PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 02 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 3

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Nok Du panik karena terlihat bagian dadanya dan juga lenganya yang berotot. Tiba-tiba si wanita gemuk melihat sesuatu dan langsung memegang batu. Nok Du ketakutan karena ketahuan, lalu terdengar bunyai suara kesakitan.
Ternyata ada seorang pria yang mengintip mereka mandi, Nok Du pun bisa bernafas lega karena rahasainya tak ketahuan.  Tiga wanita langsung memberikan pelajaran dengan menendang si pria cabul. Pria itu meminta berhenti dan memohon ampun karena dirinya juga manusia.
“Kau tidak lebih baik dari binatang. Beraninya kau asal bicara? Memakai jubah tidak menjadikanmu manusia!” kata si wanita tambun.  Si pria mengeluh bajunya dianggap jubah.
“Ini Wakil Kurator.”kata Soo Yeon mendekati wajah si pria. Semua kaget melihatnya.
“Apa Kau minum-minum?” keluh si wanita mencium bau mulutnya berakhohol.
“Lihatlah bahumu yang lebar itu. Aku bertemu wanita impianku. Bagaimana bisa aku tidak minum? Omong-omong, tolong beri tahu aku di mana gaunmu yang berjumbai.” Kata si Wakil Kurator.
Si wanita gemuk tak bisa menahan emosi langsung memukulnya, mereka pun panik melihatnya. Si wania tapi kalau Wakil Kurator sering lupa saat mabuk jadi yakin nyawanya mungkin telah hilang.
“Dia mabuk dan terjatuh di gunung. Kebetulan kita menemukannya di sini. oke?” kata si wanita membuat perjanjian. Semua pun menganguk setuju. 


Si wanita tambun akhirnya mengotong wakil korator dibahunya seperti mengangkat sekarung beras. Nok Du berjalan dengan Soo Yeon dan Dong Joo berjalan dipaling belakang.  Nok Du heran Soo Yeon yang terus menatapnya, lalu bertanya Kenapa melirik padanya.
“Aku tahu semuanya.” Kata Soo Yeon, Nok Du panik bertanya tahu tentang apa.
“Aku tahu kenapa kau heboh agar tidak mau mencemplung. Begini... Sejujurnya, kau dan aku sama saja.”kata Soo Yeon. Nok Du kaget berpikir mereka itu sama-sama pria yang menyamar jadi wanita.
“Meskipun kecil, tidak apa-apa. Yang penting adalah hatimu. Kau tidak boleh berkecil hati hanya karena ukurannya kecil. Mengerti? Kau harus bangga memilikinya. Mengerti?” ucap Soo Yeon melirik ke bagian dada Nok Du.
Nok Du bisa bernafas lega lalu menganguk mengerti kalau Hatinya penting. Dong Joo menatap Nok Du hanya bisa tersenyum  dengan nada mengejek lalu berjalan pergi.

Di dalam ruangan
Heo Yoon berbicara dengan anak buahnya memastikan kalau Jasadnya menghilang dan terlihat disurat "Aku meracuninya". Anak buanya memberitahu alau Saat mereka kembali ke lokasi, itu sudah menghilang. Hye Yoon juga diberi tahu dia sudah mati.
“Dia menyamarkan kematiannya dan mengikuti Pasukan Muweol. Kalau begitu, dia pasti sudah di desa untuk janda.” Kata Heo Yoon sinis.
“Tapi pria tidak boleh masuk ke desa.” Kata anak buahnya.  Heo Yoon pikir Nok Du  bisa bersembunyi di rumah gisaeng atau dekat desa.
“Suruh mereka menggeledah seluruh tempat itu. Bagaimana dengan orang-orang Yang Mulia yang pergi ke pulau itu?” tanya Heo Yoon
“Semuanya kukirim ke tempat lain. Hanya Pasukan Muweol yang tersisa. Jadi, dia tidak akan bisa menemukan apa pun.” Ucap anak buahnya.
“Bagaimana dengan yang lainnya yang kabur dari pulau itu?” tanya Heo Yeon.
“Para janda di seluruh kerajaan akan mencari mereka. Tidak akan lama.” Ucap anak buahnya.
“Jangan melewatkan siapa pun. Cari semua orang. Paham?” perintah Heo Yeon. Anak buahnya menganguk mengerti.
“Dia pasti ditakdirkan berumur panjang. Kenapa dia muncul lagi? Kenapa harus sekarang?” keluh Heo Yoon kesal. 


Heo Yoon berbicara dengan temanya kaget bertanya baru saja  melihat siapa. Se mentri yakin kalau Itu Jung Yun Jeo karena  baru saja berpergia ke Pelabuhan Gangryeong untuk suatu urusan. Ia pun sangat terkejut saat melihatnya.
“Namun, Yun Jeo tewas saat perang.” Kata Heo Yoon, Mentri juga tahu makanya mencoba memastikan dan yakin kalau itu adalah Tuan Jung.
“Tentunya, kau pasti keliru. Jangan katakan ini kepada siapa pun. Mereka akan mengkritikmu karena berbohong.” Kata Heo Yoon panik
“Tapi Yang Mulia terlihat senang mendengarnya.” Ucap Mentri. Heo Yoon kaget mentri sudah memberi tahu Yang Mulia. Mentri membenarkan.
“Sama seperti kau yang menjadi teman baiknya, Yang Mulia juga teman dekat.” Kata Mentri. Heo Yoon hanya bisa diam saja. 

Tuan Hwang memegang dayung agar perahu berjalan kearah yang benar. Hwang Tae memegang badanya yang terluka. Tuan Jung memastikan keadaan anaknya, lalu berjanji ketika tiba di pantai, akan pergi ke Hanyang.
“Kau dan Tuan Hwang...” ucap Tuan Jung yang langsung disela oleh anaknya kalau ayahnya tak boleh pergi.
“Para pembunuh itu datang setelah Ayah pergi ke daratan. Jika Ayah ke Hanyang, aku yakin mereka akan mengejar Ayah lagi.” Ucap Hwang Tae. 

Flash Back
Tuan Jung yang panik pergi ke pasar, lalu bertanya Di mana bisa menemukan toko obat. Seseorang menunjuk ke arah toko obat yang ada dipasar. Seseorang menepuk pundaknya, Mentri memastikan kalau didepanya Jung Yun Jeo.
“Kau keliru.” Ucap Tuan Jung tak ingin mengingatnya. Mentri mengingatkan kalau ia adalah Lim Yoo.
“Selama perang, kau dan aku... Kudengar kau tewas dalam perang. Bagaimana kamu bisa...” ucap Tuan Lim.
“Aku bilang, kau keliru.” Kata Tuan Jung lalu bergegas pergi karena takut ketahuan. 

Hwang Tae pikir seharusnya ayahnya bisa lebih berhati-hati. Tuan Jung menenangkan anaknya kalau tidak perlu khawatir. Hwang Tae merasa kalau ayahnya  bisa mengubur rahasia yang ditakuti jika membawa Nok Du kembali.
“Kau Tidurlah.” Ucap Tuan Jung tak ingin membahasnya lagi lalu bergantian memegang dayung.
“Aku bisa mencium bau tanah dari kampung halamanku.” Kata Tuan Hwang lalu duduk disamping Hwang Tae.
“Biar kuberi tahu... Tempat ini sangat terpencil, jadi, jika kau pandai bersembunyi, akan sulit bagi mereka untuk menemukanmu.” Ucap Tuan Hwang
“Terima kasih, dan maafkan aku. Aku membuatmu melalui banyak kesulitan.”kata Hwang Tae
“Astaga... Kenapa cara bicaramu seperti orang asing? Kita akan menjadi besan kelak.... Bukankah, begitu?” kata Tuan Hwang menepuk bahu anaknya yang tertidur pulas diatas perahu. 


Raja berbicara dengan anak buahnya ternyata Jung Yun Jeo tidak ada di sana. Anak buahnya membenarkan,  dan mereka memeriksa Kepulauan Gangryeong dan pulau terdekat, tapi tidak bisa menemukannya. Jadi berpikirTuan Lim pasti keliru.
“Begitukah? Aku mengharapkan kabar baik saat mendengar teman baikku yang tewas saat perang masih hidup. Ini Mengecewakan sekali. Aku menghargai kerja kerasmu.” Ucap Raja. 

Dong Joo melihat Nok Du yang berbaring, lalu bertanya apakah akan tidur tanpa berganti pakaian padahal Pakaiannya basah. Nok Du pun meminta Dong Joo memberikan kain untuk mengeringkan bajunya. Dong Joo mengeluh lalu memberikan handuk.
“Jika kau punya celana cadangan, boleh aku meminjam itu juga?” tanya Nok Du. Dong Joo  pun memberikanya.
“Bisakah kau tetap di beranda selagi aku berganti pakaian?” ucap Nok Du. Dong Joo akhirnya tak bisa menahan amarahnya.
“Kau jelas membutuhkan banyak bantuan dariku. Aku benci hal semacam ini. Kau harus menjaga dirimu.” Ucap Dong Joo kesal
“Bisakah aku meminta mangkuk air hangat?” kata Nok Du memelas, Dong Joo langsung menutup pintu dengan kasar.
“Dia tidak tahu aku menyelamatkannya.” Ucap Nok Du kesal. 
Akhirnya Nok Du duduk dengan menutupi tubuhnya mengunakan selimut sambil meminum air hangat. Dong Joo memberitahu Nok Du kalau selimut yang dipakai itu miliknya dan ditanganya itu milik Nok Du. Nok Du seperti baru tahu.
“Mari bertukar.” Kata Nok Du, Dong Joo menolak. Nok Du akhirnya meminta agar tetap di luar.
“Lupakan saja. Kita tidur saja.” Ucap Dong Joo akhirnya tidur selimut baru dan langsung membuka bajunya.
“Kau melakukannya lagi!” jerit Nok Du panik menutup matanya dengan mangkuk. Dong Joo bingung Apa lagi yang dilakukan.
“Tolong jangan lepaskan bajumu tanpa memberitahuku dahulu. Beri aku waktu agar bisa mempersiapkan diri.” Kata Nok Du
“Haruskah aku memasang pesan di jalanan dahulu?” keluh Dong Joo Nok Du pikir berganti di luar adalah tindakan yang sopan.
“Hei, kau. Ini kamarku... Saat kau berganti pakaian, aku menunggu di luar. Haruskah aku keluar saat ganti baju juga?” ucap Dong Joo kesal
“Tolong jangan sentuh aku.” Kata Nok Do akhirnya mengembalikan pisau milik Dong Joo. Nok Du tak percaya melihatnya.
“Ini semua kamar Nyonya Chun. Ini bukan kamarmu.” Kata Nok Du langsung berbaring.
“Jika kau begitu membenciku, maka kau bisa tidur di luar.” Ucap Dong Joo kesal
“Jika aku tidur di luar, maka mulutku akan lumpuh.” Kata Nok Du.
Flash Back
Nok Du berbaring di tanah, seseorang mengangunya seperti ingin membangunkanya. Nok Du mengeluh apa yang dinginkan Hwang Tae. Hwang Tae memberitahu Jika tidur di sini maka mulut akan lumpuh. Nok Du mengaku tidak peduli jadi akan tetap di sini.
“Astaga... Pulau ini memang kecil. Apa Kau tidak bosan dan lelah meninggalkan rumah?” ucap Hwang Tae tidur di pantai
“Masuklah. Ibu akan mencemaskan Kakak. Dia juga mencemaskanmu.” Kata Dong Joo kesal
“Kita masuk saja.” Ucap Hwang Tae. Dong Joo seperti tak yakin dengan permintaan kakaknya.
“Aku tidak kabur ke daratan. Aku naik kapal itu menggantikan Kakak karena Kakak sakit. Apa dia harus marah?” keluh Nok Du akhirnya kembali duduk.
“Nok Du... Kakak yakin Ayah punya alasan. Kau tahu itu, bukan?” jelas Hwang Tae menenangkan adiknya
“Harusnya dia memberitahuku. Jika begitu, aku bisa menyerah atau mengatasinya.” Ucap Nok Du
“Hei. Kau bilang akan menyerah? Apa kau akan menyerah menjadi jenderal di daratan?” kata Hwang Tae
Nok Du mengaku tidak, tiba-tiba Hwang Tae merasakan sesuatu dimulutnya wajahnya panik, terlihat wajahnya miring dan mengaku  Mulutnya lumpuh. Nok Du sempat panik tapi tahu kakaknya hanya bercanda.
Hwang Tae pun  mengaja Nok Du pergi saja karena mulutnya akan lumpuh,  lalu menarik adiknya. Nok Pu menolak tak ingin pergi, lalu  terlihat mulutnya terlihat miring. Hwang Tae hanya bisa tertawa melihat tingkah adiknya yang membalas.
Nok Du  hanya bisa terdiam berbaring dikamar, teringat dengan ucapan kakaknya. 


Beberapa wanita berkumpul, membaca seperti surat ditanganya. Salah satu wanita yang ingin menyelakai Nok Du merasa Mustahil karena melihatnya jatuh dengan matanya sendiri. Ia yakin Begitu meminum racun itu, maka akan langsung mati.
“Melihat bagaimana dia menghilang, dia tahu itu sebelumnya dan sudah siap.” Ucap Si wanita yang lainya.
“Belum lama ini, bukankah ada pria yang mencoba memasuki desa kita dan diusir?”kata ketua si wanita. Wanita lain berpikir Ada banyak pria seperti dia
“. Itu pada hari kepulangan Deul Le. Apa menurutmu...” kata wanita lain. Si wanita pembunuh pun meminta izin untuk keluar tapi ketua menahanya.
“Ini bukan masalah yang bisa kau hadapi sendirian lagi. Kita semua harus menanganinya. Kita harus mengikuti perintah.” Ucap Si ketua. 

Nok Du melihat Dong Joo yang tertidur pulas, lalu membuka selimutnya dan akan mengambil baju. Ia panik saat tangan Dong Joo menahanya, tap Dong Joo hanya mengigau mengatakan “ Jika mereka mati,maka kau harus meminta maaf.”
Nok Du pun bergegas pergi melepaskan tangan Dong Joo, lalu masuk ke tempat wanita yang sebelumnya membuatnya curiga. Ia bisa melompat masuk ke dalam ruangan dan memeriksa ada beberapa baju pria, lalu menemukan seragam merah.
“Seperti yang kalian ketahui, misi baru-baru ini gagal, tidak seperti yang lainnya.” Kata ketua wanita. Nok Du diam-diam mengintip dan sudah mengunakan seragam yang sama.
“Kenapa kita diperintahkan untuk menghabisi orang yang bukan pejabat kotor atau bangsawan?” komentar si wanita tambun
“Benar. Tidak biasanya kita melakukan hal seperti itu. Siapa yang memberikan perintah itu?” tanya wanita lain
“Itu hanya bisa diketahui oleh bos.” Kata ketua wanita, semua pun menganguk mengerti.
“Hanya bos yang tahu? Siapa pemimpin ini?” gumam Nok Du penasaran terus mencoba mendengarkan.

“Yang penting adalah salah satu anjing itu mengikuti kita ke desa ini. Aku berasumsi si brengsek itu akan mencoba menyelinap masuk di malam hari. Kita harus berpatroli di sekitar desa, rumah gisaeng, dan semua rute.” Kata ketua wanita
“Yang benar saja. Pasukan Wanita Berbudi sudah menjaga desa. Dia sangat terampil.” Kata wanita yang bertubuh besar.
“Memang benar mereka telah mengajukan diri untuk berpatroli di desa. Namun, karena mereka bukan petarung terlatih, kita harus membantu. Periksa semua area di mana seseorang bisa bersembunyi..” Perintah ketua wanita.
“Karena banyak orang datang dan pergi dari rumah gisaeng, terus awasi tempat itu. Deul Lae menggambar pria yang dicari ini.” Kata Ketua wanita.
Nok Du bingung mendengar "Pria yang dicari" gambar wajah pria disebarkan, ternyata foto Nok Du saat jadi wanita. Ia pun langsung menutup wajahnya agar tak terlihat. Ketua mengucapkan  Terima kasih pada anaknya dan harus menemui bos.



Nok Du akhirnya bersembunyi dan diam-diam mengikuti si ketua, Si ketua merasakan ada orang yang mengikutinya saat akan mengecek, anak buanya datanya bertanya apa yang sedang dilakukan padahal mengira akan menemui bos.
“Benar. Kukira aku mendengar sesuatu.” Ucap Ketua. Si wanita pikir kalau itu dirinya. Si ketua pun mencoba percaya.
“Baiklah. Semoga berhasil.” Kata anak buahnya lalu bergegas pergi, Si ketua pun kembali berjalan.
Nok Du terus mengikutinya tapi pedang akhirnya sudah ada depan wajahnya.  Si wanita terlihat cerdik, bisa mengetahui Nok Du. Keduanya pun berkelahi dan penuh wajah Nok Du terbuka. Nok Du akhirnya menutup wajahnya dengan tangan.
Akhirnya Nok Du bisa membuat si wanita tak pergi karena pedanganya tersangku di pohon. Ia pun bergegas pergi sebelum ketahuan, beberapa wanita lain pun sudah berkumpul. 

Dong Joo terbangun dan tak melihat Nok Du ada disampingnya, Nok Du berusaha untuk tenang berjalan pulang. Tiba-tiba seorang wanita melihat Nok Du dan mengingat kalau itu adalah janda baru dan bertanya dari mana karena  sudah larut malam.
“Itu terlalu berisik, jadi, aku terbangun. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan.” Ucap Nok Du. Si wanita binggung kalau merasa Berisik.
“Begini, gisaeng yang tidur sekamar denganku punya kebiasaan tidur yang buruk.” Kata Nok Du, Sementara wanita yang ingin membunuh Nok Du menatap curiga.
“Apa Maksudmu Dong Joo? Benar, kudengar kebiasaan minumnya jauh lebih buruk. Kurasa kami tidak akan pernah minum bersama.” Kata si wanita.
“Omong-omong, kenapa kalian berpakaian seperti itu?”tanya Nok Du, Si wanita terlihat gugup.
“Begini... Kami datang untuk membantu saat sedang sibuk. Jadi Kami mendapat sedikit uang.” Kata si wanita yang menyamar jadi prajurit. Si wanita pun menganguk menyetujuinya.
“Aku harus pergi sekarang... Sampai jumpa.” Kata Nok Du lalu berjalan pergi. Si wanita yang ingin membunuh Nok Du masih menatap curiga.
“Aku seharusnya melihat wajah bos itu.” Keluh Nok Du, si wanita memanggil temanya yang masih menatap Nok Du agar segera pergi. 


Seorang prajurit menunggang kuda dengan pedangnya. Di rumah gisaeng,  Yool Moo sedang sibuk memotong sesuatu, Gisaeng menceritakan  Semalam, seorang pemuda muncul di desa janda dan menyebabkan kekacauan.
“Astaga. Seorang pemuda di desa itu?” kata Yool Moo tak percaya, Si wanita pikir pria itu  pasti kabur setelah melakukan hal mengerikan.
“Para janda ingin menangkapnya bagaimanapun caranya.” Kata gisaeng, Yool Moo pikir itu sudah seharusnya.
“Siapa pun pemuda itu, dia pasti orang jahat.” Kata Yool Moo 

Nok Du baru masuk, Yool Moo menatapnya dan langsung memanggilnya. Nok Du akan berjalan pergi tapi ternyata pria lain dibelakangnya yang dipanggil lalu memberikan sesuatu diatas meja. Si wanita melihat ada bongkahan es batu.
“Nona Hwa Su, siapa dia?” tanya Nok Du berdiri disamping wanita yang tadi bercerita.
“Ini pasti kali pertamamu melihatnya. Di Joseon dia orang paling...” cerita Hwa Su. Nok Du menduga kalau itu  Ahli pedang.  
“Lemah pendirian. Pendiriannya paling lemah di Joseon. Dia teman Tuan Yul Mu Dan dia sangat setia. Aku belum pernah melihat orang lemah sepertinya. “Ucap Hwa Su.
“Kukira dia datang untuk menyampaikan perintah Yang Mulia.” Komentar Nok Du setelah melihat si pria memotong es batu jadi potongan kecil lalu berjaln pergi. 

Yool Moo menyerut es batu dan dimasukan kedalam mangkuk, lalu menaruh kacang merah dan juga selai jeruk, jadilah patbingsu. Ia bangga melihatnya dan menatap Dong Joo baru saja keluar kamar dan terlihat baru bangun.
“Ini manis dan dingin... Cobalah sebelum mulai meleleh.” Ucap Yool Moo, Dong Joo terlihat binggung tapi saat itu Nok Du sudah membuka mulutnya dan Dong Joo langsung mengarahkan sendok ke arahnya. 

Dong Joo pun bergegas pergi, Yool Mo melihat Dong Joo teringat dengan masa lalunya.
Flash Back
Yool Moo berjalan ke sebuah rumah, lalu mengintip. Ia melihat sosok Dong Joo yang masih kecil sedang sibuk menyulam sambil mengemil es batu yang langsung gigit dimulutnya. Ia seperti ingin membuat es hanya untuk Dong Joo yang suka dengan es batu.
 “Setidaknya dia harus makan sesuap.” Kata Yool Moo sedih karena Dong Joo tak makan sekali.
“Ini Benar-benar manis dan dingin.” Ungkap Nok Du tersenyum bahagia yang sudah menghabiskan esnya. 

Dong Joo pergi gua sambil mengumpat kesal karna seandai berandal itu tidak memukulnya maka pasti rencannya pasti akan berhasil.  Ia pun melihat gambar rencana yang dibuatnya seperti sudah sangat detail.
“Kurasa satu-satunya cara untuk membunuhnya adalah memasuki istana..” Ucap Dong Joo 

Nok Du berdiri ditempat si wanita, karena merasa Jika ingin menangkap harimau, maka harus masuk ke sarangnya. Ia melihat banyak wanita yang sedang membuat makanan dan sibuk dengan tugas masing-masing. Beberapa wanita sedang mengobrol bersama.
“Aku tidak akan pernah masuk ke rumah gisaeng lagi.” Kata Salah satu wanita. Wanita lain bingung bertanya ingin tahu alasanya.
“Aku ke sana tadi untuk memberi mereka anggur. Dan seorang pria tidak dikenal tiba-tiba menggenggam tanganku.” Cerita si wanita.
“Kenapa? Kenapa dia melakukan itu?”tanya wanita lain ikut kesal. Wanita itu menceritakan karena terkejut dan melepaskan tangannya.
“Dan dia memberitahuku bahwa dia mengira aku Hwa Su.” Ucap si wanita. Mereka tak percaya si wanita yang cantik itu.
“Gisaeng yang membuat kepala semua pria berbalik? Gisaeng yang sangat cantik itu?” ucap wanita lain sambil menahan tawanya.
“Apa dia cantik? Menurutku dia tampak terlalu pucat. Silakan katakan pendapatmu. Apa aku sangat mirip dengannya?” tanya si wanita. Semua mencoba membandingan dengan Hwa Sa.
“Aku mengerti kenapa dia keliru...” ucap Si wanita akhirnya menyetujui kalau mirip dengan Hwa Su.
“Astaga, aku sungguh tidak menyukainya.” Kata si wanita yang mengangap dirinya seperti Hwa Su
“Tapi Mau bagaimana lagi? Kau harus menerima kecantikanmu yang menakjubkan.” Kata si wanita lain. 


Seorang wanita mengeluh kalau teman-temanya itu buta, teman lainya langsung menutup mulutnya agar tak perlu bicara.  Nok Du akhirnya bciara mengaku tidak perlu khawatir. Dong Joo berjalan tak sengaja melihat dari depan pintu Nok Du sedang berbicara dengan wanita lain.
“Sayang sekali karena orang-orang menganggapmu mirip dengan seseorang yang sangat kau benci. Tapi aku sendiri tidak setuju. Hidung Nona Hwa Su tajam dan mancung. Dan alisnya berbentuk seperti bulan sabit.” Cerita Nok Du
“Tapi di sisi lain, hidungmu pesek dan lebar. Dan alismu terlihat seperti ulat. Itu Sangat tebal, sampai terlihat gagah. Kau sama sekali tidak mirip Nyonya Hwa Su.” Komentar Nok Du polos
“Hidungku lebar dan pesek?” kata si wanita terlihat menahan amarah, Nok Du membenarkan.
“Selain itu, kulit Nyonya Hwa Su sangat putih. Tapi kulitmu agak kuning dan membuatmu tampak maskulin. Kau setuju, bukan?” kata Nok Du Si wanita tak percaya dianggap Kulitnya kuning.
“Hei! Siapa kau? Apa kau datang sebagai hakim?” teriak si wanita marah,
“Kurasa seharusnya aku memperkenalkan diri dahulu. Aku anggota keluarga Kim dari Hanyang...” kata Nok Du santai
“Aku tidak peduli namamu... Yang benar saja. Beraninya kamu menyebut hidungku pesek dan lebar? Kau terlihat seperti musang yang basah kuyup dalam air.” Kata si wanita.
Dong Joo tertawa mendengar Nok Du diangap Musang. Si wanita itu pikir kalau Nok Du yang menilainya lebih dahulu jadi kenapa tidak boleh melakukan itu. Akhirnya si wanita tak bisa menahan amarahnya langsung menari rambut Nok Du.
Mereka berkelahi saling menarik rambut, beberapa wanita mencoba merelai tapi tak berhasil. Dong Joo mencaba merelai tapi terdorong dan akhirnya tanganya malah menyentuh panci lalu menjerit kesakitan. Si wanita masih terus menarik rambut Nok Du.
“Aku akan membunuhmu Lalu aku juga akan bunuh diri. Dasar berengsek!” teriak Si wanita
Nok Du akhirnya bisa melepaskan dari cengkraman tangan si wanita, tapi bongkongnya malah menyentuh panci. Ia pun menjerit kesakitan karena bokongnya sangat sakit, dan Dong Joo merasakan tangannya seperti terbakar dan Perih sekali. Keduanya pun keluar saling merasa kesakitan. 


Tuan Jung tertidur berjajar dengan Hwang Tae, Tuan Hwang dan anaknya. Hujan turun dengan deras, tapi Tuan Jung seperti tak bisa tidur akhirnya keluar dari rumah dan berkomentar kalau Hujannya deras sekali.
“Ini seperti hari ketika Yun Jeo meninggal.” Kata Heo Yoon melihat hujan yang deras juga dirumahnya.
***
Flash Back
Heo Yoon seperti baru saja melukai Tuan Jung dan akan membunuhnya. Tuan Jung berjalan mundur sambil memegang sesuatu ditanganya. Heo Yoon akan membunuhnya, tapi suara tangisan bayi membuatnya tersentuh.
“Kau Pergi saja. Aku akan melaporkan bahwa kau mengubur bayi mati itu dan aku menikammu, lalu kau jatuh ke sungai. Jadi, hiduplah seakan-akan kamu tidak ada. Hiduplah seakan-akan kau sudah mati.” Ucap Heo Yoon.
Tuan Jung termenung di "Penginapan" sementara Heo Yoon memikirkan juga di rumahnya. Raja pun telihat gelisah, lalu bergegas keluar dari istana mengatakan harus menemui Yun.
Bersambung ke episode 4

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar