PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 11 Maret 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 14 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Hae Rin masuk ruangan terliha sedih karena meja Eun Ho dan Dan Yi yang kosong. Saat pulang kantor, Hae Rin seperti tanpa sadar sudah turun dari bus di tempat Eun Ho lalu mengacak-ngacak rambutnya sendiri.
“Aku tak percaya datang ke lingkungan ini lagi.”jerit Hae Rin kesal.
Sementara di rumah Seo Joon sedang menghancurkan berkas mulai dari [RAPAT DENGAN PENULIS KANG BYEONG-JUN, NOVEL TERAKHIR KANG BYEONG-JUN, PARA PAHLAWAN] seperti ingin menghapus semua kenangan. 

Ketika akan pergi membuang sampah, Seo Joon mengeluh melihat Hae Rin yang datang lagi lalu memperingatkan agar jangan datang. Hae Rin membela diri kalau Seo Joon yang meminta jangan menelepon, maka tak melakukan.
“Dan kau bilang jangan datang, maka aku tak naik ke tempatmu. Tapi kau tak memiliki seluruh tempat ini.” Ucap Hae Rin
“ Jadi, tetap di sini. Aku akan pura-pura tak melihatmu.” Kata Seo Joon. Hae Rin mengambil plastik sampah. Seo Joon menyuruh Hae Rin agar melepaskan.
“Akan kubuangkan untukmu.” Ucap Hae Rin. Seo Joon pikir tak perlu karena Hanya perlu menaruh.
“Aku bantu buang, jadi biar kulakukan.” Kata Hae Rin. Seo Joon pikir ini tinggal dibuang sana.
“Aku datang ke daerah ini dan membahayakanmu serta menyusahkanmu. Jadi, biar kuambil kantong sampah ini dan buangkan untukmu di lingkunganku. Aku hanya perlu taruh di sini” kata Hae Rin
“Sampah ini! Aku akan singkirkan ini... Lepaskan.” Kata Seo Joon. Hae Rin mengaku akan membuangnya.
“Apa Bisa melepaskan?” ucap Seo Joon. Hae Rin meminta agar menyingkir.
Keduanya saling tarik-menarik dan akhirnya semua sampah kertas pun jatuh. Seo Joon pun berteriak marah. Hae Rin akhirnya meminta maaf dan membersihkan sampah. Seo Joon memperingatkan Hae Rin  kalau berpikir mereka punya banyak kesamaan.
“Tapi aku salah. Kita tak cocok... Mulai sekarang, kita bicarakan pekerjaan saja.” Kata Seo Joon akan pergi.
“Aku datang karena pollock dan sotong. Apa Kau tak penasaran tentang identitas mereka? Sotong adalah Dan-i. Jika sotong adalah Dan-i, kalau begitu, siapa pollack?” ucap Hae Rin 
“Apakah Eun-ho? Si brengsek itu... Aku tahu ada yang mencurigakan.” Kata Seo Joon terlihat marah. 


Keduanya akhirnya minum bersama, Hae Rin mengaku Ada banyak yang ingin dibicarakan, tapi tak ada yang bisa diajak bicara. Ia emengaku sangat marah, serta ingin membuat Eun-ho dan Dan Yi menderita Tapi masalahnya,ia terlalu menyukai mereka berdua.
“Jadi, Apa kita harus merestui mereka?” tanya Seo Joon, Hae Rin pikir itu tak mungkin.
“Aku sudah sangat lama menyukai Eun-ho... Tiga tahun.”ucap Hae Rin
“Aku sudah bilang, 'kan? Tiga tahun tak ada artinya.” Kata Seo Joon
“Tapi kenapa aku tak pernah merasa mereka berdua sudah sangat lama kenal?” keluh Hae Rin. Seo Joon pikir karena Hae Rin lamban.
“Kau sama saja. Waktu itu kau tak tahu siapa pollock-nya.” Komentar Hae Rin
“Benar... Kenapa kita sangat lamban?” keluh Seo Joon. Hae Rin pikir Seo Joon bisa melihat kalau mereka punya banyak kesamaan.
“Ya, kurasa begitu... Kita punya banyak kesamaan.” Kata Seo Joon dan keduanya terlihat minum bersama. 


Seo Joon terbangun dari tidurnya di sofa tak melihat Hae Rin berpikir kalau sudah pulang. Hae Rin ada di dekat sofa mengaku masih ada dirumahnya. Seo Joon mengeluh bertanya Apa yang dilakukan. Hae Rin mengaku sedang merangkai puzzle.
“Astaga... Apa yang kau lakukan?” kata Seo Joon melihat Hae Rin sedang merangkai kertas.
“Kita minum bersama semalaman... Jadi, kita juga harus makan sup pengar bersama. Tapi aku tak bisa menunggu dan diam saja karena aku sangat bosan. Aku temukan satu rangkai kertas yang aku tahu. Ini artikel khas di Dunia Kesusastraan” ucap Hae Rin bangga.
“Ini kali pertama Pak Kang menyebutkan  Para Pahlawan bahkan Halamannya juga ada. Kenapa kau menghancurkannya? Aku juga merangkai satu lagi. "Yeong-ju berlari ke halaman dengan sebuah buku, Hyeon mengejarnya. Tawa ceria Yeong-ju dan Hyeon memenuhi halaman kecil mereka." Kurasa ini dari sebuah novel. Apa judulnya...” kata Hae Rin.
Seo Joon yang marah mengambil kertas dari tangan Hae Rin. Hae Rin pikir  ingin membersihkan semuanya lalu mengaku sudah b memberi makan Geum-bi. Seo Joon pun menahan amarah mengajak makan sup pengar dan ada touge dirumahnya. Hae Rin pun menyetujuinya.
“Aku cuci muka dulu. Akan kusiapkan.” Kata Hae Rin, Seo Joon pun menganguk setuju.
“Tapi Di mana kamar mandinya?” ucap Hae Rin binggung. Seo Joon menunjuk ke pintu yang lain tanpa  kunci. Hae Rin pun ingin tahu Kamar apa itu
“Apa Kau cemas aku menyimpan mayat di sana?” kata Seo Joon dengan tatapan seorang pembunuh. Hae Rin sedikit takut.
“Astaga... Pantas saja pollock itu meninggalkanmu.”ejek Seo Joon. Hae Rin kesal meminta Seo Joon agar jangan bahas dia.


Dan Yi mencari lowongan kerja dan melihat kantor yang sudah menolaknya, tapi ada cabang di Daejeon jadi mungkin tak ada yang peduli, karena mencari nafkah yang utama dan sedang tak punya banyak pilihan. 
Saat itu Nyonya Go menelp, Dan Yi bersikap seperti seorang atasan dan bawah saat mengangkat telp tapi teringat ia sudah tak berkerja dikantor.
“Bicaralah... Aku mendengarkan.” Ucap Dan Yi dengan nada angkuh. Nyonya Go meminta agar bertemu. 

Dan Yi pun memilih pakaian yang cocok untuk dirinya,  karena akan memilih Baju yang paling mencolok. Ia pikir merasa baik-baik saja meskipun dipecat jadi mungkin harus pakai baju terbuka bahkan akan terlambat lima menit. Akhirnya Nyonya Go sudah menunggu di cafe dan Dan Yi datang seperti seorang ibu-ibu Chaebol dengan kacamata hitamnya.
“Aku pesan yang dia pesan.” Ucap Dan Yi duduk sambil menyilangkan kaki. Nyonya Go menyapa sudah lama dan menanyakan kabarnya.
“Tentu... Kau bisa Lihat, aku baik-baik saja.” Ucap Dan Yi tak ingin direndahkan.
“Apa Bisa turunkan kakimu?” kata Nyonya Go, Dan Yi menolak karena Nyonya Go bukan atasannya lagi.
Nyonya Go tetap menyuruh untuk nurunkan kakinya. Dan Yi akhirnya menurunkan kakinya karena takut dengan tatapan Nyonya Go lalu meminta agar mengantakan saja.  Nyonya Go menyuruh Dan Yi membuka kacamatanya juga. Dan Yi menolak, Nyonya Go menyuruh agar membukanya.
“Mataku sedang bisul.” Kata Dan Yi mencari alasan. Nyonya Go pun tak peduli dan Terserah Dan Yi saja.
“Aku bisa memberimu ini, tapi mungkin harus kuambil lagi.” Kata Nyonya Go mengambil kartu nama. Dan Yi menahanya.
“Aku akan buka kacamata ini, dan Aku bisa membaca tulisan di kartu nama itu. Bukankah itu kartu nama perusahaan penerbit? Apa Kau merekomendasikanku pekerjaan?”ucap Dan Yi melepaskan kacamatanya. Nyonya Go melihat mata Dan Yi yang tak bisul.
“Aku hanya pura-pura agar kau tetap terhibur.” Kata Dan Yi  Seo Joon melihat kartu nama PRESDIR NAM WON-SEOK0 PENERBIT PUREUNMAEUM
“Itu perusahaan kecil. Jika kau bersedia bekerja keras, maka itu bisa membantu kariermu. Apa Kau tertarik?” ucap Nyonya Go. Dan Yi mengaku tertarik.
“Kirim resumemu ke alamat email itu dan telepon kantornya. Bilang aku yang berikan kartunya.” Ucap Nyonya Go. Dan Yi menganguk mengerti. Nyonya Go meminta Dan Yi agar persiapkan dirinya. 
“Jangan cemas. Kau tahu aku... Aku pekerja keras.” kata Dan Yi yakin
“Itu akan sulit, tapi bertahanlah selama setahun. Kau Pelajari soal pemasaran dan pindah ke kantor lebih besar.” Kata Nyonya Go
“Apa Setahun dari sekarang kau akan rekomendasikan kantor yang lebih besar?” tanya Dan Yi penuh semangat. Nyonya Go hanya bisa menahan senyum mengaku kalau itu tergantung.
“Jika kau cukup andal.” Kata Nyonya Go. Dan Yi berjanji akan berusaha.



Dan Yi memperlihatkan kartu nama  [PENERBIT PUREUNMAEUMPRESDIR NAM WON-SEOK] pada Eun Ho lalu memberitahu kalau  Perusahaan itu menelepon balik kurang dari sejam dan akan mulai besok berkerja. Eun Ho mengaku tak pernah dengar.
“Apa Bu Go kenal presdirnya?” tanya Eun Ho. Dan Yi membenarkan dan juga sedang tak punya banyak pilihan.
“Membangun pengalaman sebagai pemasar buku akan memberimu pekerjaan yang lebih baik.” Kata Eun Ho
“Kenapa Penerbit Gyeoroo tak pekerjakan orang berpengalaman?” keluh Dan Yi
“Orang-orang dari perusahaan penerbit lain kesulitan menyesuaikan diri.” Jelas Eun Ho
“Aku tidak... Aku bisa menyesuaikan diri.”kata Dan Yi. Eun Ho tahu dan berpikir  harus sarankan untuk mengubah kebijakan itu.
“Dan Yi.. Apa Aku boleh tidur di sini malam ini?” tanya Eun Ho malu-malu. Dan Yi terliha kaget.
Eun Ho yang malu berpura-pura tak melakuan apapun dan bergegas pergi ke kamarnya. Dan Yi yang terlihat gugup menyuruh Eun Ho agar menganti baju. Eun Ho binggung membalikan badan. Dan Yi menyuruh Eun Ho menganti piyama. Eun Ho membenarkan.
“Tapi Tunggu Sebentar... Apa aku butuh piama?” kata Eun Ho membuka satu kancing dan terlihat sudah tak sabar.
Eun Ho akhirnya mendekati Dan Yi yang sedang membereskan tempat tidur. Dan Yi menahanya meminta agar Eun Ho mematikan lampu. Eun Ho tersenyum bahagia mematikan lampu lalu menutup pintu. 


Dan Yi melihat papan nama PENERBIT PUREUNMAEUM setelah menaiki tangga lalu mengetuk pintu dan masuk ke dalam. Seorang pria menyapa bertanya siapa yang datang. Dan Yi  memperkenalkan diri sebagai pegawai baru, Tuan Nam pun menyapa Dan Yi dengan wajah bahagia.
“Kau Pasti sulit menemukan tempat ini. Di luar masih dingin, 'kan? Aku sudah dengar hal-hal hebat... Kudengar kau bisa melakukan apa pun.” Ucap Tuan Nam, Dan Yi mengaku sangat tersanjung dan ingin tahu keduanya.
“Aku presdirnya, dan istriku mengurus keuangan. Kami menganggap semua pegawai seperti keluarga jadi Kami juga akan menganggapmu begitu dan membantumu sebisa mungkin.” Ucap Tuan Nam lalu menunjuk meja kerja Dan Yi.
“Aku membersihkanya dengan saksama setelah dengar kau akan datang.” Kata Nyonya Nam. Dan Yi pun mengucapkan terima kasih banyak dan akan berusaha.
“Kau bisa jadi pemasar atau bahkan editor di sini. Ini tempat untuk mengejar mimpimu.” Kata Tuan Nam sambil menyanyi.
“Terima kasih untuk kesempatannya.” Ucap Dan Yi lalu duduk di meja kerjanya. 


Dan Yi duduk di meja kerja kaget melihat seseorang yang duduk disampingnya. Si wanita meminta maaf karena mengejutkanya. Dan Yi pun memberikan hormat dengan wajah gugup, lalu si wanita memberikan sebuah kertas.
Dan Yi membaca note “Lari sekencang mungkin. Tempat ini neraka.” Si wanita menyuruh Dan Yi untuk lari selagi bisa,  menurtnta Lebih baik kelaparan daripada bekerja di sini. Dan Yi hanya bisa diam saja. 

Tuan Bong sedang fotokopi melihat telp di meja Dan Yi berdering, salah seorang pegawai ingin mengambil tapiTuan Bong pikir lebih baik ia saja yang mengangkatnya. Tiba-tiba seorang pria berteriak karena tak bisa melakukan sesuatu.
“Apa Kau sebut ini buku?” teriak si Pria. Tuan Bong dengan tenang bertanya ada masalah apa
“Kau bilang Masalah? Kenapa banyak tipo di buku ini? Apa Kau bercanda?” teriak si pria
“Pak, bisa beri tahu aku itu buku apa dan halaman berapa?” kata Tuan Bong siap mencatat mengambil kertas.
“Apa Kau tak tahu bukumu yang bermasalah? Sudut Pandang yang Indah  Indah, apanya.” Teriak si pria
“Kami bukan penerbitnya...  Pak, Apabisa tak menyelaku?. Aku berusaha bicara.” Ucap Tuan Bong. Si pria malah berteriak menyumpahinya.
“Kenapa kau menyumpahiku? Bukan kami penerbitnya. Namanya tertukar. Itu dari Penerbit Gyeol, sedangkan kami Penerbit Gyeoroo... Apa? Bedebah itu menutup teleponnya?” ucap Tuan Bong tersadar. 

Akhirnya Tuan Bong duduk  dengan wajah lelah tak percaya kalau Dan Yi  selalu menerima telepon semacam ini tanpa mengeluh. Ia mengaku sangat merindukan Dan Yi. 

Tuan Bae membuka kulkas. Ji Yool meminta jus yang ada dikulkas. Tuan Bae memperlihatkan kalau teko jusnya kosong. Ji Yool pikir akan mengisinya. Nyonya Seo masuk pantry, Ji Yool pikir akan membuatkanya. Tapi Nyonya Seo mengaku akan mengambil sendiri.
“Ini lebih sulit dari kelihatannya.” Ucap Ji Yool yang tak bisa membuka plastik pembuka jus.
“Bahkan Camilan juga habis. Mungkin ini yang orang bilang, "ketiadaan membuat hati semakin dekat." Kata Tuan Bae sedih
“Benar. Setelah dia tak ada aku sangat merindukannya. Aku merindukan Dan Yi” kata Ji Yool sedih
“Dia sudah tak di sini, biasakanlah. Kapan kau akan berhenti mencari dia? Berhentilah merindukan Dan-i. Aku yang paling merindukannya.” Kata Nyonya Seo sedih sambil memasukan cup kopi. 

Hae Rin melihat kursi Dan Yi yang kosong lalu bertanya pada Eun Ho kabar Dan Yi . Eun Ho memberitahu kalau Dan Yi sudah mulai bekerja lagi. Hae Rin terlihat bersemangat memberitahu Dan Yi yang dapat pekerjaan dan ingin tahu dimana.
“Penerbit kecil.” Kata Eun Ho. Hae Rin pikir itu bagus.  Eun Ho mengeluh kalau pekerjaannya pasti melelahkan.
“Saat pulang, dia sangat kelelahan...” kata Eun Ho lalu terdiam. Hae Ri mengoda menyuruh Eun Ho meneruskan ucapanya.
“Apa Kau merasa kasihan karena dia tampak sangat kelelahan?” ejek Hae Rin. Eun Ho pikir dirinya tak ada alasan merasa kasihan
“Kenapa dia ke rumahmu setelah pulang kerja?” goda Hae Rin. Eun Ho juga tak tahu mencoba mengalihkan pandanganya.
“Aku membencimu.” Kata Hae Rin. Eun Ho berpura-pura tak mengerti kenapa Dan Yi datang ke rumahnya karena itu aneh. 

Dan Yi sedang berkerja di kantor, temanya datang bertanya apa yang dilakukan.  Dan Yi memberitahu kalau diminta menulis ikrar pemilihan sekolah Nam Ju-min. Temanya tak percaya kalau Tuan Nam  juga menyuru untuk membantu putra mereka
“Aku juga harus membuat poster.” Keluh Dan Yi. Temanya pikir sudah memberitahu sebelumnya kalau sudah menyuruh lari.
Saat itu telp berdering, Dan Yi mengangkatnya terlihat kaget mengetahi  Biaya yang belum dibayar dan Pembayaran selama empat bulan. Si penelp ingin tahu dimana Presdirnya. Dan Yi bingung, temanya memberitahu kalau Tuan Nam tak ada diruangan.
“Tapi memang dia sedang tak ada.” Ucap rekan kerjanya. Dan Yi pun memberitahu Tuan Nam sedang tak ada ditempat sambil meminta maaf dan langsung menutup pintu.
“Itu desainer buku yang bekerja sama empat bulan lalu dan Tidak pernah ada pembayaran.” Ucap Dan Yi
“Tentu saja tidak... Mereka tak membayar desainernya.” Kata rekan kerjanya.
Telp berdering lagi,  seorang pria berteriak marah. Dan Yi meinta agar menjelaskan lebih dulu lalu kaget kalau itu dari Percetakan. Ia pun memberitahu karena Tuan Nam sedang tak ada diruangan. Wajah Dan Yi panik setelah menerima telp keduanya.
“Apa Kau yakin kita akan dibayar tepat waktu?” tanya Dan Yi. Rekan kerjanya mengaku mereka dibayar tepat waktu.
“Sebenarnya, mereka membayar, tapi hanya pada saat penagih bilang akan pakai jalur hukum dan sebagainya. Aku hanya akan bertahan setahun. Aku akan pindah ke kantor lain setelah dapat pengalaman.”ucap rekan kerjanya. 




Eun Ho sedang memasak di dapur, Dan Yi masuk rumah memberitahu kalau sudah pulang. Eun Ho menunggu didapur binggung tak melihat Dan Yi masuk rumah lalu pergi ke pintu depan dan heran melihat Dan Yi sedang terbaring lemas di berbaring di lantai.
“Apa Harimu melelahkan lagi?” tanya Eun Ho. Dan Yi berguling-guling dilantai mengaku seperti akan mati.
“Bagaimana bisa aku bertahan setahun di sana? Bosku gila dan ditambah lagi istrinya juga gila. Apa Kau tahu yang harus kulakukan hari ini? Aku seharian membuat poster untuk putra bosku karena dia mau jadi ketua OSIS.” Cerita Dan Yi berbicara sambil berguling.
“Ya Ampun... Dan Yi mengalami hari yang berat.” Kata Eun Ho berjongkok mendekatinya.
“Namun, satu hal yang membuatku bertahan. Bayangan bertemu kau saat aku pulang.” Kata Dan Yi duduk menatap Eun Ho. Eun Ho menatap wajahnya terlihat bahagia lalu memeluknya.
“Akhirnya akhir pekan... Aku tak perlu bekerja selama dua hari.” Kata Dan Yi dalam pelukan Eun Ho. Eun Ho menepuknya dengan bahagia.
“Kau Bersih-bersih dulu... Ini waktunya makan malam.” Ucap Eun Ho lalu mencoba mengendongnya tapi tak kuat. Dan Yi meminta agar berusaha. 


Park Hoon akan pulang ke rumah lalu menekan bel rumah dan tersadar kalau itu rumahnya jadi tak perlu melakukan itu. Ia pun akhirnya masuk rumah mengeluh mereka yang akrab lalu memanggil Ji Yool, tapi tak ada sahutan bahkan dikamar mandi.
Ji Yool meninggalkan note diatas meja “Aku pergi, banyak pekerjaan. Aku akan pulang terlambat, jadi beristirahatlah.” Park Hoon pikir  Belakangan ini Ji Yool bekerja keras dan melihat Rumah juga bersih dan membaca buku kas milik Ji Yool.
Park Hoon melihat banyak bon yang ditempel, lalu Ji Yool menuliskan pesan [SEMANGAT! KAU BISA, JI-YOOL! AYO HEMAT! KAU AKAN MENJADI ORANG YANG BARU! MENJADI EDITOR TERBAIK DALAM SEJARAH]
“Ternyata dia orang yang tekun.” Kata Park Hoon lalu mengambil pulpen dengan senyuman bahagia. 


Ji Yool terihat sangat seruis membaca naskah yang dikirim para pembaca, setelah itu membaca naskah “PARA PAHLAWAN”. Sementara Dan Yi membersihkan lantai lalu berpikir harus membersihkan gudang, lalu mengangkat barang-barang dalam kardus.
Ia tak sengaja menjatuhkan kardus karena terlalu berat dan melihat tulisan tangan [MALAM BIRU - 23 APRIL] Dan Yi pun melihat itu naskah tulisan tangan Pak Kang dan sadar kalau  kalau judul aslinya adalah Malam Biru, lalu berkomentar kalau itu lebih sesuai.
“Kenapa dia mengubah judulnya?” ucap Dan Yi lalu melihat tumpukan yang dan menemukan seperti buku harian
“Harusnya aku tak membaca buku harian orang lain. Tapi ini buku harian Pak Kang.” Kata Dan Yi penasaran akhirnya membacanya.
“Pada 1 Januari 2007, Eun-ho datang untuk berikan salam tahun baru. Kami minum untuk kali pertama. Aku ingin dia mencicipi alkohol dan belajar cara minum yang benar. Aku buka semua minuman, termasuk sake mahal Korea, anggur, kaoliang, dan wiski.
“ ampaknya dia menangani alkohol dengan baik, tapi pada akhirnya sangat mabuk. Dia mengatakan cita-citanya untuk menjadi penulis andal. Katanya dia akan menjadi bintang dalam dunia sastra. Hanya setelah mendengarkan ocehan soal mimpinya, aku bisa menidurkannya.”
“Eun Ho sangat manis saat berusia 20 tahun... Manis sekali.” komentar Dan Yi lalu melihat kertas lainya.
“20 September 2007... Aku jalan kaki untuk berolahraga. Entah kenapa aku terus tertawa saat mencapai puncak. Itu menyegarkan dan nikmat. Aku telah menulis dan minum obat secara teratur.”
Dan Yi mulai bertanya-tanya karena Tuan Kang yang Minum obat dan menduga kalau sakit.  Ia pun menemukan buku harian lain dan mulai membacanya.
“20 November 2008... Putraku mengunjungiku.” Dan Yi kaget kalau Tuan Kang memiliki anak, 



Di kantor
Ji Yool membaca naskah Para Pahlawan hanya bisa melonggo. Hae Rin masuk kantor melihat Ji Yool yang ke kantor pada hari Sabtu seperti tak percaya kalau Belakangan ini  bekerja keras lalu duduk di meja kerjanya.  Ji Yool berlari menghampiri Hae Rin.
“Nona Song... Pak Kang Byeong Joon, muncul kembali.” kata Ji Yol memperlihatkan naskah.
“Ini naskah Pak Kang. Novel terakhir yang katanya akan dia tulis.” Kata Hae Rin membaca tulisan “Para Pahlawan. Tapi dari "Park Jeong-hun"

Dan Yi mencoba menyusun semua buku harian, sambil bergumam “ Pak Kang sakit Dan selama ini Eun-ho merawatnya.” Saat itu Eun Ho baru pulang mencari Dan Yi tapi tak ada sahutan, lalu mencari di kamar tak ada siapapun.
“Ke mana dia? Dan-i, Apa kau di loteng? Aku beli bahan makanan.” Ucap Eun Ho menaiki tangga, kaget melihat Dan Yi sudah menangis.
“Pak Kang... Kau merawatnya, 'kan? Di Gapyong... Pak Kang di Kapyong, 'kan?” ucap Dan Yi terus menangis.
“Aku selalu takut kotak itu akan terbuka dan dunia tahu soal kisah ini. Saat berpikir mungkin aku telah salah membuat keputusan, aku takut pada kecaman dan tak bisa tidur pada malam hari” gumam Eun Ho melihat Dan Yi yang menangis didepanya.
“Kupikir mungkin selama ini aku ingin Dan-i tahu segalanya. Meskipun dunia membenciku, Dan-i akan tetap membelaku. Dia akan menggenggam tanganku dengan cinta pada matanya.” Gumam Eun Ho yakin.
Bersambung ke episode 15
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar