PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 30 Oktober 2019

Sinopsis The Tale Of Nok Du Episode 17

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Nok Du dan Dong Joo gugup didalam ruangan, saat panglima akan masuk raja lebih dulu datang dan memastikan kalau lengan bajunya terpotong.  Akhirnya Raja masuk, Nok Du dan Dong Joo terlihat gugup. Raja masuk ke dalam ruangan tapi terlihat samar, Dong Joo sengaja membuka baju Nok Du. Pengawal menyuruh agar keluar.
“Apa yang terjadi?” kata Dong Joo berpura-pura panik. Nok Du mencoba menenangkan agar bisa tenang.  Raja melihat baju Nok Du yang masih baru.
Sebelumnya Nok Du berusaha kabur dan mengambil baju yang sedang dijemur lalu mengantinya. Nok Du memeluk erat Dong Joo yang ketakutan, Raja melihat Nok Du lalu mengaku kalau mengenalnya da bukan orang yang dicarinya.
“Maafkan aku. Aku akan mencarinya di tempat lain.” Ucap Pengawal lalu mengajak semua pergi ke tempat lain.
“Apa Anda kepala kantor administratif di kantor polisi?” tanya Nok Du.
“Ya. Aku sedang melakukan pengintaian. Aku mencari seseorang. Omong-omong, apa lagi yang kalian rencanakan di sini?” ucap Raja melihat Nok Du sudah membuka bajunya.
Dong Joo panik melepaskan tangan dan Nok Du langsung memakain bajunya kembal mengaku tak ada lagi. Raja ingin menguji bertanya apakah tahu nama pria itu. Nok Du panik karena namanya itu sudah berubah. Raja ingin mengaku  penasaran apakah Dong Joo tahu siapa dia.
“Kenapa aku harus tahu namanya? Aku melihatnya di pasar dan menyukainya, jadi, aku mengikuti dan bicara dengannya. Aku bisa mengenalnya sedikit demi sedikit.” ucap Dong Joo.
“Kau memang berani.” Komentar Raja. Nok Du bisa bernafas lega mendengarnya.


Akhirnya ketiganya berjalan keluar dari rumah, Dong Joo merangkul lengan Nok Du. Raja membahas kalau mendengar  sudah lama Nok Du berada di Hanyang dan Mereka bilang sempat pindah karena sakit. Nok Du membenarkan kalau datang ke Hanyang untuk membuat terobosan bar.
“Meski orang tuaku tidak setuju” akui Nok Du. Raja pikir Keluarga Nok Du menjadi PNS selama beberapa generasi.
“Selain itu, kau rapuh, tapi kau bersiap mengikuti ujian wajib militer. Aku yakin mereka pasti khawatir. Namun, jika kau yakin, kau harus terus berusaha.” Ucap Raja.
“Ya, aku harus berusaha.” Ucap Nok Du yakin. Raja melihat Dong Joo yang terus merangkul lengan Nok Du.
“Aku sudah terlalu lama menemani kalian. Aku akan pergi sekarang.” Kata Raja. Nok Du mencoba menahanya tapi Dong Joo lebih dulu bicara.
“Hati-hati di jalan, Tuan.” Kata Dong Joo. Raja pun memuji keduanya  tampak serasi. Dong Joo mengucapkan Terima kasih.
“Waktuku tidak banyak. Kau bisa saja mempersingkatnya. Karena sudah selesai, aku akan pergi. Sampai jumpa.” Ucap Raja lalu melangkah pergi. 


Dong Joo langsung melepaskan tanganya. Nok Du menahannya dan menegaskan kalau sudah mengatakan tidak akan membiarkannya pergi. Dong Joo memberitahu kalau Ada yang harus dilakukan di sini. Nok Du tak pecaya kalau itu alasan meninggalkannya.
“Apa yang harus kau lakukan?” tanya Nok Do. Dong Joo pikir  tidak bisa memberitahu
“Kenapa tidak?” tanya Nok Du. Dong Joo mengaku Ini sama sepertiNok Du yang menyamar sebagai wanita dan kenapa datang di sini dengan nama samaran.
“Aku juga punya alasanku. Mengerti?” ucap Dong Joo. Nok Du. mengerti dan menyuruh agar melakukan sesukanya.
“Tapi tepati janjimu... Kau sudah mengecapnya.” Kata Nok Du memberikan lembaran yang dibawa dalam bajunya
 “Apa ini? Apa ini surat sanggup bayar?” kata Dong Joo tak pecaya melihat surat ditanganya.
“Akhirnya aku menangkap orang yang mengambil uangku, jadi, kenapa aku harus membiarkanmu pergi? Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kau membayarku seluruh utang pokok dan bunganya, mengerti?” kata Nok Du lalu mendorong Dong Joo untuk pergi lebih dulu. 


Raja bertemu dengan Tuan Jung ingin kembali memastikan  apakah tadi putranya. Tuan Jung membenarkan, dengan mengingatkan raja kalau  punya anak laki-laki. Ia menceritakan Setelah nyaris mati 20 tahun lalu,  jadi kembali ke rumah.
“Istri dan putraku melarikan diri bersamaku. Nama yang kuingat bukanlah Nok Du. Kami bersembunyi, jadi, dia tidak bisa memakai nama aslinya.” Jelas Tuan Jung. Raja seperti bisa mempercayainya.
“Aku harus menemuinya. Di mana dia?” kata Raja. Tuan Jung meminta maaf kalau ia juga tidak tahu.
“Dia pikir aku terkurung di sini dan menghilang.” Kata Tuan Jung. 

Dong Joo sampai ditempat Nok Du menegaskan  ingin kamar kosong. Nok Du mengaku tidak memercayai Dong Joo jadi memperingatkan Jangan mengeluh dan ikuti saja. Akhirnya keduanya tidur dalam ruangan yang sama.
Dong Joo dengan memunggungi Nok Du, sementara Nok Du berbaring menatap punggung Dong Joo. Saat Dong Joo bangun menatapnya, Nok Du pura-pura menatap ke arah lain. Dong Joo bertanya apakah Nok Du mengawasinya.
“Kenapa? Apa Kau akan kabur lagi jika ada kesempatan?” kata Nok Du sinis. Dong Joo pun bertanya tentang luka Nok Du.
“Apa Kau benar-benar penasaran? Kenapa kau pergi begitu saja? Aku tidak sadarkan diri. Kita mungkin tidak bisa bertemu lagi.” Kata Nok Du marah
“Itu tidak ada hubungannya denganku.” Ucap Dong Joo. Nok Du kesal Dong Joo yang berkata begitu lalu menatap sambil memegang lengan Dong Joo.
“Baiklah. Jangan khawatirkan kesehatanku dan kembalikan uangku... Mengerti?” kata Nok Du
Baiklah... Jadi, jangan hiraukan aku.” Ucap Dong Joo. Nok Du pikir tak akan seperti itu.
“Perasaanku kepadamu sudah hilang.” Tegas Nok Du. Dong Joo mengaku  tidak pernah merasakannya sejak awal. Akhirnya Nok Du memilih untuk tidur saja. 



Tuan Hwang dan Tuan Yeon memasang sup ayam untuk sarapan. Aeng Du terlihat sudah tak sabar untuk makan.  Tuan Hwang pikr Satu ayam sudah cukup Seharusnya Tuan Yeon itu lebih berhemat. Tuan Yeon pikir Tuan Hwang pasti bangga pada Nok Du.
“Dia lulus ujian tahap pertama dalam kondisi seperti itu. Setelah ujian istana, dia mungkin akan meraih juara pertama. Dia harus makan dengan baik. Perutmu harus tetap kenyang sebelum menjalani ujian. Aku tidak boleh berhemat tentang ini.” Ucap Tuan Yeon bangga
“Benar. Kikir itu sia-sia... Tetap saja, kita hanya berempat. Dua ayam untuk makan...” kata Tuan Hwang
“Cukup! Kenapa kau cerewet sekali?” teriak Tuan Yeon. Tuan Hwang bingung karena merasa makanan mereka itu berlebihan. Tuan Yeon mencoba menahan emosi lalu pergi  mengetuk pintu kamar. 


“Hei. Kau harus sarapan. Aku akan membuka pintunya.” Ucap Tuan Yeon mengentuk pintu kamar Nok Du.
Akhirnya Tuan Yeon membuka pintu kamar dan kaget, Tuan Hwang ikut melihat bersama dengan Aeng Du. Didalam kamar Nok Du tidur dengan memeluk Dong Joo, Tuan Hwang langsung menutup mata Aeng Du agar tak bisa melihatnya. 

Akhirnya Dong Joo ikut sarapan dan terliha gugup. Tuan Yeon menatap sinis. Tuan Hwang terlihat makan dengan lahap. Nok Du menceritakan Dong Joo itu punya kebiasaan tidur yang buruk, Dong Joo juga memberitahu kalau mereka berjauhan saat tertidur.
“Aku tidak ingin kalian salah paham. Dia berutang kepadaku.” jelas Nok Du.
“Dia benar. Dia tidak sengaja memergokiku.” Jelas Dong Joo. Nok Du mengaku Hubungan mereka sama dengan kreditur dan debitur.
“Benar. Aku harus membayar bunga 70 persen. Dia pemberi pinjaman yang buruk.” Kata Dong Joo
“Kami tidak saling menyukai.” Tegas Nok Du, Dong Joo pun membenarkan. Tuan Yeon yang mendengarnya hanya bisa tertawa mengejek seperti tak percaya.
“Karena dia kembali,maka kau tidak akan menangis di malam hari.” Ejek Aeng Du pada Nok Du
“Hei, Aeng Du.  Aku menangis karena lukaku sakit.” Kata Nok Du panik.
“Tentu. Anggap saja begitu. Bisakah kita makan sekarang? Selamat datang kembali. Aku sangat senang bertemu denganmu lagi.” Kata Tuan Hwang.
Dong Joo melirik Tuan Yeon yang masih terlihat sinis, lalu menanyakan kabar mereka dan bertanya pada Aeng Du apakah  makan banyak hidangan lezat di Hanyang. Aeng Du mengaku hanya makan untuk bertahan hidup. Tuan Yeon pikir itu tidak benar.
“Aku terus memikirkan tentang panekuk daging dan kebab Korea. Aku merindukan Yool Moo” kata Aeng Du, Dong Joo melirik pada Nok Du.
“Kau Makanlah ini... Jangan katakan hal seperti itu. Menurutmu apa yang terjadi jika dia kemari? Berpikirlah sebelum bicara.” Keluh Tuan Hwang menyuapi anaknya ayam rebus. 
“Omong-omong, kenapa Anda kemari?” tanya Dong Joo pada Tuan Yeon. Tuan Yeon mengeluh Dong Joo yang menanyakan hal itu.
“Kupikir pria tidak berdosa ini akan menderita di Hanyang. Tapi... Itu bukan masalahku. Kupikir sudah seharusnya aku membantunya.” Ucap Tuan Yeon mencoba menahan diri kalau masih menaruh hati pada Nok Du 



Nok Du ketakutan memilih untuk mundur. Tuan Hwang hanya tersenyum akan menganggapnya seperti itu. Nok Du melihat Aeng Du sudah makan banyak ayam dan langsung memberikan bagian paha untuk Dong Joo, sementara Tuan Yeon memberikan bagian paha juga pada Nok Du.
“Astaga... Kalian bersikap konyol sejak pagi-pagi.” Keluh Tuan Hwang seperti melihat cinta segitiga.
“Dia harus banyak makan untuk bekerja keras agar bisa mengembalikan uangku.” Kata Nok Du.
Dong Joo merasa tak enak hati memilih untuk pergi karena harus pergi bekerja. Nok Du pun juga pamit pergi mengikuti Dong Joo. Tuan Yeon menahan agar Nok Du tak pergi, tapi Nok Du tetap saja pergi. Tuan Hwang menyurh mereka agar Pergilah sendiri.
“Aku tidak bisa memercayai situasi menjengkelkan ini.” Ucap Tuan Yeon kesal. Aeng Du terlihat senang menerima ayam bagian paha lagi. 

Nok Du mengintip dari dinding dan melihat anak buah Yool Moo didepan rumah. Akhirnya ia bergumam “Pasukan istana dan Pangeran Agung Neungyang mengawasi kanselir dan ayahku. Apa ini semua terjadi karena aku? Siapa lagi yang terlibat dalam hal ini?”
Di dalam rumah, Yool Moo membuat ramuan karena mendengar Hwang Tae  sulit tidur dan itu Obat ini bagus untuk insomnia jadi meminumnya.  Hwang Tae pun mengucapkan Terima kasih lalu ia memastikan kalau ia boleh tinggal di sini padahal tidak melakukan apa pun.
“Apa maksudmu? Kau dengan rajin bersiap membantuku dalam waktu dekat. Saat waktunya tiba, aku akan mengembalikan hidupmu yang pernah hilang.” Jelas Yool Moo
“Baiklah.. Aku akan melakukan yang terbaik untuk membantu.” Kata Hwang Tae. 

Dong Joo menungu didepan pintu para pelayan lalu bertemu dengan si wanita teman yang pernah bertemu denganya. Mereka akhirnya bertemu di sebuah ruangan, Ia mengaku tidak tahu apa salah Dong Joo. Tapi setiap kali membicarakan Dong Joo.
“Dia mengamuk, mengatakan dia tertipu olehmu. Kami wajib menaati perintahnya. Kuharap kamu mengerti.” Jelas si wanita. Dong Joo bisa mengerti.
“Aku tidak akan memberi tahu siapa pun aku bertemu denganmu hari ini.” Kata Dong Joo
“Kurasa sebaiknya kau menyerah...” kata si wanita. Dong Joo mengaku  Tidak bisa.
“Bisakah kau membantuku? Aku akan melakukan apa pun. Kumohon.” Kata Dong Joo
“Begini... Sebenarnya, kurasa aku tahu caranya.” Ucap si wanita. 

Kim Sook terlihat gugup menunggu disebuah restoran, Jung Sook dan Yeon Bun datang. Mereka pun saling berpeluka. Jung Sook ingin tahu Kenapa Nyonya Chun tewas, Kim Sook merasa menyesal karena Seharusnya melindunginya.
“Aku tidak tahu harus berkata apa.” Ucap Kim Sook. Yeon Bun menanyakan keadaan Kim Sook apakahtidak terluka. Kim Sook mengelengkan kepala.
“Bagaimana dengan para janda?” tanya Kim Sook. Yeon Bun memberitahu sudah membawa mereka ke tempat yang aman.
“Siapa yang membunuh Nyonya Chun? Apa Kau melihat wajahnya?” tanya Yeon Bun penasaran.
“Dia memakai topeng dan dia sangat lincah. Nyonya Chun dikelilingi oleh pasukan kerajaan, tapi dia cukup berani untuk memanah dan melarikan diri.” Cerita Kim Soo
“Siapa yang tega melakukan itu? Kenapa?” tanya Yeon Bun heran. Jung Sook pun terlihat kesal
“Aku pasti akan menemukannya dan membunuhnya siapa pun dirinya.” Tegas Kim Sook marah 



Saat itu seseorang berkomentar “ Apa Kalian masih tidak mengerti?” Kim Sook kaget melihat Yool Moo datang. Mereka pun duduk bersama. Kim Sook kaget kalau pelakunya Tuan Heo. Yool Moo pikir mereka memikirkan  siapa yang menyuruh mereka pindah ke pangkalan lain.
“Menurutmu siapa yang akan marah saat Nyonya Chun ingin bekerja untukku?” kata Yool Moo mencoba mengadu domba.
“Jangan langsung menyimpulkan berdasarkan itu.” Kata Kim Sook tak percaya begitu saja.
“Kanselir sedang dikurung di rumahnya. Yang Mulia mencurigainya, tapi dia kehilangan buktinya. Karena itulah Yang Mulia mengurungnya.” Ucap Yool Moo terus mencoba menyakinkan.
“Kalau begitu, Nyonya Chun adalah buktinya?” tanya Yeon Bun. Yool Moo pikir Jika Nyonya Chun  masih hidup, maka kanselir pasti sudah mati sekarang.
“Apa menurut kalian Nyonya Min menghilang secara kebetulan? Mayatnya ditemukan di rumah kanselir. Aku akan membantu kalian membalas dendam. Bagaimana?” ucap Yool Moo. Kim Sook hanya bisa diam saja.
“Kau bisa menjadi pemimpin baru Pasukan Muweol, membalaskan dendammu, dan membantuku menciptakan sebuah dunia baru. Apa yang harus dipikirkan? Kau harus melakukannya.” Ucap Yool Moo terus merayu. 

Yool Moo bertemu dengan orang yang mendukungnya memberitahu kalau Pasukan Muweol akan menciptakan pangkalan baru di sini Dan tentara mereka juga sudah siap Jadi, harus bersiap untuk pemberontakan... Salah seorang menyela.
“Tapi kanselir belum memutuskan.” Kata salah seorang bangsawan. Yool Moo merasa  hanya orang-orang di sini yang mereka butuhkan untuk melakukan pemberontakan.
“Apa Kalian tidak setuju?” kata Yool Moo, Semua terdiam dan salah satu orang berkomentar kalau menyetujuinya.
“Kalau begitu, bagaimana jika kita menulis deklarasi sebelum kita melakukan pemberontakan? Berjanjilah bahwa kita satu dan akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Bukan karena aku tidak memercayaimu. Kurasa kita harus mencatatnya agar yakin.” Kata salah satu petinggi.
“Baiklah... Kita harus membuat pernyataan.” Kata Yool Moo setuju. 

Nok Du melihat dari kejauhan lalu kaget melihat Dong Joo masuk ke sebuah tempat. Didepan pintu sudah ada orang yang menghadangnya. Dong Joo mengatakan kalau ingin bertemu Tuan Park. Dua pengawal pun membuk pintunya.
Dong Joo masuk ke sebuah ruangan terlihat sedikit gelap, beberapa orang sedang melakukan judi tersenyum. Dong Joo terus berjalan masuk mencari sosok Tuan Park dan melihat pria yang dijaga oleh dua pria lainya di sudut ruangan.
Dong Joo mengingat yang dikatakan si wanita itu “Dia adik kenalanku. Dia menerima uang dan memperkenalkan pelayan kepada adiknya. Tapi tampaknya dia sangat rewel dan selalu mengganti pelayannya dengan yang baru. Aku merasa mereka berdua menipu orang-orang.”
“Aku ingin bekerja sebagai pelayan di istana.” Ucap Dong Joo memberikan kantung uang.
“Aku tahu kau berharap bisa bekerja sebagai pelayan, tapi mendapatkan pekerjaan di istana tidak mudah.” Kata Tuan Park melihat isi uangnya.
“Apa itu tidak cukup?” tanya Dong Joo. Tuan Park pikir  Ini terlalu sedikit dan memberitahu ada cara yang lain.
“Kau bisa Tanda tangani ini. Jadi Kau dibayar secara teratur jika bekerja di istana, jadi, hanya butuh tiga bulan untuk membayarku.” Kata Tuan Park memberikan lembaran kertas.
Dong Joo membaca dengan teliti dan ingin memberikan tanda tangan, tapi merasakan ada sesuatu yang aneh. Tuan Park bertanya ada apa dan kenapa. Dong Joo menarik kertas yang menutupi tulisan dibelakangnya, dan terlihat tulisan  "Kau berutang 1.000 yang"
“Kau bilang "Tiga bulan"? Akan butuh lebih dari 30 tahun.” Komentar Dong Joo kesal.
“Astaga... Beberapa orang cenderung cepat tanggap sepertimu. Tapi apa gunanya? Kau mungkin datang ke sini dengan sukarela, tapi tidak seperti itu saat kau pergi.” kata Tuan Park memaksa Dong Joo agar menandatanginya.
Dong Joo meminta agar melepaskan tanganya, tapi Tuan Park terus memaksa agar Dong Joo Jangan bergerak dan harus menandatangani ini. Saat itu seorang datang langsung mendorong kepala Tuan Park diatas papan tinta.
“Sulit dipercaya. Kalian tidak punya etika bisnis... Dia milikku. Dia sibuk mengembalikan uangku.” Ucap Nok Du menarik tangan Dong Joo.
“Apa Kalian berdua mau mati? Bunuh mereka!” teriak Tuan Park. Nok Du pun melindungi Dong Joo. 



Akhirnya mereka berjalan ulan, Dong Joo terlihat sedikit lusuh dengan bajunya berjalan dibelakang Nok Du bertanya apakah baik-baik saja. Nok Du mengaku baik-baik saja.
“Mari kita luruskan satu hal. Jika aku tidak terluka, sekarang mereka pasti sudah...” ucap Nok Du yang langsung disela oleh Dong Joo.
“Kau berdarah.” Kata Dong Joo. Nok Du mengaku Hidungnya  bukan berdarah karena dipukul.
“Karena gelap, aku terkena...” kata Nok Du dan Dong Joo menunjuk kalau luka dibagian bawahnya. Nok Du melihat dibagian pinganganya dan terlihat perbanya berdarah.
“Ini sudah sembuh, tapi robek. Aku baik-baik saja.” Kata Nok Du mencoba untuk santai.
“Kamu tidak baik-baik saja. Aku tidak peduli itu robek atau tergores. Kamu berdarah. Di mana kliniknya? Ayo Ikut denganku.” Kata Dong Joo khawatir. 

Raja kembali bertanya pada Tuan Jung  Apa hanya ia yang berhasil bertahan hidup hari itu. Tuan Jung menegaskan Hanya ia yang masih hidup lalu bertanya kenapa Raja datang saat sudah sangat larut. Saat itu ratu datang menemui raja.
“Kau tidak datang mengunjungiku.” Komentar Raja. Ratu pikir  ingin bertemu dengan suaminya.
“Walaupun aku tidak sopan datang ke sini... Maafkan aku.” Kata Ratu. Raja pun ingin tahu alasan Ratu datang mengunjunginya.
“Kanselir... “ ucap Ratu yang langsung disela oleh Raja. Raja menegaskan tidak ingin membicarakannya.
“Kau tidak bisa ikut campur dalam hal ini.” Tegas Raja. Ratu tak terima dianggap "Ikut campur"
“Aku khawatir... Aku khawatir teman lamamu mungkin tidak setia kepadamu dan membuatmu tertekan. Apa Kau tahu hanya butuh waktu sebentar bagimu untuk berubah? Saat aku datang ke istana sebagai putri mahkota, kau sangat baik kepadaku. Tapi Setelah hari itu...” ucap Ratu.
“Kau bilang Hari itu?” kata Raja dengan tatapan sinis. Ratu mengaku  tahu dosanya karena kehilangan anak itu tidak ringan...
“Ratu... Sudah kubilang berkali-kali untuk tidak menyebutkan itu lagi.” Tegas Raja marah
“Aku bahkan tidak bisa menyebutkan insiden itu selama 20 tahun. Aku tidak tahu dosaku begitu berat sampai aku tidak pantas dihibur oleh suamiku sendiri.” Keluh Ratu
“Ya. Aku memang suami seperti itu. Jadi, akan lebih baik jika kau berhenti mengkhawatirkanku.” Tegas Raja seperti angkuh. Ratu pun hanya bisa diam saja. 



Tabib melihat luka di tubuh Nok Du menurutnya ini sangat celaka. Dong Joo panik bertanya apakah Nok Du baik-baik saja apabila  terus berdarah. Tabib pikir tidak karena  Jika terus berdarah, maka Nok Du akan mati. Dong Joo makin panik mendengarnya.
“Coba kulihat... Astaga... Kau Tunggu di sini sebentar... Ambil itu dan seka darahnya. Lihatlah betapa kotornya suamimu.” Ucap Tabib
“Dia bukan suamiku.” Ucap Dong Joo. No Du pun mengaku bukan suami Dong Joo. Si tabib terlihat bingung merasa kalau Aneh sekali dan bergegas pergi. 

Akhirnya Dong Joo berusaha untuk membersihkan darah dihidung Nok Du,Nok Du mengaku bisa menyekanya sendiri. Dong Joo pikir benar lalu membiarkan Nok Du agar membersihkan sendiri. Akhirnya Dong Joo membantu Nok Du memasangkan perban diatas luka. Suasana terasa canggung.
“Kau bilang tidak peduli aku terluka atau tidak.  Lalu, kenapa kamu mengkhawatirkanku?” komentar Nok Du.
“Aku tidak khawatir... Kau terluka karena aku, jadi, aku merasa wajib.” Balas Dong Joo
“Tapi wajahmu mengatakan sebaliknya. Kau tidak tahu harus bagaimana karena khawatir dan menyesal.”kata Nok Du
“Aku mulai bosan mengoreksimu Berpikirlah sesukamu..” Ucap Dong Joo kembali membantu Nok Du memasang perban. Nok Du pun hanya bisa saja.
Bersambung ke episode 18

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar