PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 08 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 5

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Tuan Heo Yoon berjalan masuk dengan jubah seperti menyamar sebagai wanita dan prajurit wanita pun mengikuti dari belakang. Di dalam sebuah ruangan sudah banyak pria lain dengan jubah putih berkumpul, Tuan Heo pun akan mulai. Tiba-tiba terjadi kegaduan diluar.
“Aku akan keluar mengeceknya.” Kata Anggota lain. Tuan Heo melarangnya karena ia sendiri yang akan melihatnya.

Akhirnya Tuan Heo pergi ke rumah gisaeng, Ketua Wanita akan membuka pintu tiba-tiba mendengar suara pria menjerit dari ruangan lain. Dong Ju merasakan Nok Du itu pria langsung mengambil gunting untuk mengancamnya.
“Jadi... Jadi...” ucap Dong Ju tak percaya, Nok Du mengumpat dan langsung mendorongnya ke tempat tersembunyi. Dong Ju mencoba melepaskan, Nok Du meminta Dong Ju agar diam dulu. 



Saat itu juga, pintu terbuka Nyonya Chun pun melihat Dong Joo lalu bertanya Sedang apa di sini. Dong Joo ternyata sedang duduk dengan Nok Du yang memperlihatkan punggungnya saja. Dong Joo dengan gugup mengaku hanya...sedang merapikan rambutnya.
“Benar. Aku sedang memangkasnya.” Akui Nok Du memperlihatkan wajahnya yang berantakan.
“Kau tidak memotongnya. Kau merusaknya.” Keluh Dong Joo kesal. Nyonya Chun kaget melihat wajah Nok DU yang berantakan.
“Dia berniat meriasku.” Kata Nok Du. Si wanita membahas kalau mendengar suara pria dari ruangan ini dan bertanya Apakah itu...
“Aku membuat kesalahan saat menggunakan gunting ini.” Ucap Dong Joo langsung mengeluarkan suara jeritan seperti lelaki
“Apa Kau yang membuat suara itu?” tanya Nyonya Chun kaget. Dong Joo mengaku sangat kesakitan.
“Aku sungguh minta maaf. Kita harus kembali ke kamar kita untuk mengoleskan salep.” Kata Dong Joo bergegas mengajak Nok Du pergi. Nok Du menganguk setuju.
Mereka pun bergegas pergi dari ruangan pakaian, Ketua wanita dan Tuan Heo menatap curiga pada keduanya seperti ada yang aneh. 


Dong Joo langsung menarik Nok Du saat sudah jauh dari kamar gisaeng, lalu mengingat saat di dalam ruangan pakaian.
Flash Back
Nok Du yang menutup mulut Dong Joo bertanya apakah tak mengingatnya, kalau ia adalah pria yang  menyelamatkannya di Hanyang dan Dong Joo juga juga berpura-pura menjadi pria jadi haruskan ia memberitahu Nyonya Chun juga.
“Apa ini? Apa Kau membuntutiku dari Hanyang?” ucap Dong Joo menuduh.
“Tidak, rute kita tumpang tindih. Bayangkan betapa terkejutnya aku menemukan gaun dan ikat kepala pria di kamar gisaeng. Dan aku mengenali mereka.” Jelas Nok Du
“Kau bilang tidak memeriksa tasku!” kata Dong Joo marah. Nok Du mengaku memang tidak memeriksanya.
“Tapi Aku hanya kebetulan melihatnya.” Jelas Dong Joo, Nok Du marah mendengarnya.
Tiba-tiba beberapa gisaeng keluar dari ruangan, Dong Joo langsung memeluk Nok Du seolah-olah hanya sedang mengobrol. 


Raja berbicara dengan Panglima apakah sudah memeriksa semua pulau terdekat. Panglima mengaku sudah tapi tetap tidak bisa menemukannya. Raja bertanya apakah Panglima belum menemukan petunjuk. Panglima mengaku menemukan tempat yang aneh.
“Semua penghuni di pulau itu adalah wanita.” Kata Panglima. Raja seperti baru tahu kalau Mereka semua wanita


Raja tiba-tiba melihat ibu suri yang berjalan diluar dengan seorang anak. Ibu suri panik langsung menutup anaknya, Si Raja berkomentar kalau Di luar dingin dan bertanya Apa Ibu keluar untuk berjalan-jalan. Ibu suri mengaku Cuacanya belum terlalu dingin.
“Tapi mungkin dingin untuk Pangeran Yeongchang muda kita.” Kata Raja

“Apa Kau tidak kedinginan?” tanya Raja. Pangeran dengan gugup mengaku tidak kedinginan sambil mengendong anjingnya.
“Kau harus selalu berhati-hati. Akan buruk jika kamu terserang flu. Dalam hal kemalangan, semua itu datang tiba-tiba tanpa peringatan.” Ucap Raja. Ibu suri langsung mengajak pergi pangeran. 


Tuan Heo bertanya apakah Kim Sook yakin melihat seorang pria. Kim Sook yakin kalau pria memakai kain hitam sehingga tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tuan Heo pikir Jika pria itu  menyaksikan sesuatu, maka akan menyulitkan.
“Aku ragu dia melihat apa pun karena mustahil untuk memasuki kuil.” Ucap Kim Sook
“Dia mungkin akan kembali, jadi, perketat pengamananmu.” Perintah Tuan Heo. Nyonya Chun menganguk mengerti. 

Tuan Heo masuk lagi ke ruang rapat, Para pria pun bertanya  Apa yang terjadi. Tuan Heo mengaku Bukan apa-apa dan mengajak mereka mulai rapat saja, lalu membahas Yang Mulia menjadi makin gelisah karena Pangeran Yeongchang.
“Benar... Sejak Putra Mahkota tiada, posisinya menjadi kosong. Tentu saja, dia gelisah. Dia menyingkirkan semua orang di sekitar Pangeran Yeongchang karena merencanakan pengkhianatan.” Kata pria bertubu tambun.
“Salah satu dari kita bisa menjadi korban berikutnya. Sebelum penobatan...” kata si pria.
“Aku hendak menunggu sampai Pangeran Yeongchang tumbuh dewasa. Tapi kurasa kita tidak punya waktu.” Kata Tuan Heo.
“Lalu apa rencanamu?” tanya pria lain. Tuan Heo pikir mereka harus memulai pemberontakan lebih cepat.


Nok Du duduk berlutut dengan Dong Joo yang mengancamnya dengan pisau. Dong Joo bertanya apakah Nok DU berencana menemui wanita yang dicintai di sini. Nok Du membenarkan.  Dong Joo seperti bisa mempercayainya.
“Tapi Apa dalam kondisi ini? Apa harus seperti ini?” tanya Dong Joo seperti ragu.
“Setelah kekasihku menjadi janda, keluarganya ingin dia bunuh diri. Karena itulah kami melarikan diri bersama. Saat melarikan diri, kami terpisah. Karena aku masih dikejar, maka aku tidak punya pilihan selain melakukan ini.” Jelas Nok Du berbohong.
“Kapan dia akan datang?” tanya Dong Joo. Nok Du mengaku tidak lama lagi dan wanita itu akan datang dalam beberapa hari.
“Dia pasti akan datang. Begitu dia datang, aku akan pergi dengannya. Aku akan pergi.” ucap Nok Du menyakinkan.
“Dasar Bajingan menjijikkan... Sulit kupercaya aku ingin memperlakukanmu seperti kakak.” Kata Dong Joo kesal melepaskan guntingnya
“Itu sebabnya aku bilang aku tidak bisa menjadi kakakmu. Omong-omong, aku merasa tersinggung disebut seperti itu. Aku menjagamu dengan baik.” Ucap Nok Du.
Dong Joo teringat sesuatu saat meminta Nok Du mengaruk pungungnya lalu berteriak marah dan langsung memukulnya. Nok Du berteriak kesakitan dan mengeluh kalau Dong Joo yang memintanya.  Dong Joo menyalahkan Nok Du yang seharusnya menolak.
“Kau juga menyentuhku.” Ucap Nok Du. Dong Joo bertanya  Di mana lalu terdiam dan menyembunyikan tangan karena sebelumnya menyetuh bagian sensitif pria.
“Coba Lihat.. Makin kita membicarakan ini, makin tidak nyaman. Jadi, jangan bertanya dan beri aku beberapa hari. Aku akan menghilang seperti asap. Aku berjanji.” Kata Nok Du menyakinkan. Dong Joo tak bisa berkata-kata.
“Maafkan aku soal banyak hal. Karena aku menyesalinya, aku akan tidur di luar malam ini.” Kata Nok Du akan keluar kamar.
“Berhenti. Kau tidak boleh ke mana-mana... Tetaplah di sisiku.” Ucap Dong Joo kembali mengancam dengan guntingnya.
“Hei. Aku... Aku jatuh cinta dengan kekasihku.” Kata Nok Du. Dong Joo pikir Nok Du sudah gila.
“Mereka pikir kau wanita, jadi, jangan melakukan apa pun.” Kata Dong Joo, Nok Du tak mengerti maksud ucapan Dong Joo.
“Berhenti memperlakukanku seperti orang mesum. Selama kau tinggal di sini, jangan pernah bermimpi untuk menghilang dari pandanganku, paham?” kata Dong Joo
“Lalu apa? Apa Kau mau kita tidur sekamar?” tanya Nok Du. 




Nok Du akhirnya berbaring didalam kamar sementara Dong Joo tidur diluar. Nok Du mendengar suara dengkuran, lalu akan keluar kamar. Tiba-tiba kakinya dipegang oleh Dong Joo gunting. Nok Du kaget ternyata Dong Joo masih bangun.
“Kau bilang kau berbeda, tapi tindakanmu memberitahuku bahwa kau bedebah, bukankah begitu?” kata Dong Joo menyindir.
“Tidak, aku... Aku ingin kamar mandi.” Kata Nok Du, Dong Joo tak percaya begitu saja.
“Baiklah, aku akan masuk. Aku akan kembali ke dalam.” Ucap Nok Du mengalah. 

Akhirnya Nok Du duduk dikamar sambil mengeluh kalau harus keluar lagi lalu mencoba mengecek  dengan membolongi jendela. Dong Joo langsng menusuknya dan Nok Du menjerit kesakitan bertanya apakah Dong Joo tidak tidur.
“Tidak, aku tidak tidur... Aku akan mengawasimu semalaman.” Tegas Dong Joo dengan mata terbuka lebar.
Tapi akhirnya Dong Joo tertidur pulas, dan terbangun melihat Nok Du sudah tak ada dikamarnya. 

Nok Du sudah berjalan ke arah kuil yang semalam banyak orang yang datang, teringat kalau  Sekelompok pria berkumpul di tempat yang hanya dihuni wanita dan Mereka adalah pemimpin. Ia pun yakin  Salah satu dari mereka pasti memberi perintah.
Ia masuk ke dalam ruangan banyak lilin, seperti tempat pertemuan. Ia pun bertanya-tanya Apa mereka merencanakan sesuatu?, Tapi Ia penasaran kenapa mereka mencoba melukai keluarganya. Ia mengingat saat semua wanita berkumpul dengan seragam berwarna merah.
“Benar. Tidak biasanya kita melakukan hal seperti itu. Siapa yang memerintahkan itu?” tanya Prajurit wanita.
“Itu sesuatu yang hanya diketahui bos.” Kata Kim Sook.
“Mereka mendapat perintah dari bos mereka dan tidak mengetahui detailnya. Sistematis yang tidak perlu.” Ucap Nok Du mengingat saat keluarga diserang bahkan menyakin kakaknya. 


Nok Du berjalan sambil bergumam “Untuk mengetahui siapa bosnya dan siapa para pria itu, aku harus mendekati para wanita itu.” Sementara dirumah Gisaeng, semua berkumpul mendengar cerita Wa Soo.
“Si berengsek itu takut ketahuan para janda, jadi, akhirnya dia datang ke rumah gisaeng kita.” Cerita Wa Soo. Semua panik mengetahu pria datang kemari
“Apa Menurut kalian dia melakukan hal buruk?” tanya Nok Du akhirnya ikut mengobrol
“Memang benar. Dia masuk ke desa untuk janda beberapa hari lalu. Lalu dia diusir setelah dipukuli. Tapi dia gagal mendapat pelajaran dan kembali ke sana lagi.” Ucap Wa Soo. Nok Du mengumpat dasar berandal memalukan.
“Jadi, Nyonya Chun dan Wakil Kurator akan membagikan sketsa pria itu. Jadi, tidak perlu takut... Kita bisa menangkapnya jika kita semua bekerja sama.”kata Wa Soo.
Nok Du panik langsung menutup wajahnya,  lalu mengaku senang mendengarnya. Tiba-tiba Dong Joo datang bertanya apa yang dilakukan Nok Du berkumpul dengan para wanita. Wa Soo ingin memberitahu yang terjadi semalam.
“Nanti saja.” Kata Dong Joo lalu mengajak Nok Du pergi. Nok Du lalu beralasan kalau  Dong Joo khawatir karena  belum sarapan.
“Dia sangat peduli kepadaku.” kata Nok Du berusaha agar mereka tak curiga. 



Dong Joo mendorong Nok Du ke dalam kamar sambil memarahi padahal sudah bilang jangan ke mana-mana. Nok Du tak percaya melihat makana diatas meja ternyata Dong Joo, padahal hanya bercanda, tapi Dong joo sungguh membuatkan sarapan.
“Jangan salah paham... Aku tidak membuatkanmu sarapan.” Tegas Dong Joo
“Tapi sup rumput laut apa ini? Kau tidak tahu hari ini ulang tahunku.” Ucap Nok Du terlihat bahagia

“Apa Hari ini ulang tahunmu?” tanya Dong Joo tak percaya, Dong Joo membenarkan.
“Satu-satunya hal yang dikatakan ayahku adalah hari kelahiranku. Apa Kau tidak mau makan supnya?” tanya Nok Du melihat Dong Joo menyingkirkanya.
“Aku tidak suka sup rumput laut.” Kata Dong Joo, Nok Du sudah siap untuk mengambilnya tapi Dong Joo langsung memakan supnya.
“Aku tidak cukup membencinya untuk memberikannya kepadamu.”ejek Dong Joo
“Orang bilang utang budi kita bisa lunas dengan bersikap baik. Tapi sepertinya kau yang berutang kepada orang-orang.” Keluh Nok Du
“Aku tidak berutang kepada siapa pun. Itu tidak akan pernah terjadi.” Tegas Dong Jo
“Kau tidak pernah tahu. Coba Lihatlah aku.” Kata Nok Du yang ingin mamerkan bajunya. Dong Joo langsung memukul kepala Nok Du dengan sendok.
“Tepat sekali... Kau pria yang berpakaian sebagai wanita, dan kau bahkan merayu para gisaeng.” Kata Dong Joo
“Aku tidak menggoda mereka.” Tegas Nok Du. Dong Joo menyuruh Nok Du agar jangan menyangkalnya.
“Lalu kenapa kau berbicara dengan mereka begitu kau bangun? Entah apa kekasihmu tahu betapa mesumnya dirimu.” Kata Nok Du.
Dong Joo tak percaya dianggap "Mesum" lalu menjelaskan kalau hanya bicara dengan mereka jadi Apa ia tidak boleh bicara. Nok Du pun mengerti dan mempersilahkan agar mengatakan kepada kekasihnya. Nok Du mengaku Kekasihnya tidak segila diri Dong Joo
Saat itu terdengar suara seseorang memanggil Dong Joo, Mereka langsung pura-pura saling menyuapi. Seorang anak kecil memanggil Dong Joo kalau  Latihan menari akan segera dimulai dan Nyonya Chun memintanya datang. Dong Joo menganguk mengerti. 


Dong Joo akhirnya merapihkan rambut yang dipotong sembarangan. Nok Du bertanya apakah mau dbantu dan sangat pandai memotong rambut. Dong Joo menjawab dengan tatapan sinis dan juga gunting ditanganya. Nok Du pun tak bisa berkata-kata. 

Mereka akhirnya berjalan bersama, Nok Du mengeluh kalau Dong Joo  bisa pergi sendiri saja karena harus melakukan sesuatu. Nok Du menyuruh agar Dong Joo menghentikan omong kosong itu dan memperingatkan jangan lakukan apa pun...
“Dan kau melarangku pergi ke mana pun.. Aku tahu kau sangat ingin aku tetap di sisimu.” Goda Nok Du layaknya seorang pria.
“Jangan bicara seperti itu.” Tegas Dong Joo mengancam dengan guntingnya.
“Bisakah kau memercayaiku sekali ini saja?” ucap Nok Du, Dong Joo menjawab dengan guntingnya. Akhirnya Nok Du mengatakan akan pergi ikut dengan Dong Joo. 

Dong Joo berlatih tari dengan kipas tapi tanganya dan kakinya tak bisa menari dibanding anak lainya. Nyonya Chun terus memperhatikanya, Nok Du yang melihatnya hanya bisa tertawa karena Dong Joo tak bisa menarik. Dong Joo langsung menatap sinis lalu berlatih tari yang lainya.
“Berhenti... Dong Joo... Coba lagi... Rentangkan tanganmu seperti ini.” Ucap Nyonya Chun. Nok Du melihat ada kesempatan dan akhirnya bergegas kabur dari pengelihatan Dong Joo. 

Nok Du akan keluar lalu mendengar seorang pria yang mendengar si bedebah memalukan yang terus memasuki desa untuk janda dan rumah gisaeng. Wa Soo membenarkan, dan melihat gambar sketsa lalu berpikir  wajahnya tidak asing.
“Entahlah. Mungkin dia datang ke sini sebagai tamu.” Ucap Wa Soo, Nok Du panik karena mungkin akan ketahuan penyamaranya.
Beberapa orang akhirnya berpenca mencari di bukit. Tiba-tiba beberapa orang ibu-ibu berlari karena mendengar ada yang menangkap bedebah memalukan itu dan seorang janda bertemu dengannya. Mereka pun bergegas ingn melihat wajah pria itu.

Nok Du terlihat duduk dengan tangan terluka, bajunya pun terkena darah. Beberapa wanita langsung mengerubunginya. Soon Nyeo ingin tahu Di mana bertemu dengannya dan apakah bertengkar dengannya, lalu bagimana bisa terluka.
“Beri tahu kami apa yang terjadi secara detail.” Ucap semua wanita penasaran. Nok Du mengaku Ini terlalu memalukan. Semua langsung meminta agar Nok Du bercerita.
“Tenang, Semuanya... Apa dia mencoba menyakitimu?” tanya Kim Sook ikut penasaran dengan anak buahnya.
“Kejadiannya beberapa saat lalu. Aku pergi ke bukit untuk berjalan-jalan. Dan pria itu tiba-tiba mendekatiku, jadi, akhirnya...” cerita Nok Du
“Apa Kau melakukan lemparan bahu pada seorang pria?” tanya Bok Nyeo penasaran.
“Saat itulah dia tiba-tiba mengeluarkan pisaunya.” Cerita Nok Du, semua wanita menjerit ketakutan, tapi tiga wanita langsung mengumpat.
“Ini sangat memalukan, tapi kupikir aku harus memberi tahu kalian agar kalian bisa menangkapnya.” Ucap Nok Du
“Lalu Dia kabur ke mana?” tanya Kim Sook, Nok Du mengaku  pergi Ke desa tetangga.
Kim Sook memperlihatkan sketsa wajah dan bertanya apakah pria itu.  Nok Du terlihat gugup lalu membenarkan kalau pria itu  memakai jubah biru tua dan topi... Soon Nyeo langsung mengumpat dan yakin kalau pasti memang pria itu orangnya.
“Kau bilang "Bedebah"? Tapi dia terlihat jauh lebih tampan daripada sketsa ini Atau mungkin tidak.” Komentar Nok Du
“Omong-omong, apa kamu punya kuas dan batang tinta?” tanya Nok Du. 


Dong Joo baru selesai menari mengumpat kesal pada Nok Du yang kabur dan Seharusnya tadi menghabisinya. Ia pikir hanya kali ini  bisa pergi ke gunung. Wan Soo datang menemui Dong Joo lalu memberikan sesuatu kalau iatu yang diminta tempo hari.
“Kau jarang memakai riasan. Kenapa kau mengumpulkan sisir langka dan kosmetik? Kau bahkan tidak punya uang untuk itu.”tanya Wan Soo
“Urus urusanmu sendiri. Tapi Apa Kau yakin ini langka?” tanya Dong Joo memastikan.
“Tentu saja. Aku yakin dayang istana pun tidak akan memiliki itu. Jadi Ada apa? Untuk apa itu?” tanya Wan Soo penasaran.
“Kau tidak perlu tahu.” Ucap Dong Joo, Wan Soo mengejar Dong Joo agar mengatakan saja. 

Nok Du sedang mengambar wajah dengan mata yang lebih hitam dengan wajah yang diberi tanda bekas luka. Bok Nyeo mengartikan Karena wajahnya terluka, jadi cowo itu pasti akan terlihat seperti ini. Nok Du membenarkan.
“Ya, luka di wajahnya terlihat sangat unik. Aku yakin kalian bisa menemukannya dengan mudah di mana pun dia berada.” Ucap Nok Du.
“Terima kasih. Ini akan sangat membantu...  Kami akan mengunjungi desa tetangga.” Kata Soo Nyeon. Dua wanita lain juga ingin ikut
“Tidak perlu..  Ini berbahaya. Tetaplah di sini.” Kata Bok Nyeo. Soo Nyeo pun meminta agar mempercayainya pada mereka.
“Aku benar tentang dirimu. Begitu aku kembali, mari kita bahas masa depanmu di sini.” Kata Soon Nyeo memegang pundak Nok Du
“Masa depanku? Kenapa?” tanya Nok Du bingung. Soon Nyeo meminta Nok Du  Bergabunglah dengan Pasukan Wanita Berbudi dan melindungi desa bersama mereka.
“Tidak. Tidak perlu.” Ucap Nok Du pan. Soon Nyeo tak peduli memeluk Nok Du. Deul Ree menatap Nok Du terlihat curiga.
“Astaga. Kalian yang terbaik... Kami percaya pada kalian Tolong tangkap dia!” teriak para wanita. Nok Du mengaku  suka keadaannya sekarang jadi tidak perlu melakukan itu.


Nok Du akhirnya berkumpul dengan wanita berseragam merah. Yeon Boon pikir ada yang memang aneh, Bagaimana bisa Nok Du melawan pria padahal hanya seorang wanita. Nok Du mengaku Ada banyak jenderal dalam keluarga ibunya.
“Jadi dahulu aku bermain dengan pedang kayu, bersama saudaraku dan orang tuaku biasa memarahiku. Aku tidak bisa menjahit, tapi aku suka menggunakan kekuatanku. Omong-omong, apa kalian hendak pergi?” tanya Nok Du
“Kami ingin menangkap bedebah itu.” Ucap Yeon Boon. Kim Sook langsung menyangkal mereka dalam perjalanan untuk mengumpulkan kayu bakar.
“Kau harus menemui tabib dahulu.” Kata Kim Soo. Nok Du pikir  bisa menjilat luka ini, dan ini akan sembuh.
“Omong-omong, aku cukup pandai memakai kapak.. Aku bisa membantumu. Di sana, kan?” kata Nok Du langsung mengajak si wanita lain untuk pergi.
“Apa ini? Benarkah kita akan mengumpulkan kayu bakar? Sungguh?”kata Yeon Boon heran.
“Kita tidak bisa pergi ke desa tetangga berkelompok seperti ini. Dan kita butuh kayu bakar.” Kata Kim Sook
“Aku akan pergi menangkapnya.” Ucap Deul Ree. Kim Sook menganguk setuju.
“Ini siang bolong. Banyak orang akan melihat....Kau Hati-hati.” Kata Kim Sook. Deul Ree menganguk mengerti.
“Boleh aku melewatkannya hari ini? Tugasku banyak. Aku sangat lelah sekarang.” Keluh Yeon Boon, tapi Kim Sook langsung menarik temanya untuk pergi. 


Dong Joo pergi ke hutan memasukan sisir ke kotak penyimpanannya, lalu berlatih memanah dengan batang kayu yang dibuatnya. Ia bisa memanah didengan jerami pada pohon, sasaranya selalu tepat.
“Aku tidak akan pernah punya kesempatan seperti itu lagi. Apa ada hal lain selain ini?” keluh Dong Joo. 

Di hutan
Nok Du dengan sangat tangkas memakai kapak dan menjatuhkan pohon, semua wanita memberikan tepuk tangan. Kim Sook pikir sudah cukup jadi mereka bisa Kembali bekerja. Nok DU pikir  Pohon di sana tampak kokoh jadi akan menebang pohon itu.
Saat itu Nok Du mencoba mengintip dari atas, mendengar wanita yang sedang mengobrol sambil menyusun batang pohon menjadi kecil.  Beberapa wanita memuji Nok Du itu  luar biasa jadi menyuruhnya katakan yang sebenarnya saja kepadanya.
“Jangan gegabah. Kita memang butuh lebih banyak orang. Menjadi Kuat bukan satu-satunya faktor.” Tegas Kim Sook. Wanita lainya pun setuju. “Fokus saja pada rencana besok. Datang ke tempat pembuatan bir pukul 15.00.” kata Kim Sook. Mereka menganguk setuju. Nok Du terus mendengarnya.
“Kalian merencanakan sesuatu untuk besok malam? Aku harus bergabung dengan mereka.” Kata Nok Du akhirnya meliha batang pohon yang ditebang.
Ia dengan penuh semangat memotong pohon, tapi bajunya malah robek. Kim Sook melihat tumpukan kayu yan sudah cukup jadi akan pergi menjemput Nyonya Kim. Keduanya mengerti karena akan menyelesaikan di sini.
“Nyonya Kim... Nyonya Kim... Apa Kau di sana?” teriak Kim Sook. Nok Du panik berlari dan tersandung akhirnya bajunya pun terbuka. 

Dong Joo sedang berjalan menuruni tempat persembunyianya panik melihat Nok Du yang setengah telanjang lalu menutup mata dengan kipasnya.  Nok Du meminta Dong Joo agar membantunya.
“Astaga, kamu tidak boleh lebih memalukan daripada ini. Kenapa kau melepas bajumu? Menjijikkan.” Keluh Dong Joo kesal
“Aku tidak sengaja. Aku menebang pohon... Hei, kau lepaskan baju ini untukku.” Kata Nok Du. Dong Joo pikir Nok Du itu sudah gila.
“Kau salah paham... Hei. Bantu aku sekali ini saja... Kumohon padamu. Kumohon.” Pinta Nok Du  berlutut memohon.
“Hei, bukan begitu caramu meminta bantuan seseorang... Panggil aku Nyonya Dong. Silakan.” Kata Dong Joo.
“Nyonya Dong. Kumohon.” Pinta Nok Du, Kim Soo memanggil Nok Du karena mereka harus turun sekarang.
Nok Du panik, Dong Joo akhirnya mengajak pergi ke arah lain. Keduanya bergandangan tangan di hutan lalu akhirnya melompat di atas batu dan masuk ke sungai. Nok Du dan Dong Joo langsung melepaskan tangan didalam air. Kim Sook akhirnya melihat Nok Du dan Dong Joo disungai.
“Sedang apa kau di sana?” tanya Kim Sook. Dong Joo mengaku  datang untuk berlatih menari, tapi ini hari yang panas.
“Aku meyakinkan Nyonya Kim untuk mandi denganku.” Ucap Dong Joo. Yeon Boon tak percaya mereka berdua mandi bersama
“Ya. Kami saling menggosok punggung beberapa kali. Dia pandai menggosok. Rasanya menyenangkan.” Kata Dong Joo. Yeon Boon membenarkan kalau Nok Du memang kuat.
“Bagaimana? Apa Kalian mau bergabung dengan kami?” tanya Dong Joo, Nok Du panik karena penyamaranya bisa terlihat.
“Tidak... Kami harus kembali ke tempat pembuatan bir. Santai saja... Baiklah. Sampai jumpa.” Ucap Kim Sook. Nuk Do pun akhirnya bisa bernafas lega. 


Keduanya akhirnya berjemur di atas batu, Nok Du memberikan baju lain  agar menutupi baju Dong Joo dengan itu. Dong Joo pikir Nok Du yang harus menutupi tubuhnya karena ia juga tidak ingin melihat itu. Nok Du akhirnya memakai baju dan duduk sedikit jauh.
“Jadi, Apa kau kemari untuk berlatih menari?” tanya Nok Du. Dong Joo terlihat binggung.
“Ya.. Untuk apa lagi memangnya?” kata Dong Joo berbohong, Nok Du menahan tawa kalau Nok Du  memang perlu berlatih.
“Kau harus Banyak berlatih... Sangat banyak... Apa ini sesulit itu?” ejek Nok Du langsung berlatih dengan kipas.
“Jadi, terlihat mudah saat kau melihatnya, kan? Kau harus mencobanya. Setelah itu, kau akan tahu itu sulit.” Ejek Dong Joo
Dong Joo tak percaya kalau akan menjadi putrinya jika Dong Joo bisa menarikan satu gerakan saja Nok Du akhirnya menari dengan kipas, dengan sangat lincah. Dong Joo melonggo tak percaya melihatnya. Nok Du pun dengan nada mengejek memanggil Dong Joo sebagai “Putrinya”
“Sungguh.. Apa Kamu belajar menari?” tanya Dong Joo tak percaya. Nok Du mengaku tidak tapi hanya melihatnya berlatih tadi.
“Apa Kau bisa menari seperti itu setelah melihatnya sekali saja?” kata Dong Joo tak percaya.
“Ya. Semua orang juga pasti bisa, kan?” ejek Nok Du. Dong Joo ngedumel sendiri kalau sudah tidak menyukainya, tapi  membencinya sekarang.
“Hei, Apa kau ingin aku mengajarimu?” tanya Nok Du, Dong Joo memperingatkan Nok Du Jangan mencoba menipunya. 


Nok Du menyuruh agar Dong Joo berdiri, Dong Joo pun mengikutinya lalu mencoba mengajarkan cara memainkan kipas. Dong Joo mencobanya tapi tak bisa membuka kipasnya dengan benar. Nok Du tetap memujinya.
“Kau Letakkan kipas di lenganmu... Rentangkan juga tangan kirimu. Dari pose ini, gerakkan kipasmu seperti ini. Pindahkan kipas di depan wajahmu seolah-olah kau membelainya.” Ucap Nok Du terus mengajarnya. Dong Joo terlihat gugup saat Nok Du memegang tangannya.
Nok Du juga agak gugup mencoba terus bicara agar tak terlihat gugup. Dong Joo berlatih berputar tapi kakinya tak seimbang dan hampir jatuh. Nok Du langsung menahan pinggang Dong Joo agar tak jatuh. Keduanya saling menatap, Dong Joo kaget menatap Nok Du yang ada didepanya.
Bersambung ke episode 6

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar