PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 03 Maret 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 11 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Dan Yi gugup masuk ke toilet lalu menatap dirinya di kaca dan berbicara pada dirinya sendiri.
“Kang Dan Yi, 37 tahun. Sudah berapa kali aku mencium pria? Itu Sering. Kecupan di bibir? Itu seperti tandukan kepala di antara dua pasang bibir.” Gumam Dan Yi lalu mengingat saat Eun Ho mengecup bibirnya.
“Kenapa aku malu dan memikirkan tandukan bodoh itu? Aku berpengalaman. Jadi, aku harus dewasa. Itu bukan apa-apa. Aku lebih tua darinya dan akan bersikap dewasa. Itu Seperti tandukan kepala dan Bibirnya menyentuhku... Yahh... Hanya seperti ini.” Kata Dan Yi menyakinkan dirinya. 



Saat itu Nyonya Seo keluar dari pintu toilet, Dan Yi panik lalu memberikan tissue untuk Nyonya Seo. Nyonya Seo mengejek  temanya kalau  semalam cukup berarti baginya. Dan Yi mencoba menyangkal dengan wajah binggung untuk menjelaskanya.
“Aku iri. Apa seorang pria menciummu?” ucap Nyonya Yi mengoda.
“Itu bukan ciuman. Hanya... Bibirnya hanya menyentuh bibirku seperti ini.” Kata Dan Yi membela diri.
“Itu luar biasa. Aku bahkan tak ingat kapan ada pria berada di radius ini. Jika itu terjadi lagi, maka aku tak akan biarkan dia pergi. Apa Dia lebih muda? Kudengar kau bilang bahwa kau lebih tua darinya.” Goda Nyonya Seo
“Dia temanku yang sudah seperti adik.” Ungkap Dan Yi. Nyonya Seo menyimpulkan pria itu lebih muda.
“Astaga, aku iri sekali... Pria yang lebih muda menciummu... Astaga, aku iri sekali!.. Itu bagus untukmu, sungguh.” Kata Nyonya Seo mengoda. Dan Yi hanya bisa mengucapkan terima kasih.

Saat itu Nyonya Go keluar dari pintu toilet, Dan Yi makin panik. Nyonya Go hanya menatap dingin mencuci tangan seolah tak mendengar lalu keluar dari toilet. Dan Yi ingin memastikan kalau Nyonya Goo  tak dengar pembicaran mereka tadi.
“Aku yakin tidak... Hei... Kau berharap sesuatu yang mustahil terjadi. Tentu saja dia dengar.” Kata Nyonya Seo. Dan Yi pun kebingungan.
Saat itu Song Il akhirnya keluar toilet setelah para seniornya keluar, melonggo tak percaya dengan yang didengar dari para Ahjumma. 

Song Il menyapa Eun Ho yang baru datang lalu memanggil Park Hoon,mengaku punya berita besar kalau Dan Yi dari Tim Pembantu mencium pria semalam. Eun Ho masih bisa mendengar dan berhenti berjalan menuju meja kerjanya.
“Tampaknya, itu temannya yang lebih muda darinya.” Ucap Song Il. Park Hoon bertanya darimana mengetahuinya.
“Dia berbicara sendiri soal ini di toilet wanita. "Itu bukan apa-apa. Aku harus dewasa." Aku mendengarnya. Dia selalu mengikuti tren terkini, 'kan? Kini sedang trend wanita mengencani pria lebih muda.” Ucap Song Il
Eun Ho yang mendengar pembicaran keduanya tak bisa menahan senyuman bahagia. 

Dan Yi sedang membereskan buku di perpustakaan dan langsung bersembunyi saat melihat Eun Ho. Tapi Eun Ho sengaja mendekat bertanya kenapa Dan Yi yang tak sarapan. Dan Yi dengan sinis menjawab kalau itu bukan urusan Eun Ho dan tak perlu peduli.
“Aku sedih jika wanita yang kucintai melewatkan sarapan.” Goda Eun Ho.
“Jangan kurang ajar. Aku membiarkannya karena aku tercengang kemarin.” Tegas Dan Yi
“Kenapa tercengang? Apakah menyenangkan?” ucap Eun Ho makin mengoda. Dan yi mengumpat Eun Ho ingin mati ditanganya.
“Dan Yii... Dan Yi, kenapa tak menjawab?” teriak Eun Ho sengaja memancing. Dan Yi pun menyahut dengan sopan karena dikantor Eun Ho sebagai seniornya.
“Soal semalam.. aku menyukainya... Tolong bereskan.” Ucap Eun Ho mengoda lalu berjalan pergi. Dan Yi mengeluh kalau ini gila. 


Di ruangan Tuan Kim sedang membaca, Nyonya Go masuk ruangan membahas kabar terbaru soal kontrak dengan Giorgio Bertossi jadi berusaha buat janji temu lewat agensinya, tapi mereka sangat lama membalasnya. Tuan Kim melihat berkas yang diberikan Nyonya Go.
“Agensi ini mengacaukan kita tiga tahun lalu.” Kata Tuan Kim menatap Nyonya Go.
“Benar. Itu sebabnya aku cari tahu apa yang bisa kulakukan, dan mengetahui bahwa dia akan ke Korea pekan ini. Dia akan sepekan di sini. Aku menghubunginya lewat akun media sosial pribadinya, dan dia terkejut aku tahu soal perjalanannya.” Cerita Nyonya Go bangga. Tuan Kim malah fokus pada kancing baju Nyonya Go yang akan lepas.
“Aku bahkan terkejut dengan kemampuanku sendiri. Omong-omong, aku telah jadwalkan pertemuan dengan dia secepatnya.” Kata Nyonya Go lalu melihat Tuan Kim seperti tak fokus dan memangilnya.
“Ya? Itu hebat... Kuharap kali ini kita bisa mengontrak dia...Tapi Omong-omong, kau harus perbaiki kancingmu.” Ucap Tuan Kim. Nyonya Go langsung meraba bagian depan bajunya.
“Bukan, tapi disini” kata Tuan Kim menujuk ke bagian tangan. Nyonya Go pun melihatnya dan memastikan tadi mendengarkan ucapanya.
“Ya, tentu saja... Kau tak pernah mengecewakanku, Bu Go” puji Tuan Kim. 


Saat itu terdengar pintu diketuk. Tuan Kim mempersilahkan masuk. Ji Yool masuk ruangan memberikan berkas memberitahu kalau ini soal buku “Semestamu” yaitu menulis permintaan maaf terkait insiden stiker itu.
Eun Ho melihat bagian atas surat [SURAT PERMOHONAN MAAF NAMA: OH JI-YOOL] Tuan Bong juga membaca termasuk mantan istrinya, begitu juga Hae Rin.
“Surat permohonan maaf, Oh Ji-Yool.. Editor junior Departemen Pengembangan Konten. Aku bergabung ke perusahaan ini tanpa berpikir. Aku terpaksa karena ini satu-satunya tawaran kerja.”
“Ini terdengar sangat tak formal.” Komentar Eun Ho. Hae Rin yang ikut membaca juga merasa heran dan sangat tercengang.
“Aku jarang membaca buku. Sejujurnya, saat dapat telepon tawaran kerja, kupikir ini akan membosankan. Sekarang pun, tak menyenangkan. Namun, ini pekerjaan. Gajinya kecil, program kesejahteraan pegawai biasa saja, tapi pekerjaannya banyak.”
Hae Rin yang membaca kesal langsung meremas surat Ji Yool. Tuan Kim pikir Seharusnya tak terima orang hanya dari latar belakang akademik dan menurutnya perjalanan gadis itu masih panjang. Nyonya Go mengipas Tuan Kim supaya Emosinya mereda.
“Ada lagi... Seniorku, Nona Song, tampaknya tak mau mengajariku, dan setiap hari aku merasa ingin berhenti. Lalu sesuatu terjadi. Aku diminta mengikuti pedoman Lima "W", maka kucoba. Suatu hari, Nona Song memintaku mengerjakan biografi penulis “Semestamu.”
Tuan Kim tak percaya Ji Yool editor, tapi tak tahu Lima "W" Park Hoon yang membaca surat Ji Yool hanya bisa menahan tawa.
“Aku tak sengaja menghilangkan kata "ahli fisika". Itu bahkan tak tampak jelas, maka kupikir akan baik-baik saja. Namun, itu menjadi masalah. Seniorku, termasuk Nona Song, bekerja lebih dari setahun untuk menerbitkan “Semestamu”, tapi harus ditempel stiker karena salahku, yang mengurangi nilainya.”
“Banyak pekerjaan tertunda karena aku, aku merasa bersalah. Mulai sekarang, aku akan lebih fokus pada pekerjaan. Aku berharap bisa belajar banyak dari para seniorku. Aku siap untuk belajar.” 


Akhirnya Ji Yool keluar berjalan ke ruangan dan berdiri menatap seniornya dengan gugup. Hae Rin menatap sinis,  Ji Yool mengaku  menulisnya sepenuh hati jadi meminta agar memaafkanya.
“Aku berharap bisa membantu tim. Aku akan berusaha keras.” Kata Ji Yool. Tuan Bong mengerti dan meminta agar mendekat lalu menjelaskan surat yang ditulisnya.
“Ini bagus, tapi kau Butuh spasi di sini... Dan kata ini tak diperlukan. Kata seperti ini tak pantas ada di surat formal.” Ucap Tuan Bong. Ji Yool menganguk mengerti.
“Serta seluruh surat ini terdengar sangat tak formal.” Jelas Tuan Bong. Ji Yool seperti sudah mau belajar. 

Hae Rin berbicara dengan Eun Ho tak bisa menahan amarah berkata kalau  harus pecat Ji Yool  alih-alih buang waktu mengajarinya. Eun Ho bertanya  Apa Hae Rin selalu cakap bekerja. Hae Rin meminta agar jangan bandingkan dengannya.
“Jangan hanya marahi dia. Sebagai Senior, kau harus ajari dia. Kita menerimanya, jadi ajari dia. Gunakan pendekatan wortel dan tongkat. Puji dia sesekali. Hargai dia dan traktir makan sesekali.” Ucap Eun Ho, saat itu Dan Yi mendengar keduanya sedang bicara.
“Karena itu... Aku mulai menyukaimu.” Ucap Hae Rin, Dan Yi terdiam mendengarnya seperti ingin tak peduli.
“Ayoo.. Kemari..” kata Eun Ho ingin memberikan sentilan tapi diurungkan niatnya.
“Kenapa kau selalu sangat manis padaku? Lebih baik aku dipukul...” kata Hae Rin kesal. Eun Ho akhirnya memberikan sentilan dan Hae Rin menjerit kesakitan.
“Ini Sudah usai. Jangan cengeng. Jika terus begini, kita bahkan tak bisa berteman.” Tegas Eun Ho
“ Jangan kencani orang lain.” Pinta Hae Rin. Eun Ho pikir itu bukan ursan Hae Rin lalu melihat Dan Yi mendorong trolly seperti mendengar pembicaraanya.
“Kau sudah janji akan menunggu sampai perasaanku usai. Akan butuh waktu lama melupakanmu.” Ucap Hae Rin. Eun Ho seperti tak pedul. 


Hae Rin memberikan surat kontrak yang sudah ditandatangani oleh Ji Seo-Joon meminta agar membuat salinan untuk mereka dan serahkan ke Tim Pembantu Bisnis. Dan Yi menganguk mengerti lalu melihat profile Seo Joon [TANGGAL LAHIR: 23 APRIL 1991]
“Apa? Ulang tahun Seo Joon 23 April?” ucap Dan Yi kaget dan mengingat percakapanya dengan Seo Joon.
“Apa kau baca 23 April karya Kang Byeong Joon?” tanya Dan Yi. Seo Joon menganguk karena itu novel terkenal.
“Bagaimana dengan ini? Rahasia di balik judul novel, 23 April” ucap Dan Yi. 

Sementara Eun Ho mencari “BAHAN-BAHAN SPAGETI” dan mulai mencari di supermarket. Ia lalu berpikir Untuk makan malam besok  akan membuat Toppoki dan mencari bahan-bahanya lalu membeli semua bahan dengan senyuman.
Dan Yi dan Nyonya Seo sedang sibuk membuat acara buku Nyonya Yoo, Dan Yi pikir Untuk hadiah peserta, buku catatan terlalu mahal jadi pembatas buku. Nyonya Seo pikir ide bagus. Dan Yi pun memberikan saran pembatas buku yang terbuat dari bunga.
“Astaga, ini bagus... Aku mau satu.” Kata Nyonya Seo, Dan Yi pun senang karena pembatas buku yang sangat manis.
Eun Ho mengirimkan pesan [Aku membuat spageti. Cepatlah pulang.” Wajah Dan Yi seperti ingin mengacuhkan Eun Ho. 

Eun Ho sudah mengeluarkan semua bahan dengan wajah bahagia, pesan Dan Yi masuk “Ini hari Jumat, kakakmu berkencan.” Ia merasa muak karena Dan Yi yang selalu mengangap dirinya "kakak".
“Apa Dia menemui Ji Seo-Joo lagi?” pikir Eun Ho seperti menahan rasa cemburunya.
**
Dan Yi kembali membahas soal kafe tempat acara membaca itu menyarankan hias dindingnya dengan lampu mini. Nyonya Seo mengaku suak dan merasa lapar mengajak untuk pesan camilan malam. Dan Yi setuju lalu mengambil list restoran yang bisa diantar.
“Kita pesan apa? Tampaknya jokbal enak.” Ucap Nyonya Seo melihat list restoran. Dan Yi pun setuju untuk pesan itu. Saat itu Nyonya Go baru datang dari toilet.
“Bu Go, kami mau pesan camilan. Apa Kau mau juga?” tanya Dan Yi ramah.
“Tidak, terima kasih. Aku akan berkemas dan pulang.” Ucap Nyonya Go sinis lalu masuk ruangan.
“Kenapa kau tanya dia? Dia mau pulang” keluh Nyonya Seo. Dan Yi hanya bisa tersenyum. 

Di dalam ruangan Nyonya Go menatap foto pria yang sangat dicintainya dengan melihat punya dua putri, wajanya pun tersenyum dan menaruh bingkai diatas meja lalu tanpa sadar kancing ditanganya jatuh.
Seorang kurir datang membawa pesan jokbal, Dan Yi akan mengambil dompet karena ingin mentraktir.  Nyonya Seo menolak bergegas akan membayar pesanan.
“Ini Satu jokbal porsi besar. Kujamin ini akan enak. Istriku memasaknya dini hari,  Kebanyakan restoran menjual yang cepat saji. Tapi Tidak pernah enak.” Ucap Kurir dengan penuh semangat. 
Dan Yi dan Nyonya Seo menatap wajah kurir hanya bisa terdiam dan mengingat sesuatu. 

Flash Back
Nyonya Seo memperlihatkan foto pernikahan dengan seorang pria. Keduanya berpikir Nyonya Go yang pernah menikah. Nyonya Go mengaku hanya sempat berfoto Tanggal hari H sudah ada, tapi seseorang kabur. Nyona Seo pikir pria itu yang kabur dengan wajah marah. Nyonya Go mengaku itu adalah dirinya. 

Nyonya Seo dan Dan Yi melihat restoran [CAMILAN MALAM 88] Si pria dengan bangga kalau makananya tampak lebih lezat dan tahu kalaubaru  pertama memesan jadi meminta agar mencoba dan pesan lagi dengan yang lain dan akan tambahkan porsinya.
“Biar aku yang bayar... Terima kartu kredit, 'kan?” ucap Nyonya Go sambil sibuk mengambil kartu di dalam tas. Si pria menganguk sambil membereskan box makanan.
“Terima kasih. Kunjungi juga restoran kami. Itu ada di ujung jalan dekat toko roti lapis di perempatan, akan ada restoran...” ucap Si pria lalu bertatapan dengan Nyonya Go saat akan memberikan struk.  Suasana langsung terdiam sejenak untuk keduanya.
Flash Back
“Pria itu...Apakah dia akan menikah? Aku masih memikirkannya. Terkadang, aku merasa akan berpapasan dengannya di jalan. Jika berpapasan dengannya, aku akan percaya bahwa kami berjodoh.” Ucap Nyonya Goo

Akhirnya Dan Yi mengambil kartu kredit Nyonya Goo lalu mengembalikanya.  Nyonya Go pun tersadar mengucapkan terimakasih. Si pria pun pamit pergi agar mereka menikmati cemilannya. Nyonya Go menatap si pria dengan mata berkaca-kaca menahan rasa sedihnya.
“Dia pria itu, 'kan? Dia orangnya, 'kan?”ucap Nyonya Seo mendekat.
“Entah siapa yang kau bicarakan... Aku tak kenal pria itu.” Kata Nyonya Go menyangkal. Dan Yi tak lupa mengucapkan terimakasih saat Nyonya Go bergegas pulang.
“Itu dia.... Benar-benar pria itu. Kau tahu dia.” Ucap Nyonya Seo yakin dan masih tak percaya. 


Nyonya Go keluar dari kantor kaget melihat si pria yang masih menunggu didepan gedung, lalu berusaha acuh tapi Si pria memanggil danm menghampirinya. Si pria menyapa Nyonya Goo karena sudah lama tak bertemu dan ingin tahu kabarnya. Nyonya Goo pikir si pria bisa melihatnya.
“Benar, kau masih bergaya dan cantik.” Komentar Si pria. Nyonya Goo ingin tahu tentang firma brokernya apakah sudah berhenti.
“Ya, itu bukan untukku... Aku tak dapat promosi... Aku punya toko di area lain, tapi gagal. Dan Aku baru saja bangkit lagi... Jadi, Apa kau sudah menikah?” ucap Si pria.
“Ya... Sudah...” kata Nyonya Go berbohong. Si pria seperti bisa bernafas lega.
“Aku cemas kau masih lajang... Lalu, Apa kau punya anak? Aku sudah punya tiga orang anak... Semuanya laki-laki. Kau bisa kunjungi restoranku. Aku selalu penasaran kabarmu. Dan Syukurlah kau baik-baik saja.” Kata si pria terlihat penuh semangat dan akhirnya pamit. Nyonya Goo terdiam dengan mata berkaca-kaca. 


Nyonya Seo berpikir Seharusnya tak bilang apa-apa pada Nyonya Goo. Dan Yi membenarkan kalau Nyonya Seo seharusnya diam dan bertanya apakah Nyonya Seo tak ingat omongan Nyonya Goo hari itu.
“Katanya jika mereka bertemu lagi, maka dia akan percaya mereka berjodoh. Itu berarti dia masih punya perasaan.” Ucap Dan Yi
“Itu namanya penyesalan... Maksudku, dia membatalkan pernikahannya.” Kata Nyonya Seo
“Pada hari seperti ini, dia akan butuh dihibur. Aku ingin tahu apa dia punya teman bercerita pada saat begini.” Komentar Dan Yi sedih.
“Kau membuatnya terdengar menyedihkan” keluh Nyonya Seo. Dan Yi menyarankan mereka ke rumahnya membawa makanan.
“Kita tak akan diizinkan masuk... Ayo Makan dulu. Aku lapar... Yah.. Begitulah hidup.” Ucap Nyonya Seo. Tapi Dan Yi seperti masih memikirkan Nyonya Goo. 

Di rumah
Nyonya Go melihat undangan [AHN JEONG-HUN & GO YOO-SEON] lalu foto saat prewed dan juga ada difoto bingkai kecil.
“Kuharap kau sehat... Tapi Kenapa harus muncul seperti ini?” ucap Nyonya Go sedih dan akhirnya menangis sendirian dirumah. 

Dan Yi berada dikamar menerima pesan dari Seo Joon [Apa kabar? Ini hari Sabtu. Tampaknya aku harus bekerja selama akhir pekan.]  Dan Yi pun membalas [Aku membersihkan kamarku hari ini.] lalu menatap wajahnya di cermin.
“Jangan menghindarinya, Dan Yi... Aku akan buka pintu Eun-ho dan bicara seperti seorang kakak. Aku tak tertarik padamu, Eun Ho... Aku tak anggap kau pria... Sadarlah... Aku tak anggap kau pria.... Astaga, aku harus bilang apa?” ucap Dan Yi kebingungan.
Terdengar suara Eun Ho memanggil Dan Yi dari luar. Dan Yi panik langsung bersembunyi dibelakang pintu. Eun Ho membuka pintu tak melihat Dan Yi dan berpikir kalau Dan Yi sedang keluar. Ia pun menutup pintu dan kembali membukanya, Dan Yi tak bisa menghindar dan kakinya terkena pintu.
“Sedang apa kau di sana? Ayo... Mari bersihkan rumah ini.” Ucap Eun Ho tahu Dan Yi bersembunyi. 


“Eun-ho, aku bahkan tak anggap kau pria... Aku sama sekali tak tertarik padamu... Aku tak anggap kau pria.” Ucap Dan Yi berbicara sendiri sambil membersihkan lemari es. Sementara Eun Ho sedang membersihkan lantai dengan vacum cleaner.
“Jangan hanya bersihkan di sana... Kita harus bersihkan tiap sudut dan celah.” Ucap Dan Yi mengeser sofa dengan mengangkatnya.
“Astaga, kau kuat sekali, Dan Yi. .. Kau angkat sofa itu sendiri... Ayo Pindahkan kulkasnya juga, Dan Yi” goda Eun Ho
“Jangan panggil namaku. Kata siapa boleh melakukan itu?” kata Dan Yi marah.
“Kau sudah terbiasa, 'kan? Bagaimana lagi aku harus memanggil wanita yang kusukai?” ucap Eun Ho makin mengoda. Dan Yi langsung memukul Eun Ho tapi tangan Dan Yi bisa ditahan oleh Eun Ho.
“Aku lebih kuat darimu. Aku membiarkanmu memukulku, tapi bagaimana jika kali ini kau berusaha, Dan Yi? Itu sama sekali tak sakit dan Rasanya seperti permen kapas.” Ucap Eun Ho mengejek.
“Selesaikan ini dan bersihkan kamar mandi.”kata Dan Yi melepaskan tangan Eun Ho
“Katakan, "Eun Ho Oppa, tolong bersihkan toilet." Maka aku akan bersihkan dapur dan kamar mandi.” Goda Eun Ho
“Kau belum cukup dihajar, ya?” kata Dan Yi marah melempar bahan makanan didapur. Eun Ho mengoda kalau sama sekali tak sakit.
Dan Yi terus melempar dan Eun Ho tetap merasa Tidak sakit. Sampai akhirnya Dan Yi melempar sayuran yang membuat Eun Ho terjatuh kesakitan. 


Dan Yi memberikan salep diwajah Eun Ho yang terluka memperingatkan agar jangan berpura-pura. Eun Ho mulai mengoda karena masih menyukai Dan Yi sambil mengoda kalau bisa melihat dirinya di mata Dan Yi. Dan Yi seperti berusaha untuk tak peduli.
“Wajahmu memerah.” Keluh Dan Yi. Eun Ho mengaku Itu karena senang.
“Aku bukan tersipu. Aku senang.” Kata Eun Ho makin mengoda. Dan Yi akhirnya menyuruh Eun Ho menempelkan sendiri plester diwajahnya. 

Dan Yi membuka kulkas dengan wajah panik mencoba menurunkan rasa paniknya dengan ucapan Eun Ho yang melihat dirinya di matanya. Ia pikir Eun Ho sudah gila.
“Astaga, kenapa aku terus tersipu?... Aku menjadi seperti dia. Ayolah, Dan Yi. Kendalikan dirimu... Aku tak melihatmu sebagai pria, Eun Ho” ucap Dan Yi menyakinkan diri. Eun Ho hanya bisa tersenyum lalu menempelkan plester diwajahnya. 

Dan Yi sedang sibuk mencuci piring, Eun Ho mengambil alih dengan mengosokan panci kalau mengeluh kalau Dan Yi harus lebih kerja membersihkannya dengan bangga memperlihatkan urat ditanganya layaknya seorang pria.
“Aku juga berotot. Apa kau mau sentuh bisepsku? Aku jantan, 'kan?” goda Eun Ho. Dan Yi menyuruh Eun Ho mengosok lebih keras. Eun Ho mengeluh kalau itu karena pancinya gosong.

“Semalam ke mana dengan Seo Joon? Aku memang bilang kau boleh mengencaninya dan tak perlu peduli padaku. Kini aku hanya bicara sendiri. Tapi aku yakin kau terganggu... Kau terganggu bahkan saat kularang.” Ucap Eun Ho membersihkan rak buku.
“Hei, kau pergi dan bersihkan kamar mandi.” Ucap Dan Yi enggan berdekatan dengan Eun Ho. Eun Ho menolak.
“Kubilang, pergi dan bersihkankamar mandi.” Kata Dan Yi mendorong Eun Hoa agr menjauh.
“Itu Terlalu lemah untuk mendorongku... Astaga, kau manis sekali, Dan Yi.. Berhenti bersikap manis... Aku ingin menciummu lagi.” Goda Eun Ho.
Dan Yi tak bisa menahan akhirnya menatap Eun Ho dengan tatapan marah. Eun Ho pun tak bisa menolak lagi  akan membersihkan kamar mandi. Di kamar mandi, Eun Ho terus berkomentar Dan Yi  sangat manis.saat memukulnya saat memelototinya, saat mengumpat, menurut Eun Ho semua tentang dia manis, akhirnya Eun Ho menyanyi “Nuna adalah Pacarku”


Dan Yi membersihkan sampah yang ada di dalam mobil Eun Ho mengeluh karena banyak sisa minum, lalu melihat ada struk Tol menuju "Gapyong?" lalu bertanya-tanya alasannya pergi ke Gapyong dan berusaha tak peduli. Eun Ho masih membersihkan kamar mandi mendengar Dan Yi pamit  akan keluar.
“Kau Mau ke mana? Kenapa pergi saat membersihkan rumah?” tanya Eun Ho panik
“Tolong bersihkan kamarku dan kamarmu, kau harus sapu lantainya juga. Lalu Keluarkan cucian dari pengering... Setelah itu Sapu loteng juga.” Kata DanYI
“Lalu Kau mau ke mana?” tanya Eun Ho. Dan Yi menjawab akan menemui Seo Joon.
“Aku akan kencan, ini akhir pekan.” Kata Dan Yi bahagia.  Eun Ho pikir mereka bertemu kemarin.
“Dan Yi... Aku tak akan bersih-bersih.” Ucap Eun Ho marah melihat Dan Yi yang pergi meninggalkan rumah. 

Dan Yi bertemu dengan Seo Joon, lalu menyapa Geum-bi dan melihat Seo Joon yang sama sekali tak tidur. Seo Joon membenarkan jadi akan tidur setelah draf selesai.
“Kenapa mendadak ingin mengajak Geum-bi jalan-jalan?” tanya Dan Yi. Seo Joon pikir hanya ingin jalan-jalan dengannya.
“Ini akhir pekan. Kau harus istirahat.” Ucap Dan Yi. Seo Joon tahu kalau Dan Yi berbenah seharian.
“Lebih baik aku tetap sibuk daripada tak melakukan apa pun. Apa Kau akan kembali sejam lagi? Kurasa kau tak akan bangun dalam sejam. Kau harus tidur dan telepon aku setelah bangun Jadi akan aku bawa pulang sore ini.” Ucap Dan Yi akhirnya mengambil tali Geum Bi. 

Eun Ho mengeluh dirumah karena mengajak Dan Yi bersih-bersih tapi orangnya malah pergi. Dan Yi terlihat senang mengajak Geum Bi jalan-jalan, Seo Joon sudah siap-siap untuk tidur tapi Hae Rin menelp dan terpaksa untuk mengangkatnya dengan menahan kantuk.
“”Aku sudah periksa surel dan suka drafnya.” Ucap Hae Rin penuh semangat. Seo Joon pikir mereka bisa bicara pada hari Senin.
“Tidak ada yang perlu diubah jadi Kita gunakan yang ini saja. Tapi sebagai editor penanggung jawab, aku ingin sarankan sesuatu...” ucap Hae Rin
“Tunggu... Apa Kau tak peduli ini akhir pekan?” keluh Seo Joon. Hae Rin pikir Seo Joon yang mengirimkan email pada akhir pekan.
“Kau bisa periksa hari Senin.” Ucap Seo Joon. Hae Rin pikir karena menunggu jadi tak sabar.
“Ini Sulit dipercaya... Jadi Kau di mana? Apa Di lingkunganku lagi Kau aneh. Kenapa kau sering ke sana?” ucap Seo Joon akhirnya turun dari tempat tidur.
“Apa Bisa keluar sebentar? Mari edit agar dapat persetujuan final hari Senin.” Kata Hae Rin. 


Eun Ho melipat pakaian yang sudah kering lalu membawa ke kamar Dan Yi, lalu tersenyum karena melihat bunga pemberian ditaruh dalam vas. Ia mencari kotak perhiasan dan kalungnya masih ada didalamnya,  lalu berpkir seharusnya Dan Yi pakai kalung itu dan akan tampak bagus padanya.
“Tapi Setidaknya tak dikembalikan.” Ucap Eun Ho lalu menarik kembali dalam laci dan mengambil boneka dari Seo Joon
“Hei.. Seo Joo, biar kuberi tahu sesuatu... Dan Yi dan aku berciuman... Dan Yi menyukaiku... Mungkin dia berkencan denganmu, tapi dia menyukaiku. Dasar berandal.” Ucap Eun Ho melampiaskan amarah pada boneka Seo Joon.
Ia melihat kalender Dan Yi tertulis [GAJI PERTAMA - HADIAH UNTUK JAE-HUI DAN EUN-HO] Lalu mengeluh Dan Yi tak ada guna menulisnya karena tak memberikan sesuatu padanya. Akhirnya memasukan baju ke lemari Dan Yi dan menemukan sesuatu.
“Kenapa ada kemeja pria... Ini untukku. Dia membelikanku hadiah... Kuanggap dia lupa memberikannya.” Ucap Eun Ho bahagia mencoba bajunya dicerminya.
Hae Rin mengirimkan pesan pada Eun Ho “Seo Joon, mengirimiku draf desain buku. Aku suka, tak perlu diubah.. Aku akan menemui dia di kafe dekat rumahnya. Jika kau dan Bu Yoo setuju pada hari Senin, bisa segera kita cetak.”
Eun Ho teringat dengan ucapan Dan Yi yang mengaku akan menemui Seo Joon karena akan kencan, ini akhir pekan. Wajahnya tersenyum bahagia karena artinya Dan Yi berbohong untuk menghindar. Dan Yi sedang bermain dengan Geum Bi menerima pesan dari Eun Ho.
“Aku lapar.” Tulis Eun Ho. Dan Yi pikir kenapa harus bicara padanya karena sedang kencan dengan Seo Joo lalu memastikan pada Geum Bi. 
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



2 komentar: