PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 19 Maret 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 11 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


 [Tahun 1970]
Terlihat spanduk bertuliskan  "Tangkap Mata-Mata, Jadi Pahlawan,  Sejahtera Melalui Reformasi" Hye Ja yang masih muda melihat "Toko Perhiasan Taeseok" dan matanya menatap sebuah jam tangan yang menarik hati. Dua temanya memanggil didepan  "Bioskop Sooning"
“Hye Ja, Ayo cepat ke sini.... Kita terlambat. Ayo masuk.” Teriak Sang Eun. Hye Ja meminta agar menunggu sebentar dan kembali melihat jam tangan di etalase meminta agar menunggunya juga. 

Akhirnya Hye Ja berjalan tiga temanya. Sang Eun bertanya apakah dia terluka. Hye Ja mengaku tidak hanya nyaris dan ia yang menghentikannya. Hyun Joo pikir dia pasti memiliki banyak masalah.
“Romantisnya.” Ucap Sang Eun. Hye Ja seperti tak percaya mendengarnya.
“Menurutku kalian memiliki hubungan spesial. Kalian kebetulan bertemu saat protes.. Seperti film.” Kata Sang Eun.
“Benar? Aku juga berpikir kami ditakdirkan untuk bertemu.” Kata Hye Ja bahagia
“Omong-omong, kita mau ke mana?” tanya Hyun Joo. Hye Ja mengaku akan memenuhi takdirnya. Hyun Joo bertanya lalu merkea akan kemana.
“Kita harus berpisah di sini. Hari ini kencan pertamaku.” Kata Hye Ja bergegas pergi melambaikan tangan pada dua temanya.
Joon Ha sudah menunggu di seberang jalan, Hye Ja terlihat bahagia melambaikan tangan dan ingin menghampiri. Tapi sebuah peluit terdengar, lalu Hye Ja dengan wajah tertunduk malu berdiri didepan kantor polisi didepan spanduk "Pejalan Kaki, Sepeda, dan Gerobak Melewati Area Terbatas"
“Pak, berapa lama lagi dia harus berdiri di sini?”tanya Joon Ha menahan tawa melihat Hye Ja seperti dikurung
“Kenapa pula dia sebarang menyeberang jalan?” kata Polisi memarahi Hye Ja.
“Aku merusak kencan pertama kita.” Ucap Hye Ja sedih. Joon Ha pikir tak masalah.
“Ini membuat kencan kita lebih berkesan.” Ucap Joon Ha. Polisi langsung memarahi Joon Ah agar tak berdiri disamping tapi di tempat lain. Joon Ha akhirnya pergi.
Polisi memarahi Joon Ha yang berjalan di depan polisi lalu menghukumnya. Joon Ah akhirnya berdiri disamping Hye Ja ikut dihukum. Hye Ja kaget karena Joon Ha melakukan itu. Joon Ha mengenggam tangan Hye ja beralasan Karena ini kencan pertama mereka.
Polisi menatap keduanya yang saling berpegangan. Joon Ha menantang bertanya kenapa polisi menatapnya apakah mereka berbuat salah. Polisi mengaku tidak dan tak ingin memperdulikanya. Joon Ha dan Hye Ja bisa tersenyum bahagia. 



Hye Ja dan Joon Ha akhirnya berjalan sambil bergandengan tangan. Hye ja melihat tidak ada satu orang pun di sekitar merka jadi  bisa melakukan apa pun karena Tidak akan ada yang tahu. Joon Ha melihat sekeliling lalu mendekati Joon Ha.
Keduanya saling menatap, Hye Ja mengangkat kakinya, Joon Ha melihat Hye Ja memegang pipinya lalu berkomentar kalau ada sesuatu di pipinya dan mengajak pergi. Hye Ja terlihat kecewa karena tak bisa berciuman.
“Apa-apaan? Seharusnya dia menggosok sampai lesung pipiku hilang.” Keluh Hye Ja.  Joon Ha melihat Hye Ja hanya diam saja mengajak segera pergi.
“Aku tidak bisa membencinya... Aku akan pergi karena senyum itu.” Ucap Hye Ja menahan rasa kecewa. 


Hye Ja yang sudah tua terbaring di rumah sakit, terlihat seorang dokter memeriksanya dengan wajah Joon Ha tapi namanya tertulis  "Dokter Kim Sang Hyun"
Flash Back
Hye Ja yang masih muda  berkumpul dengan temanya. Sang Eun ingin tahu apa yang terjadi dengan Hye Ja apakah Joon Ha tidak menciumnya lagi. Hye Ja menceritakan Joon Ha yang memegang tangannya pada kencan pertama jadi khawatir kalau terlalu cepat.
“Tapi sudah beberapa bulan dia tidak melakukan hal lain. Pria sehat pasti ingin memeluk wanitanya setelah memegang tangan. Setelah itu, dia ingin menciumnya, kan? Tidak ada kemajuan dengannya.” Komentar Hye Ja kesal
“Aku suka hatinya yang baik... Terserah... Aku tidak suka pria yang hanya mementingkan fisik.” Ucap Sang Eun .
“Sampai kapan aku harus menunggu?” keluh Hye Ja. Hyun Joo meminta Hye Ja agar bersabar nanti juga ada kemajuan.
“Aku hanya cemas... Dia pria ideal... Seo Yeon mendekatinya sejak menjadi pembawa berita. Aku juga mendengar banyak ibu yang ingin menjodohkan putrinya dengan Joon Ha. Bagaimana aku tidak cemas?” cerita Hye Ja.
“Kalau begitu, minta saja dia menikahimu.” Kata Sang Eun santai.
“Hei, wanita menikah dengan pria yang belum ditemui itu tahun 60-an, tapi sekarang tahun berapa? Era liberal telah dimulai. Ini tahun 1970. Setidaknya aku harus mencium dia sebelum menikah dengannya, kan?” ucap Hye Ja.
“Maaf, tapi sepertinya itu tidak akan terjadi tahun ini.”kata Sang Eun.
“Lee Joon Ha, aku akan membuatmu menciumku... Bersiaplah.” Kata Hye Ja penuh semangat. 



Hye Ja sudah menunggu di tepi danau. Joon Ha datang meminta maaf karena datang terlambat lalu bertanya Apa rencana mereka hari ini. Hye ja mengajak cari makanan enak. Joon Ha setuju dan bertanya Hye Ja ingin makan apa.
“Aku menginginkan sesuatu... Jukkumi.” Ucap Hye Ja sengaja memajukan bibirnya supaya bisa menciumnya.
“Jukkumi? Tiba-tiba?” kata Joon Ha. Hye Ja terus memajukan bibirnya sambil mengatakan “Jukkumi.”
“Di mana kita bisa makan jukkumi?” tanya Joon Ha. Hye Ja menjawab “Chungmu.”
“Chungmu? Chungmu di Gyeongsang Selatan, yang memakan waktu 10 jam dari sini?”kata Joon Ha. Hye Ja terus memajukan bibirnya ingin dicium mengatakan “Chungmu.”
“Apa Kau sakit?” tanya Joon Ha panik. Hye Ja mengaku  baik-baik saja.
“Untuk pergi ke Chungmu, walaupun kita pergi sekarang...” kata Joon Ha. Hye Ja akhirnya pasrah merasa kesal.
“Lupakan... Kita makan tteokbokki saja... Bibirku berkedut.” Keluh Hye Ja kesal. Joon Ha bingung karena tadi Hye Ja ingin makan jukkumi.


Hye Ja dan Joon Ha berjalan di jembatan membahas  film "East of Eden" tayang di bioskop pekan depan. Hye Ja mengaku ingin menonton film itu. Joon Ha pun mengajak menontonnya pekan depan. Hye Ja bersin, Joon Ha melepaskan syalnya memakaikan untuk Hye Ja agar tak masuk angin.
“Sekarang.” Gumam Hye Ja mengangkat kakinya lebih dulu lalu memajukan bibirnya. Joon Ha menatapnya tapi bergegas  mengajak Hye Ja pergi.
“Kenapa dia?” kata Hye Ja marah lalu berjalan mengikutinya. 
Keduanya duduk di hutan, Hye Ja melihat Joon Ha yang terus menatapnya. Joon Ha juga tak bisa lepas menatap Hye Ja. Akhirnya Hye Ja pikir itu saatnya dan menangkat kaki lebih dulu untuk berciuman. Joon Ha menatapnya dan akhirnya bersin.
Hye Ja hanya bisa menghela nafas kesal berjalan bergendangan dengan Joon Ha lalu menariknya agar masuk ke dalam hutan agar tak banyak yang melihat.  Joon Ha bingung kenapa Hye Ja menariknya
“Aku ingin menikmati udara bersih.” Kata Hye Ja. Joon Ha bingung karena Ini agak gelap.
“Berarti udaranya bersih. Aku perlu membawamu ke tempat sepi untuk mencoba...” kata Hye Ja karena terlalu cepat berjalan membuatnya terpeleset.

Hye Ja kesal membersikan sepatunya dan mengeluh ada yang buang air  dan mengumpat akan menyumbat bokongnya. Joon Ha tak bisa berkata-kata. Hye Ja dkk akhirnya bertemu lagi, Hye Ja bertanya apakah mereka butuh bibir tambahan.
“Aku tidak bisa mendapat ciuman. Kalian bisa mengambil bibirku.” Ucap Hye Ja duduk lemas dikamarnya.
“Hei, Apa kau mau semangkuk ini? Dongchimi menyegarkan tidak seperti yang lainnya.” Kata Hyun Joo
“Bangun. Ayo kita pergi.”ucap Hye Ja. Sang Eun bertanya kemana mereka akan pergi.
“Ke belakang pabrik... Di sana, ada peramal terkenal.” Kata Hye Ja. Sang Eun heran Hye Ja yang ingin ke sana
“Sebagai manusia biasa, aku bingung mengatasi masalah ini. Aku akan ke sana dan meminta tanggal terbaik untuk menciumnya.” Kata Hye Ja penuh keyakinan bahkan meminta jimat juga 



Mereka akhirnya bertemu dengan peramal dengan gugup duduk didepanya. Si peramal wanita ingin tahu alasan mereka datang. Hye Ja menceritakan punya pacar, tapi Pacarnya itu  belum menciumnya jadi ingin tahu  kapan Joon Ha akan menciumnya.
“Besok.” Ucap peramal setelah membuka kipas dan berkonsentrasi. Hye Ja terlihat sangat bersemangat mendengarnya.
“Itu hari yang pas untuk berciuman.” Kata Peramal. Hye ja makin senang mendengarny dan merasa sudah sangat gugup.
“Apa yang harus aku kenakan besok? Terima kasih.” Kata Hye Ja. Tapi si peramal terus menatap Hye Ja dengan tatapan sedih. Hye Ja ingin tahu ada apa.
“Astaga, tidak apa-apa. Mustahil kau tidak melakukannya jika aku mencoba menghentikanmu. Itu hanya nasibmu.” Kata si peramal lalu menatap Hyun Joo.
“Apa Kau ingin diramal juga?” kata si peramal. Hyun Joo langsung mengelengkan kepala. 
“Kau yang butuh diramal.” Ucap peramal. Hyun Joo kaget ingin tahu alasanya.
“Apa Kau ingin menjadi biarawati atau biksu?” tanya Peramal. Hyun Joo mengaku tidak.
“Kau memiliki kepala biksu.” Ucap Peramal. Hyun Joo merasa tidak tertarik.
“Itu satu-satunya cara untuk menyingkirkannya.” Kata Peramal. Hyun Joo bingung Menyingkirkan apa  maksudnya.
“Kau akan sangat menyesal tiga kali dalam hidupmu... Baik. Rawat saja.” Ucap peramal
Hyun Joo binggung rawat apa maksudnya. Si peramal mengatakan Rawat saja lalu pindah ke Sang Eun memastikan kalau ia seorang penyanyi atau aktris. Hye Ja dan Sang Eun melonggo kaget karena peramal bisa mengetahuinya.
“Kau terlihat seperti penghibur.” Ucap si peramal. Sang Eun mengaku sudah  berlatih untuk menjadi penyanyi.
“Kalau begitu, seharusnya kau sudah terkenal. Apa yang menghalangi kau? Itu benar-benar terhalang.” Kata siperamal/
Sang Eun binggung apa maksudnya "Terhalang" lalu berpikir kalau sebenarnya sembelit. Si peramal akhirnya ingin tahu namanya,  Sang Eun menjawab Yoon Sang Eun. Si peramal menulis dan menyingkat  "YSE" lalu berpikir Namanya itu yang harus disalahkan.
“Namamulah masalahnya. Ini bukan nama untuk penghibur. Begitu namamu diganti, kau akan menjadi bintang. Jadi Lakukan.” Kata Si peramal. Sang Eun ingin tahu apa namanya.
“Coba kulihat... "YB".. "YBH" Namamu seharusnya "Bok" untuk keberuntungan, dan "Hee" untuk kebahagiaan. Jadi "Bok Hee"... "Yoon Bok Hee" kata si peramal. Sang Eun mengulang nama baru  "Bok Hee" seperti tak percaya. 




Joon Ha dan Hye Ja akhirnya pulang dimalam hari sambil bergandengan tangan. Hye Ja bertanya apakah akan mengantar pulang. Joon Ha menganguk.  Hye Ja mengeluh kalau Joon Ha hanya itu saja. Joon Ha terlihat binggung.
“Aku punya waktu.” Kata Hye Ja. Joon Ha pikir Ini sudah jam malam dan Orang tua akan khawatir.
“Apa Aku akan dicium hari ini?” gumam Hye ja terlihat kesal. Joon Ha mengajak Hye Ja segera pulang sebelum dapat masalah.
Hye Ja terlihat bingung apa maksudnya Masalah lalu mengeluh dalam hati Joon Ha adalah masalahnya. Saat itu seperti petugas partroli melihat keduanya keluar saat jam malam. Akhirnya kejar-kejaran pun terjadi di malam hari.
Joon Ha bisa menemukan tempat persembunyian di lorong. Petugas tak bisa melihat mereka karena gelap. Keduanya saling menatap akhirnya Joon Ha mendekati Hye Ja dan menciumnya. Hye Ja tak lupa mengangkat kakinya. Keduanya pun berciuman untuk pertama kalinya, Hye Ja langsung menarik Joon Ha agar lebih dalam menciumnya. 
Hye Ja dengan bangga memegang bibirnya lalu mengejek  betapa membosankannya bibir dua temanya kalau Bibir mereka tidak punya perasaan dan Kurang narasi.  Hyun Joo mengeluh yang dikatakan Hye Ja itu "Narasi"
“Apa yang sebenarnya kau lakukan? Bergulat bibir?” ucap Sang Eun.
“Kalian tahu apa tentang ciuman? Ini..Memalukan.”ejek Hye Ja bangga.

“Lihat dirimu, Hye Ja... Setelah impianmu terwujud, kau tidak perlu khawatir lagi.” Kata Hyun Joo
“Benar. Setelah ciuman, maka datanglah lamaran dan pernikahan.” Kata Hye Ja yakin 
“Apa Kau yakin tidak akan dapat masalah?” tanya Hyun Joo. Hye Ja binggung apa maksudnya lalu memegang bibirnya. 
“Aku akan bilang kalau tadi jatuh.” Kata Hye Ja memegang bibirnya. Sang Eun pikir Bagaimana bisa Hye Ja itu  jatuh mendarat di bibirnya.
“Benar, dan bibirku akan tetap bengkak. Dasar Joon Ha keterlaluan. Dia sangat antusias dengan semua yang dilakukan. Bahkan Dia terlalu bersemangat.” Kata Hye Ja bangga
“Dia terlalu bersemangat dan kau gila, kan?” ejek Hyun Joo. Hye Ja akhirnya meminta izin agar bisamenginap di rumah Hyun Joo beberapa hari.
“Intinya, jika kami berciuman lebih dari ini, maka aku akan menjadi seperti pelican, kan?” kata Hye Ja senang
“Setelah dipikir-pikir, peramal itu cukup akurat.” Kata Sang Eun. Hyun Joo ingin tahu apalagi yang memang benar.
“Ini dia! Album debutku.” Ucap Sang Eun bangga. Dua temanya pun ikut senang melihatnya.
“Aku bukan Sang Eun lagi... Tapi Aku Yoon Bok Hee.” Kata Sang Eun. Mereka pun memanggil nama Bok Hee... Yoon Bok Hee...dan memuji kalau  Ini luar biasa sambil mengucapkan selamat. 


Hye Ja melihat fotonya saat masih muda bersama Sang Eun dan juga Hyun Joo dengan gaya 70an. Nyonya Lee masuk kamar memberitahu wanita dengan wajah Hye Ja memanggilnya “Ibu dan mengatakan teman-teman Ibunya datang. Hyun Joo dan Sang Eun terlihat sama-sama tua menyapa Hye Ja.
“Aku Bok Hee.” Ucap Sang Eun. Hye Ja mengingat kalau nama temanya Bok Hee dan mengajak mereka duduk
“Apa Kau baik-baik saja?” tanya Hyun Joo khawatir. Hye Ja mengaku  baik-baik saja dan tahu kalau keduanya pasti sibuk.
“Sesibuk apa pun, kami tetap ingin melihatmu, Hye Ja.” Kata Sang Eun.
“Hei. Aku tidak tahu kau mau makan apa, jadi, kubawakan tumis boga bahari kesukaanmu dan beberapa lainnya. Apa Kau boleh memakannya?” ucap Hyun Joo.
“Makanan di sini juga cukup enak...Tidak perlu repot. Omong-omong... Bok Hee, kau masih sangat cantik.” Puji Hye Ja.
“Kau yang tercantik di antara kita.” Balas Sang Eun yang terus memegang tangan Hye Ja.
“Aku bertemu dengan Hyun Joo sesekali. Tapi kau sudah tidak terlalu sering tampil di TV.” Kata Hye Ja.
“Apa Kau sedih? Kalau begitu Aku akan bernyanyi untukmu di sini.” Ucap Sang Eun penuh semangat. Keduanya pun dengan senang hati ingin mendengarnya.
Sang Eun yang sudah tua masih terdengar merdu menyanyi tapi lalu sedih. Hyun Joo mengeluh kalau  lagu itu tak cocok dengan suasana saat ini. Sang Eun memikirkan lagu satunya yaitu "Musim Semi Berakhir" dan itu kesukaan Hyun Joo.
Akhirnya Sang Eun menyanyi seperti mengingat saat mereka rekama ditahun 1970, berjalan bersama.  Sang Eun terus menyanyi dan Hyun Joo mendorong Hye Ja keluar ruangan yang duduk dikursi roda. Hye Ja yang berkencan dengan Joon Ha terlihat gembira dan Mereka bertiga yang tertawa bersama saat masih muda. 



Hye Ja keluar ruangan bertemu salah satu temanya, Si Nenek Klepto melihat Sang Eun sebagai Yoon Bok Hee langsung menjabat tanganya.  Hye Ja dengan bangga kalau sudah bilang Sang Eun adalah temannya. Si nenek Klepto mengaku tidak pernah memercayainya.
“Tapi sekarang aku melihat itu benar... Boleh minta tanda tangan? Putri bungsuku menyukaimu.” Kata Si nenek.
“Berikan dia tanda tanganmu. Kami mengambil kelas bersama.”ucap Hye Ja. Sang Eun pun memberikan tanda tanga akan mengambil pena dan selembar kertas.
Nenek Cha  mengaku punya pena  dan kertas lalu mengeluarkan dari dalam celanaya. Akhirnya Sang Eun menuliskan nama “Cha Eun Sook.” Nyonya Cha mengaku itu nama putrinya setelah itu mengucapkan  Terima kasih.
Ruangan di tengah seperti tempat fanmeeting karena banyak nenek dan kakek yang mengantri menerima tanda tangan. Sang Eun memberikan tandatangan pada Nenek yang berjalan dengan tongkat, wajahya terihat bahagia. Kakek yang menganggap anjingnya layak anak pun memperlihatkan pada anjingnya dengan wajah bahagia.
Kakek yang buta mengaku ingin tanda tangan Sang Eun juga, tapi tidak bisa melihat. Sang Eun akhirnya berdiri dibelakang kakek dan memberikan tanda tangan dibagian belakang. Si kakek senang karena bisa merasakan tanda tangan Sang Eun. 


Hyun Joo dan Hye Ja menunggunya,Sang Eun akhirnya selesai memberikan tanda tangan. Hye Ja mengaku  bangga memiliki teman terkenal sepertinya. Sang Eun dengan rendah hati kalau Hye Ja tak perlu begitu. Hye Ja memuji Sang Eun itu Hebat.
“Omong-omong, Bok Hee pasti lapar. Mari makan yang kita bawa.” Kata Hyun Joo
Saat itu Dokter Kim datang menyapa Hye Ja dan dua nenek lainya. Hyun Joo dan Sang Eun melonggo karena wajah sangat mirip dengan Joon Ha, Dokter Kim senang karena Hye Ja memilii teman yang datang dan akan bertemu lagi nanti.
“Jantungku hampir copot.” Ucap Hyun Joo tak percaya. Hye Ja memberitahu kalau Dokter Kim adalah dokter yang bekerja di rumah sakit.
“Itu Sangat mirip, kan?”kata Hye Ja melihat wajah Dokter Kim yang mirip dengan Joon Ha.
“Tidak, Hye Ja. Bukan hanya mirip... Kupikir Joon Ha kembali hidup.” Ucap Hyun Joo
“Saat Hye Ja menikah...Bukan, Saat Dae Sang lahir... Begitulah penampilannya.”kata Sang Eun.
“Benar... Setiap kali aku melihatnya, aku juga kaget.”ucap Hye Ja. Hyun Joo bisa mengerti.
“Itu pasti sangat mengingatkanmu akan masa lalu.” Ucap Hyun Joo. Hye Ja juga berpkir seperti itu. 


Flash Back
Hyun Joo mengeluh apalagi yang terjadi pada temanya berpikir Hye Ja baru saja disiksa. Hye Ja dengan bibir yang terlihat terluka kesal karena Joon Ha tidak melamarnya padahal  Hari ini, sudah satu tahun sejak pertama kali berciuman.
“Bisa-bisanya ada orang selambat dan kurang kreatif seperti itu... Yang dia lakukan hanyalah menciumku. Sial.” Ucap Hye Ja. Hyun Joo tak percaya kalau Apa kali ini lamaran
“Bagaimana jika aku bosan menunggu dan menikah dengan pria lain? Apa dia meremehkan aku? Aku tidak merasakan hasrat dalam hubungan kami. Haruskah aku sedikit memancingnya?” kata Hye Ja.
“Kau harus terus menunggu selama yang bibirmu sanggup. Dia pasti akan melamar.” Kata Hyun Joo. Hye Ja ingin tahu kapan.
“Apa Saat aku ulang tahun ke-60? Untuk pria seperti dia yang tidak bisa belajar sendiri, tidak ada cara selain membuat dia belajar dengan hafalan. Mulai hari ini, akan kulancarkan aksiku untuk membuatnya melamarku.”kata Hye Ja.
“Bagaimana kau bisa mengulangi rutinitas yang sama dengan tujuan yang berbeda? Bagaimana kau membuatnya melamarmu?” tanya Sang Eun.
“Mencium dan melamar itu berhubungan dengan suasana hati. Jika suasana hatinya tepat, dia akan terdorong melakukannya. Untuk mengatur suasana hati itu, kami akan bepergian semalaman.” Ucap Hye Ja.
Hyun Joo yakin Orang tua Hye Ja yang tidak akan izinkan. Hye Ja pikir tak mungkin melarang karena akan pergi bersama Hyun Joo. Hyun Joo kaget. Hye Ja meminta Hyun Joo Datang ke rumahnya dan beri tahu orang tuanya kalau mereka akan pergi bersama.
Hyun Joo pikir Hye Ja ingin berbohong. Hye Ja pikir tak masalah dan berpikir Hyun Joo bisa melakukannya demi temannya. Hyun Joo mengeluh kalau takut punya putri seperti Hye Ja. Sang Eun pikir Hyun Joo akan menikah dengan Young Soo. Hyun Joo mengeluh mendengarnya. 


Sementara Young Soo dirumah melakukan siaran dengan radio pemancarnya, mengakus sebagai operator dan akan menyerahkan  mikrofon kepada mereka. Salah seorang membalasnya memastikan kalau memang Kim Young Soo.
“Senangnya. Aku banyak mendengar tentang kau dari operator lain.” Ucap si pria
“Apa rumor tentangku sudah menyebar?” tanya Young Soo. Si pria mengaku Young Soo bintang di operator amatir seperti mereka. 

Di luar ruangan, Hye Ja berbicara dengan ibunya, mengaku pergi dengan Hyun Joo. Young Soo mendengar teriakan adiknya berpikir Ada sedikit gangguan dan meminta maaf.
“Kau bilang Pergi? Lalu Bibirmu kenapa?” ucap Ibu Hye Ja melihat bibir anaknya yang terluka.
“Aku makan sesuatu yang panas. Bibirku kepanasan dan Sakit.... Bu, aku akan pergi dengan Hyun Joo... Kenapa Ibu khawatir?” ucap Hye Ja merengek.
“Bagaimana Ibu tidak khawatir mendengar kalian mau pergi?” kata Ibu Hye Ja.
“Tidak perlu khawatir. Aku putri Ibu... Kami tidak akan membuat masalah dan kembali. Apa Ibu tidak percaya kepadaku?” Hye Ja menyakinkan ibunya.
“Dua gadis melakukan perjalanan? Di dunia yang begitu mengerikan? Perjalanan semalam? Tidak boleh.” Kata Young Soo keluar kamar. Hye Ja berteriak kesal.
“Ibu jangan pernah percaya padanya. Dia pernah menyuruh Ibu untuk percaya padanya dan mencuri semua uang dari Ibu untuk membeli buku- Jika dia tidak mengambilnya.... kita tidak akan semiskin ini. “ ucap Young Soo
“Hei, hentikan!.. Itu tidak benar!  Keluar sekarang! Ibu, jangan dengarkan dia... Itu tidak benar. Dia mencuri lebih banyak uang daripadaku.” Teriak Hye Ja. 




Akhirnya Young Soo melakukan siaran radio kembali "Di tengah Badai salju Di dermaga Heungnam... Di tengah bunyi klakson kapal, 15.000 burung di Dermaga Heungnam terbang ke langit. Saat menyaksikan kapal pergi berlayar, orang-orang pun berpamitan.”
Ia membuat suara dari kaki dan juga mulutnya,  Hye Ja yang melihatnya mengejek kalau pendengarnya tak bisa melihat melalui radio lalu mengumpatnya kalau itu Bodoh. Young Soo menegaskan kalau  Ini bukan radio biasa tapi ini radio amatir.
“Aku sudah menyuruhmu diam. Jangan bicara sedikit pun.” Tegas Young Soo lalu melanjutkan siaranya.
“Terima kasih untuk hari ini. Terima kasih atas komentar terakhirmu. Sekian dan terima kasih.” Kata Young Soo lalu mematikan radio dan mengusir Hye Ja dari kamarnya. 


“Aku hampir berhasil membujuk Ibu, tapi Kakak mengacaukannya.” Keluh Hye Ja. Young Soo dengan santai kalau Hye Ja bisa membujuk lagi kalau begitu.
“Apa Kakak pikir itu mudah?” keluh Hye Ja. Young Soo pikir kalau ada jalan. Hye Ja ingin tahu apa yang akan dilakukanya.
“Apa Kau ingin melakukan perjalanan? Apa Kau benar-benar ingin melakukan perjalanan semalam?” tanya Young Soo memastikan. Hye Ja membenarkan.
“Kalau begitu, katakan padanya kau mengajakku” ucap Young Soo. Hye Ja mengeluh karena tak ingin melakukanya.
“Kalau begitu, kau tidak akan bisa pergi.” kata Young Soo. Hye Ja makin kesal dengan kakaknya
“Kakak juga sibuk dan juga tidak ingin pergi. Tapi Kakak hanya menawarkan itu karena kamu sangat ingin pergi. Ibu tidak akan khawatir jika kakak ikut. Apa kau tidak mau pergi?” ucap Young Soo. Hye Ja mengaku sangat ingin pergi.

Akhirnya Young Soo berjalan dengan Joon Ha terlihat bersemangat. Hye Ja berjalan dengan Hyun Joo mengelu kakaknya yang bersemangat sekali. Hyun Joo meminta agar tenang karena ia yang menanganinya. Hye Ja yang kesal menyuruh Hyun Joo membawa kakaknya ke tebing lalu mendorongnya.
“Apa Aku boleh mendorongnya?” kata Hyun Joo. Hye Ja yang kesal memperbolehkanya.
Mereka akhirnay sampai di "Penginapan Tuan Choi" Young Soo mulai membuat api. Joon ha akan membantu tapi Young Soo melarang agar  Jangan disentuh dengan memberitahu akalu menyalakan api itu tak mudah.
“Apa Kau belajar tentang era Neolitik? Saat itu, hanya kepala desa yang menangani api. Apa kau tahu kenapa? Karena itu sulit... Kamu tidak tahu apa-apa.” Ucap Young Soo bangga.
“Tapi Apinya mengecil.” Ucap Joon Ha ingin memberikan kayu bakar.
“Jangan! Sudah kubilang, jangan disentuh... Tidak ada api yang padam di depanku.” Kata Young Soo dan melihat api malah mati. Joon Ha pun tak bis kata-kata karena lebih senior dan kakak iparnya.
“Mungkin karena kita di lingkungan yang berbeda. Aku perlu waktu untuk beradaptasi.” Ucap Young Soo. Joon Ha ingin mencobanya.
“Benar, bagus. Waktunya menambahkan kayu bakar.” Kata Young Soo menuruti perintah Young Soo. 


Hyun Joo datang mengajak Young Soo untuk bicara. Young Soo menolak karena sedang sibuk. Hyun Joo menegaskan ingin mengatakan sesuatu. Young Soo memberitahu sedang menyalakan api jadi Hyun Joo bisa mengatakan saja di sini.
“Apa aku akan bertanya jika itu bukan hal penting?” kata Hyun Joo. Akhirnya Young Soo mengalah pamit pergi pada Joon Ha.
“Omong-omong, Hye Ja di dekat sungai di sana.” Kata Hyun Joo memberitahu. Joon Ha terlihat diam saja. 

Joon Ha akhirnya datang bertanya apa yang dilakukan Hye Ja sendirian. Hye Ja mengaku kalau ditepi sungai itu indah. Lalu mengaku  ingin membangun rumah yang indah dan tinggal di desa. Joon Ha pikir kalau Kedengarannya bagus. Hye Ja makin senang mendengarnya.
“Anak-anak bisa bermain di air, lalu aku dan suamiku bisa menyaksikan mereka dengan bahagia. Berapa anak yang harus aku miliki?” ucap Hye Ja penuh semangat.
“Entahlah... Mungkin satu anak akan sepi.” Kata Joon Ha.  Hye ja pikir akan punya setidaknya tiga anak.
“Lalu sebelumnya aku harus apa? Haruskah aku membangun rumah? Tidak... Haruskah aku membeli tanah? Tidak... Aku harus menikah dahulu. Untuk menikah, ada sesuatu yang perlu dilakukan...” kata Hye Ja dengan penuh semangat dan melonggo melihat Joon Ha yang tak ada disampingnya.
“Coba Lihat... Aku jago melempar batu, kan? Kali ini, aku akan berhasil melewati arus ini.” Kata Joon Ha melempar batu dengan membuat lemparan yang bagus.
Hye Ja hanya bisa cemberut.  Joon Ha menyuruh Hye Ja harus mencobanya juga dengan memberikan batu. Hye Ja melempar batu melampiaskan amarahnya. Joon Ha mengeluh Jangan dilempar seperti itu dan memberikan batu lagi agar bisa mencoba lagi.
“Astaga, kau payah... Ayo coba lagi...” kata Joon Ha yang memberikan cincin. Hye Ja yang marah langsung melemparnya. Joon Ha panik.
“Apa Kau terobsesi dengan kerikil itu?” kata Hye Ja marah. Joon Ha memberitahu kalau tadi itu cincin.  Hye Ja kaget.
“Aku ingin melamarmu hari ini.” Ucap Joon Ha. Hye Ja melonggo kaget.
“Seharusnya pakaikan kepadaku. Kenapa kamu berikan kepadaku?” keluh Hye Ja.
“Tidak bisa begitu saja. Aku harus membuatnya istimewa. Aku ingin memberimu kejutan.”ucap Joon Ha. 



Keduanya akhirnya mencari cincin disungai, Hye Ja mengeluh kalau Joon Ha bahkan tidak bisa memilih waktu yang tepat dan ingin tahu Kapan Joon Ha memutuskan untuk melamarnya. Joon Ha mengaku Beberapa bulan lalu dan sudah menunggu saat yang tepat.
“Kenapa kau tidak melamarku saat sudah yakin?” ucap Hye Ja. Joon Ha pikir Hye Ja sudah menunggu lama
“Kau sebenarnya tahu, tapi kau hanya menerima petunjuk yang kau mau!” kata Hye Ja sambil menangis.
Saat itu Joon Ha bisa menemukan cincin, Hye Ja langsung bersemangat melihatnya dan berpikir terlihat cantik dan bertanya apakah Cincinnya tergores. Joon Ha melihat cincinnya baik-baik saja lalu mengaku pada Hye Ja akalu dirinya tidak peka.
“Aku pun kurang menunjukkannya kepadamu. Kekuranganku lebih banyak daripada kelebihanku. Tapi jika kau tidak keberatan dengan itu, maukah kau menikah denganku?” kata Joon Ha berlutut depan Hye Ja lalu masangkan cincin di jari manis.
“Kau sangat cantik memakainya.” Ucap Joon Ha terlihat bahagia melihat Hye Ja yang menangis bahagia.
“Aku membelinya untuk melamarmu. Aku membawanya, kupikir aku harus melamarmu jika kau tidak melamarku.” Kata Hye Ja memberikan jam tangan.
“Kau belum memberiku jawaban. Maukah kamu menikah denganku?” kata Joon Ha. Hye Ja pun menjawab dengan anggukan sambil menangis lalu berpelukan.
Young Soo dan Hyun Joo datang dengan wajah panik melihat Hye Ja yang menangis.  Hye Ja memperlihatkan jarinya kalau Joon Ha melamarnya. Joon Ha  melihat wajah Young Soo yang berlepotan lipstik lalu bertanay kenapa dengan wajahnya.
“Bagaimana kalau kita kembali dan menyelesaikan percakapan kita?” kata Young Soo. Hyun Joo menjadi penurut mengikuti Young Soo. Young Soo menyuruh mereka melanjutkan saja
Bersambung ke part 2


 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar