PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 12 Maret 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 9 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Sang Eun datang ke rumah Hye Ja merasa sedih karena temanya yang belum makan lalu bertanya apakah baik-baik saja. Hyun Joo pikir Sang Eun bisa melihat dari wajah Hye Ja apakah keadaanya baik-baik saja. Sang Eun mengajak Hye Ja untuk minum.
“Apa yang sedang kau pikirkan? Hye Ja akan mati kelaparan karena si Joon Ha itu.” Ucap Sang Eun
“Joon Ha? Kenapa Joon Ha?” tanya Hye Ja bingung. Sang Eun pikir Hye Ja seperti ini karena Joon Ha ditangkap. Hye Ja kaget mendengarnya.
Hye Ja berlari keluar kamar Sang Eun dan Hyun Joo panik karena ternyata Hye Ja tak tahu meminta agar bisa tenang. Hye Ja mencari keyword di komputer Young Soo "Wanita Tua Dibunuh demi Uang Asuransi. Kejahatan Rumit Direncanakan oleh Pegawai Sebuah Aula Pameran"

Hye Ja berlari keluar rumah, dua temanya mengikutinya. Ibunya didepan salon pun terlihat gugup. Sesampai dikantor polisi, Hye Ja menegaskan kalau Joon Ha bukan orang yang akan melakukan itu. Polis membalas kalau  Tidak ada gunanya berbicara dengan mereka.
“Mereka sudah menyelidiki di sana, tidak ada gunanya.” Ucap polisi
“Siapa maksudmu "mereka"? Kami akan pergi menemui mereka.” Kata Hye Ja marah
“Astaga, Nek... Anda terlihat lelah. Detektif Kang, tolong antarkan dia pulang.” Teriak Polisi tapi Hye Ja dkk sudah menghilang. Mereka bingung kemana mereka pergi. 

Hye Ja keluar dari kantor polisi dan terlihat kelelahan dan hampir pingsan. Sang Eun pikir Hye Ja  bisa pingsan kalau terus seperti ini. Hyun Joo menegaskan Hye Ja butuh energi jika ingin lakukan sesuatu.
Akhirnya Hye Ja pulang ke rumah makan dengan cepat, Nyonya Lee yang melihat meminta agar pelan-pelan karena Perutnya akan sakit. Hye Ja tak peduli terus makan agar bisa menambah energi. Tuan Kim baru datang bertanya apakah Hye Ja sungguh harus melakukan ini.
“Kau bilang, jika tidak bersalah, dia akan dibebaskan.” Ucap Tuan Kim.
“Dia tidak punya siapa-siapa... Joon Ha tidak memiliki siapa pun selain aku.” Ucap Hye Ja. Tuan Kim pikir tak ada gunanya Hye Ja pergi.
“Aku harus melindungi Joon Ha!” tegas Hye Ja tak ingin Joon Ha berada di polisi 

Polisi membawa Joon Ha di ruang intergasi membahas Ada banyak ibu-ibu lainnya di ruang pameran dan bertanya apakah ada alasan tertentu Jon Ha dekat dengan Nyonya Choi. Joon Ha pikir sudah makan sebelumnya terlihat masih shock.
“Aku sudah menyelidiki dan korban dikenal sangat kaya. Setelah penerbanganmu dibatalkan, kau mau pergi ke mana?” tanya Polisi
“Ke pantai.” Ucap Joon Ha. Polisi ingin tahu pantai yang mana. Joon Ha menjawab pantai yang dilewati. Polisi ingin tahu kemana lai setelah itu. Joon Ha mengaku hanya terus di pantai.
“Kalau begitu, pasti ada catatan kamu menggunakan akomodasi di sana.” Kata Polisi
“Tidak... Aku hanya duduk di dekat pantai.” Akui Joon Ha. Polisi bertanya apakah sepanjang malam. Joon Ha membenarkan.
“Apa adakah yang melihatmu? Apa Ada yang bisa membuktikan alibimu? Tahukah kau bahwa kau penerima uang asuransi?” ucap Polisi.  Joon Ha kaget mengaku tidak tahu.

Hye Ja mengetuk pintu, Hee Won membuka pintu mengaku sudah tutup. Hye Ja menahan pintu sebelum tertutup dan merasa Hee Won tahu dan melihat segalanya di berita jadi meminta agar ikut dengannya ke kantor polisi. Hee Won heran kenapa harus kesana.
“Kau tanya Kenapa? Dia dipenjara secara tidak adil. Dia sudah seperti saudaramu, jadi, kau harus membantunya.” Ucap Hye Ja.
“Dia tidak seperti saudara. Kami juga banyak merugi karena dia. Polisi sedang melakukan penyelidikan, Bisnis pun sedang buruk.” Kata Hee Won
“Orang ditangkap secara tidak adil... Bisa-bisanya kamu mencemaskan bisnis.” Kata Hyun Joo menatap curiga
“Anggap saja Joon Ha benar pelakunya. Siapa yang bisa menolak uang sebanyak itu? Dia bisa saja menjadi rakus, dan memutuskan untuk...” ucap Hee Won. Hye Ja langsung memberikan tamparan.
“Bisa-bisanya kau mengatakan itu... Dasar Jahat. Tidak punya hati.” Kata Hye Ja marah 

Akhirnya Hye Ja berjalan ingin tahu  Joon Ha di kantor polisi mana Karena ada di berita jadi berpikir ada dikantor polisi terdekat dan mengajak untuk naik taksi. Sang Eun pikir ini tidak akan ada gunanya. Hyun Joo membenarkan kalau mereka pergi pun tidak ada yang berubah.
“Kalian sama saja dengannya... Kalian tidak perlu membantuku. Aku akan pergi menyelamatkannya sendiri.” Ucap Hye Ja.
“Tenangkan dirimu!” pinta Sang Eun. Hye Ja meminta agar mencarikan taksi untuknya. 



Semangkuk sup masih utuh dan tidak sentuh oleh Joon Ha . Polisi melihat Joon Ha tidak makan jadi akan menyingkirkan dan mengeluh karena Joon Ha yang tidak mencoba menjelaskan dan tahu itu memberatkan posisimnya, karena Joon Ha hanya perlu berkata jujur.
“Kau bahkan tidak menyangkal tuduhan terhadapmu. Kau juga tidak meminta hak diam. Kenapa? Apa Kau merasa bersalah?” ucap Polisi. Joon Ha hanya diam saja.  Polisi mengeluh berpikir ini seperti kuis. 

Nyonya Lee melihat anaknya bergegas pergi memakai bajunya menyuruh untuk tetaplah di tempat tidur. Hye Ja menolak karena tetap  ingin pergi dan akan menemuinya. Nyonya Lee pikir akan melihat keadaan Joon Ha akan memberitahu Hye Ja  kondisinya.
“Tidak, aku harus melihatnya sendiri.” Kata Hye Ja bersikukuh. Nyonya Lee akhirnya membantu anaknya memakai syal.
“Kalau begitu, ayah ikut.” Kata Tuan Kim mendukung anaknya. Hye Ja tersenyum pada ayahnya. 

Hye Ja pergi ke kantor polisi meminta izin  untuk  menemui detektif yang menangani kasus ini Polisi memberitahu kalau detektif itu  sedang melakukan penyelidikan. Hye Ja pun meminta ingin melihat Joon Ha dan memastikan kalau baik-baik saja.
“Dia baik-baik saja, jadi, pergilah.” Ucap polisi dingin. Hye Ja marah karena tidak boleh melihat keadaannya. Polisi bingung.
“Kenapa aku tidak boleh melihatnya? Apa Ada alasan aku tidak boleh melihatnya?” ucap Hye Ja marah. Ayahnya meminta Hye Ja agar tenang.
“Apa kau memukul dia?” kata Hye Ja menuduh. Polisi mulai kesal karena Hye Ja berkata seperti itu.
“Kenapa aku tidak boleh melihatnya? Aku yakin kau menginterogasi pria tidak bersalah itu semalaman dan memukulnya karena tidak sesuai keinginanmu!” teriak Hye Ja marah
“Sekarang, sudah tidak ada yang menyelidiki seperti itu. Perkataan Anda bisa menyulitkan kita. Aku tidak tahu apa alasan Anda ke sini, tapi kami tidak bisa menjawab karena kasusnya sedang diselidiki. Jadi Silakan pergi.” ucap Polisi.
Detektif yang menyelediki Joon Ha pun datang. Hye Ja mengaku  ingin  menjelaskan semuanya pada polisi. Detektif pikir tak ada yang bisa dijelaskan, karenaFakta bahwa dia penerima asuransi dan apakah punya sesuatu yang bisa digunakan sebagai alibinya.
Hye Ja hanya bisa terdiam, Polisi pun meminta Hye Ja pergi saja.  Saat itu beberapa nenek dan kakek datang membawa papan, dibantu oleh Young Soo, Sang Eun dan Hyun Joo. Hye Ja berkaca-kaca membaca pepan
"Lepaskan Lee Joon Ha" Joon Ha tidak bersalah, jadi, tolong bebaskan dia" Polisi tak percaya kalau ada demo oleh para orang tua bahkan kakek yang buta pun membela Hye Ja. 


Polisi kembali masuk ruang interogasi berkomentar Joon Ha pasti baik sekali kepada para orang tua itu. Joon Ha hanya diam saja, lalu Polisi menerima telp terlihat kaget mendapatkan surat dan bertanya apakah yakin wanita itu pengirimnya.
“Apa Kau memeriksa CCTV kantor pos? Sebelum dia meninggal?” tanya Polisi akhirnya memberikan Joon Ha sebuah surat. Joon Ha terlihat binggung lalu membacanya.
“Anak muda yang baik hati, Lee Joon Ha... Maafkan aku... Kau pasti kaget... Maafkan aku.” Hye Ja hanya bisa menangis membaca surat dari Nenek Choi. 

Flash Back
Nenek Choi bertemu dengan Yong Seok di cafe mengaku  tidak akan mengenalinya jika bertemu di jalan. Yong Seok meminta maaf  karena belum sempat menghubungi lalu menanyakan kabarnya.  Nenek Choi mengaku baik-baik saja.
“Begini.. Apa Kau masih kontak dengan Soo Hong?” tanya Nenek Choi. Yong Seok terlihat gugup lalu menganguuk.
“Benarkah? Apa Dia mengganti nomornya? Nomor telepon yang aku punya tidak bisa dihubungi. Omong-omong, apa terjadi sesuatu padanya di AS? Aku sungguh mencemaskan dia dan ingin mengunjunginya di AS.” Ucap Nenek Choi
“Itu... Bu... Soo Hong ada di Korea.” Kata Yong Seok terlihat bingung. 


Nenek Choi memegang alamat ditanganya "Solbit Apartemen 2, Unit 1304, Songhyeon 3-dong, Gwanak-gu, Seoul" lalu terlihat gugup membunyikan bel. Seorang anak kecil keluar dari rumah, Nenek Choi kaget bertanya siapa namannya.
“Aku Yu Bin.” Ucap anak laki-laki. Nenek Choi senang melihat Yu Bin yang  sudah besar sekarang.
“Yu Bin! Siapa?” teriak seorang pria dan ternyata Soo Hong mendekati anaknya kaget melihat ibunya yang datang.
“Ada apa kemari?” tanya Soo Hong. Nenek Choi binggung. Soo Hong langsung menyuruh anaknya masuk lalu menutup pintu rumah dan mengajak ibunya pergi. Nenek Choi sedih tak melihat cucunya. 

Keduanya duduk di taman apartment,Soo Hong bertanya dapat alamatnya dari mana. Nyonya Choi mengaku Teman Soo Hong , Yong Seok, memberikannya kepada nya. Soo Hong meminta maaf karena belum menghubungi Ibuna. Nyonya Choi mengaku sudah paham.
“Bekerja saja yang giat dan jalani hidup dengan baik. Hanya itu yang Ibu inginkan.” Kata Nyonya Choi
“Aku punya sedikit masalah.” Ucap Soo Hong. Nyonya Choi mengaku sudah tahu.
“Pasti sungguh sulit bagimu... Bagaimana kesehatanmu?” tanya Nyonya Choi. Soo Hong mengaku baik dan bertanya balik pada ibunya.  Nyonya Choi mengaku baik-baik saja.
“Bagaimana dengan istrimu?” tanya Nyonya Choi. Soo Hong mengaku  baik-baik saja.
“Yoo Bin, bayi itu, sudah besar. Dia bahkan berbicara seperti anak lelaki besar sekarang. Tahun ini, dia empat tahun, kan?” ucap Nyonya Choi. Soo Hong membenarkan.
“Yang lebih tua, Ji Yool, mirip ibunya, jadi, ibu sedikit kecewa, tapi Yoo Bin mirip denganmu...” kata Nyonya Choi. Soo Hong langsung memotong
“Aku harus kembali. Aku harus memandikan anak bungsuku.” Kata Soo Hong
Nyonya Choi menganguk mengerti, lalu meminta izin untuk melihat anak-anak Soo Hong karena sangat rindu Ji Yul dan ingin bermain bersama Yu Bin juga. Soo Hong beralasan dua anaknya sedang flu. Nyonya Choi pikir benar karena sebaiknya mereka tinggal di rumah dan menyuruh anaknya kembali pulang.
“Jaga kesehatan Ibu.” Ucap Soo Hong pada ibunya. Dan Nyonya Choi pun berjalan pulang.
Joon Ha menatap kearah lain seperti merasakan Nyonya Choi yang tersenyum tapi didalam hatinya menangis. Ia mengingat Nyonya Choi yang menceritakan anaknya merasa bersalah karena tak menghubunginya
“Jika kita bertemu di kehidupan lain, aku ingin menjadi ibumu, Joon Ha. Terima kasih untuk semuanya.” Ucap Nyonya Choi yang terakhir. 


Joon Ha menaruh dupa di rumah duka memberikan hormat pada Nyonya Choi. Seorang pegawai datang bertanya apakah Joon Ha cucunya. Joon Ha mengaku bukan tap hanya kenal Nyonya Choi. Akhirnya Joon Ha seperti keluarga Nyonya Choi memakai pakaian berduka lalu menerima pelayat yang datang termasuk para nenek dan kakek di aula.
“Dia mungkin tidak beruntung dengan putranya, tapi setidaknya dia punya Joon Ha.” Komentar nenek yang duduk setelah memberikan hormet.
Kakek lain sibuk meminta agar menuangkan soju, temanya menolak karena bisa mabuk. Kakek lain mengaku kalau tidak boleh mabuk pada hari seperti ini dan meminta agar menuangkan soju. Akhirnya sang nenek pun pasrah.


Hye Ja sudah mengunakan pakaian hitam, menyisir rambutnya. Nyonya Lee khawatir berpikir bisa menggantikannya. Hye Ja mengaku kalau kalau Nyonya Choi adalah temannya jadi harus berpamitan.
Akhirnya Hye Ja melihat nama "Choi Hwa Young" lalu baru mengetahui kalau itu namanya lalu memberikan hormat dan juga pada Joon Ha yang menunggu. Ia bertanya apakah Joon Ha sudah makan. Joon Ha mengaku baik-baik saja.
Hye Ja dkk duduk sambil minum, Sang Eun bertanya apakah Hye Ja lelah?” Hye Ja mengaku baik-baik saja. Hyun Joo mengajak mereka pulang saja. Mereka berjalan pergi, Hye Ja melihat Joon Ha duduk sendirian meminta teman-temanya kalau akan menyusul.


“Tidak ada gunanya, kan? Kurasa hidup ini tidak ada gunanya. Dia hidup lebih dari 70 tahun, dan lihat apa yang tersisa. Selama 70-an tahun hidupnya, dia pasti mengalami berbagai macam hal, tapi yang tersisa kini hanyalah sebuah foto.” Ucap Hye Ja menatap foto Nyonya Choi
“Kau lihat, aku sungguh berarti bagi diriku. Bagi yang lainnya, aku mungkin hanya orang tua. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Tidak ada gunanya menyesali apa pun. Orang akan bertanya kenapa aku peduli, tapi aku masih mengasihani diriku. Aku harap kau dan hidupmu sungguh berarti bagimu.” Kata Hye Ja lalu pamit pergi.  Joon Ha hanya bisa menagis tersedu-sedu. 

Joon Ha memegang foto Nyonya Choi mengusap seperti masih tak percaya, Pegawai mengajak Joon Ha untuk memulai. Joon Ha akhirnya akan mengantar Nyonya Choi ke pemakaman. Tiba-tiba Soo Hong datang dengan istri dan dua anaknya.
Joon Ha menatap sinis terlihat sangat marah, tapi akhirnya memberikan foto Nyonya Choi agar Soo Hong memegangnya. Soo Hong pun membawa foto untuk ibunya mengantar ke pemakaman. Akhirnya abu Nyonya Choi ada di tempat terakhirnya. Joon Ha membawa foto berjalan keluar dengan wajah sedih. 

Soo Hong keluar krematorium melihat Joon Ha langsung mengucapkan  Terima kasih. Joon Ha terlihat marah Soo Hong yang berkata, "Terima kasih" padahal Ibunya baru saja meninggal dengan tatapan sinis. Soo Hong pikir kalau hanya berterima kasih.
“Karena apa? Apa Karena aku yang berkabung selama tiga hari bukan kau? Apa Itu yang kau mengucap syukuri Atau karena aku selalu menjaga ibumu saat dia tinggal di sebuah motel kumuh dan kau tidak bisa dihubungi?” ucap Joon Ha menyindir.
“Atau karena aku membiarkan dia hidup beberapa t ahun lagimeskipun dia selalu membawa sebotol pil yang bisa membunuhnya? Berterima kasih kepadaku bukan sesuatu yang bisa kamu katakan kepadaku saat ini.” Ucap Joon Ha memberikan foto Nyonya Choi lalu berjalan pergi. 


Yoo Bin datang dengan ibu dan kakaknya lalu melihat foto Nyonya Choi dan mengenalinya sebaga memberikan mainan robotan ditanganya. Soo Hong terlihat kaget. Yoo Bin mengaku Nenek Choi itu yang memberikan padanya. Soo Hong ingin tahu Kapan. Yoo Bin menceritakan saat mereka berjalan-jalan di pusat penitipan anak.

Flash Back
Yoo Bin dengan teman-temanya sdang menikmati waktu luang dan bisa bersenang-senang. Mereka pun memilih mainan yang bisa dipilih pada teman bermain. Yoo Bin menaiki kuda-kudaan, Nenek Choi yang melihatnya langsung mendekat.
“Nenek yang kemarin datang.” Kata Yoo Bing mengingat wajah nenek Choi yang datang ke rumah.
“Yoo Bin.. Kau mirip ayahmu... Kau mirip dia saat masih kecil.” Puji Nenek Choi lalu bergegas pergi setelah memberikan hadiah.
“Yoo Bin. Siapa itu?” tanya gurunya. Yoo Bin menjawab kalau itu “Nenek yang kemarin datang.” Ibu gurunya binggung. 

Soo Hong seperti sedikit menyesal lalu memberitahu anaknya kalau Nenek Choi itu bukan nenek yang kemarin datang tapi adala neneknya. Yoo Bin seperti tak percaya kalau itu adalah neneknya. 

Hye Ja masuk ke rumah Joon Ha, melihat Joon Ha hanya duduk termenung di sudut kamar lalu meminta agar membelikan udon karena mersa lapar. Keduanya akhirnya pergi ke bar, Hye Ja bertanya Joon Ha ingin pergi kemana. Joon Ha menjawab akan pergi ke Rusia.
“Rusia? Kenapa?” tanya Hye Ja. Joon Ha menyuruh wortel dan mentimun sama seperti yang Hye Ja lakukan.
“Aku ingin naik Trans-Siberian Express... Aku ingin naik kereta untuk melihat Aurora.” Ucap Joon Ha
“Apa Kau tidak membenci Hye Ja? Dia pergi tanpa sepatah kata pun dan berkata dia akan kembali, tapi tidak menepati janjinya. Apa dia mempermainkan perasaan kita?” kata Hye Ja
“Aku bisa menahan rindu, jadi, tidak apa-apa. Lagi pula, aku menerima banyak dari Hye Ja Dari Anda juga... Anda yang pertama memahami hidupku dan menangis untukku.” Ungkap Joon Ha
“Hal yang paling membuatku menderita bukanlah ibuku yang pergi atau ayahku yang biasa memukulku, tapi diriku sendiri. Aku menderita karena tidak bisa menerima diriku sendiri. .” Kata Joon Ha.
“Aku adalah kesalahan yang dibuat dari kesalahan, dan aku tahu betul bahwa aku dilahirkan tanpa berkah. Karena itu, aku sangat membenci diriku  Tapi saat aku bahkan tidak bisa menerima diriku, dia orang pertama yang memelukku dan menangis.”cerita Joon Ha
“Pergilah.. Kenapa kau tidak pergi untuk melihat Aurora?” ucap Hye Ja sambil menangis mendenga cerita Joon Ha.
“Apa aku bisa pergi?” tanya Joon Ha tersenyum. Hye Ja pikir Joon ha bisa pergi.
“Kenapa malah duduk di sini? Kau harus pergi sekarang. Ayo Cepat! Pergilah dan lihat Aurora untukku juga.” Ucap Hye Ja. Joon Ha terlihat binggung.
“Saat kau kembali, jangan lupa memberitahuku seberapa banyak kau menangis. Berjanjilah.” Ucap Hye Ja.
“Aku akan sering memikirkan Nenek saat aku pergi ke sana.” Kata Joon Ha menganguk.
“Kau tidak perlu memikirkanku. Tapi Pikirkan saja Hye Ja. Wanita 25 tahun... Hye Ja.” Kata Hye Ja. Joon Ha menganguk dan keduaya saling menatap. 




Hyun Joo baru saja selesai mengantar. Young Soo memberikan sesuatu. Hyun Joo bertanya apa itu. Young Soo mengaku mengambil sarung tangan saat hendak kemari. Hyun Joo menyuruh buang saja atau bisa menyimpannya dan akhirnya memilih untuk masuk restoran.
“Ulurkan tanganmu.” Kata Joon Ha menahan dan akhirnya memakaikan Hyun Joo sarung tangan dan melihat itu sangat pas.
“Aku dilarang seumur hidup, tapi aku menerima banyak bintang.” kata Young Soo mengoda
“Kenapa merah? Ini sungguh norak.” Keluh Hyun Joo. Young Soo tiba-tiba mengajak untuk menonton film malam ini
Wajah Hyun Joo langsung memerah, tak mau menatapnya. Young Soo berpikir Hyun Joo sakit dan ingin memegangnya. Hyun Joo tak ingin Young Soo menyentuhnya
“Kenapa aku menonton denganmu? Minggir.” Kata Hyun Joo masuk toko. Young Soo memberitahu sampai bertemu pukul 19.00. Hyun Joo tersenyum bahagia bisa kembali dengan Young Soo. 

Joon Ha tersenyum bahagia mengemas semua barang-barangnya, lalu berpikir Hye Ja yang datang tapi ternyata Hee Won datang ke rumah. Hee Won berkomentar Joon Ha yang pasti sudah melalui banyak hal karena Wajah Joon Ha terlihat mengerikan.
“Kau punya banyak uang sekarang... Belilah tonik herbal atau sesuatu. Aku Sedih sekali melihatmu, Itu membuatku sedih.” Ucap Hee Won menyindir.
“Apa maksudmu uang?” kata Joon Ha bingung. Hee Won mengeluh dengan sikap Joon Ha karena menurutnya Tidak ada rahasia antara mereka
“Ibu Chanel... Kau sungguh pandai berakting. Apa lagi yang dia miliki selain uang? Kaulah yang paling dia puja... Benarkan? Berapa yang kau dapatkan?” ucap Hee Won.
“Aku tidak mendapatkan apa-apa. Saat putranya pergi ke AS, dia menjual rumahnya untuk membiayainya. Dia dahulu tinggal di sebuah motel. Kau juga tahu. “ ucap Joon Ha binggung
“Bagaimana aku tahu, brengsek? Apa Kau sungguh akan seperti ini? Aku pikir kita seperti saudara.” Kata Hee Won marah.
Tuan Park datang membahas Joon Ha  berbicara dengan Bu Chanel agar dijadikan penerima asuransi lalu mengumpat kalau itu licik. Joon Ha menjelaskan agar  berhentilah menjual polis asuransi jiwa untuk lansia karena itu salah.
“Hee Won Hyung. Kau mencari uang dari nyawa orang.” Ucap Joon Ha mencoba menyadarkan. Hee Won langsung menendang meja dan semua kopi pun jatuh.
“Coba Lihat dia.. Baik, Brengsek... Aku mencari uang dari nyawa orang. Ada masalah? Memangnya kau mau apa? Apa Kau akan melaporkanku ke polisi? Silakan. Apa Kau tahu? Kurasa kau tidak akan bisa naik pesawat itu.” Ucap Hee Won. Joon Ha menantang. 


Hye Ja duduk direstoran terlihat sedih, Hyun Joo datang menyuruh Hye Ja menangislah jika sedih. Hye Ja mengaku tak sedih tapi merasa lega Bahkan merasa dirinya wanita yang keren dan tidak menangis sama sekali.
“Aku berusaha keras menahan air mataku sampai bola mataku hampir copot.” Kata Hye Ja
“Dasar Berandal, tidak perlu berusaha kuat di depan kami.” Keluh Hyun Joo Hye Ja mengaku sudah mengatakan yang sebenarnya.
“Baiklah. Kalau begitu, mau berwisata bersama?” ucap Sang Eun. Hyun Joo setuju ingin tahu kemana akan pergi.
“Kalian tahu harus menghormati orang tua, kan? Kalian harus menghormati pendapatku.” Kata Hye Ja. Sang Eun pikir kalau tidak bisa pergi.
“Kata siapa? Kamu meremehkan lansia. Ayo pergi” ucap Hye Ja akan pergi.
Saat itu Joon Ha dibawa oleh Tuan Park dan Hee Won ke ruang bawah tengah dan terlihat banyak luka-luka dan diikat tanganya.
Bersambung ke episode 10

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar