PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 18 Maret 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 16 Part 2


PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Semua pengunjung toko buku melihat buku Tuan Kang tak percaya kalau menulis kronologinya di edisi baru. Satu pria melihat ada sertifikat medis, mereka tak percaya kalau Tuan Kang mengidap Alzheimer karena selama ini berpikir menghilang.
Di dalam buku terlihat foto Eun Ho dan Tuan Kang duduk diatas kursi roda dengan caption. [KANG BYEONG-JUN DAN MURIDNYA, CHA EUN-HO] Nyonya Seo, Tuan Bong dan Dan Yi menikmati tulisan Tuan Kang dikantor.
“Mulai sekarang, aku tak bisa gunakan ototku, dan akan kehilangan ingatanku. Aku akan kehilangan segalanya dan perlahan mati. Tapi itu bagian hidupku yang tak bisa kuabaikan. Kini aku sadar bahwa itu hal yang harus kuterima.  “Eun-ho.. Aku ingin hidupku menjadi cerita yang bisa dibaca orang lain. Jadi, maukah kau menuliskan kronologi hidupku?”
Eun Ho mulai menulis KRONOLOGI PENULIS [TAHUN 1954 ORANG TUA MENINGGAL DI PERANG KOREA, TAHUN 1965 BERGABUNG DENGAN KLUB SASTRA] Di toko buku terlihat anak kecil yang duduk dilantai untuk membaca.
“Eun-ho.. Aku tak percaya bahwa sebuah buku bisa mengubah dunia. Namun, aku masih ingin bilang kepadamu untuk menjadi seseorang yang seperti buku. Sebuah buku mungkin tak bisa mengubah dunia tapi aku yakin itu akan meninggalkan kehangatan dalam hati seseorang.”
Dua anak muda membantu seorang nenek berjalan menaiki tangga dengan membawa semua barang-barang. Seorang wanita membaca buku Tuan Kang di cafe sambil mengusap air matanya. Eun Ho yang dulu selalu berjalan dibelakang Tuan Kang untuk menjaganya.
“Seperti kau bersembunyi di antara kalimat sebuah buku saat tersesat. Seperti aku bertemu sebuah buku bernama Eun-ho dan ditawarkan ketenangan hangat pada saat-saat terakhir hidupku, Eun-ho, Aku ingin kau menjadi sebuah buku yang menenangkan orang lain seperti padaku”
Tuan Bong, makan bersama dengan anak dan Nyonya Seo di sebuah restoran. Mereka seperti keluarga yang bahagia. Nyonya Seo memberitahu kalau ada kelas terbuka Rabu depan pukul 15.00 jadi meminta agar mengosongkan jadwalm.
“Apa Topiknya sains?” tanya Tuan Bong. Nyonya Seo membenarkan. Tuan Bong mengeluh karena seharusnya memberitahu lebih dulu.
“Aku sudah bilang, Dia akan ikut kelas renang alih-alih taekwondo.” Ucap Nyonya Seo
“Apa Kau berhenti taekwondo? Kau baru mulai. Kenapa sudah berhenti?” keluh Tuan Bong. Anaknya hanya tertawa, Nyonya Seo seperti senang bisa makan layaknya keluarga yang utuh. 

Tuan Kim masuk ruangan akan memanggil Nyonya Goo tapi ternyata Nyonya Goo tertidur pulas dikursi akhirnya hanya bisa menatapnya. Nyonya Goo terbangun kaget melihat ada jaket dan juga note.
“Bu Go... Aku paham kau suka kerja.. Namun, kerja tak akan balas menyukaimu. Kuberi tahu sebagai teman, bukan presdir perusahaan ini.” Tulis Tuan Kim. Nyonya Goo datang masuk ruangan Tuan Kim.
“Aku ingin katakan sesuatu sebagai teman. Mari bolos kerja bersama... Ayo ke pantai.”ucap Nyonya Go. Tuan Kim melonggo tapi akhirnya keduanya tersenyum bahagia keluar dari ruangan.
“Aku ingin kau bertemu orang-orang dan hidup dengan ketulusan di dalam lubuk hatimu”
Hae Rin melempar naskah ke meja Ji Yool lalu berjalan pergi. Ji Yool baru saja datang melihat judul naskah “SENI MENUNGGU” lalu menjerit memanggil Park Hoon kalau ada berita besar karena naskahnya lolos. Park Hoon juga terlihat bahagia.Tim yang lain pun ikut bahagia.
“Sebuah buku mungkin tak bisa mengubah dunia atau kehidupan seseorang. Tapi buku yang bagus pasti akan dibaca oleh banyak orang. Kemudian, sedikit demi sedikit, akan menghangatkan hati orang-orang.”
“Eun-ho, kau selalu melindungiku meskipun dengan semua rumor yang terus menyebar. Aku berdoa agar kau juga bisa mendapatkan ketenangan dengan bertemu seseorang yang seperti buku.”
Hae Rin datang ke tempat Seo Joon, memperlihatkan kotak makan yang dibawanya. Seo Joon tersenyum bahagia seperti sudah tak terganggu lagi. Dan Yi memeluk Eun Ho dari belakang. Eun Ho melirik melihat Dan Yi yan ada didekatnya. Keduanya terlihat bahagia. 



Hae Rin menaruh lauk yang dibawanya dalam piring dan berpikir Seo Joon bisa habiskan sisanya sendiri. Seo Joon pikir kalau Hae Rin memasak ini untuknya. Hae Rin mengeluh kalau pasti bukan karean bawakan lauk ibunya, karena  belum makan jadi Akan makan dengan Seo Joon juga.
“Kenapa? Ah... Mustahil... Apa kau tersentuh karena pikir aku memasak ini?” goda Hae Rin.
“Tidak, bukan itu... Aku baru ingat ada yang bilang saat anak perempuan mula membawa makanan dari kulkas ibunya, berarti mereka sudah mulai berkencan.” Kata Seo Joon. Hae Rin binggung.
“Siapa? Aku? Dengan siapa?” tanya Hae Rin. Seo Joon menjawab memilih duduk untuk segera makan.
Hae Rin pun tak membahasnya lagi mengambilkan nasi untuk Seo Joon  Seo Joon pun mengucapkan terima kasih dan berpikir untuk mengambil foto untuk mengenang momen ini. Hae Rin pun meliha foto yang bagus meminta agar mengirimkan padanya.
“Ini lezat sekali.” puji Seo Joon. Hae Rin terihat senang, berjanji Lain kali akan membawakan pangsit. Seo Joon terlihat senang.
“Omong-omong, kudengar kau diam di depan rumahku semalaman tempo hari.” Kata Seo Joon. Hae Ri pikir pasti Eun-ho cerita padanya.
“Katanya kau menunggu... Terima kasih sudah mencemaskanku...” kata Seo Joon senang.
“Maksudku... Sejak kita bekerja sama, rasanya seperti kita sudah menjadi teman. Teman yang lumayan dekat.” Kata Hae Rin malu-malu.
“Tapi Cha Eun-ho tetaplah pria nomor satumu... Bukan begitu?” ejek Seo Joon. Hae Rin mengeluh Seo Joon yang berpikir seperti itu.
“Kau segera bicara padanya saat tahu aku adalah Park Jung-hoon.” Ejek Seo Joon seperti cemburu.
“Ayolah... Itu karena pekerjaan Dan itu hal yang cukup serius. Lagi pula, Eun-ho adalah kepala editor.” Kata Hae Rin.
“Lalu bagaimana Kalau bukan soal kerja?” tanya Seo Joon. Hae Rin terdiam lalu mengalihkan kalau Kimchi daun bawang buatan ibunya sangat lezat jadi meminta Seo Joon mencobanya.
“Kau menulis di sana, 'kan? Itu tempat kau bersembunyi dan menulis Para Pahlawan. Daripada bersembunyi, kenapa kau tak terbuka saja dan menulis novel baru, Penulis Ji Seo Joon?” kata Hae Rin mengoda.
“Aku masih belum yakin soal itu” kata Seo Joon seperti masih ragu menjadi seperti ayahnya.
“Aku menyukainya.” Kata Hae Rin. Seo Joon terdiam. Hae Rin  menegaskan kalau yang dimaksud tulisannya.
“Beberapa kali.. Sejujurnya, aku membacanya berulang kali. Tiap kubaca aku tenggelam di dalamnya. Sebagai editor, aku menantikan karya barumu.” Kata Hae Rin
“Tentu saja.” Kata Seo Joon tersenyum bahagia. Hae Rin menegaksan kaalu dirinya orang terdepan. Seo Joon merasa akan memikirkanya. Hae Rin mengeluh mendengarnya. Hae Rin merengek agar Seo Joon mau melakukanya. 




Dan Yi dan Ji Yool melihat buku “PIKIRAN TUMBUHAN” mereka senang akhirnya bukunya bisa keluar juga. Ji Yool berkata   "Seberapa penting hidup dengan alam bagi masyarakat kota?" Dan Yi membalas itu Aktualisasi.
"Buku terbaik abad ini yang jabarkan keagungan alam dengan indah." Kata Ji Yool. Dan Yi merasa kalau Ini juga menyenangkan.
“Buku ini menghibur, 'kan? Aku tak tahu tanaman sangat selektif memilih pasangan.” Kata Ji Yool
“ Profesor Kwak merevisinya berulang kali. Kini setelah selesai mengeceknya, kita akan tentukan tanggal rilis dan promosinya.”ucap Dan Yi
“Kita yakinkan yang lain saat rapat.  Kita pastikan buku ini diterbitkan” ata Ji Yool. Dan Yi pun yakin  dapat anggaran besar untuk pemasarannya.


Tuan Kim memuji sebuah buku yang disukainya dan mereak langsung terbitkan buku ini “Pembunuh Yang Sempurna.” Menurutnya Ini jenis buku yang akan dibeli orang dan waktunya untuk thriller, bahkan tak membatasi anggarannya...
“Kenapa buku kita tak dibahas?” Ji Yool. Dan Yi juga panik “Sebentar lagi. Rapatnya akan berakhir.”
“Apa sudah selesai semua agendanya?” kata Tuan Kim. Dan Yi dan Ji Yool langsun mengangkat tangan karena belum selesai
“Buku terbaru kami, Pikiran Tanaman sudah selesai.” Ucap Dan Yi Tuan Kim pikirsebaiknya tunggu hingga waktu yang tepat lalu keluar ruangan memujinya.
“Pak, pengecekannya juga sudah selesai... Ini bisa langsung diterbitkan.”Ucap Dan Yi menahan Tuan Kim sebelum keluar ruangan.
“Kenapa harus karya seorang botanis yang diterbitkan? Ada penulis terkenal lainnya. Kalau tidak, kenapa bukan buku tentang diriku, sang penerbit legendaris? Terdengar aneh, 'kan? Begitulah perasaanku pada buku ini. Lemah bagi buku pertama Proyek Sepuluh Orang” kata Tuan Kim lalu keluar ruangan
“Bu Go, bagaimana kami menjadwalkan pemasaran...” kata Dan Yi. Nyonya Go meminta agar menunggu saja.
"Tunggu saja" berarti mereka tak akan menerbitkannya. Ayo kita ke kelab malam ini. Bagaimana?” ucap Nyonya Seo
Di luar ruangan semua harap buku ini ditaruh di tempat terbaik. Semua terlihat bahagia karena buku akan diterbitkan. Tuan Kim memuji Park Hoon dan Song Il yang sudah kerja bagus.
“Jadi, itu buku yang akan diterbitkan, bukan buku kita? Katanya mereka suka proposalnya. Mereka hanya peduli dengan uang.” Keluh Dan Yi
“Mereka bagai katak lembu yang merusak lingkungan. Mereka bagai gulma bahaya yang mengisap nutrisi tanaman lain. Hop Jepang adalah yang terburuk.” Kata Ji Yool kesal
“Bukankah itu ambrosia trifida? Jangan lupa timun duri.” Kata Dan Yi. Ji Yool seperti baru mengingatnya.
Keduanya sangat kecewa karena buku mereka tak disetuju sementara Park Hoon dan Song Il berhasil menerbitkan buku. 




Dan Yi dan Ji Yool terlihat bingung, Ji Yool merasa bersalah karena   sudah bilang akan diterbitkan bhakan beri harapan pada Profesor Kwak. Dan Yi pikir belum dengar pendapat Pak Cha. Ji Yool pikir Eun Ho sedang mengajar, Dan Yi merasa Eun Ho adalah harapan terakhir mereka. Eun Ho akhirnya datang ke kantor.
“Pak Cha... Ji-yul dan aku bekerja siang mala untuk menyelesaikan bukunya. Profesor Kwak juga. Kami ingin tahu kapan bukunya akan diterbitkan.” Ucap Dan Yi berharap pada pacarnya.
“Akan kupikirkan.” Ucap Eun Ho. Dan Yi bingung bertanya apa maksud ucapanya.
“Apa Dia juga seperti itu? Kenapa mereka lakukan ini pada kita?”ucap Ji Yool kesal. Dan Yi juga merasa heran. 

Hae Rin memberitahu kalau Konsep pemasaran buku ini adalah "kelas" jadi ingin bukunya tampak berkelas dan meminta Seo Joon Jangan gunakan huruf mencolok seperti ini.Seo Jon pikir sudah mengatakan  buku Penulis Ryu harus tampak tegas.
“Ilustrasinya mungkin menonjol, tapi itu menarik perhatian dan minat.” Kata Seo  Joon
“Pak Ji, ikuti saja instruksinya... Jadwalku padat.” Kata Hae Rin kesal
“Kukira kau mau desain terbaik. Apa Kau menarik kata-katamu? Apa Begini biasanya kau tangani masalah?” keluh Se Joon.
“Kau pun begitu. Tampaknya kau bisa berkelit dengan perusahaan lain, tapi aku tak seperti itu. Tolong hormati permintaan editor.” Ucap Hae Rin lalu mengumpat saat melihat ada yang menelp.
Hae Rin menerima telp dari ibunya mengatakan tak akan telat. Se Jin bertanya apakah Hae RI ada acara hari ini karena mengira merkea akan makan malam. Hae Rin mengaku Tidak bisa hari ini, karena  ada rencana yaitu akan kencan buta. Seo Joon kaget.
“Bukan kencan buta sungguhan. Aku akan bertemu putra teman ibuku.” Ucap Hae Rin.
“Apa maksudmu? Jangan.” Kata Seo Joon. Hae Rin heran kenapa tak boleh.
“Ya... Ayahku pernah bilang aku harus jadi orang yang seperti buku. Aku ingin menjadi buku untukmu.” Kata Seo Joon
“Buku macam apa? Buku tentang ocehan dan moral?” tanya Hae Rin. Seo Joon mengaku bukan seperti itu terlihat gugup.
“Novel romantis... Daripada pergi ke kencan buta itu, makan malamlah bersamaku... Bagaimana?” kata Seo Joon. Hae Rin terlihat gugup dan binggung tapi akhirnya tersenyum. 




Dan Yi melihat aplikasi REAL ESTATE, melihat harga deposit dari lima juta sampe sepuluh juta won dengan sewa 500.000 won. Ia melihat bentuk rumahnay yang Tampak lumayan dan dekat dengan rumah Eun-ho juga. Ia melihat sekeliling ruangan merasa sudah membuat banyak kenangan di sini.
“Ahh... Tidak... Aku berjanji hanya akan menetap enam bulan di sini. Jadi Aku harus pergi.” ucap Dan Yi mulai mencatat pengeluaran Deposit sepuluh juta won, sewa 500.000 won.

Pintu kamar diketuk, Dan Yi menyuruh masuk. Eun Ho bertanya Sedang apa Dan Yi dalam kamar. Dan Yi mengaku mencari apartemen. Eun Ho terlihat kaget tapi berusaha santai bertanya apakah ada yang bagus. Dan Yi menunjuk sebuah gambar
“ Ya, bagaimana menurutmu yang ini?” ucap Dan Yi. Eun Ho menawarkan diri untuk menemaninya. Dan Yi pun menganguk setuju. Eun Ho terlihat senang menyadarkan kepalanya. 

Keduanya pergi ke sebuah apartemen. Si pegawai pikir kalau rumahnya bagus karena Lokasinya dekat dengan stasiun kereta dan ada taman di dekatnya. Eun Ho membenarkan, karena Ini lebih bagus dari yang dikira jadi tak perlu mencari lagi.
“Ya. Ini bagus dan cerah... Harganya juga bagus.” Ucap Dan Yi senang berpikir akan tanda tangan saja
“Tapi ini tak akan cocok... Ini cocok bagi satu penyewa, tapi kita berdua. Kami akan tinggal bersama seumur hidup. Dia suka tempatnya, tapi aku tidak. Terima kasih untuk turnya.” Kata Eun Ho mengajak Dan Yi pergi. Dan Yi binggung

Dan Yi keluar rumah mengeluh pada Eun Ho karena sudah janji akan pergi setelah enam bulan. Eun Ho mengaku tak menghalanginya dengan membawanya karena tak bisa tinggal sendiri. Dan Yi mengeluh karena jadi itu adalah alasan Eun Ho ikut.
“Kau harus mencari tempat yang cukup untuk berdua. Kali ini aku mengeluarkanmu.” Ucap Eun Ho
“Kalau begitu, kenapa aku harus meninggalkan tempatmu?” ucap Dan Yi. Eun Ho setuju tak ada alasan Dan Yi harus pergi
“Sudah kukatakan tempat tinggalku adalah rumahmu. Itu juga artinya tempat tinggalmu adalah rumahku juga. Apa Kau setuju? Apa Kau tak suka tinggal bersamaku” ucap Eun Ho kesal.
“Bukan begitu. Jae-hui akan kembali ke Korea begitu dia lulus...” kata Dan Yi. Eun Ho langsung menyela
“Pikirkan itu nanti saja... Kenapa cemaskan sekarang?” kata Eun Ho menyakinkan.
Dan Yi hanya terdiam menatapnya. Eun Ho pikir Dan Yi pasti merasa salah dan harus meminta maaf dengan memberikan ciuman dipipinya. Dan Yi mengelengkan kepala tapi akhirnya memberikan ciuman untuk Eun Ho
Eun Ho tersenyum mereka bergandengan tangan mengajak segera pulang dan makan siang karena akan memasak. Dan Yi terlihat senang, Eun Ho bertanya apakah Dan Yi suka Sup Doejang atau kimchi.  Dan Yi mengeluh kalau Eun Ho hanya bisa buat itu saja. 


Hae Rin sedang mencoba produk kulit baru. Song Il pikir Hae Rin sungguh beruntung. Hae Rin mengaku baru saja  dapat hadiah dari Bu Baek ingin berterima kasih atas kerja kerasnya. Eun Ho pun mencoba krim yang diberikan oleh penulis.
Dan Yi dan Ji Yool tak mau menyerah mendekati Eun Ho, bertaya apakah sudah mempikirkan kapan bisa menerbitkan bukunya. Eun Ho menjawab masih dipikirkanya. Ji Yool ingin tahu Sampai kapan, tapi saat itu telp masuk dan Eun Ho langsung mengangkatnya.
“Ini Tim Editor Penerbit Gyeoroo... Ok... Baik. Terima kasih.” Ucap Eun Ho. Dan Yi mencoba membahas kembali buku pertama  Pikiran Tanama tapi Eun Ho seolah tak peduli.
“Dengar! Kita akan buat cetakan kelima buku puisi Penulis Na.” Ucap Eun Ho. Tuan Bong menjerit bahagia karena yakin itu akan laris.
“Pak Kim, tampaknya kau akan traktir kami makan.” Kata Eun Ho. Tuan Kim pikir Beritanya tak sepadan untuk makan siang.
“Ada berita besar lagi. Buku “Darah Dingin” yang disunting Song Il menjadi penjualan terbaik, 'kan? Kita akan mencetak cetakan ketiga.” Kata Eun Ho.
Song Il dan Park Hoon tak percaya mendengarnya. Tuan Kim pikir harus mentraktir semu pegawai karena dapat banyak pesanan, untuk cetakan ketiga dan akan cetak 20.000 kopi lau memilih makan barbeku. Tuan Bong mengajak semua segera pergi sebelum Tuan Kim berubah pikiran.
Semua terlihat seneng sementara Dan Yi dan Ji Yool cemberut. Dan Yi meminta agar bersaba lalu bertanya Berapa lama mereka harus menunggu saat bukunya sudah siap. Eun Ho menjawab  Hingga waktu yang tepat. Dan Yi ingin menyela tapi Eun Ho sudah berjalan pergi. 



Tuan Kim mengaku sangat gembira karena Buku hasil kerja keras merkea dapat hasil yang bagus. Nyonya Goo pun juga merasa puas karena tahu mereka terhubung dengan pembaca. Tuan Kim dengan bangag kalau Pencapaian terbaiknya dalam hidup adalah mendirikan Penerbit Gyeoroo.
“Aku beruntung karena bertemu para anggota pendiri.” Kata Tuan Kim melirik Nyonya Go dan Eun Ho
“Apa Kau sudah baca puisi Penulis Na? Kau tampak sentimental belakangan.” Ejek Tuan Bong
“Jika buku kita laris, Pak Kim menjadi luluh. Tapi dia jadi galak saat penjualan menurun.” Kata Nyonya Seo
“Jadi, untuk apa menerbitkan buku yang tak akan laku?” kata Tuan Kim.
Ji Yool pikir yang ada dimeja seberang berpikir maksudnya itu buku mereka yaitu Buku yang tak akan laku. Dan Yi terlihat pasrah kalau bukunya itu tak akan diterbitkan tapi buku itu sangat bagus. Ji Yool terlihat kesal karena nasibnya seperti ini.
“Karena kita sudah berkumpul, mari bersulang.” Kata Tuan Kim semua pun mengangkat gelas.
“Terima kasih, Semuanya... Terima kasih sudah menyusun buku yang akan dibeli masyarakat, seperti Pembunuh Yang Sempurna. Namun, bukan hanya buku macam itu yang diterbitkan di Gyeoroo. Pikiran Tanaman juga akan diterbitkan!” ucap Tuan Kim
Ji Yool dan Dan Yi hanya bisa melonggo tak percaya,  Tuan Kim mengaku sudah mendapat uang dari jual buku agar bisa menerbitkan buku semacam itu. Eun Ho terlihat senang dan berpikir Walau bukunya tak laku, sebagian buku layak untuk dibagikan pada dunia.
“Walau tak semua pembaca membacanya buku itu akan jadi harta bagi pembacanya.” Untuk terbitkan bukunya, kita harus mendapatkan uang dengan menjual buku lain dulu. Itulah filosofi Pak Kim.. Aku sangat menghormatimu, Pak.” Kata Eun Ho. Dan Yi terlihat sangat bahagia.
“Walau hanya terjual sepuluh kopi, ada buku yang harus diterbitkan.” Kata Tuan Bong. Nyonya Seo yakin  Itu buku yang bagus.
“Bukunya membahas topik yang spesifik dan memberi wawasan pada kita.” Ucap Nyonya Seo. Eun Ho dan Ji Yool menganguk setuju.
“Pilihan bagus untuk memulai proyek baru kita. Penjualan terbaik hanya laku dalam jangka pendek, tapi “Pikiran Tanaman” akan terjual dengan stabil dan disukai lama sekali.” ucap Tuan Kim
“ Selamat, Ji-yul. Dan... kau juga, Dan Yi” kata Eun Ho terlihat bahagia.  
Dan Yi dan Ji Yool bisa tersenyum bahagia.  Tuan Kim memberitahu aklau ada satu pengumuman meminta Nyonya Go memberitahu.  Tuan Bong mengeluh  Kapan mereka akan bersulang. Nyonya Go berdiri memberitahu  Mulai sekarang Penerbit Gyeoroo akan menerapkan sistem rekrutmen buta.
“Latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman kerja tak akan jadi faktor. Kita akan merekrut berdasarkan bakat mereka. Itu Cara yang tepat.” Ucap Nyonya Go. Semua terlihat bahagia, lalu mereka mengangkat gelas untuk bersulang.

Eun Ho berjalan bersama semua pegawai lalu berjalan mendekati Dan Yi  dan mengenggamnya. Dan Yi panik menarik tanganya, Park Hoon pun melihatnya terlihat bingung. Eun Ho malah menarik Dan Yi ke arah depan. Dan Yi makin panik menarik tanganya tak ingin memberitahu hubunganya.
“Lihat. Mereka bergandengan... Apa Kalian berkencan? Pria muda yang dia cium... Apakah itu Pak Cha?” ucap Nyonya Seo.
Eun Ho sudah tak peduli lagi ingin memberitahu kalau memiliki hubungan dengan Dan Yi.  Mereka semua merasa iri karena menurutnya Dan Yi beruntung lalu mengucapkan Selamat karena Mereka pasangan resmi Gyeoroo pertama.
Tuan Kim akhirnya berani mengandeng tangan Nyonya Go dan ikut berjalan dibelakang Eun Ho. Semua tak pecaya ternyata keduanya juga memiliki hubungan. Tuan Bong tak ingin kalah, mengandeng tangan Nyonya Seo, tapi Nyonya Seo melepaskan tanganya dan berlari mengejar Tuan Kim dan Nyonya Go. 

Dan Yi dan Eun Ho berjalan sendirian, lalu Dan Yi binggung dengan yang harus dilakuka karena mereka semua sudah tahu. Eun Ho mengaku tak peduli jika mereka tahu hubungan mereka bahkan ingin seluruh dunia tahu bahwa iamencintaimu, Dan Yi.
Keduanya saling menatap dengan penuh cinta lalu Eun Ho menciumnya. Setelah itu keduanya berjalan bersama sambil tertawa bergandengan tangan.
“Aku membuka buku lamaku lagi. Bukunya bagus saat pertama kubaca. Tapi saat kubaca untuk kali kedua atau ketiga, bukunya membuatku tandai kalimat-kalimat terus menerus. Aku menemukan kalimat-kalimat baru tiap harinya. Ini buku yang aku baca paling lama.


EPILOG
Ji Yool bertemu dengan seorang pria dalam cafe. Si pria ingin tahu hobinya. Ji Yool menjawab Hobinya membaca buku. Si pria mengerti Itu sebabnya bisa bekerja di penerbitan. Ji Yool menbaku selalu ingin berada di dekat buku jadi Itulah alasannya bekerja di penerbitan.
“Kau... Astaga, dia mengejutkanku.” Ucap Ji Yool kaget melihat Park Hoon tiba-tiba sudah ada di depan jendela.
“Apa Kau kenal dia?” tanya si pria. Ji Yool mengaku Park Hoon sebagai  pamannya. Si pria binggung kenapa Pamanya datang. 

Park Hoon masuk cafe terlihat marah yang dilakukan Ji Yool.  Si pria pun menyapa dengan senyuman. Park Hoo meminta maaf menegaskan kalau Ji Yool adalah miliknya. Ji Yool kaget lalu menarik Park Hoon memberitahu kalau sedang kencan buta
“Aku punya hadiah pernikahan untukmu!” teriak Park Hoon. Ji Yool kaget dan akhirnya mencium Park Hoon dengan cepat.
“Apa itu? Apa Kita mulai berkencan hari ini?” tanya Park Hoon. Ji Yool terlihat shock tapi Park Hoon akhirnya mengajak segera pergi. 

Tuan Kim dan Nyonya Go melakukan kencan, hanya duduk dirumah sambil makan. Tuan Kim menyuapi Nyonya Go karena membuat Jangjorim ini. Nyonya Go terilhat senang karena rasanya Enak.
Tuan Bong memegang anaknya mengejek kalau masih terlihat kecil. Nyonya Seo mengeluh agar tak menyentuh anaknya seperti anak kecil. Tuan Bong tak peduli karena ia adalah ayahnya.
“Perusahaan ayahmu sangat bagus, 'kan? Bagaimana?” kata Nyonya Seo mengantar Tuan Bong sampai ke depan lift.
“Tidak juga.” Kata anak Tuan Bong. Tuan Bong kaget berpikir kalau anaknya tak suka
“Mereka semua menghormati ayah. Ayah yang tertua di sini.” Kata Tuan Bong bangga
“Apa Ada rencana di akhir pekan?” tanya Nyonya Seo. Anaknya menjawab akan  Bersama Ayah bermain games.
“Jangan main itu.... Jangan biarkan dia main Games” kata Nyonya Seo sebelum masuk lift. Tapi Tuan Bong seperti tak peduli.
Song Il dkk berjalan bersama dengan seluruh pegawai unuk makan bersama. Mereka terlihat bahagai meninggalkan makan siang bersama.
THE END
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar