon.
“Asing? Itu konyol! Aku sudah merasa nyaman. Rasanya seperti di rumah.” Ucap Nok Du mencoba agar Dong Joo bisa membantunya.
“Benar... Aku akan menjaga ibuku dengan baik, jadi, rumah kosong mana pun tidak masalah.” Kata Dong Joo
“Tidak ada satu pun, Mari kita masuk.” Kata Soon Nyeo lalu mereka pun mendorong keduanya masuk.
Dong Joo dan Nok Du panik tiba-tiba didorong ke dalam kamar. Mal Nyeo menyuruh keduanya agar bisa tenang lalu ketiganya pun tertawa bahagia. Bok Nyeo bertanya Bagaimana kalau memberi tahu mereka sekarang. Agar Jangan berlama-lama.
“Apa itu artinya akan ada empat anggota Pasukan Wanita Berbudi?” kata Mal Nyeo
“Tidak perlu terburu-buru. Dia harus mengeluarkan barang-barang. Pasti dia sibuk. Mari bersantai.” Ucap Soon Nyeo. 



Di ruangan lain
Yeon Boon mengeluh tak percaya  Di mana Deul Lee, karena tidak mendengar apa pun tentangnya, dan tidak ada jejak kalau berkemas. Jung Sook pikir kalau terjadi sesuatu atau tentang si berengsek itu. Kim Sook pikir lebih baik mereka mencarinya lagi.
“Dia mungkin melakukan pencarian sendiri.” Kata Kim Sook mencoba tetap tenang.
“Omong-omong, bagaimana dengan Nyonya Kim?” tanya Yeon Boon penasaran.
“Aku kagum dia mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan teman.” Kata Kim Sook. Yeon Boon menolaknya
“Aturan adalah aturan. Kita sepakat dia akan mati jika gagal. Kita harus membunuhnya saat waktunya tepat.” Kata Yeon Boon marah
“Tapi sayang untuk membunuhnya.” Komentar Jung Sook 

Dong Joo dan Nok Du duduk saling berjauhan dan tak saling menatap. Nok Du dengan menatap dingin berpikir Akan sangat nyaman Dong Joo untuk menyapanya lebih dulu karena hanya perlu memalingkan kepalanya. Dong Joo mengeluh mendengarnya.
“Aku tidak percaya aku terjebak di sini bersamamu.” Keluh Dong Joo kesal
“Bersabarlah... Kita tidak akan hidup seperti ini selamanya.” Kata Nok Du menyakinkan.
“Apa hanya sampai kekasihmu datang?” tanya Dong Joo. Nok Du membenarkan karena begitulah keadaannya
“Tapi bagaimana denganmu? Kau tidak punya tempat tujuan.” Kata Nok Du. Dong Joo mengelak karena Tentu saja ada.
“Aku akan meninggalkan tempat ini saat waktunya tepat.” Kata Dong Joo. Nok Du ingin tahu kemana itu.
“Jangan khawatir. Aku akan membalas budi kepadamu sebelum itu.” Ucap Dong Joo sinis.
“Itu sudah pasti. Tapi kau mau ke mana?” tanya Nok Du penasaran. Dong Joo mengeluh Nok Du yang ingin tahu dan menegaskan kalau itu rahasia.
“Orang bilang membesarkan anak itu tidak ada gunanya. Aku baru mulai, tapi sudah bisa mengerti. Aku menyelamatkan nyawamu, tapi kau merahasiakan sesuatu dariku.” Ucap Nok Du lalu melangkah pergi.
Dong Joo langsung berdiri bertanya mau kemana.  Nok Du memberitahu kalau mereka  butuh hidangan jika ingin makan bahkan mereka juga hanya punya satu selimut. Dong Joo meminta agar ikut dengannya. Nok Du menolaknya.  Tapi Dong Joo tetap saja ingin ikut.
“Nak, beraninya kamu memanggilku seperti itu? Coba Panggil aku "Ibu". Kata Nok Du dengan suara wanita yang genit.
“Apa Kau serius? Apa Kau sungguh ingin aku memanggilmu seperti itu?” kata Dong Joo akhirnya keduanya menjerit karena membuatnya merinding. Dong Joo mengajak mereka segera pergi saja. 



Mereka pergi ke pasaran bersama, Nok Du memilih beberapa bahan makanan. Dong Joo meminta agar berhenti karena sudah cukup. Nok Du dengan gaya seorang ibu mengaku sudah tahu lalu melihat sesuatu lalu merasa mereka itu memang perlu itu.
“Apa? Kau mau ke mana? Ibuku tersayang.” Kata Dong Joo mencoba agar terlihat lebih sopan pada ibunya.
“Berdiskusilah denganku sebelum membeli apa pun. Kenapa seorang pelayan menghabiskan uang semudah itu?” keluh Dong Joo menghampiri Nok Du yang sedang berbelanja.
“Kau bisa mengurus rumah. Aku akan mengambil kayu.” Ucap Nok Du. Dong Joo mengaku tidak mau mencuci piring.
“Jika ku memasak, aku akan melakukannya. Kau bisa mencuci pakaian, dan aku akan membersihkan rumah, ya?” kata Nok Du.
Dong Joo pun setuju. Nok Du ingin menanyakan pendapat Dong Joo tentang bantal yang akan digunakan tapi Dong Joo sudah pergi ketempat lain. 

Dong Joo sedang melihat anak ayam yang menurutnya lucu. Nok Du bertanya apakah Dong Joo mengingikanya.  Dong Joo menolaknya. Nok Du tetap ingin membelikan dua buah, tapi Dong Joo tetap menolaknya. Nok Do ingin tahu alasan menolaknya.
“Mereka akan membuatku menyayanginya, dan itu tidak akan bagus. Ayo pergi.” kata Dong Joo bergegas pergi 

Dong Joo tiba-tiba terdiam melihat ayunan, Nok Du bertanya apakah Dong Joo mau naik ayunan. Dong Joo menolaknya merasa kalau ini konyol sekali . Saat keduanya pulang, Nok Du terdiam saat melihat Yeon Boon sudah menungunya. Yeon Boon menatap sinis lalu memberi kode agar ikut denganya.

Nok Du bingung dengan pemintaan Bunuh diri. Yeon Boo menegaskan kalau mereka bisa membuatnya tampak seperti itu. Nok Du memberitahu kalau  punya putri yang harus diurus dan Hanya dia yang dimiliknya. Yeon Boo pikir kalau Itu bukan masalahnya. 

“Dia mungkin melanggar janji kita, tapi dia menyelamatkan hidup orang lain. Jadi, dia tidak mengkhianati kita. Bagaimana kalau kita beri dia kesempatan lagi” kata Kim Sook. Jung Sook pun setuju.
“Apa yang akan kau perintahkan? Bagaimana kamu bisa memercayainya?” teriak Yeon Boo kesal. Nok Do mengaku bisa melakukan apa pun.
“Jangan beri dia misi sungguhan tapi sesuatu yang sama sulitnya. Meski dia mengacaukannya, itu tidak akan mempengaruhi kita.”kata Yeon Boon

“Kau bilang ayah mertuamu adalah Tuan Park Jong Chil, bukan?” kata Kim Sook. 

Di rumah
Dong Joo menjemur kain sambil mengeluh Nok Du yang pergi padahal ada banyak pekerjaan. Tiba-tiba Nok Du datang dari balik jemuran. Dong Joo kaget melihatnya lalu mengeluh karena sudah lapar dan lama sekali datang. Nok Du mengaku datang tidak sendirian.
“Siapa yang datang?” tanya Dong Joo bingung menceri dibelakang. Nok Du memperlihatkan dua ayam yang baru dibelinya.
“Apa salahnya menyayangi mereka? Kau bisa Besarkan mereka jika itu keinginanmu. Ayo Terima ini.” Kata Nok Du
“Sudah kubilang berdiskusilah denganku sebelum membeli apa pun.” Keluh Don Joo kesal
“Aku sudah menamai mereka.” Kata Nok Du. Dong Joo ingin tahu Siapa nama mereka
“Kalau Yang ini Dong Dong dan Yang ini Dong Joo.” ucap Nok Du bahagia. Dong Joo mengeluh kalau Nok Du gila
“Kuharap kalian bertiga akur selagi aku pergi.” kata Nok Du. Dong Joo bertanya mau pergi kemana.
“Aku akan pergi ke Hanyang untuk menemui kekasihku. Aku berkesempatan melihatnya dari jauh. Beri tahu yang lain bahwa aku pergi menemui keluargaku.” Kata Nok Du.
“Dasar romantis. Jadi Kau akan ke mana untuk melihatnya?”tanya Dong Joo. Nok Du terlihat gugup mendengarnya.
“Ada sebuah penginapan tepat di sebelah kantor polisi di Hanyang. Aku akan pergi ke sana.” Ucap Nok Du. Dong Joo menganguk mengerti


Aeng Doo menatap langit sambil makan timun memberitahu ingin pergi ke Hanyang juga karean Di situlah Nok Du sekarang. Hwang Tae mengoda kaau Aeng Doo pasti merindukannya. Aeng Dong mengaku penasaran apa itu. Hwang Tae bertanya apa maksud ucapanya.
“ Hanyang... Sebenarnya apa itu? Jika aku berlari sangat cepat, berapa lama untuk sampai ke sana?” tanya Aeng Doo 

Akhirnya Tuan Yun pergi  menemui Nok Du memegang surat izin tertulis  "Kim Nok Soon pergi ke Hanyang" Lalu memastikan kalau akan kembali, Nok Du mengeluh kalau sudah beberapa kali memberitahu akan kembali besok  Tuan Yun senang mendengarnya.
“Aku akan mengadakan pesta besar untuk merayakan kepulanganmu. Jadi, tolong jangan terlambat.” Kata Tuan Yun
“Tidak, jangan mengadakan pesta.” Kata Nok Du bergegas pergi, tapi Tuan Yun tetap berkata akan menunggunya. 

Di kamar
Dong Joo berbaring dikamar merasa  Sendirian itu menyenangkan dan nyaman. Ia pun mengerakan tubuhnya dan merasa memang  sangat menyenangkan. Saat itu tiba-tiba pintu terbuka, Dong Joo langsung sumringah berpikir Nok Du datang tapi ternyat pintu terbuka karena angin.
“Dia pergi jauh-jauh ke Hanyang hanya untuk melihatnya sebentar? Astaga, lucu sekali...” keluh Dong Joo kesal. 

Dong Joo akhirnya pergi ke tempat persetujuanya sambil menuliskan "Anak jahat!" dan langsung mengumpat kesal, diatas kertasnya. Ia melihat kotak yang dibuatnya dan berpikir butuh engsel untuk menyatukan semua ini.
“Benar. Hanyang memiliki besi terbaik di negeri ini. Tempat itu punya teknisi terbaik.” Kata Dong Joo Kan pergi.
“ Ya, tentu saja... Aku tidak mau pergi.” ucap Dong Joo bimbang
“Tapi aku tidak punya pilihan. Apa yang bisa kulakukan? Hanyang punya teknisi terbaik untuk besi.” Kata Dong Joo akan pergi, tapi akhirnya memutuskan untuk tak pergi saja. 

"Penginapan"
Dong Joo sudah berganti pakaian menjadi laki-laki, Si bibi bertanya apakah Dong Joo di sini untuk menginap. Dong Joo ingin bertanya lebih dulu  Apa melihat seseorang dengan mata kecil, hidung mancung, dan bibir tebal.
“Maksudku seorang pria... Maksudku, apa ada janda datang sendirian tanpa seorang pria?” tanya Dong Joo
“Aku tahu maksudmu. Dia membongkar barang di kamar itu dan keluar beberapa saat lalu. Tapi kenapa kau bertanya?” tanya si bibi
Dia adalah... Dia kakakku.” Kata Dong Joo akhirnya di bolehkan masuk oleh si pemilik. 

Dong Joo menganti baju menjadi wanita dan mengangung pakaian prianya, lalu bertanya-tanya kemana Nok Du.  Tapi berpikir Nok Du pastisedang senang bertemu dengan kekasihnya.
“Apa dia sudah bertemu dengannya? Lalu kenapa? Tidak ada hubungannya denganku.”ucap Dong Joo sekolah tak peduli
Nok Du ada diatap rumah dengan baju ninja dan memakai penutup wajahnya, lalu teringat yang dikatakan Kim Sook “ Kudengar ayah mertuamu memiliki sesuatu yang sangat berharga yang terbuat dari besi.” 

Flash Back
“Kami dengar dia sangat menyukainya dia menyimpannya di lengannya tiap kali dia tidur. Kudengar itu seekor gajah dari Ming. Kamu tahu apa itu, bukan?” kata Kim Sook. Nok Du terlihat binggung.
“Ya, tentu saja... Aku sangat mengetahuinya.” Ucap Nok Du menutup kebohonganya.
“Kami akan memberimu tiga hari.  Bawa itu pada kami. Caramu melakukannya terserah kepadamu. Jika gagal, kamu akan mati di rumah itu. “ ucap Kim Sook.
“Jika kau kabur, kami akan menemukanmu dan membunuhmu. Keluargamu yang tinggal di Jinhae juga tidak akan aman.” Ancam Yeon Boon.
“Buktikan kepada kami bahwa kau cocok menjadi anggota Pasukan Muweol.” Tegas Kim Sook
“ Jika aku gagal dan mati di sana, apa ada yang akan mengabarimu soal kematianku?” tanya Nok Du
“Ada tempat  bernama Aseowon di Jalan Yookjo. Jika kamu mati, orang-orang di sana akan mengambil jasadmu. Jadi, jangan khawatir.” Kata Jung Sook santai. Nok Du bergumam kalau Para wanita ini sangat gigih.


Akhirnya Nok Du turun dari atap merasa hanya omong kosong kalau mereka bisa mengambil jasadnya karena ia tidak akan mati. Ia pun melihat rumah yang kosong dan bertanya-tanya adakah yang tinggal di tempat ini. Sementara di pintu depan Dong Joo berdiri dan terlihat gugup saat akan masuk.
“Hanya mengintip... Aku akan mengintip sejenak.” Ucap Dong Joo mencoba menyakinkan diri.
Tapi saat akan membuka tiba-tiba beberapa prajurit datang, mereka berlari kearah Dong Joo. Dong Joo ketakutan dan langsung terjatuh di pintu. Para prajurit masuk ke dalam rumah dan langsung membunuh orang-orang yang ada didalamnya.
Seorang anak kecil akan terkena pedang, tapi seorang pria bisa menahanya. Seorang wanita pun menarik sang anak pergi, tapi anaknya sang ayah yang mencoba melawan semua prajurit. Si anak pun berlari ke dalam hutan, mereka terkena panah dan si anak pun terjatuh.
“Kau harus tetap waspada, Eun Seo... Tetap waspada, Eun Seo!” kata si wanita lalu mengajak anaknya berlari. Tapi Panah malah mengenai tubuhnya.
Eun Seo panik melihat ibunya yang terjatuh, sang ibu langsung memberikan wajah Eun Seo agar terkena darah dan memeluknya dengan erat. Eun Seo pun seperti tertidur dipelukan ibunya, tapi saat bangun ibunya pun sudah tak sadarkan diri. 


Dong Joo seperti sedang mengingat kenangan buruk didalam rumah itu, dan berusaha masuk tapi pintu terbuka. Nok Du menariknya saat Dong Joo berusaha kabur dan bisa menebaknya dari  belakang. Dong Joo yang sudah ketakutan melihat ternyata Nok Du yang menangkapnya.
“Hei, sedang apa kau di sini?” tanya Nok Du, Dong Joo kebingungan lalu mengaku tidak mengikutinya kemari.
“Aku punya urusan sendiri.” Tegas Dong Joo. Nok Du mengaku ingin tahu alasan Dong Joo yang menangis sambil menghapus air matanya.
“Aku tidak menangis!” kata Dong Joo mengelak, Nok Du tetap yakin kalau Dong Joo menangis.
“Kenapa? Hei, apa terjadi sesuatu?” kata Nok Du mengejar Dong Joo yang sudah pergi lebih dulu. 

Mereka tidur dengan saling memberikan punggung,  Nok Du pun ingin memastikankalau Dong Joo  tidak mengikutinya kebetulan datang ke penginapan ini. Dong Joo menegaskan kalau tidak mengikutinya dan harus membeli sesuatu di bengkel pandai besi.
“Lagi pula, aku bahkan tidak tahu ini penginapan yang kau sebutkan. Kamu ingin tahu kenapa? Karena aku tidak tertarik kepadamu.” Tegas Dong Joo. Nok Du menganguk mengerti.
“Lalu apa yang kau katakan kepada Nyonya Chun?” tanya Nok Du penasaran. Dong Joo terlihat bingung.
“Aku bisa memahamimu. Kau bilang kepadanya akan pergi untuk menyapa keluargaku, bukan?” ucap Nok Du mengejek. Dong Joo tak menjawab dan pura-pura tertidur.
“Aku harus menanyakan hal yang sama. Kenapa kau ada di rumah itu? kata Dong Joo. Nok Du kali ini yang berpura-pura tidur sambil mendengkur.
Apa Kau tidak akan memberitahuku?”  kelu Dong Joo. Nok Du akhirnya memberitahu Rumah itu kosong, dan tidak ada yang tinggal di sana.
“Aku masuk untuk meminta segelas air.” Ucap Nok Du. Dong Joo kaget mengetahui rumah itu kosong.
“Aku tidak mengerti. Kenapa kamu menangis di sana?” komentar Nok Du. Dong Joo tak ingin membahasnya menyuruh Nok Du tidur saja.
“Anak nakal... Beraninya kamu menyela ibumu saat dia berbicara.” Ejek Nok Du dengan gaya ahjumma.
Dong Joo marah melempar bantalnya, Nok Du dengan bahagia bisa mengambil bantal jadi dua tumpuk. Dong Joo tak terima mminta agar mengembalikan bantalnya. Nok Du mengejek kalau  Seharusnya tidak melemparnya.
“Kau Tidur saja. Terserahlah.” Ucap Dong Joo mengambil bantal dan memukul dahi Nok Du
“Beraninya kau memukul dahi ibumu.” Keluh Nok Du dan keduanya mencoba untuk tidur.
Bersambung ke episode 8

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar