PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 21 Maret 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 12 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Hye Ja melihat si kakek tua, seperti ingin mengambil jam tapi tiba-tiba tubuhnya jatuh. Perawat dan yang lainya panik memastikan keadanan Hye Ja baik-baik.

"Panti Wreda Hyoja, Melayani  Perawatan Sehari Penuh"
Hye Ja sedang berbicara dengan teman-temanya membahas tentang sebuah film yang selalu ditonton.  Tuan Kim melihat dari kejauhan, menatap ibunya. Dokter memberitahu kalau ada keributan semalam dan Hye Ja membahas tentang Arloji.

Flash Back
“Ada masalah beberapa bulan lalu karena arloji itu juga. Terkadang, pasien cenderung  menunjukkan perilaku kekerasan, tapi sebelumnya,  Beliau tidak pernah seperti itu. Apakah beliau memiliki pengalaman traumatis atau memori spesifik yang terkait dengan arloji itu?” ucap Dokter Kim.
Tuan Kim mendekati ibunya, sementara Hye Ja asyik mengobrol mengaku tidak pernah belanja dari saluran belanja rumah. Tuan Kim pun menyapa Hye Ja, Hye Ja pun dengan senang hati melihat Tuan Kim.
“Bagaimana dengan pekerjaan?” tanya Hye Ja. Tuan Kim menjawab Hari ini aku shif malam.
“Ohh.. Begitu... Itu pasti melelahkan.” Kata Hye Ja merasa kasihan.
“Ibuku menderita Alzheimer.” Gumam Tuan Kim melihat ibunya Hye Ja kembali mengobrol 



Flash Back
Seorang anak jatuh dan Seorang wanita akan membantunya untuk bangun. Tapi Hye Ja dengan sinis menyuruh untuk membiarkan anaknya agar bisa bangun sendiri. Sang anak memanggil ibunya agar bisa membantu untuk membangunkanya.
“Kau bisa bangun sendiri. Jika kau tidak bisa bangun sendiri, bagaimana kau akan hidup. Ayo cepat Bangun.” Ucap Hye Ja lalu melangkah pergi. Dae Sang menangis meminta tolong ibunya, tapi Hye Ja tak peduli membiarkan begitu saja. 

Hye Ja menceritakan  Ada perawat baru yang baru mulai bekerja menurutnya perawat itu bekerja sangat keras. Tuan Kim bertanya siapa itu. Hye Ja pikir Tuan Kim tidak melihatnya, lalu menceritakan wanita berwajah bulat, dan sepertinya orangnya hangat.
“Dia bilang perkerjaanya penata rambut. Dia menyisir rambut Ibu kemarin. Bahkan Dia cukup mahir.” Cerita Hye Ja.
“Maksud Ibu siapa? Aku khawatir ibuku tidak ingat istriku.” Gumam Tuan Kim panik 

“Seiring waktu, gejalanya hanya akan memburuk. Tapi aku menyarankan Anda tetap mengikutinya. Itu lebih baik daripada emosinya terpancing.” Pesan Dokter Kim pada Tuan Kim
Tuan Kim pulang ke rumah yang masih gelap. Nyonya Lee akhirnya pulang  bertanya apakah Ibunya sudah  tidur. Tuan Kim melihat banyak belanjaan dan bertanya apa yang dibawanya. Nyonya Lee mengaku ini untuk upacara peringatan Ayah.
“Harinya sudah dekat, kau tahu... Aku harus membelinya selagi bisa agar  sempat mengunjungi Ibu.” Kata Nyonya Lee
“Apa Kau akan mengadakannya tahun ini? Dengan kondisi Ibu seperti itu?” kata Tuan Kim
“Apa hubungannya itu dengan upacara peringatan Ayah? Aku bisa sendiri karena sudah pernah sebelumnya. Sekarang akan kubereskan.” Kata Nyonya Lee penuh semangat. 

Tuan Kim duduk di sofa menerawang mengingat kejadian sebelumnya.
Flash Back
Dae Sang sedang bermain bola dengan temannya, Sang Yong di panggil oleh ayahnya. Sang Yong pun pergi meninggalkan Dae Sung dan pergi dengan ayahnya. Dae Sang cemberut karena hanya bisa bermain sendirian. Hye Ja panik mencari anaknya, sampai akhirnya Dae Sang menyebarang jalan mengambil bola dan sebuah mobil ada didepanya.
Dae Sang berjalan dengan kaki pincang, semua temanya mengejek “Pincang” dan punya kaki robot bahkan mengajaknya untuk bertarung seperti Robot Taekwon V
Akhirnya Dae Sang pulang dengan wajah sumringah, tapi ibunya seperti tak peduli hanya melayani pelanggan yang datang. Dae Sang seperti kesepian sendirian, hanya ada ibunya yang sibuk berkerja dan tak peduli padanya. 


Esok paginya
Hye Ja sedang berhias menyuruh Dae Sang Bangun karena sudah pukul 8.00 lalu Makan sarapannya dan berangkat sekolah. Dae Sang yang sedang berbaring mengakusakit jadi tidak bisa sekolah hari ini.
“Ayo bangun. Walaupun sakit, kau tetap harus sekolah. Jika kau terlambat lagi, kau harus membersihkan kamar mandi.” Ucap Hye Ja menarik selimut anaknya.
“Ini hari tur.” Keluh Dae Sang. Hye Ja pikir tak ada alasan menurutnya Dae Sang  tidak bisa pergi karena malu.
“Kalau begitu, hiduplah sendirian seumur hidupmu... Jangan sekolah. Jangan keluar selama sisa hidupmu.” Kata Hye Ja marah. Dae Sang hanya diam saja. 

Seorang pelanggan datang memberikans sesuatu. Hye Ja mengucapkan terima kasih banyak. Si wanita merasa Hye Ja tak perlu melakukan itu kareana hanya memberikan  pakaian putranya yang sudah tidak muat menurutnya masih lebih baik daripada membeli pakaian bekas
“Kita cemas karena tidak tahu itu bekas siapa.” Ucap Si wanita. Hye Ja membenarkan.
“Apa Kau ingin rambutmu ditata lagi? Silakan duduk.” Ucap Hye Ja penuh semangat.
Dae Sang melihat ibunya yang terlihat ramah tapi denganya sangat sinis, akhirnya dengan wajah cemberut pamit berangkat ke sekolah.

Dae Sang berjalan dengan kakinya yang pincang, teman-teman mendorong agar Dae Sang Jalan yang benar. Dae Sang pun terjatuh, temanya makin mengejek kalau Dae Sang bahkan tidak bisa meliha dan seorang  pincang bodoh.
Para teman-temanya akhirnya meninggalkan Dae Sang sendiri, tiba-tiba teman yang mendorongnya terkena pukulan dikepala. Dae Sang sudah memegang batu, semua teman Dae Sang ketakutan dan berlari pergi.
“Setelah itu, anak lain di sekolah berhenti mengolok-olok aku. Mereka bahkan tidak berani mendekat. Entah di rumah atau di tempat lain, aku selalu sendirian.”

Dae Sang terlihat lebih percaya diri sambil makan mengeluh karena menunya Otak-otak, lagi. Hye Ja dengan sinis menyuruh Dae Sang Jangan makan kalau tidak mau. Dae Sang meminta ibunya agar  memasukkan daging.
“Keluarga lain...” kata Dae Sang yang langsung dipotong oleh Hye Ja agar Dae Sang tinggal saja bersama mereka.
“Ibu membenciku, kan? Aku merepotkan Ibu, kan?” kata Dae Sang berani bicara pada ibunya.
“Akan Ibu buang jika tidak kamu makan.” Kata Hye Ja tak ingin membahasnya.
“Ibu... Ibu ingin aku mati saja,kan? Apa Ibu tidak kasihan padaku?” kata Dae Sang
“Apa kasihan memberimu makan? Apa Memberimu uang? Kalau begitu, Ibu akan bilang Ibu kasihan padamu. Kau harus Cuci piring setelah selesai.” Ucap Hye Ja tak peduli dan bergegas pergi
“Entah karena kakiku yang cedera atau karena kebencianku kepada Ibu. Setelah itu pun, masa remajaku terasa sangat panjang dan berat.” Gumam Dae Sang mulai makan.
Tuan Kim teringat saat ibunya yang lupa ingatan melihat kakinya yang palsu menangis meminta maaf dan merasa kalau dirinya sebagai Ayahnya. Akhirnya Tuan Kim terbangun karena bunyi alarm dan melihat istrinya yang tertidur disalon sambil duduk.
“Ya. Kau bilang Shif malam hari ini, ya?” ucap Nyonya Lee melihat Tuan Kim akan pergi. Tuan Kim menyuruh istrinya untuk tidur dikamar karena sangat dingin.
“Aku akan mengunjungi Ibu besok agar kau bisa istirahat.” Ucap Nyonya Lee. Tuan Kim pikir tak perlu
“Tidak apa-apa. Pasti sulit karena cuaca dingin.” Kata Nyonya Lee akan masuk kamar.
“Ibu tidak mengenalimu.” Kata Tuan Kim. Nyonya Lee mengaku sudah tahu. Tuan Kim kaget kalau Nyonya Lee bisa mengetahuinya.
“Tidak apa-apa, karena aku mengenalinya..Sampai nanti.” kata Nyonya Lee santai. 


Tuan Kim pergi ke ruangan kerjanya sambil mengingat kenangan saaat ibunya yang datang menganggap dirinya sebagai ayah.
Flash Back
Tuan Kim kaget melihat ibunya datang. Hye Ja mengaku  membawakan makanan, Tuan Kim pikir akan memakan nanti. Hye Ja pikir ayahnay pasti akan menyisihkan terinya jadi tidak akan pergi sampai habis, jadi, Ayahnya  harus makan semuanya.
“Beraninya kau mengatakan itu! Aku ibunya. Aku ibu petugas penjaga ini. Jika kau dipermalukan seperti ini di depan ibumu oleh orang lain, bagaimana perasaanmu? Ayo Jawab.” Teriak Hye Ja membela anaknya. Tuan Kim kaget berpikir ibunya itu sudah teringat kalau ia anaknya. 

"Panti Wreda Hyoja"
Nyonya Lee kembali datang menemui Hye Ja, Hye Ja menatap Nyonya Lee dengan senyuman bahagia. Nyonya Lee mengoda Hye Ja pasti binggung karena ada peri yang datang sendirian. Hye Ja bertanya Berapa umur Nyonya Lee seperti memang tak mengenalnya.
“Setua apa rupaku?” ucap Nyonya Lee. Hye Ja pikir kalau Pekerjaan Nyonya Lee pasti berat.
“Kau pasti harus bersabar dengan orang tua yang cerewet.” Ucap Hye Ja. Nyonya Lee pikir  Tidak apa-apa.
“Aku menganggap mereka orang tuaku.” Kata Nyonya Lee. Hye Ja ingin tahu Di mana orang tuanya.
“Keduanya sudah lama meninggal. Salah satunya, yang dia pedulikan hanyalah minum. Suatu hari, dia minum seperti biasa dan tenggelam di sungai dalam perjalanan pulang, lalu satu lagi menderita diabetes sepanjang hidupnya...” cerita Nyonya Lee. Hye Ja meminta agar tak meneritakan lagi.
“Tapi untungnya, mertuaku baik.” Kata Nyonya Lee. Hye Ja tak ingin mendengarnya.
“Mereka beruntung memiliki menantu sepertimu. Aku bisa tahu dari tanganmu.” Ucap Hye Ja yang memegang tangan Nyonya Lee
“Apa Ibu sungguh tidak mengenaliku?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja pikir Nyonya Lee pernah menata rambutnya di salonnya dahulu. 
Tuan Kim datang melihat istrinya sedang bersama ibunya. Hye Ja memberitahu kalau Tuan Kim sebagai putranya dan Nyonya Lee yang  belum bertemu dengannya lalu memberitahu kalau Nyonya Lee adalah  perawat yang diceritakan.
Keduanya hanya saling berpandangan didepan ruangan terlihat nama "Kim Hye Ja"


Tuan Kim bersama dengan ibunya masuk ruangan puzzle yang Hanya tersisa satu bagian jadi bisa menaruh ditempat yang kosong. Hye Ja hanya diam saja terlihat binggung. Tuan Kim memancing akalu Segitiganya hilang jadi ibunya bisa meletakanya.
Hye Ja menatap Tuan Kim tapi matanya terlihat kabur. Tuan Kim meminta ibunya agar meletakan segitiga ditempat yang kosong. Tapi HyeJa tetap diam. akhirnya  Tuan Kim tak bisa menahan amarah pergi keluar dari ruangan. Nyonya Lee sedari tadi hanya menatap sedih.
“Perawat itu... Sepertinya dia memiliki kehidupan yang berat, dan dia bilang penata rambut... Apakah dia menantuku?” gumam Hye Ja menatap Nyonya Lee 

“Apakah memulihkan ingatan tentang arloji itu akan membantu?” tanya uan Kim.
“Aku tidak bisa memastikan bagaimana ingatannya tentang arloji akan memengaruhi Beliau, tapi menurutku ini patut dicoba.” Kata Dokter Kim
Tuan Kim pergi ke kamar ibunya mencari sesuatu menemukan, barang-barang milik ibunya dikardus, foto Hye Ja dengan Joon Ha. Lalu  "Buku Akun dan struk Pembayaran untuk bulan Maret, Departemen Sosial, Lee Joon Ha” 


Flash Back
Di depan gedung “Surat Kabar Hanmin, jujur dan pekerja keras." Hye Ja sudah menunggu didepan pintu melihat Joon Ha akan keluar lalu mengejutkan. Teryata Joon Ha keluar dengan seniornya, Hye Ja pun terlihat malu.
“Kalian sangat mesra... Kalian membuat pria lajang ini merasa kesepian.” Goda Senior Hye Ja.
“Mereka pengantin baru... Itu tidak sampai dua tahun. Tahan saja.” Kata senior lainya.
“Bu Kim, jangan datang lagi. Aku iri. Jika aku sangat iri, aku mungkin tidak membiarkan Joon Ha pulang.” Kata Senior Joon Ha
“Aku akan menguranginya.” Ucap Hye Ja malu-malu. Seniornya menyetujuinya. 

Mereka akhirnya berpisah, Joon Ha mengeluarkan sebuah amplop sebagai bulannya. Hye Ja mengucapkan  terima kasih untuk bulan ini sambil memukul bokong suaminya. Joon Ha panik padahal sudah berjanji akan menguranginya.
“Apa? Aku bukan menyentuh orang asing... Kau suamiku.” Ucap Hye Ja.
“Kau Mau makan apa? Haruskah kita mengajak orang tuamu ke tempat yang bagus?” ucap Joon Ha.
“Aku punya ide... Ayo Ikut aku.” Kata Hye Ja mengajak Joon Ha pergi. Joon Ha bertanya apakah harganya malah. Hye Ja mengatakan akan memilih hidangan paling mahal.

Hye Ja pergi ke bar yang ada didekat rumah dan makan udon. Joon Ha heran Hye Ja yang tidak membeli yang lebih enak. Hye Ja mengaku Tidak ada yang lebih enak dari ini jadi akan makan banyak hari ini karena Joon Ha gajian.
“Di hari lain, memimpikannya pun aku tidak berani.” Ucap Hye Ja penuh semangat.
“Seleramu benar-benar...” komentar Joon Ha. Hye Ja pikir itu bagus.
“Itu sebabnya aku memilihmu.” Kata Joon Ha. Hye Ja pun setuju. 

Pemilik melihat Hye Ja dan Joon Ha bertanya apakah sudah hampir selesai karena Sebentar lagi jam malam. Joon Ha dan Hye Ja panik bergegas menghabiskan makanan dimangkuk.  Setelah itu keduanya bergegas pergi dari bar.
Keduanya bergegas sebelum jam malam, tapi Joon Ha kelelahan. Hye Ja pikir kalau Biaya perawatan Joon Ha mahal, Joon Ha mengucapkan Terima kasih tidak meninggalkan.
Saat itu alarm berbunyi, Joon Ha langsung mengendong Hye Ja dan berlari pergi. beberapa petugas pun mengejar orang-orang yang masih berkeliaran di jam malam. 

Foto penikahan Hye Ja dan Joon Ha dipajang diatas dinding.  Joon Ha seduh siap berkerja terlihat binggug. Hye Ja heran melihat wajah Joon Ha berpikir apakah Itu caranya memberi selamat. Joon Ha dengan sikap canggung mengucapkan “Selamat”
“kau bilang "Selamat"? Ini anak kita.” Keluh Hye Ja heran dengan sikap Joon Ha.
“Haruskah aku mengucapkan terima kasih?” kata Joon Ha. Hye Ja makin binggung. 


Di restoran
Hyun Joo memberikan tumis tahu yang dibawanya sambil mengendong bayi di punggungnya. Hye Ja dengan wajah cemberut menceritakan  Ketika tahu hamil, ia melompat kegirangan meskipun aku sendirian tapi heran dengan Joon Yang mengatakan "terima kasih"
“Lalu, kenapa harus "Selamat"?” keluh Joon Ha kesal. Hyun Joo pikir  Semua pria seperti itu.
“Jangan berharap kepada mereka. Dia pasti malu. Pria memang seperti itu. Mungkin juga itu seperti mimpi. Benarkan?” ucap Sang Eun.  
“Sepertinya... Tapi aku juga tidak percaya Ini masih sekecil kuku....”kata Hye Ja.
“Masih di perutmu lebih baik. Sekarang bayiku harus makan dan buang air besar. Ini membuatku gila.” Kata Hyun Joo
“Makanya duduklah. Berhenti bergerak.” Kata Sang Eun. Hyun Joo dengan senang hati duduk bersama teman-temanya.
“Di mana Yeong Soo Oppa?” tanya Hye Ja. Hyun Joo menjawab  ada di dapur karena sanga Ayah ingin melatihnya.
“Apa Dia dipromosikan?” tanya Hye Ja. Hyun Joo pikir Bukan hal yang membahagiakan.


Young Soo memotong daun bombay dengan lamban, Seroang anak kecil dengan sombongnya memanggil “Kim” menyuruh agar melakukan  yang benar karena Ketebalannya berbeda. Young Soo tak percaya kalau di panggil Kim mengeluh kalau itu tidak sopan.
“Apa Kau tahu siapa aku? Aku akan mewarisi tempat ini dari ayah mertuaku. Kau tidak mengerti. Bukankah dia menyuruhmu memperlakukanku dengan hormat?” ucap Young Soo. Saat itu si anak kecil memotong dengan cepat dan pas.
“Apa Kau ingin aku mengadukanmu?” ancam si anak. Young Soo panik memintaa agar jangan melakukanya.
“Kau seperti anak kecil. Begitu aku mewarisi tempat ini, dia yang pertama aku pecat... Hei. Siapa namamu?” ucap Young Soo. Si pria menjawab namanya Lee Yeon Bok.
“Lee Yeon Bok? Akan kuingat itu. Tapi Firasatku berkata dia akan menjadi sukses.” Kata Young Soo lalu melihat kalau bawang bombaynya jadi berwarna merah.
“Itu Sakit, kan?” ucap si anak. Young Soo menjerit kesakitan karena ternyata tanganya terluka, dan di bawa pergi ke "Klinik Kebidanan Kim Seon Young" dengan jeritan keras. 

Hye Ja sibuk memasak sambil mengendong Dae Sung, meminta maaf pada anaknya yang lapar. Ia mengepel lantai sambil mengedong Dae Seung agar jangan menangis. Joon Ha sedang berkerja tiba-tiba Hye J datang
“Kau Awasi Dae Sang. Aku harus merebus popoknya.” Ucap Hye Ja memberikan anaknya
“Kau Istirahatlah. Apa Tidak bisa besok?” ucap Joon Ha. Hye Ja mengeluh kalau besok mengerjakanya maka anaknya tak pakai popok besok.
“Kau harus Jaga dia.” Ucap Hye Ja. Joon ha menganguk mengerti mengejek Dae Sung itu nakal menyuruh biarkan ibunya istirahat. Dae Sung malah menangsi.
“Jangan menangis. Maafkan Ayah... Ayah harus bagaimana?” ucap Joon Ha bingung. 

Hye Ja bangun kaget melihat anaknya hanya tergeletak dibawah sementara Joon Ha duduk di meja kerja.  Ia memarahi Joon Ha padahal sudah minta agar menjaganya dan Joon Ha hanya menatapnya. Joon Ha bingung karena tak mengerti.
“Kau seharusnya bermain dengannya  dan memastikan dia tidak terluka. Kau ayahnya. Ini bukan pertama kalinya...” ucap Hye Ja marah lalu meminta maaf pada anaknya.
“Kenapa? Apa Kau tidak menyayanginya? Apa Kau tidak peduli padanya?” ucap Hye Ja kesal
“Sejujurnya, aku merasa canggung di dekatnya. Aku tidak mendapatkan apa pun dari ayahku. Jadi, aku tidak tahu cara menyayangi seorang anak. Dan Aku juga takut salah bahkan Aku juga belum pernah melakukan ini. Jadi Ini juga pertama kalinya bagiku.” Ucap Joon Ha
“Aku belum pernah menjadi ibu... Ayo kita berusaha Ayo lakukan yang terbaik untuk menjadi orang tua yang baik.” Kata Hye Ja. Joon Ha tak percaya Hye Ja bisa mengerti. 


Akhirnya Hye Ja mengajak Joon Ha untuk memandikan Dae Sang bersama Joon Ha memastikan kalau dirinya sudah benar melakukanya. Hye Ja menganguk lalu memberitahu kalau Joon Ha merasa gugup maka bayinya juga gugup.
“Coba bersihkan wajahnya sekarang.” Ucap Hye Ja. Joon Ha panik takut kalau air masuk ke hidungnya
“Itu sulit bahkan untuk orang dewasa.” Kata Joon Ha merasa tak tega.
“Apa Kau mau wajah dan rambutnya tidak dibersihkan selamanya? Dia bukan anjing... Kau Lakukan saja dengan lembut. Percikkan sedikit air ke wajahnya... Dan Mulai dari pipinya.” Kata Hye Ja.
Joon Ha terlihat masih gugup, tapi saat itu tangan Dae Sang memegang tangan ayahnya. Hye Ja tersenyum karena yakin anak mereka itu  menggemaskan, Joon Ha seperti baru merasakan sentuhan dari anaknya. Hye Ja menegaskan kalau mereka keluarga sekarang.



Joon Ha mengendong Dae Sang dipelukanya, Hye Ja melihat anaknya yang tertidur pulas. Joon Ha mengucapkan  Terima kasih pada Hye Ja. lalu mengaku Rasanya seperti masalah yang selama ini menghantuinya mulai terpecahkan.
“Apa yang aku lakukan? Aku tidak melakukan apa-apa. Aku sangat bangga padamu.” Kata Hye Ja.
Saat itu Ayah Joon Ha datang seperti sedang mabuk, Tuan Lee mengaku hanya datang untuk melihat cucunya. Joon Ha menyuruh ayahnya pulang karena terlihat mabuk. Tuan Lee mengumpat ksal.
“Bukankah ini karena Ayah tidak mendapat uang yang kau mau?” kata Joon Ha. Hye Ja hanya melihat sambil mengendong anaknya.
“ Bagaimana rasanya? Sekarang kamu punya anak. Bisakah kau bersimpati dengan perasaan Ayah dahulu?” kata Tuan Lee.
“Ya. Aku bingung kenapa seorang ayah bisa hidup seperti itu.” Komentar Joon Ha sinis
“Ya ampun. Kau seperti ibumu... Ayah tidak bisa dekat denganmu. Sekarang kau punya anak dan semuanya, Ayah tidak ingin memperburuk keadaan kita. Aku datang untuk memperbaiki keadaan dengan damai... Tidak, seperti Ayah bilang, aku ayah dari seorang anak dan suami dari seorang wanita.” Ucap Tuan Lee
“Aku akan berusaha sebisaku untuk melindungi keluargaku. Selain itu, aku bisa saja melakukan hal buruk. Jadi Pulanglah.” Kata Joon Ha. Tuan Lee mengumpat Joon Ha Anak kurang ajar.
“Dasar Tidak sopan. Keterlaluan... Sial.” Kata Tuan Lee akhirnya berjalan pergi. 


Hye Ja melihat suaminya merasa kasihan lalu mengusap punggung suaminya agar bisa tenang lalu mengaja masuk karena Dingin. Joon Ha seperti bisa tersenyum memiliki anak dan juga istri yang mengerti dengan semua kekurangan pada dirinya. 

Tuan Kim menatap foto ibunya dengan sang ayah lalu melihat penghuni baru datang dan memberitahu kalau ada paket untuknya. Esok pagi di panti, Hye Ja duduk di ruangan dengan senyuman bahagia melihat Nyonya Lee datang lalu berkomentar Rambutnya terlalu panjang.
“Benarkah? Ini... Tidak banyak yang memperhatikan rambut belakangku. Lagi pula, aku tidak memamerkannya kepada siapa pun.” Ucap Nyonya Lee
“Apa Kau tidak punya suami?” tanya Hye Ja. Nyonya Lee mengaku punya dan terlihat bingung.
“Semua suami seperti itu... Kau tahu yang orang katakan. Suami selalu memihak orang lain, bukannya memihak aku. Aku dahulu juga penata rambut saat masih muda. Apa Kau mau aku memotong rambutmu?” ucap Hye Ja. Nyonya Lee menganguk setuju. 


Hye Ja mulai memotong pasien nenek yang selalu ditemani suaminya dan hanya diam saja, tangaya seperti masih cekatan.  Tuan Kim melihat ibunya yang masih berkerja dan terlihat seperti baik-baik saja. Nyonya Lee mendekati suaminya dengan senyuma.
“Bagaimana penampilanku? Ibu memotong rambutku. Baguskan?” ucap Nyonya Lee bangga. Tuan Kim membenarkan.
Saat itu Hyun Joo datang melihat temanya terlihat sedih. Tuan Kim heran melihat Hyun Joo yang datang lagi. Hyun Joo masih dengan gaya machonya mengaku ingin menemui temannya dan bertanya Bagaimana kabar Hye Ja.  Tuan Kim pikir Hye Ja tampak lebih baik hari ini.
“Hei. Saat kita masih muda, aku yang tercantik di antara kita bertiga.” Kata Hyun Joo bertemu dengan Hye Ja.
“Apa Itu sebabnya kau menikah dengan kakakku?” goda Hye Ja.
“Kakak lelaki selalu memilih gadis tercantik di antara teman adik perempuannya. Aku tidak pernah membayangkan itu.” Ucap Hyun Joo
“Kau selalu kesal setiap Sang Eun membahas kakakku.” Komentar Hye Ja.
“Hei. Peramal itu memberitahuku bahwa akan ada tiga momen yang aku sesali. Aku memikirkannya. Pertama, saat aku jatuh cinta pada Yeong Soo sewaktu SMA. Kedua, saat berkencan dengannya saat sudah cukup umur untuk menikah. Ketiga adalah saat kami menikah. Hei. Peramal itu hebat, kan? Kata Hyun Joo tertawa bahagia. 
“Rice selalu menggonggong setiap melihatmu. Dia sangat menyukai Yeong Soo karena dia anjing betina. Dia tahu itu secara insting. Aku tidak tahu dan selalu memarahinya.” Ucap Hye Ja.
“Aku ingat Rice... Dia sangat menggemaskan... Rasanya semua itu baru kemarin.” Ucap Hyun Joo. Hye Ja pikir benar juga, Rasanya seperti baru beberapa hari lalu.



Hyun Joo akhirnya berjalan dengan Tuan Kim ingin tahu  Bagaimana nafsu makannya menurutnya Hye Ja selalu kurus, tapi malah makin kurus. Tuan Kim mengaku ibunya tidak makan sebanyak sebelumnya jadi Istrinya masih merawatnya.
“Aku dengar dia tidak mengenali istrimu... Tapi aku senang dia masih mengenali Anda.” Ucap Hyun Joo
“Omong-omong... Apa Anda tahu arloji yang ada kaitannya dengan ibuku?” tanya Tuan Kim. Hyun Joo binggung arloji apa yang dimaksud.
“Hanya arloji biasa. Tapi Anehnya, Ibu terus bereaksi terhadap arloji seorang pria tua.” Cerita Tuan Kim
“Di mana pria itu? Di mana? Tunggu. Apa Dia masih hidup?” kata Hyun Joo terlihat marah. 


Flash Back
Hye Ja dengan wajah cemberut menunjuk sebuah kalender yang ditandai lalu bertanya pada Joon Ha hari ini, hari apa.  Joon Ha menjawab Hari ini tanggal 22 lalu pamit pada Dae Sang yang akan pergi kerja. Hye Ja makin cemberut melihatnya.
“Apa? Apa Aku lupa sesuatu?” ucap Joon Ha binggung melihat Hye Ja yang masih cemberut.
“Kau lupa hal terpenting... Apa itu? Coba kulihat... Sebelum menikah, kamu selalu mempelajari ekspresiku dan bahkan cara bicaraku. Kenapa kau menjadi sangat lamban setelah menjadi reporter?” keluh Hye Ja.
“Maaf. Hari ini ulang tahunmu.” Kata Joon Ha memberikan ciuman. Hye Ja  mengeluh
“Ini ulang tahun pernikahan kita... Kau bahkan lupa ulang tahunku.” Keluh Hye Ja.
“Akhir-akhir ini sangat sibuk, karena berita yang aku liput. Aku sungguh minta maaf. Apa Kau mungkin lupa alamat kita dan tersesat.” Ejek Hye Ja.
“Haruskah kita makan di luar malam ini?” ucap Joon Ha meredakan amarah istrinya.
“Pastikan kau pulang sebelum restorannya tutup.”ancam Hye Ja. Joon Ha pun berjanji akan pulang lebih awal hari ini.
“Aku selalu memaafkanmu, tapi jika kau terlambat hari ini, maka aku akan menutup pintu.” Tegas Hye Ja. Joon Ha menganguk pergi lalu pamit pergi.
“Dae Sang, Ayah pergi kerja... Aku akan pulang lebih awal.” Kata Joon Ha pamit pulang. 


Hye Ja sudah menaruh kue dengan dan juga banyak menu makanan diatas meja, tapi sampai malah Joon Ha belum juga datang. Wajahnya terlihat kesal merasa sudah menduga kalau suaminya pasti telat datang.  Akhirnya Ia keluar rumah walaupun Dingin dan berpikir sudah bekerja lembur lagi.

Pagi hari
Joon Ha belum juga pulang, Hye Ja pergi  ke "Surat Kabar Hanmin, jujur dan pekerja keras." Seniornya menyapa Hye Ja yang datang lagi ke kantor.  Hye Ja memohon agar senior suaminya itu Berhentilah membuatnya bekerja keras.
“Di mana Joon Ha? Apa Dia tidur ruang sif malam lagi?” ucap Hye Ja.
“Apa Joon Ha belum pulang?” kata seniornya. Hye Ja binggung mendengarnya dan berpikir suaminya pergi ke suatu tempat
“Sejujurnya, kemarin, petugas pemerintahan menerobos masuk dan menangkap semua karyawan surat kabar kami. Aku dan Joon Ha juga dibawa.” Ucap Senior. Hye Ja kaget kalau suaminya dibawa pergi.
“Aku dibebaskan dini hari tadi, jadi, kupikir dia sudah pulang.” Ucap seniornya. Hye Ja terlihat kaget. 

Hye Ja duduk kebingungan sementara, Ibunya bersama dengan Dae Sang meminta agar bisa mengatakan, "Ayah, cepatlah pulang." Hye Ja terlihat masih kebingungan dan panik. Ayahnya memberitahu kalau mereka K sudah melaporkan orang hilang ke polis jadi pasti akan menghubungi.
“Dia mungkin kelelahan setelah diselidiki semalaman dan tertidur di penginapan atau apa.” Kata ayahnya. Hye Ja terlihat masih sangat khawatir. 

Nyonya Lee memasak sendiri didapur, Tuan Kim melihatnya bertanya apakah butuh bantuan. Nyonya Lee menolak karena hampir selesai menyuruh bergegas karena Hye Ja pasti menunggumnya. Tuan Kim mengatakaan harus segera pergi.
“Belakangan ini, Ibu makan sedikit... Cuaca makin dingin, aku sangat khawatir.” Ucap Nyonya Lee. Tuan Kim meminta Nyonya Lee agar tenang saja.
“Untuk Ibu, ini mungkin upacara peringatan terakhir. Aku harus menyiapkannya dengan baik.” Kata Nyonya Lee. 

Dokter Kim bertemu dengan Hye Ja karena mendengar tidak nafsu makan, jadi akan memberikan infus sebagai gantinya. Hye Ja mengangguk mengert. Dokter Kim memberitahu kalau Cairan ini memang mengandung banyak nutrisi.
“Tapi itu jelas tidak sebanding dengan makan makanan bergizi, jadi, tolong cepatlah pulih agar kita bisa makan sesuatu bersama, oke?” kata Joon Ha. Hye Ja menganguk mengerti.
“Mari kita lihat ke depannya. Beliau mungkin akan pulih.” Kata Joon Ha pada Tuan Kim. Tuan Kim  menganguk mengerti. 

Flash Back
Hye Ja tak bisa menunggu lalu meminta ibunya agar  jaga Dae Sang. Ibunya memberitahu kalau Ayah Hye Ja  pergi ke kantor polisi untuk mencari tahu apa yang terjadi. Hye Ja merasa harus mencari tahu sendiri dan bergegas pergi.

Didepan kantor polisi tertulis spanduk  "Reformasi Revitalisasi Akan Membuat Sejarah Baru" Hye Ja mencoba merobso masuk mengaku hanya ingin melihat apakah suaminya ada di dalam tapi kenapa malah tak boleh. Petugas tetap tidak memperbolehkan.
“Biarkan aku masuk untuk memastikan dia tidak di sini. Dia seorang jurnalis surat kabar bernama Lee Joon Ha. Apa Dia memiliki pekerjaan yang layak. Kenapa kalian menahannya?” ucap Hye Ja.
“Lee Joon Ha? Dari Surat Kabar Hanmin?” kata seorang polisi. Hye Ja membenarkan kalau Joon Ha adalah suaminya.
“Apa Kau tahu kalau dia ada di sini?” ucap Joon Ha. Si polisi mengaku mereka sedang menyelidiki sesuatu.
“Menyelidiki apa? Apa yang suamiku perbuat onar?” kata Hye Ja membela
“Kami akan menyelidiki apakah dia melakukan kesalahan.. Tolong pergi.” ucap polisi
“Kalian menahan orang tidak bersalah tanpa alasan yang sah.” Teriak Hye Ja marah
“Kudengar kau memiliki satu putra. Jika kau tidak ingin masa depan putramu hancur tolong pergi saja. Paham?” ucap Si pria yang mengunakan jam tangan milik Joon Ha terlihat sangat jahat.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar