PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 05 Maret 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 7 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Hye Ja kaget melihat kakek yang memakai jam padahal yakin jamnya rusak tapi melihat jam itu masih berdetik. Ia bertanya pada kakek apaa jam tangan ini selalu berdeti seperti ini. Si kakek hanya diam dan saat itu perawat datang.
“Pak. Kau bilang harus pergi ke rumah sakit pukul 2:30 untuk pengobatan. Sudah waktunya sekarang.” Ucap Perawat lalu berjalan pergi.
Hye Ja menatap si pria dengan wajah kebingungan dan memanggilnya, tapi tak bisa berkata-kata. Nenek hostel mendekati Hye Ja agar tak perlu mengejarnya lebih baik melihat bunga-bunga lalu menarik tanganya. 

Hye Ja masih mikirkan tentang jam tangan miliknya, dengan tatapan kosong berpikir kalau jam tangan itu  hanya jam yang mirip. Sang Eun sibuk memoles jari Hye Ja dengan cat kuku, wajahnya bahagia karena merasa yakin semua perhatian akan  terfokus pada kuku temanya.
“Orang-orang tidak akan melihat kerutan atau bintik-bintik penuaan di tanganmu. Aku juga akan melakukannya pada kukumu, jadi sabar saja. Kau Pilih warnanya di sini.” Ucap Sang Eun pada Hyun Joo
“Lupakan. Aku mengupas bawang dan mencuci piring setiap hari. Apa gunanya itu?”kata Hyun Joo
“Lalu... kuku kakimu! Bagaimana kalau pedikur? Lepaskan kaus kakimu.” Kata Sang Eun
“Hei! Kenapa kau melepas kaus kakiku?” keluh Hyun Joo kesal. Sang Eun tak percaya Telapak kaki Hyun Joo kasar seperti amplas.
“Kau akan merusak stokingmu.” Kata Sang Eun. Hyun Joo mengeluh kalau Sang Eun itu tak pernah lihat dirinya yang memakai stoking lalu memakai kembali kaos kakinya.
“Ayolah, sini kakimu. Aku akan membuatnya lembut seperti kaki bayi.” Ucap Sang Eun menarik kaki Hyun Joo.
“Dia tinggal di daerah ini. Dia mungkin mengambil jam tanganku dan memperbaikinya..Bukankah begitu?” gumam Hye Ja.
Sang Eun berusaha menarik kaki Hyun Joo agar dibersihkan, Hye Ja bertanya pada temanya kaalu tidak akan pergi sekarang, karena akan segera kembali.



Hye Ja berjalan dengan senter yakin kalau ada disekitar sana waktu membuang jam tanganya. Ia pun mengeluh bahkan tidak bisa melihat dengan baikdan mengingat kalau berada di atap lalu melihat Joon Ha sedang ada diatap.
“Bukankah tempat ini terasa agak familiar? Apa yang terjadi? Apa kau bisu?” ucap Hye Ja. Joon Ha hanya diam saja seorang tak peduli.
“Aku sedang mencari sesuatu. Tapi apa karena gelap, atau aku sudah tua? Aku tidak bisa melihatnya di mana pun. Aku penasaran apakah ada anak muda yang ingin membantuku. Kuharap seekor lalat  jatuh ke dalam bir.”kata Hye Ja akhirnya naik ke atas sambil minum bir. 

“Kau terkesan, wanita tua ini tahu cara menikmati bir?” kata Hye Ja meminum bir.
“Aku hanya aneh, kau selalu bertindak seperti kita dekat.” Komentar Joon Ha dingin.
“Kita dekat. Apa kau marah padaku karena mengajarimu tentang bagaimana kau harus menjalani hidupmu Atau kau marah pada Hye Ja karena pergi tanpa berpamitan?” tanya Hye Ja.
“Aku menunjukan ketidaknyamanan beberapa kali, tapi kau masih tetap membahasnya. Aku tidak tahu kenapa kau begitu. Apa Kau ingin aku merindukan  keponakanmu terus?” ucap Joon Ha. Hye Ja terlihat bingung.
“Bisa tolong hentikan itu  jika itu tidak terjadi? Tidak baik mendengar seseorang mengkritik situasiku saat ini, dan situasiku tidak ada hubungannya dengan keponakanmu di luar negeri.” Tegas Joon Ha
“Biar lebih jelas, keponakanmu dan aku hanya kenal saja, tapi kami benar-benar orang asing sekarang.” Ucap Joon Ha.
“Kau begitu tegas... Dasar jahat... Tidak bisakah khawatir satu sama lain walaupun sudah asing serkarang? Bagaimana jika dia kembali? Bagaimana jika Hye Ja kembali?” ucap Hye Ja.
Joon Ha menegaskan tidak ada yang berubah dan membereskan kaleng bir. Hye Ja memberitahu kalau Hye Ja akan sedih lalu mengucapkan  Terima kasih untuk birnya dan berjanji Lain kali, akan membelikan minuman. Joon Ha hanya bisa terdiam. 



Hye Ja merasa tiba-tiba pusing setelah minum sekaleng bir lalu mengumpat marah karena Joon Ha bisa mengatakan itu dan mengeluh Karena itulah tidak suka orang pintar.
“Dia sengaja memilih kata-kata yang akan menyakiti perasaanku dan membekas selamanya. Kami "saling mengenal", tapi Apa kami "orang asing" sekarang? Baik, itu semua salahku.... Itu salahku... Itu semua salahku.” Ucap Hye Ja sambil menangisi nasibnya. 

Di kamar Sang Eun membersihkan kulit mati dan banyak banget. Hyun Joo mengeluh meminta agar menghentikan karena  jarang melepas sepatunya. Sang Eun mengeluh temanya yang mengatakan  itu setelah melihat semua ini. Saat itu Young Soo berteriak memanggil Kim Hye Ja.
Hyun Joo panik langsung menarik kakinya dengan wajah panik. Young Soo melihat ada seperti tepung diatas koran dan mencobanya. Hyun Joo hanya bisa melonggo dan Sang Eun tak percaya melihatnya.
“Apa Kalian makan mochi tanpaku? Kejam sekali... Terutama kau! Aku sangat kecewa padamu.” Ucap Young Soo marah menunjuk Hyun Joo.
“Hye Ja keluar, dia harus melakukan sesuatu... Sudah larut, jadi dia akan segera pulang.” Ucap Sang Eun
“Kenapa kau membutuhkannya untuk siaranmu?” tanya Hyun Joo
“Dia bilang  akan bergabung denganku di siaranku hari ini. Hei, Apa kau membawa gitarmu?” tanya Young Soo. Sang Eun menganguk dan Young Soo menyuruh agar ikut denganya.
“Aku ingin kau menggantikannya.” Kata Young Soo.  Hyun Joo tak peduli mengajak untuk akan pulang. Sang Eun merasa kalau itu suatu kehormatan. Young Soo melihat 32 orang telah menambahkan salurannya dan mengajaknya pergi. 


“Halo, aku Prince, joki siaranmu... Selamat datang, Dr. Ssamjang.” Ucap Young Soo menyapa semua penontonya. Hyun Joo mengeluh dengan panggilan Young Soo “Prince”
“Baiklah kalau begitu... Hari ini, aku mengundang seorang penyanyi untuk kalian.” Ucap Young Soo. Ada penonton yang berpikir kalau suka GFRIEND.
“Aku sudah punya 100 bintang. Kalian bisa mengirim bintang  setelah tahu siapa penyanyi ini. Penyanyi ini...” kata Young Soo
“Halo, aku penyanyi baru Yoon Sang Eun. Senang bertemu kalian semua. Kuharap kalian menikmati laguku.”ucap Sang Eun dan melihat ada jumlah penonton: 27
“Kalian semua pasti bingung. Aku juga sangat bingung saat ini.” Ungkap Sang Eun. Young Soo panik melihat penontonya pergi
“Lalu bagaimana kalau aku menyanyikan sebuah lagu untuk membuat kalian semua semangat?” kata Sang Eun penuh semangat.
“Hei, tidak. Tidak. Itu tidak akan membantu.”ucap Young Soo. Sang Eun malah tak peduli berpikir Jika mereka ingin encore, maka akan melakukannya lain kali.
Sang Eun mulai menyanyi dengan suara fals, penonton mengeluh kalau pengembalian dana dari 100 bintang, mereka menyuruh Sang Eun pergi karena suaranya tak enak.
“Bukankah kau bilang kau sibuk hari ini? Kau harus cepat pulang dan...” ucap Young Soo mencoba agar menyudahi Sang Eun. Tapi Sang Eun melihat komentar.  [Anjingku bernyanyi lebih baik daripada kau.]
“Seperti inilah siaran langsungku... Benarkan? Bukankah aku benar, semuanya? Kita selalu seperti ini, kan? Sang Eun, ayo pergi.” ucap Young Soo
“Terima kasih... Terima kasih banyak... Aku sudah terbiasa dengan semua orang yang memperlakukanku seolah-olah aku tak terlihat. Kurasa komentar seperti ini setidaknya menunjukkan ketertarikanmu, dan aku berterima kasih untuk itu.” Akui Sang Eun. Hyun Joo mulai panik
“Bahkan saat aku bernyanyi sepanjang hari di ruang praktek di agensiku, tidak ada yang memperhatikanku. Bahkan jika aku harus mendengar komentar keras ini, aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk mendengarkan nyanyianku. Terima kasih banyak.” Kata Sang Eun
Akhirnya penonton memberikan “Semangat.” Sang Eun mengucapkan  Terima kasih dan berjanji akan ceriadan mengaku tak masalah dengan komentar negatif sambil menahan tangis.
“Three-minute Phlegm berkata, "Pemilihan lagu yang buruk. Apa ada hal lain yang bisa kau nyanyikan?" Itulah yang dia minta. Apa Kau bisa menyanyikan sesuatu yang lain?” kata Young Soo
“Ya, ada banyak. Aku bisa menyanyi sepanjang malam jika kau ingin.” Ucap Sang Eun. Young Soo menolak meminta agar menyanyikan lagu dengan percaya diri.
“Lalu aku akan menyanyikan sesuatu yang sempurna untuk suasana ini.” Ucap Sang Eun. 




Akhirnya Sang Eun menyanyi dengan suara merdu, sementara Hye Ja berjalan pulang dengan wajah sedih.  Joon Ha pun masih berdiri di atap gedung dengan menatap sedih.  Hye Ja akhirnya tertidur dan mengeluh dengan suara ribut dikamar kakaknya. Young Soo mengeluarkan suara binatang pada siaranya lalu melihat Hye Ja masuk kamarnya.
“Wanita yang kalian tunggu ada di sini. Mari kita sambut nenek  berusia 25 tahun, Kim Hye Ja.” Ucap Young Soo. Hye Ja mengeluh agar berhenti bicara omong kosong.
“Hei, ini pekerjaan... Kau berjanji untuk bekerja sama.” Bisik Young Soo lalu mengucapkan terima  kasih untuk bintangnya.
“Terima kasih, Nenek Monster... Aku menghargai itu.” Kata Young Soo dan penonton ingin memastikan kalau Hye Ja benar-benar 25 tahun.
“Berapa kali aku harus memberitahumu? Apa Ingin lihat KTP-ku? Jika salah satu dari kalian berubah  menjadi lebih tua dariku, Apa kalian akan mengirim bintang?” ucap Hye Ja lalu kaget banyak penonton mengaku setuju.
 [Aku 27 tahun. Aku 44 tahun, aku lahir pada tahun 1973. Jika kau memanggilku Oppa, aku akan mengirimkan 58 bintang.]
“Oppa.” Ucap Hye Ja mengucapkan Terima kasih. Penonton berkomentar Hye Ja adalah monster yang diciptakan oleh kapitalisme.
“Kau memintaku untuk melakukannya... Lakukan sendiri dan aku akan pergi.”keluh Hye Ja. Young Soo meminta Hye Ja agar tenang.
“Baiklah, teman-teman.  Inilah saatnya... Mari kita ke sesi tanya jawab. Pertanyaan tentang informasi  pribadi, ukuran tubuh, dinas militer, sepak bola, dan gosip dilarang. Kalian tahu itu, kan?” ucap Young Soo.
“Pertanyaan dari Ppippuppappujjuppu. "Kau bilang kau menua semalam. Bagaimana rasanya menjadi tua?" Jadi bagaimana rasanya?” kata Young Soo membaca pertanyaaan.
“Menyebalkan sekali.”kata Hye Ja. Young Soo panik menganti ucapan adiknya kalau itu menyenangkan.
"Apa benar-benar ada  manfaatnya menjadi tua?" kata Young Soo membaca pertanyaan lain.
“Ya, ada manfaat tertentu... Ada banyak, sebenarnya.. Kalian prihatin tentang  menemukan pekerjaan, kan? Kenapa kau tidak tua sepertiku? Bila kau tua, kau tidak  perlu melakukan apa-apa. Bahkan jika kau hanya duduk saja, tidak ada  yang menyuruhmu untuk mencari pekerjaan. Tidak ada yang ingin mempekerjakanmu pula.” Ucap Hye Ja. Young Soo ingin tahu Apa ada manfaat lain?
"Aku baru-baru ini mendapat pekerjaan, Tapi aku bekerja sampai larut malam,  dan atasanku adalah pengganggu." Komentar penonton.
“Menjadi tua saja. Maka kau tidak harus bekerja.” Ucap Hye Ja.
“"Ini menggangguku kalau  aku tidak punya pacar." Tulis penonton
“Seperti yang kukatakan, jadilah tua. Jadi tidak akan ada yang  mengganggumu lagi. Satu-satunya masalah adalah  tubuhmu terasa agak lemah. Kau benar-benar tidak  harus melakukan apa pun. Hanya duduk saja dan menunggu harimu mati.” Ucap Hye Ja. Young Soo terdiam mendengarnya.
 [Aku benar-benar tidak bisa tertawa. Ini tiba-tiba begitu canggung.] Young Soo membaca suasana jadi diam lalu mengusulkan untuk mendengarkan musik.
“Aku menjawab pertanyaan mereka.  Kenapa mereka tidak mengatakan apa-apa?” ucap Hye Ja heran.
 [Tapi tidak ada cara bagi kami untuk menjadi tua.]
“Jika ada caranya, kalian mau? Apa Kalian siap? Aku yakin kalian semua tidur di kelas, jadi aku ragu kalian mendengar  apa yang guru katakan. Tapi ada hal yang disebut  Hukum Pertukaran Setara. Dunia pada dasarnya seperti itu.” Ucap Hye Ja. Young Soo tak mengerti maksudnya. 


“Untuk membeli sesuatu, kau harus membayar dengan layak, kan? Demikian juga, saat kau  menginginkan sesuatu, kau harus memberikan sesuatu yang sama berharganya dengan itu. Mengingat kapasitas mental kalian, aku mencoba mengatakannya  sesederhana mungkin. Jika kalian tidak bisa mengikuti,  aku harus menyerah.”ucap Hye Ja.
[Apakah ini semacam saluran pendidikan?.. Sudah, jangan bertele-tele....Jika kau tidak ingin mendengarkan dia, keluar saja.]
“Siapa yang ingin melihat  siaranku mulai besok? Aku akan menyiarkan  kalian yang tidak bekerja kehancuran, single tak berdaya, dan kehidupan  yang membingungkan. Kalian makan makanan  yang dimasak orang lain.” Ucp Hye Ja.
“Duduk dikursi yang diberikan  untukmu di kereta bawah tanah, dan tidur sepanjang hari dan tidak ada  yang membuat keributan tentang itu. Jalani kehidupanku. Bagaimana? Kedengarannya cukup mengerikan, kan? Kalian secara naluriah tahu  kalau itu tidak baik, bukan?” kata Hye Ja.
Penonton berkomentar kalau membayangkannya dan mengaku Tidak terdengar menakutkan sama sekali, tapi  meminta izin untuk mengganti pakaian dalamnya.
“Apa kalian menjalani hidup  dengan sepenuh hati atau hanya buang-buang waktu  seperti yang kalian lakukan saat ini? Setiap orang pernah menjadi muda. Jadi kalian mungkin tidak banyak berpikir. Tapi lihat aku dan sadari hal berharga yang kalian miliki. Hargai hal-hal yang paling biasa. Ingatlah ini.” Kata Hye Ja
“Hukum Pertukaran Setara... Didunia ini tidak ada yang gratis.” Kata Hye Ja. Young Soo menuliskan di buku  [Setera]  Hye Ja menekankan kalau yang dimaksud “Setara”
“Mungkin saja itu jamku... Aku harus memastikannya.” Gumam Hye Ja. 


Hye Ja makan terburu-buru saat sarapan, Tuan Kim melihatnya dengan tatapan binggung. Nyonya Lee hanya diam saja. Tuan Kim heran anaknya yang makan  sedang terburu-buru karena bisa  melakukan itu untuknya. Hye Ja mengaku harus pergi sendiri dan bergegas pergi.
“Bagaimana pergelangan tanganmu?” tanya Tuan Kim pada istrinya.
“Kau tidak perlu melakukan itu. Kau hanya berpura-pura khawatir  karena tidak ada yang ingin kau katakan.” Kata Nyonya Lee ketus. Tuan Kim hanya bisa diam saja. 

Hye Ja sudah menunggu di pingir jalan tapi mobil belum datang berpikir terlalu pagi. Joon Ha datang dengan mobil menuju Aula Pameran Hyoja tapi melewati begitu saja. Hye Ja berpikir Joon Ha tidak melihatnya.  Tapi akhirnya mobil Hye Ja pun mundur.
“Aku biasanya pergi ke daerah berikutnya dahulu. Ini akan memakan waktu cukup lama.”ucap Joon Ha akhirnya membawa Hye Ja.
“Apa Kau tak bisa menurunkanku di ruang pameran?” tanya Hye Ja. Joon Ha mengatakan Ada orang yang harus dijemput.
“Apa ini akan membuat perbedaan?”ucap Hye Ja mencoba menberikan aegyonya, tapi Joon Ha malah memberikan tatapan dingin.
Hye Ja pun memutuskan akan diam. Joon Ha tiba-tiba bertanya “Bagaimana dia?” Hye Ja bertanya siapa yang dimaksud.  Joon Ha menjawab keponakannya. Hye Ja binggung yang mengerti kalau Hye Ja yang berumur 25 tahun.
“Kau bilang kau tidak peduli tentang orang asing.” Sindir Hye Ja. Joon Ha pikir masih bisa bertanya  bagaimana kabarnya.
“Dia akan segera kembali dan Ada jalan keluarnya.” Ucap Hye Ja yakin lalu beberapa kakek dan nenek sudah menunggu dijemput. 


Hye Ja masuk ke aula matanya terus mencari seseorang, tapi yang datang malah si kakek genit berpikir Hye Ja baru saja tertarik padanya karena mencarinya. Hye Ja langsung menoyor wajah Si kakek untuk menjauh lalu melihat si kakek yang duduk di luar ruangan.
“Cukup hangat hari ini.... Jadi Di mana kau mendapatkan jam tangan ini? Apa aku Bisa lihat lebih dekat? Ada sesuatu yang terjadi...Pak, jam ini...” ucap Hye Ja penasaran.
“Kapan kau datang? Kau tidak ada ketika aku di dalam mobil.” Kata Si nenek Hostel datang.
“Aku sedikit lebih pagi hari ini.”ucap Hye Ja akhirnya gagal lagi berbicara dengan kakek. 

Saat makan siang, beberapa kakek dan nenek masuk ke kantin. Joon Ha melayani semua nenek dengan kebiasaan masing-masing yang berbeda.  Si nenek masih saja mengambil banyak makanan dalam saku bajunya.
Hye Ja akan mengambil sendiri, tapi Joon Ha mencoba membantunya. Tapi ye Ja menolak, Joon Ha tetap memaksa bahkan membawa sampai ke meja makan. Hye Ja mencoba menyuapi si kakek untuk pendekatan, Joon Ha menatap si Hye Ja dengan tatapan binggung. 

Hye Ja masuk kelas masak, di papan terlihat Cara Membuat Kari. Pengajar meminta mereka untuk memotong sayuran terlalu banyak. Dan harus memotongnya dalam  ukuran yang lebih besar. Hye Ja duduk disamping si kakek memberikan pisau agar bisa memotongnya.
“Pak, jam tangan ini bukan milikmu, kan Benarkan? Ini bukan milikmu, kan? Ini milikku...”ucap Hye Ja. Tiba-tiba sikakek histeris tanpa sadar tanganya mengangkat pisau yang didepanya.
Semua kakek dan nenek panik melihat pisau yang diacungkan si kakek. Hye Ja binggung. Joon Ha dan Tuan Park datang mencoba menenangkan si kakek, tapi kakek tiba-tiba pingsan dan mereka pun segera membawa ke rumah sakit. 

Hye Ja pulang dengan wajah sedih, Young Soo keluar kamar memberitau adiknya kalau memikirkan tentang konsep siaran hari ini. Hye Ja yang kelelahan  hanya ingin berbaring. Young Soo pun dengan penuh semangat mengaja Hye Ja melakukan acara berbaring!
“Konsep hari ini adalah acara berbaring. Aku harap kalian semua yang ada  di depan monitor berbaring juga. Maka aku akan...” ucap Young Soo menyapa penontonnya.
Hyun Joo menontonya acara Young Soo sambil tertawa. Sang Eun bertanya apa yang sedang ditonton Hyun Joo karen sedih tadi tertawa. Hyun Joo mengelak kalau tertawa lalu melihat ada pelanggan yang datang. Sang Eun pun buru-buru melayaninya.
“Bisa-bisanya dia mengemis  bintang menggunakan neneknya? Dasar pecundang... Siapa brengsek ini? Hard Puncher dari Doksan-dong? Kurasa dia benar-benar  pecundang dari julukannya.” Ucap Hyun Joo akhirnya menuliskan balasan komentar.
“Siapa yang menyedihkan? Siapa pun yang menonton ini menyedihkan juga.” Balas Young Joo
“Kenapa kalian semua marah? Apa kalian berteman dengan si Prince itu?” tanya Hard Pucher
“Itulah yang ingin kutanyakan. Aku tidak pernah menyebutkan nama panggilanmu. Kenapa kau bereaksi berlebihan  saat aku bilang kau menyedihkan?” balas Hyun Joo
“Ini pertengkaran!  Ini menyenangkan!” tulis Hard Pucher.
“Tunggu... Apa yang terjadi di sini? Kalian tidak boleh bertengkar. Aku, Prince Young Soo, bertujuan untuk siaran damai. Berpegangan tangan dengan  orang-orang di sebelah kalian. Mari kita bergandengan tangan  dan bergaul secara harmonis.” Kata Young Soo mengajak Hye Ja bergendangan tangan.
Hye Ja yang kesal ingin menolak tapi Young Soo memaksa. Hyun Joo yang melihatnya hanya bisa menghela nafas.



[Aula Pameran Hyoja]
Dua orang nenek mengobrol kalau  Jika seseorang tiba-tiba menghilang  pada usia ini, hanya ada satu jawaban, Itu berarti dia pergi ke dunia lain. Nenek lain berpikir itu bekerja dengan baik karea kakek itu bahkan nyaris bernafas di kursi rodanya itu, seperti orang yang sudah mati.
“Astaga. Apa pria di kursi roda itu meninggal?” tanya Hye Ja panik.
“Di usia segitu, tidak ada yang bisa  menjamin dia akan hidup sehari lagi. Apa Kau tidak melihat dia  terengah-engah kemarin?”komentar si kakek. 

Joon Ha membereskan meja melihat surat Program Pengajuan, Kontrak Asuransi dan dituliskan Ditandatangani oleh Kim Dong Seok. Saat itu Tuan Park masuk ruangan, Joon Ha memastikan kalau itu tulisan tangan Tuan Park di surat itu.
“Butuh waktu satu hari  untuk mengisi formulir ini. Aku bahkan tidak pernah bertanya, dan dia mengoceh sepanjang hari tentang Retret 4 Januari.” Kata Tuan Park
“Kenapa tidak ada nama yang diasuransikan?” tanya Joon Ha. Tuan Park terlihat binggung.
“Apa Ini kosong? Aku lupa... Ini hanya kesalahan.” Kata Tuan Park. 


Hye Ja masuk ruangan bertanya apakah Joon Ha bisa menghubungi pria yang sakit kemarin.  Joon Ha terlihat binggung. Hye Ja mengaku baru tahu hari ini dan panik jika sesuatu yang buruk terjadi.
“Orang itu tidak datang ke sini sekitar  satu bulan, beberapa bulan yang lalu. Kondisinya cukup tak terduga.” Ucap Tuan Park santai
“Karena itulah kau harus  terus menghubunginya. Lihatlah apa yang terjadi kemarin.” Kata Hye Ja.
“Kenapa harus? Kenapa melakukanya? Bahkan keluarganya tidak menghubungi dia.” Ucap Tuan Park
“Ada apa ini? Di mana alamatnya? Kau pasti  punya informasi pribadinya.” Ucap Hye Ja. Joon Ha menatap Hye Ja seperti merasakan sesuatu.
“Kita tidak bisa memberitahu itu.  Itu rahasia.” Kata Tuan Park. Hye Ja pikir itu tak penting saat seorang  pria akan mati saat ini lelu bergegas keluar.
“Kondisi nenek itu tampaknya penting juga. Aku ingin tahu apakah dia punya asuransi.” Kata Tuan Park. Joon Ha hanya diam saja. 


Hye Ja pergi mencari tahu informasi si kakek, Nenek lain berpikri Si kakek yang selalu di bus ketika masuk jad berpikir kakeknya itu turun tepat sebelum mereka melewati jalan itu. Akhirnya Hye Ja pergi ke kantor polisi
“Aku tidak kabur dari rumah. Aku tidak pernah melakukannya sebelumnya.” Ucap Hye Ja
“Nenek, kami tidak mencurigaimu. Kau memiliki memori yang luar biasa. Aku tidak tahu tentang Brazilia dengan baik.” Kata Polisi
“Berhenti tertawa. Karena kita sudah  bertemu, temukan seseorang untukku.” Kata Hye Ja. 

Hye Ja akhirnya pergi ke kantor polisi untuk mencari bantuan.
“Nenek, bagaimana kami bisa memberitahu  alamatnya saat kau tidak tahu? Bahkan jika kau tidak tahu, kami tidak bisa  memberitahu siapa pun kecuali anggota keluarga.” Ucap Polisi
“Ini bukan untukku... Kakek tua itu...” kata Hye Ja.
“Dia orang sakit... dan kau khawatir karena  dia tidak datang hari ini? Seperti yang kau bilang,  jika kondisinya kritis, keluarganya mungkin sudah  membawanya ke rumah sakit.” Kata Polisi menenangkan
“Dia mungkin hidup sendiri.” Ucap Hye Ja.
“Dia pasti mampu bergerak karena seseorang membantunya. Tapi karena kau bersikeras, kami akan  melakukan patroli di sekitar sini.” Ucap Polisi.
Hye Ja yang kesal merasa tak perlu karena tahu Polisi pasti bohong jadi  akan melakukan patroli dan meminta memberikan alamat. Ia mengancam tak akan pergi kalau polisi tidak memberitahunya. Tapi Hye Ja bisa dibawa keluar dari kantor polisi.
“Aku menyia-nyiakan semua energiku... Di mana aku akan menemukannya?Wah... Lututku sakit karena terlalu banyak membungkuk.” Keluh Hye Ja mencoba mengambil minum.
Saat itu pria muda datang membantu Hye Ja memberikan minumanya, Hye Ja mengucapkan Terima kasih lalu kaget melihat jam yang sama dan berpikir kalau pria tua itu sudah menjadi muda seperti dengan dirinya dan yakin pria itu memutar jamnya.
Ia mencoba mengejar si pria tapi karena sudah terlalu tua tak bisa mengejarnya karena Lututnya sakit. Ia pun kehilangan si pria dan yakin kalau sudah memutar waktunya Karena itulah pria tua seperti dirinya.
“Jika aku menemukan dia  dan mengambil jam tanganku, aku punya kesempatan  untuk memutar waktu!” ucap Hye Ja yakin lalu melihat kakinya yang lecet. 




Hye Ja masuk kamar ibunya untuk mencari obat, tapi saat itu malah melihat surat cerai yang ditulis oleh ibunya. Wajahnya kaget karen orang tuanya akan bercerai. Tuan Kim pulang melihat anaknya ada dikamar bertanya apa yang dilakukan.
“Kakiku sakit dan aku hendak memakai salep.” Ucap Hye Ja. Tuan Kim menyuruh anaknya untuk lebih hati-hati dan langsung berbaring di tempat tidur.
“Kenapa kau tidak mandi? Ibu akan marah lagi.” Kata Hye Ja. Tapi Tuan Kim seperti sangat lelah sudah tertidur lelap.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar