PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 10 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 14

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Yong Sik berjalan dengan sangat percaya diri sambil bergumam “Jika kau sekolah SMP dan SMA di sini, maka kau menjadi anggota keluarga komunitas. Semua orang adalah saudara, saudari, bibi, atau paman orang yang kau kenal. Sistemnya seperti bos grup mafia.”
“Hei, menurutmu alisku tak sama?” tanya Bibi Oh pada Yong Sik. Yong Sik menganguk.
“Suamiku jelas selingkuh dariku. Apa Kau tak bisa menangkapnya?” tanya Bibi lainya.
“Para wanita di sini memberitahuku semuanya.” Gumam Yong Sik saat itu beberapa orang diusir pergi oleh Bibi Kim.
“Lupakan saja! Hal yang kau lakukan bisa dianggap... pelanggaran... Sekalipun kau memenjarakanku, aku tak akan bicara.” Ucap Bibi Kim marah
“Di sini... orang-orang sangat kejam pada orang asing.” Gumam Yong Sik. 

Semua akhirnya berkumpul sambil makan kue beras bakar. Bibi Kim mengeluh Yong Sik menanyakan  Pengusil pada mereka saat polisi gagal menangkapnya. Bibi Park pikir kalau Polisi hanya sebabkan kekacauan dan menurunkan nilai tanah mereka.
“Ayo Katakan lagi.” Ucap Yong Sik. Bibi Park pikir hanya itu saja dan memperingatkan bibi lain agar Jangan katakan apa pun.
“Kita semua akan katakan tak tahu apa pun. Mari lakukan itu.” Ucap bibi Park. Semua pun setuju.
“Apa maksudmu, akan lakukan itu? Kalian memang tak tahu apa pun.” Kata Yong Sik mengejek.
“Tentu kami tahu. Kami tahu semuanya.” Ucap bibi dan yang lainya. Yong Sik masih mengejek mereka tahu apapun.
“Hei... Kau tak duduk di sini 365 hari setahun. Kami bahkan tahu hal seperti pot bunga siapa yang retak.” Ucap Bibi Park. Semua bibi mengaku tahu semuanya.
“Kalau begitu, siapa Pengusil?” tanya Yong Sik. Suasana berubah menjadi gelap Bibi Kim akan memberitahu Pengusil adalah... Yong Sik pun terlihat sangat serius mendengarnya. 

Jong Ryul meminum OBAT PENCERNAAN sambil menghela nafas. Jessica datang memberikan surat bertanya Ada apa di Ongsan. Jong Ryul melihat ada surat TILANG MENGEBUT. Jessica meminta Jong Ryul agar sadar
“Kali ini aku bergabung denganmu untuk iklan pemurni airmu, jadi, jika kau kena tilang mabuk atau mengebut, kau akan buat aku kesal.” Ucap Jessica.
“Apa? Kita iklankan bersama? Hei, kenapa kau lakukan itu?” kata Jong Ryul panik lalu mengikuti Jessica. 

Jessica keluar apartement dengan masker,  Jong Ryul pikir Jessica tak tahu betapa mengerikan publik sekarang. Jessica mengaku tak peduli. Jong Ryul heran Jesscia yang berusaha keras untuk dibenci. Jessica mengaku  Orang-orang menyukainya.
“Fotoku disukai lebih dari 600 kali setiap kuunggah.” Ucap Jessica yakin. Jong Ryul mengejek Jessica  artis atau atlet
“Kau ini apa? Bagaimana bisa orang yang dipekerjakan merekam iklan?” keluh Jong Ryul
“Aku kesal karena kau menyebutku pengangguran.” Ucap Jessica. Jong Ryul meminta Jessica lebih hormat.
“Aku akan ke Milan... Aku pergi November.” Ucap Jessica. Jong Ryul tak percaya mendengarnya dan melihat Jessica santai sekali.
“Bagaimana dengan anak kita? Kenapa kau pergi...” keluh Jong Ryul. Jessica menegaskan Ini bukan wisata tapi kuliah.
“Aku masuk sekolah model dua tahun.” Ucap Jessica. Jong Ryul kaget kalau Jessica pergi Dua tahun
“Tunggu, kau akan tinggalkan anakmu dan pergi selama dua...” sindir Jong Ryul marah
“Aku tak meninggalkannya. Ayahnya penyayang, juga nenek dan pengasuhnya, jadi, aku bisa pergi selama dua tahun.” Ucap Jessica.
“Hei, tunggu. Kau tahu dia sangat butuh kau saat ini?” kata Jong Ryul. Jessica pikir anaknya tak bisa ingat.
“Apa kau ingat saat kau satu tahun?” ejek Jessica. Jong Ryul tak percaya kalau Jessica tak punya insting seorang ibu
“Ibu perlu sukses agar anaknya bahagia.” Tegas Jesscia. Jong Ryul hanya bisa melonggo dengan sikap Jessica. 



Dalam ruangan gelap, Bibi Park membahas, Pria pengantar itu, Pria pengantar part time di  Restoran Tiongkok Dongwon. Ia pikir kalau pria tak biasa dan yakin dia juga mencuri sepeda motor suaminya. Semua bibi setuju dengan hal itu.
“Kalau begitu, dia salah satu saksi kunci, bukan?” kata Yong Sik. Semua menganguk.
“Tapi dia sudah mati. Dia orang kedua yang dibunuh Pengusil. Jadi, itu salah paham. Kami merasa bersalah.” Kata Bibi Jung. Yong Sik melongo tak percaya mendengarnya. Semua Bibi pun merasa menyesal karena Salah paham.
“Kalau begitu, siapa Pengusil?” tanya Yong Sik gemas. Bibi Kim merasa pria di tempat peramal.
“Apa Pria bertampang aneh yang sering berkunjung? Pria bertampang jahat itu?” kata Bibi Park. Semua membenarkan.
“Kasus terjadi setiap kali dia datang.” Kata Bibi Park. Yong Sik bergumam kalau Tampaknya ini poin bagus.
“Lalu apa pria bertampang mencurigakan itu...” ucap Yong Sik dan langsung disela kalau pria itu  naik kapal nelayan laut dalam. Yong Sik melonggo kembali.
“Saat orang sekarat di Ongsan, dia menangkap makerel di Norwegia Kami tak bisa bantu jika dia di sana.” Kata Bibi Oh. Yong Sik tak percaya mendengarnya. Bibi Park pikir pria itu rajin.
“Kenapa kalian terus katakan hal tak masuk akal? Katamu seseorang mencuri sepeda motor, mencurigakan, tapi semua itu subjektif. Itu bukan bukti nyata. Beri tahu aku bukti objektif keadaan.” Keluh Yong Sik kesal.
“Pria Norwegia itu...” kata Bibi Kim. Yong Sik mengeluh agar melupakan pria Norwegia itu.
“Jika aku tahu itu, kenapa aku menjual kue beras?” kata Bibi Kim. Bibi Park pikir  Yong Sik akan menjual kue beras selagi Bibi Kim yang menjadi kepala penyelidik.
“Lupakan saja. Apa yang kuharapkan? Hei, lupakan. Sudah selesai. Pergilah. Kembalilah ke bisnis kalian.” Ucap Yong Sik akhirnya suasana kembali terang.
“Ada satu orang yang hasilkan banyak uang setelah kasus pembunuhan.. Gyu-tae.” Ucap Bibi Kim. Yong Sik memastikan kalau  No Gyu-tae.
Akhirnya Yong Sik berdiri didepan gedung KLINIK KULIT OK dan mengambil gambar. Ia teringat dengan ucapan pada bibi.
“Gyu-tae sama saja membeli gratis gedung Klinik Kulit Ok. Entah kenapa dia membeli gedung tempat orang mati, tapi dalam setahun, terminal pindah ke belakang gedung itu. Entah dia tahu sesuatu atau dia hanya beruntung dengan uang.” 



Di dalam mobil
Jong Ryul ingin tahu alasan Jessica pergi ke Milan. Jessica menyuru suaminya Diam saja. Jong Ryul pikir Jessica  bukan model pro atau jurusan mode jadi kenapa tiba-tiba pergi ke Milan. Jessica memberitahu kalau  Kamera itu juga bisa merekam suara.
“Kau tahu ini seperti namamu, bukan? Kau seumur hidup di Jeonju, Provinsi Jeolla, tapi namamu Jessica, jadi, semacam itulah.” Ejek Jong Ryul
“Astaga... Aku orang New York. Aku sudah menjadi Jessica sejak di sana.” Tegas Jessica.
“Jika kau orang New York dalam tiga bulan, maka aku orang Jepang karena main untuk Yomiuri?” sindir Jong Ryul. Jessica menyuruh agar diam saja.
“Kau tak boleh pergi. Aku tak ada uang untuk bayar studimu.” Tegas Jong Ryul.
“Maka kita bercerai, aku pergi dengan tunjangan.” Kata Jessica santai.
Jong Ryul akhirnya berteriak memanggil nama  Park Sang-mi. Jessica pun tak kalah berteriak bertanya Apa, Kang Jong Ryul.  Jong Ryul pun menyuruh Jessica pergi kuliah atau apa pun. Ia akan izinkan. Tapi pergi setelah Ji-seon lebih besar.
“Berhenti menahan sayapku dengan Rebecca sebagai alasan!” kata Jessica.
“Dia bukan Rebecca! Dia Kang Ji-seon, putri Kang Jong-ryeol! Lalu kau Park Sang-mi! Kau Park Sang-mi!” teriak Jong Ryul marah
“Hentikan mobilnya.” Ucap Jessica tak bisa menahan amarah dipanggil dengan nama aslinya.
“Kau akan mati karena malu dalam sepuluh tahun. Orang mengejek bintang seumur hidup karena perbuatan bodoh. Kau harus dewasa!” tegas Jong Ryul
“Kubilang, hentikan mobilnya!” terak Jessica. Jong Ryul langsung menurunkan Jessica tak memperdulikan lalu pergi. 


Jong Ryul mengemudikan mobilnya dan melihat papan arah [WONJU, SEOUL BARAT, MOKPO] Ia mengeluh kalau  tak seharusnya ke sana dan Tak seharusnya melakukan.
“Aku menemukan pelarian gilaku di tempat absurd.” Gumam Jong Ryul pergi ke SEOUL BARAT

Dong Baek melihat hasil  TES MATEMATIKA, anaknya hanya benar satu pertanyaan. Guru Pil Goo memberitahu Jika Pil Goo  seburuk ini dalam matematika di kelas satu, maka akan memburuk saat dia tumbuh. Dong Baek pikir Pil-gu lebih pandai matematika daripada dirinya. Gurunya hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Kurasa tak apa baginya tak berusaha terlalu keras untuk dapat nilai bagus di matematika jika itu terlalu berat untuknya.” Kata Dong Baek tak ingin memaksa anaknya. Gurunya pun bisa mengerti.
“Yang ingin aku tahu bukan nilai matematikanya. Aku ingin tahu cara dia bergaul dengan yang lain di sekolah.” Ucap Dong Baek gugup.
“Hanya karena ibunya mengelola bar.. Karena dia tak punya ayah.” Gumam Dong Baek khawatir tapi yang keluar dari mulutnya.
“Apa dia diejek?  Atau apakah dia diintimidasi.” Tanya Dong Baek. Guru memberitahu Pil Goo terkadang pulang setelah berkelahi.
“Pil-gu tak berada di pihak yang dipukuli.” Kata Ibu Guru. Dong Baek pun seperti sedikit bernafas lega. 

Seung Yup melihat Tuan Kang di sekolah dan menyapa karena sering datang kemari jadi berpikir sedang berbisnis di sini. Tuan Kang mengaku bisa buang air besar setiap datang ke sekolah ini. Seung Yup melonggo binggung mendengarnya.
“Pikiranku kosong, tapi organku berfungsi. Hatiku merasa tegang, tapi aku merasa damai setelah melihat sendiri.” Akui Jong Ryul
“Jadi, Apa kau jauh-jauh datang ke Ongsan untuk buang air besar?.” Kata Seung Yup tak percaya. 

Saat itu Seung Yup melihat Pil Goo terlihat marah dengan menendang dinding sekolah. Mereka pun menghampiri Pil goo, Seung Yup bertanya alasan menendang tembok dan mengejek sedang bermain sepak bola. Pil Goo marah karena harus menulis jurnal dalam bahasa Inggris.
“Aku Tidak menulis karena aku patriot.” Ucap Pil Goo kesal. Seung Yup pikir kalau akan memanggil ibunya.
“Aku sudah katakan ratusan kali... Ibuku pekerja! Ibu pekerja!” teriak Pil Goo marah dan langsung berjalan pergi.
“Kenapa dia juga memiliki emosiku?” gumam Jung Ryul melihatnya. Seung Yup heran dengan yang dikatakan Pil Goo.
“Astaga, berandalan itu... Entah siapa yang dituruninya.” Keluh Seung Yup marah
“Kenapa peduli dia keturunan siapa? Seorang anak juga manusia. Jangan sebut dia berandalan.” Kata Jung Ryul marah membela anaknya.
“Apa dia aktivis perlindungan hak anak?” keluh Seung Yup heran melihat sikap Jung Ryul 


Dong Baek berjalan dilorong sekolah tanpa sadar kalau Jung Ryul sedang ada didalam kelas. Jung Ryul melihat spanduk di kelas [MARI CIPTAKAN SEKOLAH PALING BAHAGIA DI DUNIA] lalu melihat gambar anaknya dipapan.
[Aku akan menjadi pemain liga utama dan membuat bar besar untuk ibuku. Kang Pil-gu.]  Jung Ryul melihat nama CAMELLIA dibagian atas.
“Kenapa anak kecil itu sangat jantan? Membuatku lebih menginginkannya.” Ucap Jung Ryul merasa anaknya sangat melindungi ibunya. 

Tuan Byun memasang spanduk dengan Yong Sik sambil mengobrol kalau karena itu yong Sik diam-diam menyelidiki Tuan No. Yong Sik pun bertanya-tanya apakaah Dia mungkin Pengusil. Tuan Byun tak percaya Yong Sik berpikir No Gyu-tae pria yang bisa membunuh orang.
“Selalu seperti itu. Selalu... Di CSI, mereka yang tak mungkin selalu ditahan.” Keluh Yong Sik dengan Tuan Byun yang mengejeknya.
“Hei, No Gyu-tae menderita kelumpuhan saraf wajah setelah menabrak rusa dengan mobilnya.” Jelas Tuan Byun. Yong Sik kaget mendengarnya.
“Mulutnya timpang karena syok. Bahkan Ada yang berkata dia lakukan pengusiran setan karena terlalu sering bermimpi buruk. Dia sepengecut itu.” Ucap Tuan Byun

“Apa rusa menabraknya dalam mimpinya? Astaga, pria ini tak bisa dipercaya. Lagi pula, dia sungguh aneh. Dia tepat di area abu-abu antara pria jahat dan bodoh.” Jelas Yong Sik sambil turun setelah menyelesaikan pekerjaanya.
“Hei, dia bukan hanya pengecut. Tapi Dia juga cukup bodoh. Lalu, jika Tuan No adalah Pengusil, dia sudah tinggalkan banyak bukti.” Kata Tuan Byun.
“Gedung itu. Kenapa dia membeli gedung itu? Keadaan menunjukkan hanya dia yang dapat uang berkat Pengusil.” Ucap Yong Sik curiga.

“Hei. Itu dijual separuh harga aslinya karena pembunuhan. Aku juga akan membelinya jika punya uang.” Tegas Tuan Byun.
“Astaga, lalu siapa dia? Kepala, aku akan jujur. Aku sungguh tak tahu siapa pelakunya.” Ungkap Yong Sik kesal.
“Astaga... Normal bagimu untuk buntu. Saat kau buntu seperti itu, maka kau harus temui Yeong-sim.” Ejek Tuan Byun.
“Astaga, aku sudah cukup mendengarnya.” Keluh Yong Sik sambil melihat spanduk bertuliskan [BAHKAN ANAK SD TAHU MENGEMUDI LEBIH LAMBAT DI DEPAN SEKOLAH] 



Semua anak sedang berbaris untuk bergantian memukul bola. Seung Yup layaknya pelatih menyuruh anak-anak agar Lihat jauh ke depan. Jung Ryul pun ikut melihat dan saat Pil Goo memukul langsung pindah kesamping anaknya.
“Jangan lupa pulang dan beri tahu ibumu soal ini. Katakan Kang Jong-ryeol memberi pelajaran bisbol hari ini. Katakan aku yang mengaturnya, oke?” ucap Seung Yup. Anak-anak yang lain menjawab mengerti.
“Hei.... Fokus pada bola! Coba lagi. Ayo.” Teriak Jung Ryul yang membuat Seung Yup kaget. Pil Goo pun mencoba lagi mukul.
“Kau harus tetap seimbang. Jaga kakimu tetap mantap berdiri. Lagi!” teriak Jung Ryul. Pil Goo pun langsung mencoba mukul lagi.
“Pil-gu, kenapa lenganmu kendur? Ada apa denganmu? Lagi!” teriak Jung Ryul. Pil Goo pun menghela nafas panjang.
“Hentikan. Kenapa kau menghela napas sebelum memukul bola? Apa itu kebiasaanmu? Apa Kau pikir kau keren? Di mana kau belajar hal semacam itu?” teriak Jung Ryul marah. Pil Goo langsung melepaskan helmnya.
“Bagaimana denganmu? Kenapa kau selalu mencium helmmu sebelum memukul bola? Apa Kau tahu itu menjijikkan?” teriak Pil Goo marah
“Pantas ada yang bilang guru pun tak bisa ajari anaknya.” Gumam Jung Ryul dan melihat Pil Goo pergi. 


Pil Goo berlari memanggil ibunya baru saja menuruni tangga. Seung Yup pikir kalau terkejut melihat Dongbaek di sini. Jung Ryul mengeluh Seung Yup itu teman Dong Baek. Seung Yup binggung dengan sikap Jung Ryul seperti marah.
“Dia orang tua muridmu, bukan temanmu. Kau harus punya sopan santun.” Tegas Jung Ryul. Seung Yup mengeluh dengan sikap Jung Ryul. 

Dong Baek berjalan cepat agar Pil Goo tak bertemu denganya, tapi Pil Goo dan teman-temanya dengan cepat mengejarnya. Ia pun berhenti dengan sedikit gugup. Pil Goo bertanya apakah ibunya tak mendengarnya padahal  memanggilnya dari sana.
“Tidak, aku tak dengar. Apa Kau memanggilku? Kenapa kalian berlari kemari di tengah latihan?” ucap Dong Baek. Teman Pil Goo pun langsung menyapa dengan hormat.
“Ibu, kenapa rambutmu? Kenapa kau datang ke sekolah seperti itu?” keluh Pil Goo melihat rambut ibunya yang biasa.
“Aku baru akan pergi... Kalian harus kembali latihan. Ayo.” Kata Dong Baek seperti tak percaya diri.
“Apa kubilang, Teman-teman... Kubilang ibuku sangat cantik. Dia lebih cantik jika rambutnya digulung keatas” kata Pil Goo bangga.  Temanya setuju kalau Pil Goo tak pernah bohong.
“Aku bilang kau cantik seperti Tzuyu, tapi mereka kira aku bohong. Karena itu aku selalu memintamu datang dan melihatku di sekolah.” Kata Pil Goo
“Kenapa datang dengan ikat kuda?” kata Dong Baek. Pil Goo menegaskan kalau rambutnya digulung ke atasseperti Dahyun.
“Aku terburu-buru kemari hingga lupa. Lain kali akan digulung keatas” kata Dong Baek.
“Omong-omong, Dong-gyu. Kau bilang ayahmu wakil direktur, bukan? Ibuku seorang CEO.” Kata Pil Goo bangga. Dong Baek tersenyum mendengarnya lalu bertanya apakah mereka ingin es krim. 


Pil Goo dengan bangga kalau Ibunya membelikan ini. Dong Baek pun membagikan es krim lalu menatap Jong Ryul sambil bergumam “Mau apa dia kemari lagi?” lalu menawarkan apakah mau es krim juga. Jong Ryul menolaknya seperti gengsi.
“Tapi Sebaiknya kau ambil.” Kata Dong Baek. Akhirnya Jong Ryul mendekat meminta es yang rasa kastanye. 

Yong Sik datang ke sekolah dengan wajah bahagia membawa dua kantung plastik, tapi ternyata semua anak sudah makan, wajahnya langsung sedih melihat Dong Baek duduk dengan Jong Ryul akhirnya memilih untuk meninggalkan sekolah.
“Aku paham kau penasaran soal Pil-gu karena dia putramu, walau kita tak berakhir baik. Tapi kau sungguh tak menghormati istrimu.” Ucap Dong Baek
“Kenapa kau lakukan hal seperti ini kepadaku? Ini membuatku gila.” Keluh Jong Ryul kesal.
“Jika peduli pada Pil-gu, jangan datang lagi. Sebagai gantinya, aku minta bantuan kecil.” Kata Dong Baek
“Tak perlu meminta. Kau mungkin tahu dari internet, tapi aku punya banyak uang. Kudengar pemilik gedung memintamu pindah dari gedung itu.” Udap Jung Ryul
“Apa Kau tahu The Return of Superman? Apa Kau bisa berhenti dari acara itu?” udap Dong Bae. Jung Ryul kaget mendengarnya.
“Kau mengajak putrimu melihat dinosaurus dan berkemah dengannya. Apa Kau bisa tak melakukan itu demi Pil-gu?” keluh Dong Baek
“Kenapa... Kenapa kau ingin aku berhenti?” tanya Jung Ryul ingin tahu.
“Jika dia tahu ayah yang sangat baik di TV adalah ayahnya juga, itu akan melukainya. Kau sudah dapat banyak uang walau tanpa acara itu. Kau bisa berbuat sesukamu, tapi tolong hentikan itu. Kumohon.” Ucap Dong Baek
“Bagaimana denganmu? Apa itu juga melukaimu?” tanya Jung Ryul alau mengeluh Dong Baek itu harus muncul sekarang, bukan saat mencari
“Aku tahu...Aku tahu aku berengsek karena katakan ini. Tapi karena bisa bertemu lagi... Kau dan Pil-gu. Bagaimana aku bisa tahan?” ucap Jung Ryul egois
“Kau tak berubah... Masih tetap brengsek.” Ungkap Dong Baek sinis lalu tersenyum melihat anaknya yang makan es krim dengan lahap. 



Jong Ryul  minum dibar merasa heran Dong Baek menyukai berengsek sepertinya.  Dong Bake memberitahu alau Pil-gu akan segera datang jadi harus pergi sekarang. Jong Ryul mengeluh Selera buruk Dong Baek isoal pria menghancurkan hidupnya.
“Ada apa dengan hidupku? Hidupku bukan hidupmu.” Ucap Dong Baek. Jong Ryul tak percaya mendengarnya.
“Aku berkencan denganmu karena suka dan punya Pil-gu karena ingin. Aku yang mengendalikan hidupku. Aku bertanggung jawab untuk semua. Kau pikir kau siapa? Kenapa kau pikir bisa kendalikan hidupku?” ucap Dong Baek
“Kau... tampak keren sekarang.” Komentar Jong Ryul tak pecaya. Dong Baek pikir dirinya memang keren.
“Tinggiku 173 cm dengan proporsi tubuh bagus. Aku punya putra menakjubkan, dan aku CEO bar ini. Aku tak pernah perankan figuran di hidup orang lain. Aku selalu menjadi aktris utama.” Kata Dong Baek bangga
“Kurasa kau berpacaran. Apa Orang kampung itu membuatmu keren?” ucap Yong Sik tak percaya 


Saat itu Yong Sik datang dengan wajah penuh bahagai melihat Dong Baek karena membawa Heung Sik. Dong Baek pun tersenyum bahagia melihat Yong Sik yang datang. Senyum Yong Sik langsung hilang saat melihat Jung Ryul ada dalam bar.
“Foto ini luar biasa... Aku senang memilih bekerja di sini.” Ucap Hyang Mi berhasil mengambil gambar seperti cinta segitiga.
“Jangan berlebihan. Kau akan bermasalah.” Ucap Ibu Dong Baek sambl memotong sayur kol. 
Heung Sik memasang CCTV di ruangan, Hyang Mi emminta Heung Sik agar membayar 5.000 won jadi akan menambahkan madu. Dong Baek pikir Heung Sik tak perlu dibayar dan harus makan sebelum pergi. Heung Sik pun setuju.
“Apa Kau memberinya makan gratis? Kenapa dia memberinya gratis? Suasana hatinya cepat berubah.” Keluh Ibu Dong Baek didapur.
“Aku selalu cemas meninggalkan Pil-gu sendirian di sini. Terima kasih karena sangat perhatian.” Kata Dong Baek pada Yong Sik. Yong Sik tersenyum bahagia mendengarnya.
“Aku juga ingin terima kasih... Terima kasih.” Kata Jong Ryul dengan tatapan sinis.
“Kau tak perlu berterima kasih padaku.” Balas Yong Sik. Jong Ryul tetap ingin berterima kasih. Yong Sik akan mendekati Jong Ryul
“Yong-sik, kau baru lepas dari masalah kemarin.” Kata Dong Baek menahan agar tak berkelahi. Yong Sik menyakinkan Dong Baek agar melepaskanya.
“Tuan Kang... Mari makan bersama.” Kata Yong Sik saat sama-sama saling menatap Jong Ryul. 



Jong Ryul duduk di warung udon bertanya apakah Yong Sik suka Dongbaek dan ingin tahu alasan padahal Dia ibu tunggal. Yong Sik balik bertanya Siapa Jung Ryul hingga bertanya begitu. Jong Ryul mengaku tanya karena  berhak tahu.
“Apa ini karena kau ayah Pil-gu? Apa Karena itu kau pikir kau berhak tahu? Apa masalahmu?” ucap Yong Sik marah
“Apa Kau pikir kau tampak keren karena suka wanita malang? Jangan buai dia. Jangan kasihani dia.” Kata Jong Ryul
“Tuan Kang... Apa kau mulai menyukai seseorang karena iba?” sindir Yong Sik.  Jong Rul melonggo tak percaya mendengarnya.
“Kau sungguh pria bodoh. Apa Kau tak tahu betapa menariknya Dongbaek? Kau melepaskannya agar dapat semuanya. Tapi... aku bisa korbankan semua demi Dongbaek. Sehebat itulah dia. Aku yakin kau tahu itu, Karena itu kau sangat lengket.” Tegas Yong Sik
“Ya, aku tahu. Karena itulah aku lengket. Aku ingin perbaiki semua karena kini aku tahu. Kini karena aku tahu hidupnya, maka aku tak bisa abaikan dia.” Ucap Jong Ryul
“Kenapa dengan hidupnya? Kau yang paling malang di sini. Peluangmu dengan Dongbaek sudah hilang. Dia bukan lagi milikmu. Lalu Pil-gu... juga bukan putramu.” Tegas Yong Sik lalu berjalan pergi.
“Hei, kau tak berhak memberitahuku dia bukan putraku.” Ucap Jong Ryul marah dan menahan pundak Yong Sik.
“ Lain Kali kalau kau pegang aku seperti ini, bersiap untuk patah pundak.” Sindir Yong Sik
“Kau sungguh vulgar.” Keluh Jong Ryul melepaskanya. Yong Sik mengaku  Pikirannya sederhana.
“Kau ayah hebat untuk putrimu, atlet terkenal, dan kau banyak iklan. Kau hanya melihat ke belakang dan mengingat masa lalu saat luang. Tapi aku akan pertaruhkan semua demi Dongbaek. Jadi, berhenti datang ke Ongsan. Atau aku akan memukulimu.” Tegas Yong Sik lalu melangkah pergi.
“Dia mirip aku saat usiaku 25 tahun.” Kata Jong Ryul melihat Yong Sik dari belakang. 




Dong Baek berjalan dengan Yong Sik dipasar bertanya apa yang mereka bicarakan. Yong Sik mnengaku Tak banyak dan hanya makan mi bersama lalu menawakan Dongbaek, coba roti kacang ini. Dong Baek tiba-tiba membahas  Semua orang punya laman media sosial. Yong Sik bingung.
“Semua orang punya sesuatu di masa lalu yang ingin disembunyikan atau rahasia kecil. Orang berhasil menyimpan rahasia. Tapi kenapa masa laluku selalu terungkap seperti ini?” keluh Dong Baek.
“Kau tak perlu menemui ayah Pil-gu dan makan mi dengannya.” Kata Dong Baek merasa tak enak hati.
“Dongbaek... Masa lalu adalah masa lalu. Itu tak punya kekuatan apa pun.” Ucap Yong Sik.
“Kau berkata begitu, tapi semua pria sama saja. Mereka semua mirip.” Kata Dong Baek. Yong Sik menyuruh Dong Baek agar mencoba roti kacang saja.
“Kau seakan-akan tak terganggu, tapi pria adalah pria. Siapa tak terusik dengan ini?” komentar Dong Baek heran.
“Dongbaek... Berapa pria yang kau kencani? Di dunia, Kang Jong-Ryul bukan satu-satunya pria. Aku tak seperti dia. Aku kira kau ingin mencoba roti ini. Jika kau pikir aku sama, kenapa berhubungan denganku?” tanya Yong Sik.
“Bukan itu maksudku...” kata Dong Baek merasa bersalah. Yong Sik pikir Dong Baek tak pernah coba apa pun dengannya. Dong Baek bertanya mencoba apa.
“Dongbaek... Jika kita sungguh memulai hubungan, aku janji... Aku janji bahwa... Astaga. Ini akan luar biasa. Kau akan bahagia setiap hari hingga kau hilang kendali. Jangan bandingkan aku dengan pria payah dan bilang kami mirip saat kau tak tahu apa pun tentangku.” Ucap Yong Sik.
“Aku menemuimu pukul 05.00 karena sangat rindu. Jadi, berhentilah membuatku marah.” Kata Yong Sik marah lalu berjalan pergi.
“Kau berbeda... Kau sangat berbeda, Yong-sik.” Ucap Dong Baek menahan tangan Yong Sik. Yong Sik terlihat masih marah.
“Karena itu aku bersyukur...” kata Dong Baek. Yong Sik mengeluh kesal kalau berhenti mengatakan bersyukur
“Jantungku berdebar tiap hari. Aku tak tahu membeli ikan sebelah bisa sangat menyenangkan. Haruskah kupegangi roti kacangnya?” kata Dong Baek mencoba merayu. Yong Sik berpura-pura masih marah dan menutupi senyuman bahagai. 




Didalam bus, keduanya duduk seperti pasangan kekasih.  Dong Baek menolaktak ingin makan lagi karena sudah kenyang. Yong Sik menganguk lalu berusaha  menceritakan sesuatu tentang masa lalunya juga. Ia dengan bangga ingin menceritkan cinta pertamanya
“Cinta pertamaku... Astaga.. Dia kakak Seung Yup. Kami selalu bermain bersama di lingkungan yang sama.” Cerita Yong Sik
“Jadi, Apa kalian berpacaran?” tanya Dong Baek. Yong Sik menganguk dan menceritakakan Kakak Seung Yup memutuskan segera setelah dia masuk SMP.
“Saat memutuskanku, dia menulis surat yang berisi dia akan memukulku jika kuberi tahu Seung Yup. Jadi, aku masih belum memberitahunya. Aku juga punya daftar mantan di lingkungan ini.” Ungkap Yong Sik. Dong Baek hanya bisa menahan tawa mendengarnya.
“Aku serius... Tapi ini rahasia sesungguhnya. Aku masih tak tahu kenapa dia memutuskanku.” Kata Yong Sik. Dong Sik masih saja tak percaya mendengarnya.
“Wanita sangat sulit dipahami. Tapi kau benar-benar sulit karena aku sangat menyukaimu. Terlebih lagi, terkadang kau lebih kecil... Ahh.. Tidak, biar kukatakan ulang. Maksudku, ada saatnya kau tampak mengecil dan layu.”goda Yong Sik. Dong Baek hanya bisa tertawa. 
“Tiap kau seperti itu, aku tak tahu cara menghiburmu selain membelikanmu makanan manis seperti ini. Sungguh sulit. Kau hanya akan berpikir aku terlalu cerewet jika aku banyak bicara, bukan?” kata Yong Sik.
“Aku suka saat kau cerewet. Kau pria yang mudah.” Ejek Dong Baek. Yong Sik menolak menurutnya Dong Baek cukup sulit.
“Hidupku sudah dipenuhi kesulitan. Jadi, kenapa kau tak bisa memaklumiku saja?” keluh Dong Baek. Yong Sik menganguk mengerti. 



Yong Sik menarik trolly membahas kalau Menurutnya pahlawan yang paling diremehkan adalah Jin di Aladdin. Karena Jika dipikir-pikir, dia tak punya batas kekuatan. Tapi dia terus membatasi jumlah permohonan yang bisa dikabulkannya. Itu membuatnya tampak sangat murah.
“Karena itu dia tak masuk Avengers.” Ucap Yong Sik. Dong Baek sambil membuka pintu heran Yong Sik tiba-tiba bicarakan Jin.
“Kau tampaknya selalu mengatakan yang terlintas di pikiranmu.” Komentar Dong Baek sambil tersenyum
“Dongbaek... Aku tak punya batas jika menyangkut soal dirimu. Jika mau 100 permohonan, boleh. Bahkan Jika mau 1.000, bisa Aku akan menjadi orang paling mudah di Bumi hanya untukmu.” Kata Yong Sik
“ Kau tahu, Jin juga disebut peri lampu.” Kata Dong Baek, Yong Sik terlihat binggung.
“Hwang Yong-sik, peri. Itu cocok denganmu.” Goda Dong Baek. Yong Sik tersenyum bahagia mendengarnya. 


Dong Baek masuk ke bar menyalakan lamu sambil menceritakan kalau Tempat ini sangat gelap walau di siang hari karena tak ada jendela. Tapi Yong Sik pikir Menurutnya ini bagus dan nyaman. Dong Baek lalu menyuruh agar meninggalkan baran disana saja.
“Aku akan taruh di meja.” Kata Yong Sik mengangkat bahan makan diatas meja dan melotot kaget.
“Kenapa lampunya? Mungkin pasang lampu sensor...” ucap Dong Baek dan tiba-tiba Yong Sik langsung menarik dan memeluknya.
Yong Sik memeluk Dong Baek agar tak melihatnya, Dong Baek bingung tapi tak melawanya. Yong Sik memeluk erat Dong Baek sambil menatap ke arah dinding tertulis [SUDAH KUBILANG JANGAN USIL AKU MENGAWASIMU TIAP HARI SEJAK HARI ITU] dengan cat merah.
Bersambung episode 15

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar