PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 16 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 10

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Dong Joo bermimpi berteriak “Aku menyukaimu! Aku menyukaimu!” lalu terbangun sambil mengeluh karena Mimpi yang sangat aneh. Ia pun berpikir kalau ini memang mimpi, lalu tiba-tiba tangan Aeng Du menyentuh wajahnya. Dong Joo kaget melihat ada gadis kecil dan Nok Du tertidur di pojok.
“Tidak, tidak. Tidak mungkin aku benar-benar mengatakannya.” Kata Dong Joo panik akhirnya keluar dari kamar.
Dong Joo akhirnya mencuci wajah dan seperti muntah karena terlalu banyak minum. Tiga orang wanita memabhas Dong Joo ituputri dari Ibu yang buruk moralnya.
“Si anak dan si ibu memperebutkan seorang pria di rumah gisaeng. Kudengar, situasinya lebih buruk dibandingkan perang.” Komentar Si wanita. Dong Joo hanya bisa diam saja. 

Di kamar
Nok Du sedang mengajarkan Aeng Du agar memanggilnya “Unnie.” Aeng Du pun bisa mengucapkanya. Nok Du memuji dan memberitahu kalau Ae Du harus memanggilnya begitu. Aeng Du mengangu mengerti dan meminta No Du agar Jangan khawatir.
“Orabeoni, Apa kau masih punya lagi?” tanya Aeng Du yang sibuk makan
“Bukan! Kau tidak boleh memanggilku 'Orabeoni'... Kau salah Lagi. Bagaimana kau harus memanggilku? Aku sudah mengajarimu.” Ucap Nok Du kesal.
“Sayang?” kata Aeng Du. Nok Du mengeluh kesal dengan sikap Aeng Du. Lalu menyuruh memanggilnya Unnie dan beberapa kali.
“Kenapa aku harus memanggilmu Unnie?” tanya Aeng Du heran.  Nok Du menjelaskan ada yang harus dilakukan di luar pulau.
“Astaga, Apa yang harus kau lakukan adalah menjadi seorang wanita?” tanya Aeng Du. Nok Du mengaku bukan.
“Aeng Du... Kalau orang-orang di sini tahu aku seorang pria, maka aku akan disiksa dan dibunuh.” Jelas Nok Du
“Itu tidak boleh terjadi! Kau tidak boleh mati.” Kata Aeng Du panik. Nok Du pun meminta agar agar menuruti perkataanya.
“Jadi, kau tidak boleh membocorkan rahasiaku, mengerti?” tegas Nok Du, Aeng Du menganguk mengerti dengan memanggil Unnie.


Tuan Hwang berbicara dengan Nok Du berkomentar kalau itu Cerita yang sangat konyol. Nok Du meminta Tuan Hwang berhent mengejeknya, karena  tidak punya pilihan lain jadi harus melakukan ini. Tuan Hwang ingin tahu bosnya tinggal di sini.
“Apa Di desa penuh para janda ini?” tanya Tuan Hwang. Nok Du membenarkan.
“Itu sebabnya aku tidak bisa pulang sekarang.” Jelas Nok Du, Tuan Hwang pikir Nok Du sudah berusaha keras sampai menyamar sebagai wanita.
“Kau harus tinggal sampai membunuh bosnya.” Kata Tuan Hwang, Nok Du pun ingin tahu keadaan ayah dan juga kakaknya.
“Berapa kali harus kukatakan kepadamu? Mereka baik-baik saja. Hwang Tae mulai pulih. Aku juga menulis surat untuk mereka, dan bilang aku akan kembali bersamamu dari Hanyang, jadi aku melarang mereka khawatir.” Jelas Tuan Hwang.
“Omong-omong, putri angkatmu itu, dia tahu kau perempuan, 'kan? Kemarin, kudengar dia bilang, "Aku menyukaimu."  "Aku menyukaimu!" Apa Itu untukmu atau pria satunya?” tanya Tuan Hwang.
“Bagaimana Menurut Guru?” tanya Nok Du gugup.Tuan Hwang pikri kalau untuk dirinya maka Dong Joo seleranya buruk sekali.


Nok Du mengeluh dengan sikap Tuan Hwang dan memberitahu kalau Dong Joo itu  yang sedang mabuk, saat itu melihat Yool Moo lalu mencoba memanggilnya. Yool Moo panik memilih untuk kabur. Tuan Yeon sedang duduk sambil menangis seperti tak percaya dengan nasibnya.
Yool Moo terus berlari, Nok Du pun mengejarnya. Tuan Yeon yang melihatnya makin menangis smabil bertanya Kenapa bukan dirinya. Yool Moo masuk ke rumah gisaeng, Hwa Sa dkk melihat Nok Du terus mengejarnya.
“Dia pasti sudah gila.” Keluh Hwa Sa dan semua wanita langsung menatap dingin.
Yool Moo sempat jatuh tapi berusaha terus berjalan sampai akhirnya kakinya terselengkat. No Du mencoba menolong dengan mengulurkan tanganya. Yool Moo seperti ketakutan memilih untuk jatuh ke dalam kolam saja. 

Yool Moo mengigil kedinginan, Nok Du mendekat. Yool Moo ingin pergi tapi Nok Du menahan dengan dua tanganya. Yool Moo pun tak bisa kabur lalu berpikir kalau itu setelah memberinya es kesemek itu. Nok Du terlihat bingung.
“Atau Okchundang... Atau... kudanya?” kata Yool Mo. Nok Du  mengeluh kesal. Yool Moo meminta agar melupakan karena menurutnya tidak penting.
“Kau tahu pasti siapa yang aku cintai.” Kata Yool Mo, Nok Du bingung Yool Mo membahas Cinta.
“Bagiku, kau adalah teman dari wanita yang kucintai... Tidak, kau ibunya. Jadi, perlakukan aku selayaknya.” Kata Yool Moo
“Apa yang membuatmu begitu mencintai Dong Joo?” tanya Nok Du terlihat tak percaya mendengarnya.
“Aku mencintai segala sesuatu tentangnya karena aku jatuh cinta padanya. Aku bukan mencintai dia atas alasan tertentu.” Ucap Yool Moo
“Lalu, bagaimana kau bisa tahu kau sedang jatuh cinta?” tanya Nok Du melepaskan tanganya.
“Mana mungkin tidak mengetahuinya? Kau merindukan dia saat mereka pergi dan bahagia bertemu dengannya. Bahkan hal yang paling remeh membuatmu khawatir. Cinta itu seperti batuk. Kau tidak bisa menahannya.” Jelas Yool Mo
Nok Du bingung karena dianggap seperti "Batuk". Yool Mo membahas Nok Du yang Kemarin menciumnya di hadapan semua orang dan berpikir kalau itu karena Nok Du tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Nok Du pun tak bisa mengelak hanya membenarkan saja.
“Tidak bisa dipercaya kau tidak pernah jatuh cinta.” Ejek Yool Moo. Nok Du mengeluh Yool Moo jangan berpikir konyol
“Aku jatuh cinta berkali-kali.” Tegas Nok Du. Yool Moo menganguk mengerti saja.
“Bagaimanapun, soal perasaanmu padaku.. “ ucap Yool Moo yang langsung disela
“Aku akan menyerah tentangmu. Aku sungguh minta maaf atas kekacauan yang sudah kusebabkan. Jangan mengkhawatirkan aku lagi.” Ucap Nok Du lalu melangkah pergi. 



Nok Du pulang ke rumah, Hwa Sa dengan sengaja menabrak bahunya dengan keras. Nok Du mengeluh kesakitan, Hwa Sa tak peduli hanya menatap sinis lalu pergi. Nok Du pun berjalan kembali tapi wanita lain menyiramnya dengan air. Nok Du hanya bisa mengeluh kesal. 

Nok Du berjalan ke arah danau dan meliha Dong Joo duduk sendirian diatas jembatan. Ia pun duduk disamping Dong Jo mengaku sudah  mencari-carinya tapi ternyata sedang duduk sendiri.  Dong Joo tak percaya meliha Nok Du yang masih bisa tersenyum.
“Apa Kau sudah makan?” tanya Nok Du mencoba perhatian. Dong Joo mengeluh kalau Nok Du tak tahu rasa malu yang ditangungnya.
“Bagaimana bisa kau tersenyum dan tanya aku sudah makan atau belum?” keluh Dong Joo
“Itu karena kau kelihatan belum makan seharian.” Kata Nok Du, Dong Joo pun marah dengan Nok Du yan mencium Yool Moo. “
“Apa Kau sudah gila, ya? Itukah satu-satunya solusi yang kau punya? Kau cukup menjungkalkan meja atau membekap mulut anak itu. Kalau tidak, kau tampar saja aku.” Ucap Dong Joo kesak. Nok Du hanya diam saja.
“Dan Ada apa dengan anak itu? Kenapa dia memanggilmu 'Sayang'?” kata Dong Joo marah.
“Itu... Dia tetanggaku. Dia percaya kalau dia dijodohkan denganku. Tentu saja itu tidak benar. Pokoknya Ceritanya Rumit” jelas Nok Du.
“"Dijodohkan"? Apa Kau jatuh cinta pada seseorang tapi dijodohkan dengan gadis lain? Waahhh... Luar biasa sekali kau!” ucap Dong Joo dengan nada sinis. Nok Du hanya menatap Dong Joo.
“Apa? Kenapa? Kenapa kau menatapku?” keluh Dong Joo, Nok Du meminta izin untuk menanyakan sesuatu.
“Mana yang kau pilih? Mereka bilang, kau tidak bisa menahan cinta. Entah aku bodoh atau kau ahlinya, tapi aku tidak tahu bagaimana perasaanmu. Tapi sekali lagi, aku sangat penasaran.” ucap Nok Du
“Dasar sinting... Aku cuma sedang mabuk.” kata Dong Joo mencoba mengelak.
“Aku sudah dengar soal kebiasaan mabukmu.” Kata Nok Du, Dong Joo pun ingin tahu menurut Nok Du siapa orangnya.
“Apa Kau pikir aku akan menyukai seorang pria yang sudah mencintai seseorang, dijodohkan dengan gadis lain, dan hidup menyamar sebagai seorang pria?” kata Dong Joo.
Nok Du mengerti kalau itu pasti bukan dirinya lalu mengajak Dong Joo pergi.  Dong Joo menolak untuk pergi bersama. Nok Du akhirnya pulang sendirian. Dong Joo kesal sendiri dengan Nok Du yang penasaran dengan apa yang diucapakanya. 



Aeng Du terbangun dari tidurnya dikagetkan dengan sosok orang didepanya. Nok Du duduk diam dipingir kamar seperti hantu dengan bau putih.  Ia mengeluh kalau Mana mungkin dirinya dan itu tak mungkin dirinya juga.
“Aku tidak bertanya karena memiliki perasaan padanya. Aku hanya penasaran mengapa dia mengatakan sesuatu yang konyol begitu. Ini Lucu sekali.” ungkap Nok Du frustasi.
“Orabe--bukan! Bukan!.. Unnie? Kenapa kau meracau sendiri pagi-pagi begini?” ucap Aeng Du.
“Apa? "Pagi"? Beraninya dia tidak pulang semalaman? Beraninya dia?” ucap Nok Du marah
Saat itu Dong Joo tertidur di tempat persembunyianya sambil mengeluh badannya yang pegal-pegal. Ia pun mengeluh kalau Untuk ap melakukan ini. Di rumah, Nok Du gelisah sudah ada makanan diatas meja, lalu mengintip Ae Dung datang dengan Dong Joo. 

Akhirnya mereka makan dalam diam dan terlihat sangat cangung, tiba-tiba sumpit mereka sama-sama mengambil telur rebus. Keduanya langsung menarik tangan dan memalingkan wajah. Aeng Du langsung mengambilnya dan memberikan pada Nok Du.
“Kau boleh memakannya, Sayang.” Ucap Aeng Du. Nok Du pun terlihat gugup menerimanya.
“Kalian benar-benar saling mencintai.” Sindir Dong Joo. Nok Du pun memperingatakanAeng Du, apa yang terjadi jika memanggilnya seperti itu.
“Kau bilang, kau akan mati.” Kata Aeng Du. Akhirnya Dong Joo mengajak Aeng Du bicara.
“Hei, anak kecil... Kau tahu menikah itu apa?” tanya Dog Joo. Aeng Du mengaku tentu saja tahu.
“Menikah adalah saat kau makan tiga kali sehari, bersenang-senang, dan menghabiskan waktu bersama seseorang.” Kata Aeng Du santai.
“Ya, itu benar... Seseorang yang akan menghabiskan sisa hidup bersamamu. Jadi, kau sebaiknya bertemu seorang pria yang jujur dan baik saat kau sudah dewasa nanti, daripada berandalan tidak berguna seperti dia.” Sindir Dong Joo.
“Dia cukup baik untukku.” Kata Aeng Du tetap memilih Nok Du. Nok Du hanya bisa menahan tinjunya lalu memberikan Ae Dung lauk agar bisa terus makan. 



Malam hari, Nok Du tak bisa tidur lalu melihat Dong Joo sudah tak ada di tempat tidurnya. Ia pun mengeluh kalau Dong Joo yang akan tidur di luar lagi. Nok Du terlihat gelisah karena Dong Joo tidur diluar lagi. 

Di istana
Ratu berteriak marah saat ditarik keluar dari kamarnya, Dua pengawal menariknya keluar kamar. Ratu marah karena mereka yang berani melakukan ini padanya dan meminta agar melepaskanya.
“Aku tidak tahu apa-apa. Kutukan apa? Konspirasi apa? Lepaskan aku! Aku Ratu Dowager.” Teriak Ratu.
“Paduka Raja memberi kami perintah untuk memindahkan Anda ke Istana Timur. Mari pergi.” ucap pengawal.
“Aku ingin bertemu Pangeran Yeongchang... Putraku!” teriak Ratu histeris, Pengawal tak peduli.
“Tolong izinkan aku bertemu Paduka Raja... Kumohon! Saudaraku! Ibu! Ibu!” jerit Pangeran yang juga ditarik keluar sambil menangis. 
Mentri satu bertanya Apakah dia akan baik-baik saja, lalu berpikir kalau temanya akan jadi target mereka yang tidak sepakat akan hal ini. Mentri pertam berpikir Keputusan selalu disertai dengan konsekwensi jadi akan memastikan dirinya aman dan tak perlu khawatir.


Nok Du kembali mengintip di kuil atas, Seorang pria datang dan sempat dihadang oleh penjaga wanita. Tapi setelah itu membiarkan masuk, Nok Du terus memperhatikanya. Ia melihat seseorang keluar dengan jubah dan penjaga wanita mengikutinya.
Dong Joo yang tidur diluar mengeluh Punggungya sakit sekali sampai tidak bisa tidur. Ia pikir tidak perlu tidur di sini dan bisa tidur di rumah. Sementara Nok Du sengaja mengikuti dan melihat Tuan Heo dengan anak buahnya berbicara di hutan.
“Kenapa ini harus terjadi saat Anda sedang pergi?” keluh Anak buah Tuan Heo.
“Yang Mulia sengaja menunggu sampai aku pergi. Dia sudah mencurigaiku sejak insiden yang terjadi di pulau.” Jelas Tuan Heo. Nok Du mendengar Tuan Heo yang mengatakan "Pulau"
“Aku pergi dulu. Pinjamlah kuda dari rumah gisaeng dan ikuti aku.” Kata Tuan Heo lalu pergi dengan kuda.
“Apakah dia yang mencoba membunuh kami? Tapi, dia juga menyebut soal Paduka Raja. Buat apa Raja tertarik pada kami?” gumam Nok Du bingung. 


Raja yang ada dikamar mengingat kejadian sebelumanya.
Flash Back
 [20 tahun lalu, di sebuah desa di Provinsi Gyeonggi]
Raja memeluk anak bayi, terlihat marah karena anaknya yang harus lahir tanggal 19 November. Ia seperti tak bisa menerima anaknya lahir dihari ini sampai akhirnya akan membunuhnya. Tiba-tiba Tuan Jung datang melihatnya dan Raja membiarkan istrinya menangi setelah melahirnya.
“Bagaimana bisa tragedi ini terjadi?” kaat Tuan Heo berlutut didepan raja.
“Tidak seorangpun boleh mengetahui peristiwa hari ini. Jung Yun Jeo membawa. mayat putraku. Aku ingin kau menyingkirkan mereka berdua.” Ucap Raja.
Tuan Jung membawa bayi anak menguburkanya, tapi Tuan Heo datang menyuruh Tuan Jung pergi karena akan melapor bahwa kau sudah mengubur mayat bayi itu dan menikanya lalu jatuh ke sungai.
“Jadi, hiduplah seakan kau tidak ada... Hidup seolah kau sudah mati.” Ucap Tuan Heo membiarkan Tuan Jung pergi.
Beberapa belas kemudian, Nok Du pun hidup dengan baik. Ibunya seperti sedang sakit. Nok Du memintai ibunya bertahan karena Ayah akan segera datang membawa obat.
Tuan Jung pergi ke pasar mencari toko obat, saat itu mentri melihat Jung Yun Jeo. Tuan Jung  bertemu dengan mentri yang bertemu dengan Tuan Jung lalu mencoba mengelaknya karena Yun Jeo tewas saat perang. Si mentri berpikir Yang Mulia tampak senang mendengarnya.
“Aku ingin kau mendatangi Pasukan Muweol. Ada seseorang yang harus kita temukan dan habisi. Yang Mulia juga akan mencarinya. Kita harus menemukan dia duluan, bagaimanapun caranya. Mengerti?” kata Tuan Heo. Anak buahnya menganguk mengerti.
“Jika Yang Mulia menemukan dia duluan, rencana besar kita akan tamat.” Kata Tuan Heo. 
 Nok Du pun bertanya-tanya Siapa pria itu, lalu Apa hubungan Raja dengan semua itu dan Apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ia berjalan pulang ke rumah dan melihat sepatu Dong Joo, wajahnya tersenyum bahagia lalu bergegas masuk.
Sementara anak buah Tuan Heo berlari ke hutan agar mencari sosok yang diminta oleh Tuan Heo. Saat itu kakinya terpeleset dan terjatuh tapi bisa bertahan, lalu meliha ada sepasang kaki di pinggir sungai seperti sudah tak sadarkan diri. 


Dong Joo sudah tertidur dengan lampu dimatikan, Nok Du menatapnya dan berpikir untu menyalakan lampu. Dong Joo menolak sambil mencoba menahan rasa takutnya karena mereka harus mematuhi aturan. Nok Du inin tahu alasan Dong Joo sangat takut dengan gelap.
“Siapa bilang aku takut?” kata Dong Joo, Nok Du mengingat saat dipenjara Dong Joo tertidur juga seperti ketakutan.
Dong Joo takut dengan gelap karena saat bersama ibunya ia gulingan karena dianggap sudah mati oleh para pengawal kerajaan. Akhirnya Nok Du menyalakan lampu kamar, Dong Joo mengeluh karena Sudah bilang jangan melakukannya.
“Kita hanya perlu memastikan tidak kelihatan dari luar. Bagaimana menurutmu? Bahkan hantu bermata indah akan mampir ke rumah kita. Berhentilah mengomel dan pergi tidur. Berisik”  kata No Du menutup jendela dan kamar dengan jubah.
“Apa? Ada apa? Tidurlah.” Ucap Nok Du melihat Dong Joo hanya menatapnya tanpa bicara.
“Jangan bersikap baik padaku.” Kata Dong Joo, Nok Du ingin tahu alasan tak boleh bersikap baik.
“Kau seharusnya cuma baik...” ucap Dong Joo yang langsung disela oleh Nok Du.
“Apa Pada orang yang kusukai? Orang yang kupedulikan dan terus pikirkan?” kata Nok Du. Dong Joo membenarkan.
“Seperti kau dan nonamu.” Ucap Dong Joo, Nok Du pikir  tidak bisa menyembunyikannya lagi.
“Apa Kau tahu? Aku tidak punya...” ucap Nok Du dan Dong Joo seperti tak ingin mendengar memilih untuk tidur.
Malam semakin larut, Nok Du menatap Dong Joo yang tertidur teringat ucapan Yool Moo “Cinta itu seperti batuk. Kau tidak bisa menahannya.” Ia pun bergumam kalau dalam masalah besar. Pagi hari, Nok Du tertidur dengan bersandar di pintu
“Aku sudah memutuskan tidak membuang waktu untuk hal-hal tidak berguna... Tidak, aku tidak akan... Aku tidak bisa.” Kata Dong Joo menatap Nok Du yang masih tertidur pulas. 



Di luar rumah
Tiga serangkai sedang sibuk di luar rumah sambil menghias rambut, Aeng Du sibuk melihat anak ayam. Nok Du seperti baru bangun lalu bertanya Ada acara apa ini. Soon Nyeo memberitah kalau Sekarang ini Dano, hari kelima di bulan kelima.
“Dano? Apa yang orang lakukan di sini saat Dano?” tanya Nok Du bingung. Soon Nyeo pikir semuanya sama saja.
“Kita memetik tanaman herbal. Kita keramas dengan air bunga iris. Dan di pasar, para wanita dan pria menggila.” Kata Bok Nyeon. Semua pun bahagia karena mereka akan mengila.
“Menggila?” ucap Nok Du bingung, Soo Nyeon pikir Nok Du pasti tahu yaitu Tatapan mata mereka bertemu di ayunan Dan mereka berbagi perasaan.
“Ya, tapi tidak ada urusan dengan kita” ucap Soo Nyeon sedih, tapi tetap saja mereka senang karena hari “Dano” 


Dong Joo baru saja pulang mencuci, Nok Du melihatnya dan langsung membawa barangnya. Dong Joo memalingkan wajahnya. Nok Du membahas kalau Hari ini Dano. Dong Joo mengaku tahu. Nok Du pun mengajak mereka  ke pasar dan naik ayunan malam ini.
“Ada yang ingin kukatakan.” Kata Nok Du, Dong Joo mengaku tidak ingin mendengarnya.
“Kenapa tidak?” ucap Nok Du, Dong Joo pikir mendengarnya tidak ada gunanya.
“Apa Kau tahu yang akan kukatakan padamu?” tanya Nok Du, Dong Joo pikir itu sudah jelas.
“Tapi, kau bahkan tidak mendengarnya dariku. Apakah karena Cha Yool Moo?” tanya Nok Du, Dong Joo membenarkan lalu beranjak pergi. 


Yool Moo sibuk memasak didapur membuat Jeon,  saat itu seseorang datang membisikan sesuatu. Yool Moo menganguk mengerti lalu meminta agar membuka mulut, lalu menyuapi Jeon. Tiba-tiba Aeng Du datang membuka mulutnya lebar-lebar.
“Kunyah pelan-pelan.” Kata Yool Moo menyuapinya, tapi Aeng Du kembali membuka mulutnya lebar-lebar.
“Apa Kau masih bisa makan lagi?” ucap Yool Moo, Aeng Du mengaku  bahkan tidak merasa kenyang sama sekali seperti ingin makan terus,  Yool Moo menyuapinya.
“Makanlah sampai kau kenyang.” Kata Yool Mo. Aeng Du bertanya apakah  bisa membungkus untuknya.
“Kakakku juga menyukainya.”ucap Aeng Du lalu panik karena salah berbicara mengatakan yang dimaksud  Unnie. Yool Moo bingung maksudnya “Ora-Unnie”  Aeng Du mengatakan kalau yang dimaksud  “Unnie.”


Nok Du yang frustasi memilih untuk minum di tempat penyimpanan, Joon Sook pikir Nok Du Jangan putus asa karena Ini belum berakhir dan Nok Su itu masih punya kesempatan. Nok Du masih tak percaya kalau ini belum berakhir.
“Tentu saja. Kalau kami tidak berpikir begitu, buat apa minum denganmu?” kata Joon Sook
“Belum ada keputusan apa pun. Kenapa kau sudah menyerah?” ucap Kim Sook, Nok Du pikir juga seperti itu.
“Bahkan belum diputuskan. Jiak aku memilih tidak melakukannya, siapa yang akan diuntungkan?” kata Nok Du masih terus minum.  Yeon Boon mengeluh Nok Du itu bicara apa.
“Hei, bangunlah.. Mari kita pergi keramas dengan air iris.” Kata Joon Sook.
“Tidak... Lebih baik aku pulang.” Ucap Nok Du menolak, Joon Sook mengajak agar ikut saja dengan mereka.
“Tidak akan ada orang di desa. Semua orang akan ada di gunung.” Kata Joon Sook.
Tapi Nok Du tetap ingin pulang ke rumah dan Tiga wanita mengantar didepan Tempat Pembuatan Arak. Yeon Boon menyuruh Nok Du agar  Jalan yang tegak. Nok Du berusaha berjalan tegak, tapi pengaruh alkohol membuatnya jatuh ke kubangan air.


Dong Joo berbaring dikamar dengan anak ayamnya, Nok Du masuk kamar dengan baju yang kotor. Dong Joo bertanya Apa yang terjadi dengannya. Nok Du mengaku jatuh jadi akan mandi.Saat mandi, Nok Du terdiam mengingat pertemuan dengan Dong Joo saat memotong rambutnya.
Flash Back
Yool Moo melindungi Dong Joo saat berani memotong rambutnya yang panjang, tapi Dong Joo melepaskan tanganya tak ingin disentuh Yool Moo. Lalu saat Yool Moo memberikan permen gula Dong Joo memanggilnya dan memberikan padanya.

Yool Moo mengantar Aeng Du sampai ke depan pintu bertanya Kbisa pulang sendiri, kareka laki-lai jadi tak bisa masuk.  Aeng Du mengelu  kenapa desa ini jahat sekali para para pria. Yool Moo pikir Bisa dipahami. Hanya para wanita yang tinggal di desa ini.
“Itu sebabnya aku tidak bisa sering bertemu ayahku. Orabeoni juga menjadi Unnie.” Kata Aeng Do. Yool Moo terdiam saat mendengarnya. Aeng Du panik karena salah bicara lagi. 

Nok Du masuk dengan bertelanjang dada, melihat Dong Joo berbaring lalu mengaku tidak menyukai siapa pun. Dong Joo kaget akhirnya terbangun  dan ingin tahu bagaimana dengan Nona itu, apakah berbohong padanya. Nok Du membenarkan.
“Terus kenapa kau memberi tahu aku sekarang?” tanya Dong Joo. Nok Du menatap Dong Joo dengan wajah serius
“Aku menyukaimu... Itu sebabnya...” ucap Nok Du. Dong Joo pikir sudah mengatakan dengan jelas.
“Aku tahu kau tidak menyukai keparat itu... Kau bilang kau menyukainya. Dan memang masuk akal jika begitu adanya. Tapi, aku tidak mempercayai hal itu.” Ucap Nok Du akhirnya mendekat. Dong Joo terihat bingung.
“Dia bilang, itu tidak bisa ditahan... Ya, aku tidak bisa menahannya. Dan kau tidak pernah batuk di hadapannya.” Kata Nok Du. Dong Joo tak mengerti maksud ucapanya.
“Dia mungkin menatapmu, tapi kau tidak... Kau menatapku. Apa Itu tidak benar?” kata Nok Du yakin.
“Aku tidak ingin menjawabnya. Kenapa kau terus menanyaiku soal itu? Kau tidak tahu apa-apa.”ucap Dong Joo kesal.
“Ya, benar... Aku tidak tahu apa-apa... Jadi...” kata Nok Du dengan berani mencium Dong Joo mengungkapkan perasaanya. Dong Joo pun tak menolaknya.
“Jadi, jawablah aku.” Ucap Dong Joo menatap lebil dalam Dong Joo dan ingin menciumnya kembali, tapi tiba-tiba pintu kamar terbuka, Keduanya kaget melihat Yool Moo datang, Nok Du panik karena setengah telanjang. Yool Moo menatap sinis melihat Nok Du ternyata pria.
Bersambung ke episode 11


 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar